Vous êtes sur la page 1sur 20

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Akreditasi sekolah merupakan kegiatan penilaian yang dilakukan oleh
pemerintah dan/atau lembaga mandiri yang berwenang untuk menentukan
kelayakan program dan/atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan
non-formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan, berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan, sebagai bentuk akuntabilitas publik yang dilakukan secara
obyektif, adil, transparan dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan
kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.
Latar belakang adanya kebijakan akreditasi sekolah di Indonesia adalah
bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk
dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, maka setiap satuan/program
pendidikan harus memenuhi atau melampaui standar yang dilakukan melalui
kegiatan akreditasi terhadap kelayakan setiap satuan/program pendidikan.
Saat ini setiap perguruan tinggi baik negeri maupun swasta harus
melakukan akreditasi. Kemendiknas sudah menetapkan bila suatu program studi
(prodi) dari suatu perguruan tinggi (PT) tidak melakukan akreditasi, setelah tahun
2012, maka prodi tersebut tidak akan diperbolehkan mengeluarkan ijasah. Dan
UU perguruan tinggi juga sudah mewajibkan akreditasi sebagai syarat pemberian
izin bagi perguruan tinggi.Akreditasi diperlukan untuk menjamin mutu dari suatu
lembaga pendidikan. Selain itu untuk masyarakat umum, akreditasi juga bisa
menjadi alat untuk mengukur kesiapan suatu PT untuk melakukan proses
pendidikan.
Tapi sayangnya saat ini masih banyak PT yang belum terakreditasi,
termasuk beberapa PT negeri. Walaupun demikian jumlah PT swasta yang belum
terakreditasi jauh lebih banyak daripada PT negeri.Salah satu alasannya adalah
banyak PT swasta yang sudah keburu tutup karena memiliki jumlah mahasiswa
yang sedikit. Bahkan menurut Prof. Abdul Hakim, Koordinator Koordinasi
Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) IV Jawa Barat dan Banten, banyak PT swasta

1
yang tahun ini menerima mahasiswa tetapi tahun depan tidak.Di lapangan ternyata
dalam melakukan persiapan akreditasi, banyak ditemukan PT yang meminjam
dosen dari luar, belum lagi yang melakukan persiapan asal-asalan karena tanpa
akreditasi mereka sudah merasa cukup diminati, demikian pendapat Prof. Said
Hamid Hasan, pakar pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia.

B. Ruang lingkup
Permasalahan yang timbul dalam pembahasan saya kali ini adalah
memberikan pengertian tentang apa itu arti dari akreditasi,manfaat atau
tujuan,serta seberapa pentingnya kah akreditasi pada suatu sekolah atau perguruan
tinggi,dan bagaimana apabila suatu sekolah dan perguruan tinggi tanpa adanya
akreditasi.

C.Tujuan
Tujuan penulis disini adalah untuk :
1. Menjelaskan Pengertian Akreditasi Pendidikan
2. Menjelaskan Akreditasi di Sekolah/Madrasah
3. Menjelaskan Akreditasi di Perguruan Tinggi.
4. Menjelskan Pentingkah Akreditasi Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akreditasi
Akreditasi merupakan salah satu bentuk sistem jaminan mutu eksternal
yaitu suatu proses yang digunakan lembaga yang berwenang dalam memberikan
pengakuan formal bahwa suatu institusi mempunyai kemampuan untuk
melakukan kegiatan tertentu. Dengan demikian, akreditasi
melindungi masyarakat dari penipuan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung
jawab.Ciri akreditasi adalah penilaian yang dilakukan oleh pakar sejawat dari luar
institusi terkait (external peer reviewer), dan dilakukan secara voluntir bagi
perguruan tinggi yang menyelenggarakan suatu program studi.. Kegiatan ini
diawali dengan melakukan kegiatan evaluasi diri (self evaluation) terhadap
berbagai/ komponen dari masukan, proses dan produk perguruan tinggi yang
menyelenggarakan program studi tersebut dan mengirimkan laporannya ke
lembaga asesor.
Selanjutnya berdasarkan laporan evaluasi tersebut pihak lembaga asesor
mengirim beberapa pertanyaan (borang) untuk diisi dan berdasarkan isian tersebut
dilakukan kunjungan lapangan (site visit) oleh asesor sebagai tindakan validasi.
Dengan kata lain Akreditasi sama dengan status dan proses. Status disni dalam
konteks sekolah atau perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
studiterakreditasi telah memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan, sedangkan
Proses dalam konteks ini maksudnya adalah proses kegiatan akademik telah
dilakukan memenuhi standar mutu dan kecenderungan melakukan perbaikan
secara berkesinambunganmelalui evaluasi diri. 1

B. Akreditasi Pada Sekolah / Madrasah


Akreditasi sekolah adalah kegiatan penilaian (asesmen) sekolah secara
sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi diri dan evaluasi eksternal
(visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah.

