Vous êtes sur la page 1sur 64

BAB I

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. KONSEP KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling tergantung.(Depkes RI, 1988).
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang bergabung karena ikatan tertentu
untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional serta mengodentifikasi diri
mereka sebagai bagian dari keluarga.(Friedman, 1998).
2. Tipe/Bentuk Keluarga
Dalam masyarakat ditemukan tipe/bentuk keluarga:
a. Keluarga Inti (Nuclear Family): keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-
anak.
b. Keluarga Besar (Extended Family): keluarga inti ditambah sanak saudara
misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dsb.
c. Keluarga Berantai (Serial Family): keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga Duda/Janda (Single Family): keluarga yang terjadi karena perceraian
atau kematian.
e. Keluarga Berkomposisi (Composite): keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation): dua orang menjadi satu tanpa pernikahan
tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal yang
berhubungan dengan posisi dan situasi tertentu. Berbagai peran ayng terdapat dalam
keluarga adalah sebagai berikut:
a. Peran ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman,
kepala rumah tangga, anggota dari kelompok sosialnya dan anggota masyarakat.
b. Peran ibu sebagai isteri, ibu dari anaknya, mengurus rumah tangga, pengasuh,
pendidik dan pelindung bagi anak-anaknya, anggota kelompok social dan

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 1
anggota masyarakat serta berperan sebagai pencari nafkah tambahan bagi
keluarga.
c. Peran anak-anak sebagai pelaksana peran psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental dan spiritual.
4. Fungsi Keluarga
Fungsi dari keluarga adalah memenuhi kebutuhan anggota individu keluarga
dan masyarakat yang lebih luas, fungsi keluarga adalah:
a. Fungsi Afektif
Merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan dan kelangsungan
keluarga. Kebahagiaan keluarga diukur dengan kekuatan cinta keluarga.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak kegembiraan dan kebahagiaan
seluruh anggota keluarga, tiap anggota keluarga mempertahankan hubungan
yang baik.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial. Proses sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan
tempat individu untuk belajar sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin,
belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi dalam keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti makanan, pakaian dan tempat tinggal.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan
yaitu mencegah terjadi gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga
yang sakit. Kesanggupan keluarga untuk melaksanakan pemeliharaan kesehatan
dapat dilihat dari kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan,
membuat keputusan tindakan, memberikan perawatan, memelihara lingkungan
dan menggunakan fasilitas kesehatan.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 2
B. TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari sistem keluarga yang terjadi
dari waktu ke waktu meliputi perubahn interaksi dan hubungan di antara keluarga dari
waktu ke waktu. Perkembangan ini terbagi dalam beberapa tahapan, setiap tahapan
memiliki tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui
denagn sukses.
Menurut Duvall (1977) siklus kehidupan keluarga terdiri dari tahapan yang
mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan perkembangannya.
Adapun 8 tahapan perkembangan tersebut adalah:
 Tahap 1
Keluarga pemula: dimulai saat individu membentuk keluarga melalui perkawinan.
a. Tugas perkembangan:
1) Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.
2) Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.
3) Membina keluarga berencana.
Masalah kesehatan: masalah seksual, peran perkawinan, kehamilan
yangkurang direncanakan.
 Tahap 2
Keluarga dengan kelahiran anak pertama: dimulai sejak anak pertama lahir sampai
berusia 30 bulan.
a. Tugas perkembangan:
1) Perubahan peran menjadi orang tua.
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya.
Masalah kesehatan: Pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik,
pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi,
tumbuh kembang dan lain-lain
 Tahap 3
Keluarga dengan anak pra sekolah: dimulai anak pertama berusia 2,5 tahun
sampai dengan 5 tahun.
a. Tugas perkembangan:
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.
2) Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 3
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus dipenuhi.
4) Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga.
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Masalah kesehatan:
1) Masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada anak.
2) Masalah kesehatan psikososial: hubungan perkawinan, perceraian.
3) Persaingan antara kakak adik.
4) Pengasuhan anak.
 Tahap 4
Keluarga dengan anak usia sekolah: dimulia saat anak pertama berusia 6 tahun
samapi 13 tahun.
a. Tugas perkembangan:
1) Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2) Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
4) Meningkatkan komunikasi terbuka.
 Tahap 5
Keluarga dengan anak remaja: dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun sampai
19-20 tahun.
a. Tugas perkembangan:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
meningkatkan otonominya.
2) Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dn orang tua.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang keluarga.
5) Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan penyakit jantung.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 4
 Tahap 6
Keluarga dengan anak dewasa: dimulai saat anak pertama meninggalkan
rumah sampai anak terakhir, lamanya tergantung dengan jumlah anak atau
banyaknya anak belum menikah dan tinggal dalam rumah:
a. Tugas perkembangan:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
Masalah kesehatan:
1) Masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua tidak lancar.
2) Transisi peran suami istri.
3) Memberi perawatan.
4) Kondisi kesehatan kronis
5) Masalah menopause
6) Efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.
 Tahap 7
Keluarga dengan usia pertengahan: dimulai saat anak terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiunan atau salah satu pasangan meninggal.
a. Tugas perkembangan:
1) Mempertahankan kesehatan.
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan
anak-anak.
3) Meningkatkan keakraban pasangan.
Masalah kesehatan:
1) Promosi kesehatan.
2) Masalah hubungan dengan perkawinan.
3) Komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan lain-lain.
4) Masalah hubungan dengan perawatan.
 Tahap 8
Dengan usia lanjut: dimulai salah satu meninggal atau pension sampai dengan
dua-duanya meninggal.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 5
C. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA
1. Definisi
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat
dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana(Salviction G.
Bailon dan Araciles Maglaya), 1978).
2) Keluarga sebagai Unit Pelayanan
Beberapa hal berikut ini adalah alasan mengapa harus menjadi fokus sentral
dari perawatan:
Dalam sebuah unit keluarga disfungsi apa saja akan mempengaruhi satu atau
lebih anggota keluarga.
a. Ada hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya.
b. Melalui perawatan kesehatan keluarga akan meningkat derajat kesehatan
secara menyeluruh.
c. Upaya menemukan kasus dalam keluarga dan faktor resiko pada anggota
keluarga yang lain.
d. Pemahaman terhadap individu dan fungsinya dipandang dalam konteks
keluarga mereka.
e. Keluarga merupakan sistem pendukung vital bagi individu.
3) Peran Perawat
Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah:
a. Pendidik
Perawat memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga
dapat melakukan program Asuhan Keperawatan Keluarga secara mandiri dan
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari
berbagai disiplin agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik,
maupun di rumah sakit bertanggung jawab memberikan perawatan langsung.
d. Pengawas Kesehatan

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 6
Perawat harus melakukan kunjungan rumah yang teratur untuk
mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga.
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan.
f. Kolaborasi
Perawat harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau anggota
tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
g. Fasilitator
Peran disini adalah membantu keluarga di dalm menghadapi kendala
untuk meningkatkan derajat kesehatannya.
h. Modifikasi Lingkungan
Perawat dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah maupun
lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat.

D. PROSES KEPERAWATAN KELUARGA


1. Proses keperawatan
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis
untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan keluarga, merencanakan
asuhan keperawatan, melakukan intervensi keperawatan sesuai dengan rencana
yang telah disusun dan mengevaluasi asuhan yang telah diberikan terhadap
keluarga.
a. Tahap-tahap dalam proses keperawatan:
1) Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien atau keluarga dengan memakai norma-
norma kesehatan maupun sosial yang merupakan sistem terintegrasi dan
kesanggupan keluarga untuk mengatasinya.
2) Diagnosa Keperawatan
Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga ditetapkan
berdasarkan faktor resiko dan faktor potensial terjadinya penyakit atau
masalah kesehatan keluarga serta mempertimbangkan kemampuan dalam
mengatasi masalah kesehatannya.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 7
3) Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan didasarkan pada rencana asuhan yang telah
disusun. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan adalah sumber daya (keuangan), tingkat pendidikan keluarga,
adat istiadat yang berlaku, respon dan penerimaan keluarga serta sarana
yang dimiliki keluarga.
4) Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
Apabila dalam penilaian tujuan tidak tercapai, maka perlu dicari
penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu tujuan
tidak realistis, tindakan keperawatan yang tidak tepat dan faktor yang tidak
dapat diatasi.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 8
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN ISPA

A. Definisi
ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan
gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan.
(Meadow, Sir Roy. 2013)
ISPA (lnfeksi Saluran Pernafasan Akut) yang diadaptasi dari bahasa Inggris Acute
Respiratory hfection (ARl) mempunyai pengertian sebagai berikut:
a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
b. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli beserta organ
secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian atas.
c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlansung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil
untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
digolongkan ISPA. Proses ini dapat berlangsung dari 14 hari. (Suriadi, 20013)
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran
nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA
umumnya berlangsung selama 14 hari. Yang termasuk dalam infeksi saluran nafas
bagian atas adalah batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza,
bronchitis, dan juga sinusitis. Sedangkan infeksi yang menyerang bagian bawah
saluran nafas seperti paru itu salah satunya adalah Pneumonia. (Meadow, 2014)
1. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Saluran pernapasan dibagi atas dua bagian :
 Saluran Pernapasan Bagian Atas

Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas hidung, faring, laring, dan epiglotis,

yang berfungsi menyaring, menghangatkan, dan melembabkan udara yang

dihirup.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 9
a). Hidung

Bagian ini terdiri atas nares anterior (saluran di dalam lubang hidung)

yang memuat kelenjar sebaseus dengan ditutupi bulu kasar yang bermuara ke

rongga hidung. Bagian hidung lain adalah rongga hidung yang dilapisi oleh

selaput lendir yang mengandung pembuluh darah. Proses oksigenasi diawali

dari sini. Pada saat udara masuk melalui hidung, udara akan disaring oleh bulu-

bulu yang ada di dalam vestibulum (bagian rongga hidung), kemudian

dihangatkan serta dilembabkan.

b) Faring

Merupakan pipa yang memiliki otot, memanjang mulai dari dasar

tengkorak sampai dengan esofagus yang terletak di belakang naso faring (di

belakang hidung), di belakang mulut (orofaring), dan di belakang laring

(laringo faring).

c) Laring (Tenggorokan)

Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri atas

bagian tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan membran, yang terdiri

atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.

d) Epiglotis

Merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu menutup laring


ketika orang sedang menelan.

