Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abstract. The Big Gossan skarn ore deposit, located around 1 km south-west of the Ertsberg skarn ore
deposit, and 2 km south of the Grasberg porphyry Cu-Au deposit. The ore deposits is skarn ore deposit
type with very high copper grade. By The end of 2007, ore reserve of Big Gossan is 52.7 million ton
with grade mean of Cu 2.31%, Au 1.1 gr /ton and Ag 14.75 gr/ ton. The Big Gossan ore deposit form
tabular pattern dimension having length more than 1 km, height more than 500 m and wide variety
up to 200m.
The Big Gossan skarn zones successively from boundary of Hornfels of Kembelangan shale (Kkeh)
showing proximal skarn (garnet>clino-pyroxene), intermediate skarn (garnet=clino-pyroxene), distal
skarn (clino-pyroxene >garnet), and marble.
Petrography observation in the drift and also the drilling core, indicating that proximal skarn is
started at the boundary between carbonate rock of Waripi Formation and Limestone Member of Ekmai
Formation with hornfels of Shale Member of Ekmai Formation which have gradation to intermediate,
distal skarn till marble. Garnet present abundance and gradually disappear toward marble. On the
contrary clino-pyroxene present insignificant amount around hornfels and gradually more abundance
toward boundaries of marble.
In general, minerals paragenetic sequence of Big Gossan skarn ore deposit started from of
metamorphism processes, yielding biotite-k.feldspar hornfels and biotite-pyroxene hornfels. Next
process is the interaction of hydrothermal fluid with wall rock and intrusion rock peripheral yield
anhydrous prograde skarn which is marked by the present of garnet minerals (andradite-grossularite)
and clinopyroxene ( diopside-hedenbergite) is accompanied by epidote-calcite-quartz-anhydrite. The
abundance tremolite-actinolite which of accompanied by many other minerals such as talc-anhydrite-
calcite-epidote-garnet-magnetite-pyrite, marking the existence of the hydrous retrograde skarn phase,
after hydrothermal breccia. Most sulfide minerals such as magnetite pyrite, chalcopyrite, sphalerite,
pyrrhotite, galena, associated with Cu-Au, formed after hydrous retrograde.
1. PENDAHULUAN
Penambangan di Distrik Erstberg dimulai pada tahun 1970 pada cebakan skarn Tambang Terbuka Ertsberg.
Kegiatan eksplorasi lanjutan pada tahun-tahun awal penambangan ini telah menemukan tubuh bijih Gunung
Bijih Timur (GBT) dan DOM (diambil dari bahasa belanda yang berarti dekat puncak katedral). Kemudian pada
tahun 1980-an ditemukan cebakan-cebakan lainnya di East Erstberg Skarn System (EESS) serta ditemukan dan
pengembangan Tambang Terbuka Grasberg. Kemudian sejak tahun 1990 dan seterusnya telah ditemukan
Tambang Bawah Tanah Big Gossan, mineralisasi tipe porfiri Cu di prospek Lembah Tembaga, Tambang Bawah
Tanah Kucing Liar, dan Tambang Bawah Tanah DMLZ
Tubuh cebakan Deep Mill Level Zone (DMLZ) merupakan bagian dari cebakan bijih East Ertsberg Skarn System
(EESS) yang terletak 3 km sebelah tenggara tambang terbuka Grasberg. EESS adalah intrusi tunggal diorit
dengan tembaga/emas dan tubuh cebakan pada skarn di batuan sedimen. EESS awalnya ditemukan melalui
singkapan mineralisasi di permukaan, sekarang mineralisasi tersebut tidak terlihat karena penurunan yang
berhubungan dengan metode operasi ambrukan (block cave method) di bawahnya.
Endapan bijih Big Gossan, terletak sekitar 1 km di bagian barat-daya kompleks endapan bijih skarn
Ertsberg, 2 km selatan endapan porfiri Grasberg. Endapan bijih ini merupakan endapan bijih tipe
skarn dengan kadar tembaga sangat tinggi. Pada Akhir 2007, cadangan bijih Big Gossan adalah 52 ,7
juta ton dengan rata-rata kadar Cu 2,31%, Au 1,1 g/t dan Ag 14,75 g/t. Dimensi endapan bijih Big
Gossan membentuk pola yang tabular, mempunyai panjang lebih dari 1 km, ketinggian sekitar 500 m
dan lebar lebih dari 200m.