1
Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

3
Dasar hukum akreditasi sekolah utama adalah : Undang Undang No. 20 Tahun
2003 Pasal 60, Peraturana Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Pasal 86 & 87 dan
Surat Keputusan Mendiknas No. 87/U/2002.
Latar belakang adanya kebijakan akreditasi sekolah di Indonesia adalah
bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk
dapat menyelenggarakan pendidikan yang bermutu, maka setiap satuan/program
pendidikan harus memenuhi atau melampaui standar yang dilakukan melalui
kegiatan akreditasi terhadap kelayakan setiap satuan/program pendidikan.
Tujuan diadakannya kegiatan akreditasi sekolah/madrasah ialah:
1. Memberikan informasi tentang kelayakan sekolah/madrasah atau program
yang dilaksanakannya berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.
2. Memberikan pengakuan peringkat kelayakan.
3. Memberikan rekomendasi tentang penjaminan mutu pendidikan
kepada program dan atau satuan pendidikan yang diakreditasi dan pihak
terkait.
Prinsip – prinsip akreditasi yaitu :
(a) objektif, informasi objektif tentangg kelayakan dan kinerja sekolah,
(b) efektif, hasil akreditasi memberikan informasi yang dapat dijadikan dasar
dalam pengambilan keputusan,
(c) komprehensif, meliputi berbagai aspek dan menyeluruh,
(d) memandirikan, sekolah dapat berupaya meningkatkan mutu dengan
bercermin pada evaluasi diri, dan
(e) keharusan (mandatori), akreditasi dilakukan untuk setiap sekolah sesuai
dengan kesiapan sekolah
Sistem akreditasi memiliki karakteristik :
(a) keseimbangan fokus antara kelayakan dan kinerja sekolah,
(b) keseimbangan antara penilaian internal dan eksternal, dan
(c) keseimbangan antara penetapan formal peringkat sekolah dan umpan
balik perbaikan
Akreditasi sekolah dilaksanakan mencakup :
(a) Lembaga satuan pendidikan (TK, SD, SMP, SMA) dan

4
(b) Program Kejuruan/kekhususan (SDLB, SMPLB, SMALB, SMK)
Akreditasi sekolah mencakup penilaian terhadap sembilan komponen sekolah,
yaitui :
(a) kurikulum dan proses belajar mengajar;
(b) administrasi dan manajemen sekolah;
(c) organisasi dan kelembagaan sekolah;
(d) sarana prasarana
(e) ketenagaan;
(f) pembiayaan;
(g) peserta didik;
(h) peranserta masyarakat; dan
(i) lingkungan dan kultur sekolah. Masing-masing kompoenen dijabarkan
ke dalam beberapa aspek. Dari masingmasing -aspek dijabarkan lagi
kedalam indikator. Berdasarkan indikator dibuat item-item yang
tersusun dalam Instrumen Evaluasi Diri dan Instrumen Visitasi.
Akreditasi dilaksanakan melalui prosedur sebagai berikut :
(a) pengajuan permohonan akreditasi dari sekolah;
(b) evaluasi diri oleh sekolah;
(c) pengolahan hasil evaluasi diri ;
(d) visitasi oleh asesor;
(e) penetapan hasil akreditasi;
(f) penerbitan sertifikat dan laporan akreditasi.
Dalam mempersiapkan akreditasi, sekolah melakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
(a) Sekolah mengajukan permohonan akreditasi kepada Badan Akreditasi
Propinsi (BAP)-S/M untuk SLB, SMA, SMK dan SMP atau kepada
Unit Pelaksana Akreditasi (UPA) Kabupaten/Kota untuk TK dan SD
Pengajuan akreditasi yang dilakukan oleh sekolah harus mendapat
persetujuan atau rekomendasi dari Dinas Pendidikan;
(b) Setelah menerima instrumen evaluasi diri, sekolah perlu memahami
bagaimana menggunakan instrumen dan melaksanakan evaluasi diri.

