Vous êtes sur la page 1sur 1

ASAL USUL POLA KEBIASAAN MAKAN SUKU BALI

Dalam kitab Nagarakrtagama (1365), babi disinggung sebagai salah satu jenis daging
yang dihidangkan di Istana Majapahit, selain daging domba, kerbau, ayam, lebah, ikan, dan
bebek. Selain itu, juga ada beberapa jenis daging lagi yang tidak dihidangkan kepada orang yang
taat karena pantangan Hindu, meskipun banyak digemari oleh rakyat biasa, seperti kodok,
cacing, penyu, tikus, anjing. Banyak sekali pada masa itu orang-orang yang menggemari daging-
daging ini. Agama Hindu tampaknya nyaris tidak berperan dalam mengekang sumber-sumber
protein.
Lantas, apa yang kemudian menjadikan babi sebagai daging konsumsi utama di kalangan
masyarakat Bali? Hal ini tampaknya tidak dapat dilepaskan dari peran orang-orang Hindu Jawa
yang bermigrasi ke Bali pasca runtuhnya kekuasaan Majapahit. Pada abad ke-16, ketika masa
kekuasaan Raja Batu Renggong, orang-orang Bali mentransformasikan pengaruh-pengaruh
Majapahit untuk disesuaikan dengan kebutuhan hidup. Mereka menciptakan apa yang dalam
kenyataannya sebagai budaya kontemporer Bali serta memberikan elemen-elemen khusus.
Mereka juga membawa dan mempertahankan kebiasaan-kebiasaan mereka, termasuk didalamnya
persoalan kebiasaan makan Di sisi lain, pengaruh agama dapat disimak dari pantangan untuk
tidak memakan daging sapi putih sebagai suatu pantangan seperti halnya yang dianut oleh orang-
orang Hindu-India. Tentu ini sebuah paradoks dengan orang-orang Islam yang berpantangan
untuk tidak mengkonsumsi daging yang haram, babi.
Pada kurun abad ke-19 hingga awal abad ke-20, Babi adalah hewan ternak –selain
lembu— yang menjadi kebutuhan utama rumah tangga keluarga Bali. Hampir setiap kepala
keluarga memiliki paling sedikit satu sapi dan beberapa ekor babi yang diperuntukkan untuk
kebutuhan pribadi atau nantinya akan dijual ke pasar lokal dan juga ekspor.
Namun, ada hal yang lebih penting dari sekedar hewan komoditas. Di Bali, babi juga
adalah hewan yang digunakan dalam kegiatan-kegiatan ritus. Seperti disinggung oleh ahli sejarah
Asia Tenggara, Anthony Reid, umumnya riwayat daging dalam kegiatan ritus di kawasan Asia
Tenggara sudah menjadi suatu hal yang penting, sebagaimana orang Bali memandang daging
babi dalam kegiatan ritusnya. Dijadikannya babi sebagai kegiatan ritus di Bali.
Bukan hanya dalam kegiatan ritus, babi sudah sejak lama menjadi semacam mitos yang melekat
di lingkungan orang Bali.

Vous aimerez peut-être aussi