 Saluran Pernapasan Bagian Bawah


Saluran pernapasan bagian bawah terdiri atas trakhea, tandan bronkhus,

segmen bronkhus, dan bronkhiolus, yang berfungsi mengalirkan udara dan

memproduksi surfaktan.

a) Trakhea
Trakhea atau disebut sebagai batang tenggorok yang memiliki panjang

kurang lebih 9 cm dimulai dari laring sampai kira-kira setinggi vertebra

thorakalis kelima. Trakhea tersebut tersusun atas enam belas sampai dua puluh

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 10
lingkaran tidak lengkap yang berupa cincin. Trakhea ini dilapisi oleh selaput

lendir yang terdiri atas epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau

benda asing.

b). Bronkhus
Bentuk percabangan atau kelanjutan dari trakhea yang terdiri atas dua

percabangan yaitu kanan dan kiri. Pada bagian kanan lebih pendek dan lebar

dari pada bagian kiri yang memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah;

sedangkan bronkhus kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dalam

lobus atas dan bawah. Kemudian saluran setelah bronkhus adalah bagian

percabangan yang disebut sebagai bronkhiolus.

c). Paru
Merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Letak paru itu sendiri

di dalam rongga thoraks setinggi tulang selangka sampai dengan diafragma.

Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura yaitu pleura

parietalis dan pleura viseralis, kemudian juga dilindungi oleh cairan pleura

yang berisi cairan surfaktan. Paru sebagai alat pernapasan utama terdiri atas

dua bagian (paru kanan dan paru kiri) dan bagian tengah dari organ tersebut

terdapat organ jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut,

dengan bagian puncak disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat
elastis, berpori, dan memiliki fungsi pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida.

2. Fisiologi
Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi (pernapasan) di dalam tubuh

terdapat tiga tahapan yakni ventilasi, difusi, dan transportasi.

1). Ventilasi
Proses ini merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer

ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer, dalam proses ventilasi ini

terdapat beberapa hal yang mempengaruhi, di antaranya adalah perbedaan

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 11
tekanan antara atmosfer dengan paru. Semakin tinggi tempat maka tekanan

udara semakin rendah. Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan

udara semakin tinggi. Hal lain yang mempengaruhi proses ventilasi kemampuan

thoraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang

kempisnya, adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang

terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem

saraf otonom, terjadinya rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi

sehingga dapat terjadi vasodilatasi, kemudian kerja saraf parasimpatis dapat

menyebabkan konstriksi sehingga dapat menyebabkan vasokonstriksi atau

proses penyempitan, dan adanya refleks batuk dan muntah juga dapat

mempengaruhi adanya proses ventilasi, adanya peran mukus ciliaris yang

sebagai penangkal benda asing yang mengandung interveron dapat mengikat

virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah komplians (complience) dan

recoil yaitu kemampuan paru untuk berkembang yang dapat dipengaruhi oleh

berbagai faktor, di antaranya surfaktan yang terdapat pada lapisan alveoli yang

berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan masih ada sisa udara

sehingga tidak terjadi kolaps dan gangguan thoraks atau keadaan paru itu

sendiri. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, surfaktan

disekresi saat klien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO2 atau kontraksi atau menyempitnya paru. Apabila complience

baik akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat keluar secara maksimal.

Pusat pernapasan yaitu medula oblongata dan pons pun dapat mempengaruhi

proses ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat

pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik

merangsang pusat pernapasan dan bila pCO2 kurang dari sama dengan 80

mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 12
2) Difusi Gas
Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan

CO2 kapiler dengan alveoli. Dalam proses pertukaran ini terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhinya, di antaranya, pertama, luasnya permukaan

paru. Kedua, tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli

dan interstisial keduanya. Ini dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi

proses penebalan. Ketiga, perbedaan tekanan dan konsentrasi O2, hal ini dapat

terjadi seperti O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O2

dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena pulmonalis

(masuk dalam darah secara berdifusi) dan pCO2 dalam arteri pulmonalis juga

akan berdifusi ke dalam alveoli. Keempat, afinitas gas yaitu kemampuan untuk

menembus dan saling mengikat Hb.

3) Transportasi Gas
Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2

jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb

membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (3%). Kemudian

pada transportasi CO2 akan berikatan dengan Hb membentuk

karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (5%), kemudian sebagian

menjadi HCO berada pada darah (65%).


Pada transportasi gas terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, di

antaranya curah jantung (cardiac output) yang dapat dinilai melalui isi sekuncup

dan frekuensi denyut jantung. Isi sekuncup ditentukan oleh kemampuan otot

jantung untuk berkontraksi dan volume cairan. Frekuensi denyut jantung dapat

ditentukan oleh keadaan seperti over load atau beban yang dimiliki pada akhir

diastol. Pre load atau jumlah cairan pada akhir diastol, natrium yang paling

berperan dalam menentukan besarnya potensi aksi, kalsium berperan dalam

kekuatan kontraksi dan relaksasi. Faktor lain dalam menentukan proses

transportasi adalah kondisi pembuluh darah latihan/olahraga (exercise),

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 13
hematokrit (perbandingan antara sel darah dengan darah secara keseluruhan atau

HCT/PCV), eritrosit, dan Hb.(Hidayat A. Aziz Alimul, 2014).

3. Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan richetsia. Bakteri

penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus,

Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella dan Corinebacterium. Virus penyebab

ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus,

Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus dan lain-lain. (Suriadi, 2014).

4. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:

a. Pneumonia berat : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada

kedalam (chest indrawing).

b. Pneumonia : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

c. Bukan pneumonia : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis,

faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia. (Rasmaliah, 2014).

5. Patofisiologi
Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus

dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan


menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran pernafasan bergerak ke

atas mendorong virus ke arah faring atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus

oleh laring. Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan

lapisan mukosa saluran pernafasan. (Colman, 1992). Iritasi virus pada kedua

lapisan tersebut menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan

dinding saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang

banyak terdapat pada dinding saluran pernafasan, sehingga terjadi pengeluaran

cairan mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan yang berlebihan

tersebut menimbulkan gejala batuk. Sehingga pada tahap awal gejala ISPA yang

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 14
paling menonjol adalah batuk. (Colman, 1992). Adanya infeksi virus merupakan

predisposisi terjadinya infeksi sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut

terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme

perlindungan pada saluran pernafasan terhadap infeksi bakteri sehingga

memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat pada saluran pernafasan atas

seperti streptococcus pneumonia, haemophylus influenza dan staphylococcus

menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi sekunder bakteri ini

menyebabkan sekresi mukus bertambah banyak dan dapat menyumbat saluran

pernafasan sehingga timbul sesak nafas dan juga menyebabkan batuk yang

produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan adanya fakor-faktor seperti

kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan

adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran pernafasan dapat menimbulkan

gangguan gizi akut pada bayi dan anak. Virus yang menyerang saluran

pernafasan atas dapat menyebar ke tempat-tempat yang lain dalam tubuh,

sehingga dapat menyebabkan kejang, demam, dan juga menyebar ke saluran

pernafasan bawah. Dampak infeksi sekunder bakteri pun menyerang saluran

pernafasan bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan

dalam saluran pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat

menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Colman,


1992). Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan

aspek imunologis saluran pernafasan terutama dalam hal bahwa sistem imun di

saluran pernafasan yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan

sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran pernafasan yang terdiri

dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas sistem imun

mukosa.Ciri khas berikutnya adalah bahwa imunoglobulin A (IgA) memegang

peranan pada saluran pernafasan atas sedangkan imunoglobulin G (IgG) pada

saluran pernafasan bawah. Diketahui pula bahwa sekretori IgA sangat berperan

dalam mempertahankan integritas mukosa saluran pernafasan. (Colman, 2014).

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 15
6. Pathway Keperawatan
Invasi Kuman

Peradangan pada
Sistem imun menurun
Saluran pernafasan
Kuman
melepas
endotyoksin Resiko infeksi
Merangsang mekanisme
pertahanan tubuh terhadap
adanya mikroorganisme Ketidak mampuan
gastroenteritis
Merangsang tubuh untuk
melepas zat pirogen oleh
leukosit Rangsangan epiglas
Meningkatkan produksi
mucus sel-sel basilia
sepanjang saluran pernafasan
Hipotalamus ke Respon mual/ muntah
bagian termoregulator
Ketidak nutrisi kurang
dari kebutuhan kurang
Peningkatan sekresi mucus
darikebutuhan
pada jalan nafas
Suhu tubuh tubu8hgastroenteritis
meningkat

Suplai o2 dan kebutuhan


Obstruksi jalan nafas
tidak tercapai
Hipertermia

Kompensasi otot Ketidakefektifan


bersihan jalan nafas

Penggunaan otot bantu

Keletihan / kekuatan otot

Ketidakefektifan pola
nafas

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 16
7. Manifestasi Klinik
a. Tanda dan gejala dari penyakit ISPA adalah sebagai berikut :
1) Batuk
2) Nafas cepat
3) Bersin
4) Pengeluaran sekret atau lendir dari hidung
5) Nyeri kepala
6) Demam ringan
7) Tidak enak badan
8) Hidung tersumbat
9) Kadang-kadang sakit saat menelan
b. Tanda-tanda bahaya klinis ISPA :
1) Pada sistem respiratorik adalah : tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi
dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau
hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
2) Pada sistem cardial adalah : tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi
dan cardiac arrest.
3) Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bendung, kejang dan koma.
4) Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak (Naning R, 2012).
8. Pemeriksaan Penunjang
a) EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san
kerusakan pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial.
Kenaikan segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard
menunjukkan adanya aneurime ventricular. EKG dapat mengungkapkan adanya
takikardi, hipertrofi bilik jantung dan iskemik( jika disebabkan oleh AMI).
b) Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam
fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
c) Scan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan
dinding.
d) Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan indikasi dan membantu
membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau
insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras disuntikkan

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 17
kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi fraksi/perubahan
kontrktilitas.
e) Foto thorak dapat mengungkapkan adanya pembesaran jantung, edema atau
efusi fleura yang menegaskan diagnisa CHF.
f) Elektrolit serum yang mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga
hasil hemodilusi darah dari adanya kelebihan retensi air. (Nursalam M, 2014)
9. Penatalaksanaan
Obat –obat yang digunakan antara lain :
a) Antagonis kalsium, untuk memperbaiki relaksasi miokard dan menimbulkan
vasodilatasi koroner.
b) Beta bloker, untuk mengatasi takikardia dan memperbaiki pengisian ventrikel.
c) Diuretika, untuk gagal jantung disertai udem paru akibat disfungsi
diastolik. Bila tanda udem paru sudah hilang, maka pemberian diuretika harus hati-
hati agar jangan sampai terjadi hipovolemia dimana pengisian ventrikel berkurang
sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun.
d) Pemberian antagonis kalsium dan beta bloker harus diperhatikan karena
keduanya dapat menurunkan kontraktilitas miokard sehingga memperberat
kegagalan jantung.
e) Dukungan diet : Pembatasan Natrium untuk mencegah, mengontrol, atau
menghilangkan edema. (Arif, Muttaqin, 2012)
10. Komplikasi
a) Penemonia
b) Bronchitis
c) Sinusitis
d) Laryngitis
e) Kejang demam
(Soegijanto, S, 2015)