5
Apabila belum memahami, sekolah dapat melakukan konsultasi kepada
BAN-SM mengenai pelaksanaan dan penggunaan instrumen tersebut;
(c) Mengingat jumlah data dan informasi yang diperlukan dalam proses
evaluasi diri cukup banyak, maka sebelum pengisian instrumen
evaluasi diri, perlu dilakukan pengumpulan berbagai dokumen yang
diperlukan sebagai sumber data dan informasi.
Pelaksanaan akreditasi sekolah/madrasah memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya peningkatan mutu
Sekolah/Madrasah dan rencana pengembangan Sekolah/Madrasah.
2. Dapat dijadikan sebagai motivator agar Sekolah/Madrasah terus
meningkatkan mutu pendidikan secara bertahap, terencana, dan kompetitif
baik di tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional bahkan regional dan
internasional.
3. Dapat dijadikan umpan balik dalam usaha pemberdayaan dan
pengembangan kinerja warga Sekolah/Madrasah dalam rangka
menerapkan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan program
Sekolah/Madrasah.
4. Membantu mengidentifikasi Sekolah/Madrasah dan program dalam rangka
pemberian bantuan pemerintah, investasi dana swasta dan donatur atau
bentuk bantuan lainnya.
5. Bahan informasi bagi Sekolah/Madrasah sebagai masyarakat belajar
untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah, masyarakat, maupun
sektor swasta dalam hal profesionalisme, moral, tenaga dan dana.
6. Membantu Sekolah/Madrasah dalam menentukan dan mempermudah
kepindahan peserta didik dari satu sekolah ke sekolah lain, pertukaran guru
dan kerjasama yang saling menguntungkan.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan betapa pentingnya akreditasi
sekolah bagi upaya peningkatan mutu dan layanan serta penjaminan mutu sebuah
satuan pendidikan.2
Hubungan Akreditasi Sekolah Dan Peningkatan Kinerja Sekolah

2
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

6
Berdasarkan berbagai hal di atas maka ada hubungan yang sangat erat
antara pelaksaaan akreditasi sekolah dengan upaya peningkatan kinerja sekolah.
Sekolah yang akan dilakukan akreditasi maka seluruh komponen yang terlibat di
dalamnya baik kepala sekolah, guru, staf tata usaha, komite sekolah, siswa dan
stake holder lainnya harus benar-benar bekerjasama dan meningkatkan kinerjanya
sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Apabila setiap
komponen yang terlibat bekerja sesuai dan memenuhi instrument akreditasi maka
akan ada peningkatan kinerja dari sekolah itu.
Sekolahnya pernah dilakukan akreditasi maka sebelum dilakukan
akreditasi, sekolah melakukan berbagai persiapan yaitu dengan membentuk Tim
yang membidangi 8 standar yang akan dilakukan penilaian sesuai ketentuan
BNSP. Tugas dari masing-masing tim adalah mencermati dan menyiapkan bukti
fisik dari indicator dan instrument yang ada dalam penilaian akreditasi tersebut.
Melalui bimbingan dari pengawas sekolah yang ditunjuk sebagai pendamping
maka semua komponen sekolah yang terlibat menyiapkan diri dengan sebaik-
baiknya. Sesuai dengan prosedur yang ada setelah semua persiapan dianggap
cukup maka sekolah mengisi instrument akreditasi sebagai bentuk melakukan
evaluasi diri dan dikirimkan ke badan akreditasi sekolah/madrasah tingkat
provinsi. Selanjutnya sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh BAS/M
provinsi ditindaklunjuti dengan visitasi atau penilaian. Proses menyiapkan diri
untuk diakreditasi inilah yang terlihat adanya upaya sekolah untuk meningkatkan
kinerja sekolah yaitu masing-masing warga sekolah bekerja sesuai dengan
indicator dan instrument akreditasi yang ada dengan harapan untuk memperoleh
penilaian kinerja yang terbaik.
 Dampak Akreditasi Sekolah Dalam Peningkatan Kinerja Sekolah
Dampak Akreditasi sekolah dalam peningkatan kinerja sekolah
menunjukkan hal yang signifikan. Dengan adanya akreditasi sekolah
mengharuskan stake holder yang ada dalam suatu sekolah menyiapkan segala
bentuk perangkat yang akan dinilai untuk memenuhi kriteria seperti yang
diharapkan. Adapun dampak yang lain dapat berupa dampak yang bersifat positif
dan dampak yang berakibat negative.

7
Dampak positif dari akreditasi sekolah antara lain:
1. Tumbuhnya kesadaran dari warga sekolah untuk meningkatkan kinerja
sesuai dengan tupoksinya masing-masing baik sebagai kepala sekolah,
guru, staf TU, siswa dan komite sekolah.
2. Tumbuhnya kesadaran dari warga sekolah untuk memberikan dan
meningkatkan pelayanan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam
proses akreditasi.
3. Tumbuhnya kesadaran bekerjasama seluruh komponen sekolah untuk
mendapatkan penilaian yang terbaik terkait hasil dari akreditasi.
4. Mengetahui kekurangan yang dimiliki oleh sekolah sebagai bahan
perbaikan dan pembinaan sekolah ke depan.
5. Tumbuhnya kesadaran meningkatkan mutu pendidikan melalui pencapaian
standar yang telah ditetapkan.
6. Tumbuhnya kebanggaan dari segenap warga sekolah dan
mempertahankan hasil akreditasi apabila telah memperoleh yang terbaik
misalnya terakreditasi A.
Dampak negative dari akreditasi sekolah antara lain:
1. Peningkatan kinerja dari komponen sekolah hanya sebatas ketika akan
dilakukan akreditasi sementara setelah selesai akan kembali seperti
semula.
2. Adanya berbagai macam rekayasa data hanya sekedar untuk memenuhi
penilaian sementara pada proses yang sebenarnya tidak dilakukan seperti
dalam pembuatan bukti-bukti fisik.
3. Status akreditasi kurang membawa pengaruh bagi pembinaan sekolah
karena hanya sekedar member status dan label.3
Dalam kenyataan di lapangan bahwa akreditasi sekolah lebih banyak
dimaknai untuk memperoleh status dan pengakuan secara formal saja. Sementara
makna sesungguhnya belum banyak diketahui dan dilaksanakan secara sungguh-
sungguh. Ini terbukti bahwa kinerja sekolah akan meningkat ketika akan
dilakukan kegiatan akreditasi dengan menyiapkan seluruh perangkat administrasi