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 18
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Meliputi : nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, no. MR, diagnosa medis, nama orang tua, umur orang tua, pekerjaan,
agama, alamat, dan lain-lain.
b) Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit
kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan
sakit tenggorokan.
- Riwayat penyakit dahulu biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami
penyakit ini
- Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit
klien tersebut.
- Riwayat sosial
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya
c). Pemeriksaan fisik
- Keadaan Umum : Bagaimana keadaan klien, apakah letih, lemah atau sakit berat.
- Tanda vital :
- Kepala : Bagaimana kebersihan kulit kepala, rambut serta bentuk kepala, apakah
ada kelainan atau lesi pada kepala.
- Wajah : Bagaimana bentuk wajah, kulit wajah pucat/tidak.
- Mata : Bagaimana bentuk mata, keadaan konjungtiva anemis/tidak, sclera ikterik/
tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam
penglihatan
- Hidung : Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta
cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam
penciuman.
- Mulut : Bentuk mulut, membran membran mukosa kering/ lembab, lidah kotor/
tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan
dalam menelan, apakah ada kesulitan dalam berbicara.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 19
- Leher : Apakah terjadi pembengkakan kelenjar tyroid, apakah ditemukan distensi
vena jugularis.
- Thoraks : Bagaimana bentuk dada, simetris/tidak, kaji pola pernafasan, apakah
ada wheezing, apakah ada gangguan dalam pernafasan.
- Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
- Inspeksi
* Membran mukosa- faring tampak kemerahan
* Tonsil tampak kemerahan dan edema
* Tampak batuk tidak produktif
* Tidak ada jaringan parut dan leher
* Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan cuping
hidung
- Palpasi
* Adanya demam
* Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan pada
nodus limfe servikalis
* Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
- Perkusi
Suara paru normal (resonance)
- Auskultasi
Suara nafas terdengar ronchi pada kedua sisi paru
- Abdomen : Bagaimana bentuk abdomen, turgor kulit kering/ tidak, apakah terdapat
nyeri tekan pada abdomen, apakah perut terasa kembung, lakukan pemeriksaan
bising usus, apakah terjadi peningkatan bising usus/tidak.
- Genitalia : Bagaimana bentuk alat kelamin, distribusi rambut kelamin ,warna
rambut kelamin. Pada laki-laki lihat keadaan penis, apakah ada kelainan/tidak.
Pada wanita lihat keadaan labia minora, biasanya labia minora tertutup oleh
labia mayora.
- Integumen : Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
- Ekstremitas atas : Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot
serta kelainan bentuk.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 20
2. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia Berhubungan dengan penyakit (invasi kuman)
2. Resiko Infeksi. Faktor resiko ketidakadekuatan pertahanan sekuder
(Imunitas di dapat tidak adekuat )
3. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan energi atau kelelahan / kekutan
otot
4. Ketidakefektifan bersihan jalan berhubungan dengan peningkatan sekeresi mucus
pada jalan nafas.
5. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidak mampuan memasukan atau mencerna makanan.
3. Intervensi
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (NIC )
(NANDA) (NOC)
1. Hipertermia b/d Thermoregulation Fever Treatment 1. Pemantauan tanda
peningkatan suhu Kriteria hasil: 1.Observasi tanda- vital yang teratur
tubuh -Suhu tubuh dalam tanda vital. dapat menentukan
rentang normal yakni perkembangan
36-37 C perawatan
2.Anjurkan pada selanjutnya.
klien/keluarga untuk 2. Dengan memberikan
melakukan kompres kompres maka akan
air hangat pada terjadi proses
kepala,axila dan konduksi
selangkangan. /perpindahan panas
dengan bahan
3.Anjurkan perantara
klien/keluarga untuk
menggunakan 3. Proses hilangnya
pakaian yang tipis panas akan terhalangi
dan yang dapat untuk pakaian yang
menyerap keringat tebal dan tidak akan
seperti terbuat dari menyerap keringat.
katun.
4.Atur sirkulasi udara. 4. Penyediaan udara
bersih.
5.Anjurkan 5. Kebutuhan cairan
klien/keluarga untuk meningkat karena
minum banyak penguapan tubuh
sekitar 2000-2500 meningkat.
ml/hari. 6. Tirah baring untuk
6.Anjurkan mengurangi
klien/keluarga metabolisme dan
istirahat ditempat panas.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 21
tidur selama fase - Untuk mengontrol
febris penyakit. infeksi pernafasan.
7.Kolaborasi dengan - Menurunkan panas.
dokter :
-dalam pemberian
terapi,antimocrobial
-Antipiretik.
2. Resiko Infeksi b/d NOC NIC 1.Menurunkan
Ketidakadekuatan -Immune Status Infektion Control ( konsumsi/kebutuhan
Pertahanan Knowledge:Infection Control Infeksi) keseimbangan
Sekunder (imunitas control 1.Jaga keseimbangan oksigen dan
didapat tidak -Risk control. antara istirahat dan memperbaiki
adekuat) Kriteria hasil: aktivitas. pertahanan.
-Klien bebas dari 2.Klien terhadap
tanda dan gejala 2. Tutup mulut dan infeksi
infeksi. hidung jika hendak ,meningkatkan
-jumlah leukosit bersin ,jika ditutup penyembuhan.
dalam batas normal. dengan tisu buang 3.Malnutrisi dapat
segera ketempat mempegaruhi
sampah. kesehatan umum dan
3.Tingkatkan daya menurunkan tahanan
tahan tubuh ,anak terhadap infeksi.
usia dibawah 2 4.Dapat diberikan
tahun ,lansia dan untuk organisme
penderita penyakit khusus yang
kronis dan teridentifikasi
konsumsi vitamin dengan kultur dan
C,A dan mineral sensitifitas atau
seng atau diberikan secara
antioksidan jika profilatik karena
kondisi tubuh resiko tinggi.
menurun /asupan
makanan berkurang.
4.Kolaborasi
pemberian obat
sesuai hasil kultur.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 22
DAFTAR PUSTAKA

Meadow, Sir Roy dan Simen. 2014. Lectus Notes:Pediatrika. Jakarta : PT. Gelora Aksara
Pratama

Suriadi,Yuliani R. 2013. Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta : CV Sagung Seto

Rasmaliah. 2014. “Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan penanggulangannya”


dalam
http://library.usu.ac.id. 29 Januari 2010. 19:05:10 WIB

Naning R. 2012. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (Handout kuliah Ilmu Kesehatan
Anak) PSIK FK UGM

DepKes RI. 2014. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta

Nursalam M. 2015. Manajemen Keperawatan, Aplikasi dalam keperawatan Perofesional.


Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2015. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular
dan Hematologi. Jakarta : Salemba Medika

Soegijanto, S. 2013. Ilmu Penyakit Anak; Diagnosa dan Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba
medika

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 23
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN. N DENGAN ANGGOTA
AN. A MENDERITA ISPA DI KELURAHAN BULURI
RW 05 RT 002

A. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA


Pengkajian pada tanggal: 09 januari 2019
1). Kepala Keluarga
Nama KK : Tn. N Nama Anak : An. A
Jenis Kelamin : Laki-laki Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 56 Tahun Umur : 4 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD tidak tamat (kls 2) pendidikan : -
Pekerjaan : Buruh Pekerjaan : -
Alamat : RW 05 RT 002 Kel. Buluri alamat : RW 05 RT 02 Kel.buluri

2). Komposisi Keluarga


Hubungan Status Status
No Nama Umur Sex Pendidikan Pekerjaan
dg KK imunisasi Kesehatan
1. W 40 Th P Istri SD IRT - Sehat
Imunisasi Sehat
2. F 11 Th P Anak SLTP Pelajar tidak
lengkap
Imunisasi Tidak sehat
Blm
3. A 4 Th L Anak - tidak
sekolah
lengkap
Imunisasi Sehat
4. R 12 Th P Ponakan SLTP Pelajar tidak
lengkap

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 24
3). Genogram
1. Genogram :

klien

4). Tipe Keluarga


Keluarga Tn.N merupakan keluarga dengan tipe keluarga Extended Family
dimana terdiri dari keluarga inti bapak, ibu dan anak ditambah keponakan dan
adik dari ibu.
5). Struktur peran
o Tn. N berperan sebagai kepala rumah tangga yang bekerja sebagai buruh.
o Ny. W berperan sebagai ibu rumah tangga yang hanya mengurus keluarga
beserta anak-anaknya.
o An. F berperan sebagai anak pertama dari pasangan Tn. N dan Ny. W yang
merupakan anak pertama berperan sebagai anak sekolah.
o An A merupakan anak kedua dari pasangan Tn. N dan Ny. W berperan sebagai
anak pra sekolah.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 25
o An. R berperan sebagai keponakan atau anak dari adik Ny. W yang saat ini
diasuh oleh keluarga Tn. N sejak kecil diasuh oleh Tn. N karena ayah dari An. R
meninggal dunia karena menderita TBC sejak An. R masih kanak-kanak dan
ibunya bekerja sebagai TKW di Malaysia (terkadang ibunya pulang dan tinggal
dikeluarga Tn. N, biasanya pulang 6 bln-1 tahun sekali).
6). Suku Bangsa
Keluarga Tn. N termasuk dalam suku Kaili dan kewarganegaraan Indonesia.
7). Agama
Semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ibadah sesuai dengan
ajaran agama Islam.
8). Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga
 Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah tahapan perkembangan dengan
anak sekolah dimana anak F Tn N berumur 11 thn dan sekolah SD. Tn. N
bekerja sebagai buruh yang berangkat pagi dan pulang sore hari.
 Tahap perkembangan keluarga yang belum dipenuhi keluarga Tn. N adalah
memenuhi kebutuhan dasar keluarga yang meningkat, termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga (makan seadanya, mainan anak
Cuma 3, pakaian kurang, alat sekolah, bila anak sakit terkadang hanya
dibelikan obat apotik tanpa resep dokter,bila tak sembuh baru diperiksakan ke
Puskesmas).
9). Riwayat kesehatan keluarga inti
2. Ny. W menyatakan An. A mengidap batuk, pilek sudah 5 hari yang lalu dan
sudah minum obat beli di apotik.
3. Ny. W mengatakan bila anak sakit, anak hanya dibelikan obat warung
apabila tidak sembuh kemudian baru diperiksakan ke Puskesmas terdekat.
10). Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Dalam keluargaTn. N ditemukan adanya penyakit menular TBC yang pernah
diidap oleh adik dan kakak dari Ny. W, serta adik ipar atau ibu dari An. R.
Bahkan ayahnya An.R meninggal dunia karena menderita penyakit TBC.
B. RIWAYAT KESEHATAN
a. Kebutuhan Nutrisi
o Kebiasaan makan : Makan 3x1 piring, dengan komposisi
seadanya terkadang 2 x 1 sehari.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 26
o Kebiasaan minum : Minum 6-8 gelas dengan minum air teh dan
putih.
Untuk An.A kadang minum susu formula 2-3
x / hari.
b. Kebutuhan Eliminasi
o Pola BAB : 1 kali sehari dan tidak ada penggunaan laksatif
o Pola BAK : 5 – 6 kali per hari dan tidak terjadi
inkotinensia

c. Istirahat Tidur
o Waktu Tidur : Siang ½ jam dan malam 6 – 7 jam
o Waktu Bangun : bangun umumnya/seringnya jam 04.30 WIB

d. Kebersihan Diri
o Mandi : 2 kali sehari
o Gosok gigi : 2 kali sehari
o Keramas : 1 minggu 2 kali
o Potong kuku : 2 minggu 1 kali
e. Rekreasi/waktu senggang
Keluarga mempunyai kegiatan (aktifitas) rekreasi (melihat TV untuk hiburan
keluarga)

C. FUNGSI KELUARGA
a. Fungsi Afektif
Di antara anggota keluarga terdapat perasaan saling menyayangi dan
menghargai satu sama lainnya.
b. Fungsi Sosial
Hubungan sosial terjalin dengan baik Ny. W selalu mengikuti perkumpulan
PKK setiap tanggal 7 setiap bulan di RTnya dan perkumpulan Dasa Wisma
setiap 2 minggu sekali.
c. Fungsi Perawatan Kesehatan
d. Pengetahuan keluarga tentang penyakit dan penanggulangannya
Bila ada anggota keluarga yang menderita sakit biasanya dibelikan obat diapotik
bila tidak sembuh baru dibawa ke fasilitas kesehatan (Puskesmas).
e. Fungsi Reproduksi

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 27
Keluarga Tn. N dikaruniai 2 orang anak.

D. FAKTOR SOSIAL BUDAYA DAN EKONOMI


a). Pekerjaan Tn. N
 Pekerjaan Tn. N adalah buruh.
 Ny. W adalah ibu rumah tangga yang selalu menyiapkan dan melayani
keluarga, mengelola keuangan dari penghasilan yang didapat Tn. N.
b). Penghasilan dan Pengeluaran
Keluarga Tn. N mengatakan penghasilan yang ia peroleh cukup untuk makan
sehari-hari dan membiayai keluarganya. Penghasilan perbulan sekitar Rp.
1.000,00 (satu juta rupiah) sampai dengan Rp. 1,500.000,- per bulan. Biaya
hidup rata-rata per hari Rp. 15.000,00 (lima belas ribu rupiah).
c). Simpanan/uang keluarga
Sampai sekarang keluarga belum mempunyai simpanan/tabungan, Tn. N
berkeinginan untuk mempunyai tabungan sendiri tetapi tidak mempunyai dana.
d). Penentu keuangan keluarga
Sebagai penentu keuangan keluarga adalah Tn.N selaku kepala keluarga (kepala
rumah tangga).
e). Sistem Nilai
Nilai yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah norma/budaya kaili,
semua anggota keluarga beragama Islam dan menjalankan ajaran agama,
misalnya sholat 5 waktu, mengaji dan sebagainya.
g). Hubungan dengan Masyarakat
 Ny. W mengatakan selalu mengikuti acara PKK yang diadakan di RT setiap
bulan sekali serta Dawisma 2 minggu sekali, tetapi semenjak pasca tsunami
& gempa kegiatan kurang aktif.
 Tn. N mengikuti setiap bulan sekali setiap tanggal 10 mengikuti acara
pertemuan RT.
 Dalam melaksanakan interaksi dengan keluarga tidak mengalami hambatan.
h). Mobilitas geografis keluarga
Tn. N menetap di rumah/tinggal di rumah yang telah dimilikinya kini, dari
warisan orang tua.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 28
E. FAKTOR LINGKUNGAN
A. Karakteristik rumah
 Karakteristik Rumah
 Rumah bentuk permanen dengan atap dari genteng, dan seng, lantai sudah
diplester, tetapi dapur masih berlantai tanah.
 Ukuran rumah 6,5 x 8 m2 menghadap ke barat.
 Tiap kamar mempunyai jendela, namun sebagian tidak dibuka sehingga
siang hari tampak gelap ruangan yang lain tidak ada ventilasi (jendela).
 Penerangan sudah menggunakan listrik tetapi kurang terang.
 Barang yang tak terpakai,sepeda dll disimpan di gudang.
 Persediaan air bersih
Persediaan air bersih untuk minum dan memasak diambil dari Mata air dari
gunung. Air untuk minum dimasak terlebih dahulu, mandi, mencuci selalu
menggunakan sumber air dari gunung.
 Pembuangan sampah
Sampah yang terkumpul dibuang ke sungai dan kadang dibakar.
 Pembuanganair limbah
Keluarga Tn.N membuang di belakang rumah, air limbah yang dihasilkannya
dan dibiarkan meresap ke dalam tanah.
 Lingkungan rumah
Lingkungan rumah cukup luas dengan perabotan yang cukup jendela dan
meja kursi tampak banyak debu. Halaman rumah dan ruangan selalu disapu.
Banyak pakaian yang bergantungan di kamar dan ruang makan (di tembok).
Jendela kamar jarang dibuka, sehingga siang hari tampak gelap. Tn. N
mengatakan mereka nyaman dengan kondisi rumah yang sekarang.
Kebiasaan Ny W memasak dengan kayu bakar di dalam rumah dan asap
pembakaran keluar lewat pintu.
 Jamban keluarga
Keluarga Tn. N memiliki jamban, jenis leher angsa dan septic tank.
B. Denah Rumah
8m
Dapur dan gudang R. Tamu dan
R.Keluarga
Sumur R.makan
2m
DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 29
12m
6,5m kamar tidur kamar tidur kamar tidur
gudang

T B

U
 Karakteristik tetangga dan Komunitas
Sebagian tetangga bekerja sebagai buruh, ibu rumah tangga dan pedagang.
Hubungan dengan anggota masyarakat tidak ada masalah. Setiap bulan keluarga
Tn. N mengikuti arisan yang diadakan oleh RT dan setiap bulan sekali
mengikuti rapat RT dan ronda malam seminggu sekali.
Ny.R yaitu tetangga (belakang rumah) Tn.N menderita penyakit TBC.
F. PSIKOLOGIS
A. Status Emosi
1. Stressor jangka pendek dan jangka panjang.
a. Jangka Pendek
Sementara tidak mempunyai masalah berat.hanya an.A sedang batuk.
b. Jangka Panjang
Keluarga Tn. N. memikirkan masalah biaya untuk hidup dan keinginan untuk
menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor.
Keluarga menganggap ujian atau masalah yang dihadapi adalah ujian/cobaan dari
Tuhan.
3. Stressor koping yang digunakan.
Bila ada masalah Tn.N dengan Ny. W selalu membicarakan satu sama lain untuk
mencari jalan keluar.
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak pernah menggunakan strategi adaptasi disfungsional meskipun
dalam kondisi yang parah.
A. Konsep Diri
o Body Image : Tn. N melihat dirinya sebagai kepala keluarga bagi

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 30
Ny.W, An. A, An F dan An. R. Persepsi dan perasaan
Tn. terhadap bentuk tubuh, postur tubuh, fungsi dan
penampilan diri, Tn N merasa lebih dari cukup
terhadap gambaran dirinya.
o Personal Identity : Tn. N seorang kepala keluarga dengan 2 orang anak
dan mempunyai istri Ny.W, juga keponakan An.R
o Peran : Tn. N berperan sebagai kepala rumah tangga dari Ny.
W dan anaknya serta sebagai penanggungjawab dalam
mencari nafkah keluarga
Ny.W sebagai ibu rumah tangga dan istri dari Tn. N
yang selalu menyiapkan dan memenuhi kebutuhan
keluarga, juga sebagai pengelola keuangan keluarga.
An. F sebagai anak sulung dan sedang memasuki tahap
sekolah,sedang anak A memasuki tahap pra sekolah
An.R sebagai keponakan Tn.N sedang mengikuti tahap
sekolah.
o Ideal Diri : Tn. N mengharapkan dan selalu berdoa kepada Allah
SWT agar diberikan ketabahan dan kesabaran dalam
menghadapi ujian/masalah dan dikabulkan cita-citanya
untuk dapat menyekolahkan anaknya setinggi-
tingginya.
o Harga Diri : Tn. N menerima setiap ujian/masalah yang dihadapi
keluarganya dengan ikhlas.

B. Pola Komunikasi
Keluarga selalu menggunakan bahasa Kaili dalam melaksanakan komunikasi dan
setiap ada masalah selalu dibicarakan satu sama lain.
G. DERAJAT KESEHATAN
A. Kejadiaan Kesehatan
Dalam bulan-bulan ini keluarga Tn. N lagi sehat, hanya anak A sdh 5 hari
menderita batuk dan flu tetapi tidak disertai dengan demam, saat pengkajian
masih batuk Sampai sekarang tidak ada anggota keluarga Tn. N yang rawat
inap/opname atau harus menjalankan operasi.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 31
B. Kejadiaan Cacat
Tidak ada yang mengalami kecacatan

C. Kejadian Kematian dalam 1 Tahun terakhir


Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit dan menimbulkan kematian.
 Perilaku Keluarga dalam Penanggulangan Sakit
Apabila keluarga ada yang menderita sakit biasanya dibelikan obat diapotik
dan bila masih belum sembuh maka dibawa ke Puskesmas

H. PENGKAJIAN FISIK KELUARGA


Dilakukan pada tanggal/jam: 10 januari 2019, jam 15.00
Pemeriksaan KK (Tn.N) Ny.w An A An F An R
Fisik
k. Pemeriksaan
tanda2 vital
 Tekanan 140/90 110/80 - 110/70 110/70
Darah mmHg mmHg MmHg MmHg
 HR 80 x/menit 84 x/menit 96 x/menit 86x/mnt 82x/mnt
 Respirasi 20 x/menit 22 x/menit 30 x/menit 20 x/mnt 20x/mnt
 SB 36,5 ºC 36,5 ºC 36,5 ºC 36,5 ºC 36,5 ºC
 BB 64 kg 45 kg 14 kg 29kg 35 kg
 TB 168 cm 150 cm 97 cm 143 cm 144 cm
l. Pemeriksaan
Fisik Head to
Toe
 Kepala : Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
 Kepala mesochepal mesochepalus, mesochepalus, mesochepalus, mesochepal
us, tidak tidak ada luka tidak ada luka tidak ada luka us, tidak ada
ada luka luka
 Rambut Warna Warna hitam, Warna hitam, Warna hitam, Warna
bersih, lurus. bersih, lurus. bersih, lurus. hitam,
hitam,
bersih,
bersih, lurus.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 32
lurus.