3
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 52 tahun 2008 Kriteria Dan Perangkat

8
sesuai dengan instrument yang ada, sementara setelah akreditasi berlangsung dan
memperoleh sebuah pengakuan maka kinerja dari komponen sekolah kembali
seperti semula.
B. Akreditasi Pada Perguruaan Tinggi
Mutu program studi merupakan cerminan dari totalitas keadaan dan
karakteristik masukan, proses, keluaran, hasil, dan dampak, atau layanan/kinerja
program studi yang diukur berdasarkan sejumlah standar yang ditetapkan itu.
Saat ini setiap perguruan tinggi baik negeri maupun swasta harus
melakukan akreditasi. Kemendiknas sudah menetapkan bila suatu program studi
(prodi) dari suatu perguruan tinggi (PT) tidak melakukan akreditasi, setelah tahun
2012, maka prodi tersebut tidak akan diperbolehkan mengeluarkan ijasah. Dan
UU perguruan tinggi juga sudah mewajibkan akreditasi sebagai syarat pemberian
izin bagi perguruan tinggi.
Akreditasi dipahami sebagai penentuan standar mutu serta penilaian
terhadap suatu lembaga pendidikan (dalam hal ini pendidikan tinggi) oleh pihak di
luar lembaga pendidikan itu sendiri. Mengingat adanya berbagai pengertian
tentang hakikat perguruan tinggi (Barnet, 1992) maka kriteria akreditasi pun dapat
berbeda-beda. Barnet menunjukkan, bahwa setidak-tidaknya ada empat pengertian
atau konsep tentang hakikat perguruan tinggi :
1. Perguruan tinggi sebagai penghasil tenaga kerja yang bermutu (qualified
manpower). Dalam pengertian ini pendidikan tinggi merupakan suatu
proses dan mahasiswa dianggap sebagai keluaran (output) yang
mempunyai nilai atau harga (value) dalam pasaran kerja, dan keberhasilan
itu diukur dengan tingkat penyerapan lulusan dalam masyarakat
(employment rate) dan kadang-kadang diukur juga dengan tingkat
penghasilan yang mereka peroleh dalam karirnya.
2. Perguruan tinggi sebagai lembaga pelatihan bagi karier peneliti. Mutu
perguruan tinggi ditentukan oleh penampilan/prestasi penelitian anggota
staf. Ukuruan masukan dan keluaran dihitung dengan jumlah staf yang
mendapat hadiah/penghargaan dari hasil penelitiannya (baik di tingkat
nasional maupun di tingkat internasional), atau jumlah dana yang diterima

9
oleh staf dan/atau oleh lembaganya untuk kegiatan penelitian, ataupun
jumlah publikasi ilmiah yang diterbitkan dalam majalah ilmiah yang
diakui oleh pakar sejawat (peer group).
3. Perguruan tinggi sebagai organisasi pengelola pendidikan yang efisien.
Dalam pengertian ini perguruan tinggi dianggap baik jika dengan sumber
daya dan dana yang tersedia, jumlah mahasiswa yang lewat proses
pendidikannya (throughput) semakin besar.
4. Perguruan tinggi sebagai upaya memperluas dan mempertinggi
pengkayaan kehidupan. Indikator sukses kelembagaan terletak pada
cepatnya pertumbuhan jumlah mahasiswa dan variasi jenis program yang
ditawarkan. Rasio mahasiswa-dosen yang besar dan satuan biaya
pendidikan setiap mahasiswa yang rendah juga dipandang sebagai ukuran
keberhasilan perguruan tinggi.4
C. Tujuan Akreditasi Di Perguruan Tinggi
1. Memberikan jaminan bahwa program studi yang terakreditasi telah
memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh BAN-PT dengan merujuk
pada standar nasional pendidikan yang termaktub dalam Peraturan
Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
sehingga mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat dari
penyelenggaraan program studi yang tidakmemenuhi standar yang
ditetapkan itu.
2. Mendorong program studi untuk terus menerus melakukan perbaikan dan
mempertahankan mutu yang tinggi
3. Hasil akreditasi dapat dimanfaatkan sebagai dasar pertimbangan dalam
transfer kredit perguruan tinggi, pemberian bantuan dan alokasi dana, serta
pengakuan dari badan atau instansi yang lain.5
D. Model Akreditasi
Ada dua model akreditasi yang dikembangkan oleh BAN-PT, yaitu
akreditasi program studi dan akreditasi institusi perguruan tinggi :