 Mata Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
gangguan gangguan gangguan gangguan gangguan
penglihatan penglihatan, penglihatan, penglihatan, penglihatan,
, tidak tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak
anemis anemis
 Hidung Bersih Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak
tidak ada ada sekret, ada sekret, ada sekret, ada sekret,
sekret, tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
tidak ada polip polip polip polip
polip
 Telinga Bersih Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak
serumen, serumen, serumen, serumen,
tidak
tidak ada luka tidak ada luka tidak ada luka tidak ada
serumen, luka
tidak ada
luka
 Mulut Dan Bibir Bibir cukup Bibir cukup Bibir cukup Bibir cukup
lembab, tidak lembab, tidak lembab, tidak
Tenggoro cukup lembab,
ada stomatitis ada stomatitis ada stomatitis
kan lembab, tidak ada
tidak ada stomatitis
stomatitis
 Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembengka pembengkaka pembengkaka pembengkaka pembengka
kan n kelenjar n kelenjar n kelenjar kan kelenjar
kelenjar teroid, tidak teroid, tidak teroid, tidak teroid, tidak
teroid, ada ada ada ada
tidak ada pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
pembesara kelenjar limfe, kelenjar limfe, kelenjar limfe, kelenjar
n kelenjar tidak ada tidak ada tidak ada limfe, tidak
limfe, tidak distensi vena distensi vena distensi vena ada distensi
ada distensi jugularis jugularis jugularis vena
vena jugularis
jugularis
 Dada Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
vocal fremitus vocal
vocal vocal fremitus vocal fremitus
normal kiri- fremitus
fremitus normal kiri- normal kiri- kanan, normal kiri-
terdapat suara kanan,
DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 33
normal kanan, kanan, napas terdapat
vesikuler suara napas
kiri-kanan, terdapat suara terdapat suara
pada lapang vesikuler
terdapat napas napas paru kiri- pada lapang
kanan. paru kiri-
suara napas vesikuler tambahan “
kanan.
vesikuler pada lapang ronkhi basah”
pada paru kiri- pada lapang
lapang paru kanan. paru kiri-
kiri-kanan. kanan,
terdapat
retraksi otot
dada.
 Abdomen Datar, tdak Datar, tdak Datar, tdak Datar, tdak Datar, tdak
ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada luka,
ada luka,
ada acites. ada acites. ada acites. tidak ada
tidak ada Bising usus Bising usus Bising usus acites.
15x/menit, 15x/menit, 15x/menit, Bising usus
acites.
bunyi tympani bunyi tympani bunyi tympani 15x/menit,
Bising usus pada semua pada semua pada semua bunyi
region region region tympani
15x/menit,
abdomen. abdomen. abdomen. pada semua
bunyi region
abdomen.
tympani
pada semua
region
abdomen.
 Ekstremitas Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi Berfungsi
dengan baik dengan baik dengan baik dengan baik
dengan
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
baik tidak kelainan. kelainan. kelainan. kelainan.
ada
kelainan.
 Kulit Sawo Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo
matang tdak ada tdak ada tdak ada matang tdak
tdak ada alergi, bersih alergi, bersih alergi, bersih ada alergi,
alergi, bersih
bersih

I. HARAPAN KELUARGA TERHADAP PETUGAS KESEHATAN

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 34
Keluarga Tn. N mengharapkan agar petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan
kesehatan terhadap mereka dan membantu bila keluarga mengalami kesulitan dalam
hal kesehatan semaksimal mungkin.

II. ANALISA DATA

NO DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1. Data Subyektif: Ketidakefektifan Ketidakmampuan
o Ny. w mengatakan bahwa An. A bersihan jalan nafas keluarga
sekarang ini sedang batuk dan pilek An. A pada keluarga mengambil
sudah 5 hari. Sudah dibelikan obat Tn N keputusan yang
diapotik dan diminum kan tetapi tepat untuk
belum sembuh. mengatasi ISPA.
Data Obyektif:
o An. A batuk dan pilek.
o Badan tak panas, suhu badan 36,5
ºC.
o Tampak mengeluarkan ingus dari
hidung.
o Pada pemeriksaan auskultasi paru
An.A terdengar ronchi basah (+)
o RR 28 kali/menit
o Nadi 96 kali/menit
o BB 14 kg
o TB 97 cm
2. Data Subyektif: Resiko terjadinya Ketidakmampuan
o Tn. N mengatakan ayah dan ibunya penyakit TBC keluarga
An.R menderita TBC bahkan memodifikasi
ayahnya meninggal karena lingkungan yang
menderita TBC. mendukung
o Tn N mengatakan tetangganya kesehatan
belakang rumah (Ny.R) menderita
TBC.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 35
Data Obyektif
o Memasak dengan kayu bakar dan
asapnya masuk ke rumah
o Tiap kamar mempunyai jendela
tetapi tidak dibuka sehingga siang
hari ruangan tampak gelap.
o Imunisasi anak-anak Tn.N tidak
lengkap
o BB An.A 14 kg (kurang ideal
untuk umur 4 tahun)
o Komposisi makanan keluarga Tn.N
seadanya, makan 3 kali/hari,kadang
2x/hari.

f. DIAGNOSA KEPERAWATAN
RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas An.A pada keluarga Tn N berhubungan dengan
1.
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
2.
memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan.

g. PRIORITAS MASALAH (SKORING)


a. Diagnosa I
Ketidakefektifan jalan nafas An. A pada keluarga Tn N berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
NO KRITERIA PERHITUNGAN SKOR PEMBENARAN

1. Sifat masalah aktual 3/3 x 1 1 An. A sudah 5 hari sakit batuk


(tidak sehat) dan pilek atau tidak sehat dan
memerlukan tindakan
mencegah komplikasi
Kemungkinan masalah Pengetahuan sumber daya dan
2. dapat diubah 2/2 x 2 2 fasilitas kesehatan tersedia
(mudah) dan dapat
dijangkau/dimanfaatkan
Potensi masalah dapat ISPA adalah penyakit yang

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 36
3. dicegah 3/3 x 1 1 dapat dicegah dan diobati bila
(tinggi) keluarga mengetahui
Menonjolnya masalah
4. (tidak dirasakan) 0/2 0
5. Total Skore 4

b. Diagnosa II
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan
NO KRITERIA PERHITUNGAN SKOR PEMBENARAN
1. Sifat masalah aktual Merupakan ancaman
(ancaman kesehatan) 2/3 x 1 2/3 kesehatan karena bila tidak
ditangani dapat
menyebabkan terjadinya
penyakit

2. Kemungkinan masalah Dapat dicegah dengan


dapat diubah 1/2 x 2 1 pengetahuan yang cukup
(hanya sebagian) dan pola hidup yang sehat.
Kemungkinan masalah Dapat dicegah dengan
3. dapat dicegah 2/3 x 1 2/3 pengetahuan yang cukup
(cukup) dan pola hidup yang sehat.
Menonjolnya masalah
4. (masalah tidak 0/2 0
dirasakan)

5. Total Skore 3 1/3

h. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS

1. Ketidakefektifan jalan nafas An. A pada keluarga Tn N berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk mengatasi ISPA
Resiko terjadinya penyakit TBC berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
2.
memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 37
i. PERENCANAAN
1. Diagnosa Keperawatan I
Tujuan Jangka EVALUASI
Tujuan Jangka Pendek Intervensi
Panjang Kriteria Standar
Setelah a. Setelah dilaksanakan Respon verbal ISPA adalah penyakit saluran pernafasan o Gali pengetahuan tentang ISPA
dilaksanakan 2 kali tindakan keperawatan akut dengan batuk dan pilek. o Beri motivasi keluarga untuk
kunjungan ISPA selama 2 x 15 mnt Tn. Penyebab ISPA : mengemukakan pendapatnya tentang
yang diderita An. A N dapat mengenal o Kurang gizi ISPA.
sembuh dan jalan masalah kesehatan o Imunisasi tidak lengkap o Diskusikan bersama keluarga
nafas kembali dengan menjelaskan o Lingkungan yang tidak sehat mengenai pengertian penyebab dan
lancar. masalah kesehatan. Tanda dan gejala ISPA gejala ISPA.
o Batuk o Bimbing keluarga untuk
o Pilek menjelaskan ulang pengertian
o Demam penyebab tanda dan gejala ISPA.
o Nafas cepat o Beri re inforcement positif atas
o Suara Parau jawaban yang diberikan.
o Nyeri tenggorokan
2. Setelah tindakan 1 x Respon verbal Perawatan ISPA : o Diskusikan bersama keluarga
15 mnt keluarga Tn. N Psikomotor o Jika panas dikompres tentang pencegahan ISPA.
dapat merawat o Jika pilek bersihkan hidung dengan o Berikan kesempatan yang kurang
Anggota keluarga saputangan yang bersih dimengerti.
yang sakit ISPA. o Beri minum yang banyak (ASI). o Tanyakan kembali tentang apa yang
o Awasi kondisi bila bertambah parah. dijelaskan.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu Page 1
o Demonstrasikan cara pembuatan
3. Merawat anggota Psikomotor Cara membuat obat tradisional batuk dan obat tradisional.
keluarga yang sakit pilek (Jeruk-Kecap): o Beri kesempatan keluarga untuk re
ISPA o Siapkan baki dan pengalas demonstrasi
o Potong jeruk nipis, kemudian jeruk
diperas dan ainya disaring.
o Ambil kecap sebanyak 1 sendok
makan, kemudian dituang kedalam
gelas.
o Ambil 1 sendok makan air jeruk nipis,
kemudian tuangkan kedalam gelas
berisi kecap.
o Aduk hingga merata
o Berikan pada anak untuk diminum
4. Keluarga mampu Verbal Pencegahan ISPA : o Diskusikan bersama keluarga
untuk memodifikasi o Menjauhkan rokok dari penderita tentang pencegahan ISPA.
lingkungan yang batuk. o Berikan kesempatan klien tentang
dapat mendukung o Jaga kebersihan lingkungan. pencegahan ISPAbertanya.
kesehatan. o Imunisasi lengkap o Tanyakan kembali hal-hal yang
o Berikan makanan yang bergizi. dijelaskan.
Psikomotor Kebersihan lingkungan: o Beri re inforcement positif atas
o Rumah dibersihkan jawaban yang diberikan keluarga.
o Pakaian dibereskan jangan digantung. o Praktekkan dan laksanakan
o Jendela dibuka. kebersihan lingkungan.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu Page 2
o Debu dibersihkan.
5. Keluarga mampu Respon verbal Fasilitas kesehatan untuk berobat ISPA: o Jelaskan pada keluarga tentang
memanfaatkan o Puskesmas fasilitas kesehatan yang biasa
fasilitas kesehatan. o Rumah sakit digunakan.
o Bidan o Motivasi keluarga untuk
o Dokter mengunjungi fasilitas kesehatan
yang dipilih.
o Beri re inforcement positif atas
keputusan keluarga.
o Beri kesempatan keluarga untuk
bertanya tentang hal-hal yang
belum diketahui.
o Beri re inforcement positif
terhadap jawaban dari pertanyaan
yang diberikan petugas.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu Page 3
6. Diagnosa Keperawatan II
Tujuan Jangka EVALUASI
Tujuan Jangka Pendek Intervensi
Panjang Kriteria Standar
Resiko/komplikasi Setelah penyuluhan 1 x Respon Tanda-tanda TBC o Gali pengetahuan tentang TBC
dari TBC tidak 15 menit : verbal o Batuk disertai darah. o Beri motivasi keluarga untuk
terjadi. 1. Keluarga mengenal o Batuk berdahak lebih dari 3 minggu mengemukakan pendapatnya
tanda-tanda TBC o Sesak nafas tentang TBC
o Berkeringat pada malam hari o Diskusikan bersama keluarga
o BB turun mengenai pengertian penyebab
o Nafsu makan menurun dan gejala TBC
o Nyeri dada o Bimbing keluarga untuk
menjelaskan ulang pengertian
penyebab tanda dan gejala TBC
o Beri re inforcement positif atas
jawaban yang diberikan.
Cara penularan TBC : o Diskusikan bersama keluarga
2. Cara penularan TBC Respon  Secara langsung : mengenai cara penularan dan cara
dan pencegahan TBC verbal Melalui percikan ludah dan melalui udara pencegahan TBC.
o Bimbing keluarga untuk
 Secara tidak langsung : menjelaskan ulang cara penularan
Hidup satu rumah dengan penderita dan cara pencegahan TBC.
TBC o Beri re inforcement positif atas
jawaban yang diberikan.
Cara pencegahan TBC : .
 Menjemur kasur, sprei di bawah sinar
matahari
 Ventilasi rumah yang cukup
 Menutup mulut saat bersin dan batuk
dengan menggunakan tissue
 Tidak meludah di sembarang tempat

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu Page 4
 Imunisasi
7. Setelah pertemuan 1 x  Makanan bergizi
15 menit keluarga
dapat mengambil Segera bawa ke pelayanan kesehatan :
keputusan yang tepat o Puskesmas
terhadap penyakit o Rumah sakit
TBC
Setelah pertemuan 1 x 15 Respon Pengobatan : o Diskusikan dan beri re
menit keluarga mampu verbal  Berobat secara rutin selama 6 bulan, tidak inforcement positif atas keputusan
merawat anggota boleh berhenti yang dipilih.
keluarga yang menderita  Istirahat yang cukup. o Diskusikan dengan keluarga
TBC tentang perawatan TBC di rumah.
Perawatan TBC : o Beri kesempatan kepada keluarga
o Tetap berikan makanan bergizi. tentang hal-hal yang tak
o Imunisasi. dimengerti.
o Beri air banyak (minum). o Tanyakan kembali tentang yang
o Awasi tanda-tanda penyakit bertambah telah didiskuasikan.
parah. o Beri pujian atas jawaban yang
o Bawa anak yang sakit ke pelayanan diberikan.
kesehatan yang lengket bila kondisi
memburuk.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu Page 5
Setelah 1 x 15 menit Respon Lingkungan yang mendukung kesembuhan o Diskusikan tentang hal yang
pertemuan dapat verbal : mendukung perawatan dan
memodifikasi o Sarana sanitasi yang memadai penyembuhan.
lingkungan. o Udara lingkungan rumah yang bersih o Beri kesempatan untuk bertanya
dari asap. tentang hal-hal yang belum
o Pengobatan dan perawatan yang baik. diketahui.
o Ventilasi memadai dengan membuka o Tanyakan kembali hal-hal yang
jendela tiap hari. telah disampaikan.

Setelah 1 x 15 menit Respon Menyebutkan fasilitas kesehatan yang dapat o Diskusikan terhadap keluarga
pertemuan keluarga verbal menanganiTBC :Puskesmas, RS. tentang tempat pelayanan
mampu memenfaatkan kesehatan untuk penanganan
fasilitas kesehatan o Beri kesempatan kepada keluarga
dengan : untuk bertanya tentang hal-hal
o Mampu yang telah didiskusikan.
menyebutkan o Beri re inforcement atas jawaban
fasilitas kesehatan yang benar.
: Puskesmas, RS.

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu Page 6
j. IMPLEMENTASI
NO
WAKTU TUK IMPLEMENTASI EVALUASI
DX
Rabu, 16 1.Mengkaji pengetahuan S : - Keluarga Tn. N
I Januari I keluarga tentang ISPA. mengatakan telah
2019 2.Memotivasi keluarga untuk mengetahui tanda dan
Pukul mengungkapkan pendapat gejala dari ISPA.
16.00 tentang ISPA. - Kien mengatakan akan
3.Menjelaskan pada keluarga segera merawat
tentang pengertian, sebab, klien/anggota keluarga
tanda dan gejala ISPA:batuk, Tn.T dengan benar.
pilek, demam, nafas cepat, O : - Klien terlihat antusias
nyeri tenggorokan. dalam penyuluhan dari
4.Menjelaskan akibat lanjut bila petugas.
ISPAtidak diobati : panas, - Klien aktif mengulang
dehidrasi berat, Pnemonia dan bertanya.
5.Menjelaskan kepada keluarga A : - Tujuan tercapai/jangka
tentang perawatan ISPA. pendek (TUK I)
II 6.Beri kompres bila demam. sebagian.
7.Berikan jeruk-kecap. P : - Pertahankan tujuan
8.Beri minum yang banyak. yang sudah tercapai.
- Imunisasi lengkap. - Beri motivsi untuk
III - Berobat ke puskesmas./RS memahami tentang arti
perawatan ISPA
- Persiapkan demonstrasi
pembuatan obat
tradisional untuk ISPA
yaitu :
 Siapkan baki dan
pengalas
 Potong jeruk nipis,
kemudian jeruk
diperas dan ainya

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 1
disaring.
 Ambil kecap
sebanyak 1 sendok
makan, kemudian
dituang kedalam
gelas.
 Ambil 1 sendok
makan air jeruk
nipis, kemudian
tuangkan kedalam
gelas berisi kecap.
 Aduk hingga
merata
 Berikan pada anak
untuk diminum

Rabu, - Mengulang apa yang sudah S : - Keluarga Tn. N


I 16 I dijelaskan sebelumnya : mengerti dan paham
Januari  Tanda dan gejala tentang kaitan rumah
2019  ISPA sehat dengan resiko
Pukul  Obat Tradisional penularan penyakit.
17.00 - Mendiskusikan dengan keluarga - Keluarga Tn. N
tentang penyakit ISPA di mengatakan telah
rumah. mengetahui dan akan
- Memotivasi klien untuk membawa keluarga
mengambil keputusan yang yang sakit ke fasilitas
tepat bila : kesehatan yang ada.

 Batuk - Tn. N akan

 Nafas cepat melaksanakan

 Wajah pucat modifikasi lngkungan


yang dapat mendukung
 Panas/demam
kesehatan, sejauh yang

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 2
bisa dan dapat
Mendemonstrasikan cara dilaksankan saat ini,
pembuatan obat tradisional untuk missal :
ISPA. - Membuka jendela
Alat dan bahan : yang jarang dibuka
- Baki dan Pengalas - Merapikan baju yang
- Sendok makan digantung.
- Jeruk nipis O : - Keluarga dapat
- Kecap menyebutkan manfaat
- Gelass rumah sehat dan
lingkungan yang dapat
Cara pembuatan obat tradisional mendukung kesehatan.
untuk batuk ( Jeruk-Kecap): - Keluarga dapat
- Siapkan baki dan pengalas menyebutkan fasilitas
- Potong jeruk nipis, kemudian kesehatan yang dapat
jeruk diperas dan ainya dimanfaatkan.
disaring. - Keluarga dapat
- Ambil kecap sebanyak 1 menyebutkan manfaat
sendok makan, kemudian dari MCK yang sehat
dituang kedalam gelas. (syarat-syarat).
- Ambil 1 sendok makan air A : - Tupen modifikasi
jeruk nipis, kemudian tuangkan lingkungan yang dapat
kedalam gelas berisi kecap. mendukung kesehatan
I, II - Aduk hingga merata dan mencegah
I,II Rabu, - Berikan pada anak untuk penyebaran penyakit
16 diminum tercapai dengan
Januari Membuka jendela yang
2019 Memberikan penjelasan tentang : jarang dibuka,
Pukul Rumah Sehat merapikan pakaian
17.00 Adalah rumah yang dapat yang digantung.
menjamin kesehatan bagi P : - Tupen memanfaatkan
penghuninya. fasilitas kesehatan
Syarat rumah sehat : tercapai secara

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 3
- Tersedia air bersih kognitif.
- Tersedia lubang sampah. - Motivasi keluarga
- Ventilasi cukup untuk membawa
- Jendela yang selalu terbuka. keluarga / An. A. ke
- Kelembaban udara cukup fasilitas kesehatan.
- Bersih tidak semrawut. - Memotivasi keluarga
- Sirkulasi udara baik. untuk tetap berusaha
- Tidak padat huni. menciptakan
Manfaat rumah sehat : lingkungan yang dapat
- Menghindari penyebaran dan mendukung bagi
penularan penyakit. anggota keluarga.
- Kesehatan penghuni terjamin. - Anjurkan keluarga
- Menghindari kecelakaan. untuk dapat
- Nyaman dan aman. memanfaatkan fasilitas
- Bersih, baik dan sopan kesehatan bila ada
keluarga yang sakit.
Dampak rumah tidak sehat : - Terminasi ujian akhir
 Tempat berkembang penyakit komprehensif.
dan penyebaran penyakit. - Keputusan tidak
 Kesehatan kurang terjamin. terencana untuk
 Dapat menimbulkan evaluasi lebih lanjut
kecelakaan. kepada kader dan

 Keindahan kurang baik. petugas puskesmas

 Kotor, tidak bersih. sebagai bahan laporan

III Rabu,  Mengkaji pengetahuan S : - Keluarga Tn. N


16 keluarga tentang TBC keluarga mengatakan telah
Januari untuk mengungkapkan mengetahui tanda dan
2019 pendapat tentang TBC. gejala dariTBC.
Pukul  Menjelaskan pada keluarga -. keluarga Tn.N
17.00 tentang pengertian, sebab, mengatakan telah
tanda dan gejala TBC. mengetahui tentang cara
 Menjelaskan kepada keluarga perawatan/ pengobatan,

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 4
tentang cara perawatan/ penularan dan pencegahan
pengobatan, penularan dan TBC
pencegahan TBC
 Beri kompres bila demam. O : - Klien terlihat antusias
 Beri minum yang banyak. dalam penyuluhan dari
 Imunisasi lengkap. petugas.