4
Akreditasi SMA/MA
5
Sumber referensi: http://ban-pt.kemdiknas.go.id

10
1. Model Akreditasi Program Studi
Dalam model Akreditasi program studi BAN-PT melakukan penilaian
berdasarkan stantdar-standar sebagai berikut :
a. Dimensi
 Masukan (INPUT)
 Proses (PROCESS)
 Luaran dan hasil (OUTPUT dan OUTCOME)
b. Standar Akreditasi Pada Perguruan Tinggi
 Jatidiri, Visi, Misi , dan Tujuan
 Pengelolaan Lembaga dan Program
 Mahasiswa dan Bantuan
 Kurikulum
 Ketenagaan : Dosen dan Tenaga Pendukung
 Sarana dan Prasarana
 Pendanaan
 Proses Pembelajaran dan Penilaian Hasil Belajar
 Penelitian, Publikasi dan Thesis
 Suasana Akademik
 Pengabdian Kepada Masyarakat
 Sistem peningkatan dan pengendalian mutu
 Sistem Informasi
 Lulusan.6
c. Aspek
 Relevansi (Relevancy) merupakan tingkat keterkaitan tujuan maupun
hasil/ keluaran program studi dengan kebutuhan masyarakat di
lingkungannya maupun secara global.
 Suasana Akademik (Academic Atmosphere) menunjukkan iklim yang
kondusif bagi kegiatan akademik, interaksi antara dosen dan mahasiswa,

6
http://newspaper.pikiran rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=169250

11
antara sesama mahasiswa, maupun antara sesama dosen untuk
mengoptimalkan proses pembelajaran.
 Pengelolaan Institusi (Institutional Management) yang mencakup
Kelayakan (Appropriateness) dan Kecukupan (Adequacy). Dimana
Kelayakan yang menunjukkan tingkat ketepatan (kesesuaian) unsur
masukan, proses, keluaran, maupun tujuan program ditinjau dari ukuran
ideal secara normatif, sedangkan Kecukupan menunjukkan tingkat
ketercapaian persyaratan ambang yang diperlukan untuk penyelenggaraan
suatu program
 Keberlanjutan (Sustainability) mancakup Keberlanjutan (Sustainability)
dan Selektivitas (Selectivity). Dimana Keberlanjutan menggambarkan
keberlangsungan program yang dijamin oleh ketersediaan masukan,
aktivitas pembelajaran, maupun pencapaian hasil yang optimal, sedangkan
Selektivitas menunjukkan bagaimana penyelenggara program memilih
unsur masukan, aktivitas proses pembelajaran, penelitian, dan penentuan
prioritas hasil/keluaran berdasarkan pertimbangan kemampuan/ kapasitas
yang dimiliki.
 Efisiensi (Efficiency) yang mencakup Efisiensi (Efficiency), Efektivitas
(Effectiveness) dan Produktivitas (Productivity). Dimana Efisiensi
menunjuk tingkat pemanfaatan masukan (sumberdaya) terhadap hasil yang
didapat dari proses pembelajaran, dan Efektivitas adalah tingkat
ketercapaian tujuan program yang telah ditetapkan yang diukur dari
hasil/keluaran program, sedangkan Produktivitas menunjukkan tingkat
keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukan dalam memanfaatkan
masukan.
2. Model Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi
Dalam model Akreditasi institusi perguruan tinggi BAN-PT melakukan
penilaian institusi perguruan tinggi dengan memperhatikan dua komitmen inti,
yaitu :
a. Komitmen Inti Pertama: Kapasitas Institusi

12
Kapasitas institusi dicerminkan dalam ketersediaan dan kecukupan
berbagai perangkat dasar yang diperlukan untuk menyelenggarakan
pendidikan, seperti:
 Eligibilitas, integritas, visi, misi, tujuan, dan sasaran
 Tata pamong (governance)
 Sistem Pengelolaan
 Sumber daya manusia
 Prasarana dan sarana
 Keuangan
 Sistem informasi
b. Komitmen Inti Kedua : Efektifitas Pendidikan
Efektifitas pendidikan dicerminkan dengan tersedianya sejumlah
masukan, proses dan suasana yang diperlukan dalam proses pendidikan serta
produk kegiatan akademik seperti:
 Kemahasiswaan
 Kurikulum
 Sistem pembelajaran
 Penelitian, publikasi, karya inovatif lainnya, pengabdian kepada
masyarakat
 Sistem jaminan mutu
 Suasana akademik
 Lulusan
 Mutu Program Studi
APA SAJA YANG DINILAI ?
Penilaian akreditasi Perguruan Tinggi meliputi:
• Kurikulum dari setiap program pendidikan
• Jumlah tenaga pendidik
• Keadaan mahasiswa
• Kordinasi pelaksanaan pendidikan, termasuk persiapan sarana dan
prasarana