 Berobat ke puskesmas./RS - Klien aktif mengulang


dan bertanya.
A : - Tujuan tercapai/jangka
pendek (TUK I)
sebagian.
P : - Pertahankan tujuan
yang sudah tercapai.
- Beri motivsi untuk
memahami tentang
tanda dan gejala
dariTBC.
-. Beri motivsi untuk
memahami tentang cara
perawatan/ pengobatan,
penularan dan
pencegahan TBC

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 5
DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 6
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Sasaran : Keluarga Tn. N


Tema : Penanganan ISPA
Hari, Tanggal : Rabu, 30 januari 2019
Waktu : 17.00 WIB-17.30 WIB
Kunjungan Ke : II
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 15 Januari 2019 pada keluarga Tn. N di Kel.
Buluri, RW 03 RT 001, ternyata diketahui bahwa An. A menderita ISPA, dan Ny. W
tidak mengetahui bagaimana mengatasi ISPA pada An. A, oleh karena itu pendidikan
kesehatan kepada keluarga Tn. N mengenai bagimana penanganan ISPA pada Anak
dan pembuatan obat tradisional untuk batuk (Jeruk-Kecap).
B. Tujuan Utama
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan keluarga Tn. N dapat melakukan perawatan
ISPA pada An. A cara pembuatan obat tradisional untuk batuk (Jeruk-Kecap).
C. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit keluarga Tn. N dapat
menjelaskan kembali tentang: pengertian ISPA, tanda dan gejala, serta demonstrasi
cara pembuatan obat tradisional untuk batuk (Jeruk-Kecap).
D. Tahap Kegiatan

Tahap dan Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Keluarga

Pendahuluan 1. Mengucapkan salam perkenalan 1. Menjawab salam


(10 menit) kepada keluarga Tn. N
2. Mengingatkan kontrak yang telah 2. Memberikan Respons
disepakati
3. Menanyakan kesiapan keluarga 3. Menjawab tentang
untuk kontrak saat ini kesepian
4. Menginformasikan tujuan yang 4. Memperhatikan
hendak dicapai dalam kunjungan
saat ini

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 7
Pelaksanaan 1. Menjelaskan tentang lingkungan m. Memperhatikan
(20 menit) rumah yang sehat dan memenuhi
syarat kesehatan
2. Memberi penguatan terhadap n. Memperhatikan
respons yang telah dilakukan
keluarga
3. Menjelaskan tentang pengertian o. Memperhatikan
ISPA
4. Memberi kesempatan keluarga p. Bertanya
bertanya terhadap penjelasan yang
telah dilakukan perawat
5. Memberi penguatan terhadap q. Memperhatikan
respons yang telah dilakukan
keluarga
Penutup 1. Memberi kesimpulan dengan 1. Membuat kesimpulan
(10 menit) keluarga materi pendidikan bersama keluarga
kesehatan yang telah didiskusikan
2. Memberkan informasi cara dan 2. Memperhatikan
tempat memperoleh informasi
lanjutan yang berhubungan dengan
materi pendidikan kesehatan
3. Membuat kontak yang akan datang 3. Mengungkapkan
untuk kunjungan ke- 3 tentang kontrak akan
datang dan
menyatakan
kesanggupan

E. Materi
o Pengertian ISPA
o Penyebab ISPA
o Tanda dan Gejala

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 8
o Penatalaksanaan ISPA
o Cara Pembuatan obat tradisional untuk ISPA (Jeruk-Kecap)
F. Media
o Tanya jawab
o Diskusi
o Booklet
o Leaflet

Latar belakang
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan
kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang
terjadi.Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya.40 % -60 %
dari kunjungan diPuskesmas adalah oleh penyakit ISPA.Dari seluruh kematian yang
disebabkan oleh ISPA mencakup 20 % -30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah
karena pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan .
Program pemberantasan ISPA secara khusus telah dimulai sejak tahun 1984, dengan
tujuan berupaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian khususnya pada bayi dan
anak balita yang disebabkan oleh ISPA, namun kelihatannya angka kesakitan dan kematian
tersebut masih tetap tinggi seperti yang telah dilaporkan berdasarkan penelitian yang telah
disebutkan di atas.
Definisi ISPA
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran
pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah.
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang
dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 9
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk
pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan
menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat
kematian.
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang
tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan
infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit
dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik
Tanda-tanda bahaya
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan.Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan
mungkin meninggal.Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.Tanda-tanda bahaya
dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis
 Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing.
 Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
 Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
 Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Penatalaksanaan ISPA
Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar
pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik untuk
kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 10
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian
makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita
ISPA. Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :
Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
 Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
 Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
 Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Pengobatan
 Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigendan
sebagainya.
 Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
 Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan
gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah
(eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai
radang tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.
Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang menderita
ISPA.
 Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 11
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan
pada air (tidak perlu air es).
 Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis
½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali
sehari.
 Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang yaitu lebih
sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.Pemberian ASI pada bayi yang
menyusu tetap diteruskan.
 Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak, kekurangan cairan akan
menambah parah sakit yang diderita.
 Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat,
lebih-lebih pada anak dengan demam.Jika pilek, bersihkan hidung yang berguna
untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih
parah.Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup
dan tidak berasap.Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka
dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.Untuk penderita yang
mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang diperoleh
tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh.Dan untuk penderita yang
mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali
kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang.
Pencegahan dan Pemberantasan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
 Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
 Immunisasi.
 Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
 Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
Pemberantasan yang dilakukan adalah :

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 12
 Penyuluhan kesehatan yang terutama di tujukan pada para ibu.
 Pengelolaan kasus yang disempurnakan.
 Immunisasi.

Kesimpulan
Penyakit ISPA adalah salah satu penyakit yang banyak diderita bayi dan anak-anak,
penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak karena pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA
tergantung kepada pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita,
Penatalaksanaan dan pemberantasan kasus ISPA diperlukan kerjasama semua pihak, yaitu
peranserta masyarakat terutama ibu-ibu, dokter, para medis dam kader kesehatan untuk
menunjang keberhasilan menurunkan angka, kematian dan angka kesakitan sesuai harapan
pembangunan nasional.
Prosedur Pembuatan obat tradisional untuk batuk
(Jeruk-Kecap)
1. Fase Persiapan
Mencuci Tangan
2. Fase Kerja/Persiapan Alat
o Siapkan baki dan pengalas
o Potong jeruk nipis, kemudian jeruk diperas dan airnya disaring.
o Ambil kecap sebanyak 1 sendok makan, kemudian dituang kedalam gelas.
o Ambil 1 sendok makan air jeruk nipis, kemudian tuangkan kedalam gelas berisi
kecap.
o Aduk hingga merata
o Berikan pada anak untuk diminum
3. Berikan pada anak untuk diminum Fase Terminasi
o Merapikan alat yang sudah digunakan
o Mencuci tangan

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 13
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

Sasaran : Keluarga Tn. N


Tema : Penanganan Demam pada Anak
Hari, Tanggal : Sabtu 02 Februari 2019
Waktu : 17.00 WIB-17.30 WIB
Kunjungan Ke : III
A. Latar Belakang
Berdasarkan hasil pengkajian tanggal 15 Januari 2019 pada keluarga Tn. N di
kelurahan buluri, RW 03 RT 001, ternyata diketahui bahwa An. K menderita ISPA
yang disertai demam, dan Ny. Nh tidak mengetahui bagaimana mengatasi demam pada
An. K, oleh karena itu pendidikan kesehatan kepada keluarga Tn. N mengenai
bagimana penanganan pada anak demam dan cara mengukur suhu badan dengan
menggunakan alat Termometer.
B. Tujuan Utama
Setelah mengikuti pendidikan kesehatan keluarga Tn. N dapat melakukan perawatan
demam pada An. K cara menggunakan alat untuk mengukur suhu badan yaitu
termometer.
 Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit keluarga Tn. N dapat
menjelaskan kembali tentang: pengertian demam, penyebab serta gejalanya dan
cara mengukur termometer.
C. Tahap Kegiatan

Tahap dan Waktu Kegiatan Perawat Kegiatan Keluarga

Pendahuluan  Mengucapkan salam perkenalan r. Menjawab salam


(10 menit) kepada keluarga Tn. N

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 14
 Mengingatkan kontrak yang telah s. Memberikan Respons
disepakati
 Menanyakan kesiapan keluarga t. Menjawab tentang
untuk kontrak saat ini kesepian
 Menginformasikan tujuan yang u. Memperhatikan
hendak dicapai dalam kunjungan
saat ini
Pelaksanaan  Menjelaskan tentang lingkungan v. Memperhatikan
(20 menit) rumah yang sehat dan memenuhi
syarat kesehatan
 Memberi penguatan terhadap w. Memperhatikan
respons yang telah dilakukan
keluarga
 Menjelaskan tentang pengertian x. Memperhatikan
Demam
 Memberi kesempatan keluarga y. Bertanya
bertanya terhadap penjelasan yang
telah dilakukan perawat
 Memberi penguatan terhadap z. Memperhatikan
respons yang telah dilakukan
keluarga
Penutup  Memberi kesimpulan dengan å. Membuat kesimpulan
(10 menit) keluarga materi pendidikan bersama keluarga
kesehatan yang telah didiskusikan
 Memberkan informasi cara dan ä. Memperhatikan
tempat memperoleh informasi
lanjutan yang berhubungan dengan
materi pendidikan kesehatan
 Membuat kontak yang akan datang ö. Mengungkapkan
untuk kunjungan ke 6 tentang kontrak akan
datang dan
menyatakan
kesanggupan