13
• Kesiapan administrasi akademik, kepegawaian, keuangan dan rumah
tangga dari perguruan tinggi.
• Melihat point yang akreditasi, tentunya membuat setiap PT tidak
sembarang menyiapkan suatu prodi. Kesiapan dari kurikulum maupun
tenaga pengajar serta tenanga pembantu non akademik juga
diperhatikan. Belum lagi kesiapan secara administrasi yang sangat
penting untuk berjalannya suatu organisasi.
APAKAH PENTING ?
Melihat tujuan dan cara penilaian, tentu saja akreditasi adalah penting.
Akreditasi adalah suatu bentuk standardisasi. Dalam rekayasa teknologi,
penggunaan standard yang sama memungkinkan semua elemen yang berbeda bisa
di integrasikan. Sebagai contoh misalnya saja ukuran ban mobil. Dengan adanya
standard yang sama, berbagai perusahaan berbeda bisa membuat versi ban
mobilnya sendiri, tapi tetap bisa dipasangkan ke suatu mobil.
Standardisasi pendidikan sangat penting bila kita menginginkan
pendidikan kita maju. Dengan standard yang sama, maka lulusan sarjana teknik
dari PT A, akan relatif sejajar dengan sarjana teknik dari PT B.
Tapi apakah mudah dalam implementasinya? Tentunya tidak. Suatu PT
wajib berusaha mempersiapkan jumlah dosen tetapnya. Hal ini menjadi masalah
yang cukup berat untuk PT swasta yang masih baru, dan akhirnya banyak yang
meminjam dosen dari luar. Hal ini akan menjadi masalah ketika masa akreditas
berakhir. Berakhirnya masa akreditas mengharuskan suatu Prodi mempersiapkan
kembali persyaratan untuk mendapatkan akreditas, dan bukan tidak mungkin
akreditasi yang semula A menjadi turun. Dan dari 11267 program studi saat ini
tercatat 2684 program studi harus kembali di akreditasi.
Akreditasi diperlukan untuk menjamin mutu dari suatu lembaga
pendidikan. Selain itu untuk masyarakat umum, akreditasi juga bisa menjadi alat
untuk mengukur kesiapan suatu PT untuk melakukan proses pendidikan. Tapi
sayangnya saat ini masih banyak PT yang belum terakreditasi, termasuk beberapa

14
PT negeri. Walaupun demikian jumlah PT swasta yang belum terakreditasi jauh
lebih banyak daripada PT negeri.7
Salah satu alasannya adalah banyak PT swasta yang sudah keburu tutup
karena memiliki jumlah mahasiswa yang sedikit. Bahkan menurut Prof. Abdul
Hakim, Koordinator Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) IV Jawa
Barat dan Banten, banyak PT swasta yang tahun ini menerima mahasiswa tetapi
tahun depan tidak.

Jadi akreditasi ini penting untuk menjaga mutu. Program Studi yang tidak
bisa menjaga kestabilan mutunya akan „jatuh‟. Dan akhirnya masyarakatlah yang
akan di untungkan. Tapi hingga saat ini masih ada nada miring tentang akreditasi
ini, terutama protes dari pihak yang turun nilai akreditasinya. Jika memang mutu
selalu terjaga maka seharusnya nilai akreditasi tidak turun. Bila dengan standard
yang sama, tapi telah terjadi penurunan, pastilah ada yang salah.
REALITAS DILAPANGAN
Di lapangan ternyata dalam melakukan persiapan akreditasi, banyak
ditemukan PT yang meminjam dosen dari luar, belum lagi yang melakukan
persiapan asal-asalan karena tanpa akreditasi mereka sudah merasa cukup
diminati.
Kenyataan yang terjadi di lapangan, bahwa status akreditasi ini kerap
menjadi pro dan kontra baru di kalangan pengguna lulusan, termasuk masyarakat
umum, terlebih lagi pada lingkungan akademik baik lingkup negeri maupun
swasta. Sebab di tengah tuntutan pencari kerja yang berbekal ijasah yang tidak
terakreditasi dipastikan tidak akan lolos dalam seleksi pemberkasan administrasi
yang mensyaratkan akreditasi program studi minimal B, khusus pada seleksi
CPNS. Sehingga banyaknya program studi di kampus negeri dan swasta yang
belum terakreditasi B, merasa sangat dirugikan dengan regulasi pemerintah ini,
padahal infrastruktur akreditasi belum berjalan baik, dalam hal ini lambatnya
proses akreditasi oleh BAN-PT.

7
http://www1.kompas.com/read/xml/2010/08/12/16221932/ban.rugikan.perguruan.tinggi

15
Persoalan lainnya adalah keterbatasan SDM Kampus, dimana staf dosen
yang mengajar tetap di kampus rata-rata masih bergelar sarjana (S1) jarang yang
Magister (s2) apalagi (S3), kalaupun ada masih dalam proses penyelesaian studi,
inipun membutuhkan waktu yang tidak singkat. Maka terkadang untuk menyiasati
kelangkaan SDM ini biasanya kampus swasta dibantu oleh staf dosen dari kampus
negeri yang dikaryakan di PT Swasta tersebut guna menutupi kekosongan yang
ada, hal ini wajar terjadi karena tugas pokok dosen dan fungsi Dosen sendiri
selain melakukan aktivitas pendidikan pengajaran dan penelitian, juga wajib
melakukan pengabdian baik di masyarakat maupun lembaga pendidikan.
Jangankan di daerah di berbagai kota Besar program karya dosen negeri di
berbagai kampus swasta menjadi sangat berarti untuk menutupi kekosongan yang
ada.
Namun rupanya hal ini pula yang menjadi titik lemah manajemen kampus
swasta, karena cenderung selalu menggantungkan pada SDM dosen Negeri, atau
Dosen yang diperbantukan,
sehingga perekrtutan dosen baru sangat lambat terjadi, untuk regenerasi pengajar
di kampus swasta. atau bisa dikatakan jarang ada atau bahkan tidak ada sama
sekali. Sehingga tidak aneh jika kemudian jarang ada Dosen yang kompetensinya
sebidang yang melamar dan menjadi pengajar pada program studi tersebut. Sebab
syarat mutlak program terakreditasi adalah sebidang dengan program studi atau
mata kuliah yang diajarkan pada program studi tersebut. Mungkin karena
kebijakan kampus swasta yang membatasi atau ketiadaan anggaran untuk
merekrut dosen baru baik dari yayasan atau kopertis sehingga, tetap saja ketika
datang kebijakan akreditasi untuk menilai sebesar apa kompetensi SDM di
kampus tersebut, tidak masuk dalam hitungan jika dosen yang ada adalah dosen
yang dikaryakan atau yang diperbantukan, bukan dosen asal program studi atau
kampus tersebut.
Rata-rata kampus yang memiliki program studi yang memperoleh
akreditasi baik adalah yang SDM atau tenaga pengajarnya rata-rata magister (s2)
bahkan doktor (s3) dan sebidang keilmuannya, selain itu berimbang dengan
jumlah mahasiswa. Jika tidak maka, inilah yang menjadi faktor menghambat

16
akreditasi program studi, akreditasi fakultas, termasuk akreditasi universitas.
Selain keterbatasan dosen tetap di tiap program studinya, yang tidak berimbang
dengan jumlah mahasiswa. ironinya fenomena ini bukan saja terjadi di kampus
swasta, melainkan tidak jarang terjadi di kampus negeri sekalipun.
LANTAS BAGAIMANA MENGHADAPINYA ?
Sebenarnya mereka yang sedang bermasalah dengan yang namanya
akreditasi tidak perlu khawatir secara berlebihan, sebab yang mengalami hal ini
bukan saja di tingkat dearah semata, tetapi dalam skala nasional. Jika kita
menelusuri berbagai sumber di media, ada ratusan kampus swasta yang masih
terhambat akreditasi dan kini sedang dicarikan solusinya dengan membentuk
Lembaga Akreditasi Mandiri secepatnya sebelum diberlakukan UU No.12/2012
tentang pendidikan tinggi Agustus tahun depan, guna mempercepat proses
akreditasi agar jelas lulusannya dan alumni sarjananya bisa digunakan di dunia
kerja dan bermanfaat bagi masyarakat.
Selebihnya kampus swasta atau yang menaunginya yakni kopertis harus
menjalin komunikasi yang harmonis dan transparan termasuk kepada para
mahasiswanya terlebih lagi masyarakat. Sebab bisa jadi hal yang biasa ini menjadi
luar biasa dikarenakan terjadi sumbatan komunikasi dan jika sumbatan ini
mengalami „masuk angin‟ atau ada muatan tertentu akan berimbas ke hal-hal lain
yang tidak substansial.8
Secara praktis dalam jangka panjang atau secepatnya lingkup universitas
hingga program studi minimal sudah memprsiapkan tim kecil persiapan sekaligus
pematangan akreditasi yang biasanya terdiri tim tujuh untuk mempersiapkan hal-
hal teknis yang berkaitan dengan tujuh standar akreditasi BAN-PT antara lain
:
1). Standar visi dan misi,
2). Standar tata pamong universitas,
3). Standar kemahasiswaan dan lulusan,
4).Standar SDM,