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 15
6) Materi
o Pengertian Demam
o Penyebab Demam
o Patofisiologi Demam
o Tanda dan Gejala
o Pendekatan Diagnostik
o Penatalaksanaan Demam
o Kesimpulan
7) Media
o Tanya jawab
o Diskusi
o Booklet
o Leaflet

Pengertian Demam
Demam adalah keadaan di mana terjadi kenaikan suhu tubuh hingga 38oC atau lebih.
Ada juga yang mengambil batasan lebih 37,8oC sedangkan bila suhu tubuh lebih dari 40oC
disebut demam tinggi (hiperpireksia) dan bila suhu tubuh kurang dari 36oC disebut
hipotermi.Sejak dahulu demam merupakan suatu petanda adanya gangguan kesehatan,
sehingga pada anak sebanyak 10-15 % demam merupakan alasan orang tua untuk membawa
anak ke dokter. Bahkan sering orang tua menyamakan tingginya demam dengan beratnya
penyakit.Perlu diketahui bahwa demam hanyalah suatu keluhan dan bukan suatu diagnosis.
Sebagai suatu keluhan demam merupakan keluhan kedua terbanyak setelah keluhan nyeri.,
jadi merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diketahui lebih banyak tentang demam.
Demam umumnya tidak berbahaya tetapi bila demam tinggi dapat membahayakan anak.
Pengobatan demam tidak selalu menyenangkan, efektif dan berguna malahan
mungkin berbahaya. Untuk menurunkan demam dapat digunakan cara fisik dan pemberian
antipiretik. Pengobatan yang rasionil memerlukan pengertian yang baik tentang mekanisme

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 16
pengaturan suhu tubuh, penyebab demam serta pengetahuan tentang cara pengobatan yang
dapat menurunkan suhu tubuh. Pengobatan yang ditujukan terhadap penyakit yang
menyebabkan demam tersebut tentu saja tetap merupakan prioritas utama.
Penyebab Demam
Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran panas., dan hampir
selalu diidentikkan dengan terjadi infeksi padahal cukup banyak keadaan yang dapat
menimbulkan demam. Demam yang berhubungan dengan infeksi kurang lebih hanya 29 -
52%, sedangkan 11-20 % berhubungan dengan penyakit kolagen, 6 - 8 % dengan
keganasan, 4 % dengan penyakit metabolik dan 11 - 12 % dengan penyakit lain. Penyakit
infeksi yang terbanyak menimbulkan demam adalah infeksi saluran napas akut (ISPA),
demam berdarah dengue dan demam tifoid serta malaria (pada daerah endemis). Demam
yang terjadi tiba-tiba dan sangat tinggi biasanya disebabkan oleh virus.
Patofisiologi Demam
Manusia adalah makhluk yang dapat mempertahankan suhu tubuhnya walaupun suhu
disekitarnya berubah artinya suhu tubuh relatif tetap sekitar 37o C . Pengaturan suhu tubuh
ada di susunan saraf pusat yaitu "set-point" hipotalamus dimana terjadi keseimbangan antara
pembentukan dan pengeluaran panas. Di tempat dingin pembentukan panas bertambah dan
pengeluaran panas berkurang. Sebaliknya di tempat panas, pengeluaran panas akan
ditingkatkan .
Demam terjadi sebagai respon tubuh terhadap peningkatan set-point, tetapi ada
peninggian suhu tubuh karena pembentukan panas berlebihan tetapi tidak disertai
peningkatan set-point seperti pada penderita gondok atau keracunan aspirin. Infeksi
menimbulkan demam karena endotoksin bakteri merangsang sel lekosit (PMN) membuat
pirogen endogen (PE) yang bekerja di hipotalamus membentuk prostaglandin yang akan
meningkatkan set-point. Demam yang terjadi pada keganasan, infeksi virus, penyakit darah,
kolagen, gangguan metabolik, alergi, juga disebabkan pelepasan PE, tetapi sumber PE
bukan sel PMN.
Tanda dan Gejala
Ada beberapa hal yang dapat terjadi akibat demam itu sendiri:
o peningkatan denyut jantung, curah jantung
o malaise, perasaan tidak enak, kurang nafsu makan, tidak bisa tidur dan gelisah,
kejang.
o pengeluaran panas melalui paru dan kulit berupa napas cepat dan berkeringat banyak

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 17
o kekurangan cairan dan elektrolit (dehidrasi).
Kerusakan jaringan biasanya terjadi bila suhu lebih tinggi dari 41,1oC. Jaringan yang
paling mudah terkena ialah susunan saraf pusat (otak) dan otot. Kerusakan otak bersifat
menetap dan bila batang otak rusak, termostat hipotalamus dapat terganggu dan dapat terjadi
panas sentral yang tidak bisa diatasi dengan obat penurun panas (antipiretik) berupa koma,
kejang, kelumpuhan dan udem otak.
Terdapat perbedaan tingginya demam antara bayi kecil dan anak disebabkan karena
kemampuan meningkatkan set-point, dimana bayi berumur kurang dari 3 bulan jarang suhu
tubuh sampai lebih dari 40oC. Bayi berumur kurang dari 2 bulan lebih sering menunjukkan
demam minimal atau tidak demam sama sekali pada saat menderita infeksi.
Pendekatan Diagnostik
Informasi orang tua/ pengasuh anak sangat penting untuk dikembangkan. Anak yang
menangis pada saat telinga disentuh mungkin menunjukkan infeksi telinga atau anak yang
menutup mulutnya erat-erat ketika diberi makan mungkin merasa sakit di sekitar
mulutnya.Pengamatan yang cermat menempati peranan penting dalam pemeriksaan anak,
mungkin anak tidak perlu disentuh tetapi diperhatikan tingkah lakunya pada saat ia duduk di
pangkuan orang tuanya. Anak tidak dapat menentukan bagian tubuh mana yang terasa sakit
dan seringkali ia takut pada dokter.
Pada bayi umur kurang dari 3 bulan, misalnya infeksi serius oleh Streptococcus grup
B dan bakteri gram negatif, lebih ditunjukkan oleh penampakan yang lain dari biasanya
misalnya tiba-tiba tidak mau menetek,susah tidur, rewel, menangis terus dibandingkan
peningkatan suhu. Pada anak umur lebih dari 3 bulan makin tinggi suhu makin mungkin
disebabkan infeksi serius misalnya oleh Haemophyllus influenzae yang menyebabkan
radang otak. Setelah anak berumur 3 tahun lebih jarang terjadi radang otak karena ia telah
mempunyai kekebalan alami dan pada usia ini demam sering disebabkan oleh infeksi
saluran napas akut , infeksi virus termasuk demam berdarah atau demam tifoid.
Penatalaksanaan Demam
Dalam penatalaksanaan demam diperlukan pengertian tentang mekanisme pengaturan
suhu tubuh. Apakah setiap demam perlu diobati? Tidak semua demam memerlukan terapi,
misalnya pasca imunisasi, mungkin hanya tindakan berupa kompres saja bahkan tidak perlu
dengan air es, cukup air biasa. Atau pertanyaan lain apakah peranan demam terhadap
penyakit ? Menguntungkankah atau merugikan?.Pada tingkat tertentu demam merupakan

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 18
bagian dari pertahanan tubuh, sedangkan penurunan suhu dengan obat-obatan justru dapat
mengaburkan gejala. Pemberian obat yang relatif tidak aman lebih
berbahaya dari demamnya sendiri misalnya resiko alergi atau keracunan.
Tujuan pengobatan adalah membebaskan penderita dari keluhan demam dengan
segala akibat yang dapat ditimbulkan oleh demam itu sendiri. Dianjurkan pengobatan
simptomatik demam untuk mengurangi resiko demam tinggi dan kejang demam,
mengurangi perasaan tidak enak dimana orang tua juga pasti ikut cemas, mengurangi
pemakaian energi pada pasien dengan kelainan kardiovaskular.
Penatalaksanaan demam pada anak dapat dilakukan secara fisik dan obat-obatan atau
kombinasi keduanya.
Secara fisik:
o Bukalah pakaian dan mantel yang berlebihan-lebihan.
o Memperhatikan aliran udara didalam ruangan
o Jalan napas harus terbuka
o Berikan cairan yang dingin melalui mulut, minum sebanyak-banyaknya.
o Tidur yang cukup agar metabolisme berkurang
o Kompres dengan air hangat. Tidak dianjurkan dengan alkohol.
Antipiretik:
 Antipiretik mencegah pembentukan prostaglandin dengan jalan menghambat
enzim cyclooxygenase sehingga set-point hipotalamus direndahkan kembali
menjadi normal, yang mana perintah memproduksi panas diatas normal dan
mengurangi pengeluaran panas tidak ada lagi.
Petunjuk segera ke sarana kesehatan apabila:
o Demam > 2 hari.
o Demam yang disertai muntah hebat, sesak, kejang dan kaku kuduk
o Demam disertai sakit telinga dan keluar nanah.
o Demam disertai perdarahan
o Demam dengan kelainan bawaan
o Demam dan gizi buruk
Ringkasan
Dikatakan demam apabila suhu tubuh meningkat hingga 38oC atau lebih.Demam
bukan suatu diagnosis tetapi merupakan salah satu gejala dari suatu penyakit, oleh sebab itu
penyakit utama yang menyebabkan demam itulah yang harus ditangani.Demam umumnya

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 19
tidak berbahaya tetapi bila demam tinggi dapat membahayakan bagi anak. Penatalaksanaan
demam dapat dilakukan secara fisik, dengan obat-obatan atau kombinasi keduanya

Prosedur Pengukuran Suhu Badan


Menggunakan Termometer Digital

1. Pengertian
Mengukur suhu badan dengan menggunakan thermometer yang ditempatkan diketiak.
2. Tujuan
Untuk mengetahui suhu badan anak
3. Persiapan Alat
o Termometer
o Tisu/Kain
4. Prosedur
o Siapkan alat
o Cuci tangan
o Bersihkan ujung thermometer sebelum digunakan dengan menggunakan tisu atau
kain bersih
o Pencet tombol on/off pada thermometer
o Pasangkan thermometer pada ketiak anak hingga berbunyi
o Bila thermometer sudah berbunyi kemudian thermometer diambil dari ketiak anak
dan dilakukan pembacaan pada thermometer dengan melihat angka yang tertera di
thermometer tersebut
o Angka yang tertera menunjukan suhu badan anak
o Setelah selesai pengukuran, matikan thermometer dengan memencet tombol on/off
pada thermometer
o Bersihkan thermometer dengan menggunakan tisu atau kain pada ujungnya
o Simpan kembali thermometer pada tempat yang aman dari jangkauan anak-anak

DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 20
DEWI PAULINA, S.Kep Prodi Profesi Ners STIKes Widya Nusantara Palu

Page 21

Vous aimerez peut-être aussi