8
http://www.mediaindonesia.com/read/2010/10/11/174208/70/13/Akreditasi-yang
Diskriminatif/18

17
5). Standar Kurikulum dan pembelajaran dan suasana akademik, dan
6). Standar penelitian dan Pengabdian kepada masyarakat. Karena
pengalaman penulis pekerjaan persiapan praktis inilah yang cukup
menyita waktu dalam persiapan akreditas.
Sebab terlepas dari polemik akreditasi antara benci dan rindu, penulis
melihat ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh PT dalam proses
akreditasi tersebut, baik oleh BAN-PT maupun LAM. Seperti yang diungkap juga
oleh M. Budi Jatmiko dalam presentasinya pada sosialisasi LAM, Desember
2012, bahwa pada proses akreditasi yang harus diperhatikan adalah reliabilitas dan
validitas butir-butir penilaian yang penetapan skor oleh asesornya berdasarkan
data yang ada pada Borang Akreditasi serta fakta yang terungkap saat visitasi.
Bukan rahasia lagi bahwa butir-butir penilaian akreditas membuat sejumlah PT
“mules-mules”. Apalagi pada versi terbaru, standarnya lebih berat dan sebagian
besar dari indikatornya bersifat kuantitatif yang sulit dicapai untuk meraih nilai
tinggi. Memang bukan masalah sulit atau gampangnya meraih nilai, namun
apakah butir-butir tersebut bisa menunjukkan mutu yang sesungguhnya dari
sebuah PT atau program studi.
Memang benar bahwa Proses akreditasi kadang atau mungkin sering
menjadi momok menakutkan bagi pengelola Perguruan Tinggi (PT) di Indonesia,
khususnya bagi Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Karena Prosesnya terutama pada
saat penyiapan borang dan visitasi yang sering membuat jungkir-balik, mengelus
dada, menyedot emosi, atau berujung kecewa. Hasil evaluasinya pun bisa menjadi
vonis mematikan. Tetapi apapun itu harus dicoba dan dijalani.9

9
http://ban-pt.depdiknas.go.id/index.php?lang=in

18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
akreditasi sekolah akan memacu komponen sekolah untuk meningkatkan kinerja
dan meningkatkan pelayanan, karena kinerja sekolah akan dinilai sesuai dengan
criteria berdasarkan indicator dan instrument yang ada. Penilaian Akreditasi
sekolah membawa dampak positif terhadap warga sekolah untuk tumbuhnya
kesadaran memberikan pelayanan yang terbaik dan melakukan pemenuhan
berbagai standar yang telah ditetapkan. Penilaian akreditasi sekolah juga
menjadikan tumbuhnya kerjasama diantara warga sekolah untuk memperoleh
status akreditasi yang terbaik.
Penilaian akreditasi juga bisa berdampak negative manakala warga
sekolah hanya berusaha untuk memperoleh nilai dan status akan tetapi untuk
memperolehnya dengan cara melakukan rekayasa data, akibatnya setelah
penilaian akreditasi sekolah selesai akan kembali seperti semula dan baru akan
tumbuh semangatnya kembali saat akan diakreditasi.
Jadi Akreditasi sangat diperlukan untuk standar ukuran tentang mutu
pendidikan pada suatu lembaga pendidikan perguruan tinggi,dimana setiap
perguruan tinggi harus bisa meningkatkan mutu dan daya saing terhadap lulusan
nya dan dapat menjamin tentang proses belajar mengajar pada perguruan tinggi
tersebut,dan sebagai acuan untuk memberikan informasi tentang sudah siapnya
suatu perguruan tinggi tersebut dalam melakukan kegiatan proses belajar
mengajar sesuai standarisasi yang diberikan oleh pemerintah (kemendiknas)
dalam tahap proses globalisasi pendidikan untuk daya saing secara global dimasa
datang.
B.Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis masih banyak kurang memiliki ilmu
tentang pemahaman akreditasi pada perguruan tinggi,dan penulis juga kesulitan
dalam mencari referensi yang berkaitan dengan topik ini dikarenakan penulis
hanya menggunakan sumber dari site BAN-PT online.

19
DAFTAR PUSTAKA

Undang Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional


Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 52 tahun 2008 Kriteria Dan Perangkat
Akreditasi SMA/MA.
Sumber referensi: http://ban-pt.kemdiknas.go.id
 http://newspaper.pikiran-
rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=169250
 http://newspaper.pikiran-
rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=169251
 http://www1.kompas.com/read/xml/2010/08/12/16221932/ban.rugikan.per
guruan.tinggi
 http://www.mediaindonesia.com/read/2010/10/11/174208/70/13/Akredita
si-yang Diskriminatif/18
 http://ban-pt.depdiknas.go.id/index.php?lang=in

20

Vous aimerez peut-être aussi