Daerah meneralisasi Ertsberg (Gunung Bijih) menempati lereng selatan Pegunungan Jayawijaya
(Carstensz) yakni daerah yang terangkat paling tinggi dari rangkaian Pegunungan Tengah Irian Jaya.
Puncak tertingginya Carstensz Pyramid mencapai ketinggian 5.200 meter. Batuan sedimen tertua di
daerah ini ialah anggota teratas kelompok kembelangan, dengan kisaran umur dari Jura sampai
Kapur. Batuannya terutama terdiri dari selang-seling kwarsit dan batupasir, dan setempat terubah
menjadi hornfels karena metamorfosa oleh intrusi.
Anggota kelompok Kembelangan tersebut tertutup secara selaras oleh formasi Faumai berumur
Eosen, yaitu Formasi Basal dari kelompok-batugamping Irian Jaya. Formasi ini terutama terdiri dari
berbagai jenis batugamping bioklastik yang mengandung antara lain fosil milidae, algea dengan ciri
khas adanya foraminifera besar. Sebagaimana ditunjukkan di lapangan, batuan formasi ini peka
untuk metasomatisma terhadap intrusi dioritik yang kemudian dapat termineralisasi. Formasi basal
di atas tertutup secara selaras oleh formasi Ainod berumur Oligocene dari kelompok batugamping
yang sama. Batuannya berupa sikwens tebal dari batu gamping masif, dan di daerah Ertsberg
kontaknya dengan formasi faumai ditanmdai oleh batupasir dengan ketenbalan sampai satu meter.
Intrusi-intrusi berukuran relatif kecil terdapat sebagai stock, retas dan sill yang melampar sepanjang
patahan-patahan utama tersebut atau pada perpotongannya. Batuan intrusif tersebut berkomposisi
diorit sampai monzonit, berbutir sedang yang serba sama sampai porfiritik dengan hornblende, biotit
dan piroksin sebagai mineral mafik. Bijih tembaga dengan kadar yang tinggi terdapat dalam skarn-
xenolitik, skarn-kontak, dan stockwork. Mineral bijih tembaga yang utama ialah kalkopirit dan
bornit, sedang emas terdapat sebagai inklusi di dalamnya. Di daerah Ertsberg, bentang alam dan
endapan glasial merupakan ciri yang khas.
2. STUDI LITERATURE
a. Stratigrafi
Siklus pengendapan di wilayah endapan bijih Big Gossan dan sekitarnya, dimulai dari pengendapan
batuan-batuan sediment klastik yang termasuk Kelompok Kembelangan pada zaman Jura hingga
Kapur. Bahan-bahan klastik ini diperkirakan berasal dari rombakan batuan batuan sedimen berumur
Paleosoikum dan Trias dari daratan Australia yang terletak disebelah selatan. Bahan-bahan klastika
yang berukuran halus diendapkan dalam lingkungan paparan laut dangkal dan yang berukuran
kasar, diendapkan dalam lingkungan dekat pantai, dan barrier. Ketebalan kelompok Kembelangan
seluruhnya adalah lebih dari 3400 meter (Peninngton, 1995). Setelah Kelompok Kambelangan
diendapkan diatasnya secara selaras Kelompok Batugamping New Guinea, dengan ketebalan
minimum adalah 1600 meter. Setelah Batugamping New Guineu, kemudian diendapkan diatasnya
Endapan Kuarter, Batuan-batuan berumur Kuarter terdiri dari endapan Aluvial di lembah-lembah,
endapan koluvial di sepanjang lereng perbukitan, dan endapan glacial, menutup tidak selaras
batuan-batuan Kelompok Kembelangan dan Kelompok New Guinea Limestone.
Gambar 2. Peta Geologi Kontrak Karya “A” (PT. Freeport Indonesia, 1997)
b. Batuan Beku
Terdapat dua macam batuan beku intrusi di daerah endapan bijih Big Gossan, yang satu dikenal
sebagai intrusi Diorit Ertsberg (Te) dan batuan beku porfiritik yang keberadaannya pada kontak
batupasir dan batugamping Formasi Ekmai, kemudian dikenal sebagai dike/sill Big Gossan. Dike/sill
Big Gossan yang bersentuhan langsung dengan alterasi-mineralisasi skarn, bertekstur porfiritik,
fenokris tersusun oleh piroksen dan plagioklas berukuran kristal 1-3 mm tertanam dalam mikrolit
plagiolas-k.feldspar yang berukuran sangat halus-halus, menunjukkan komposisi traki-andesit atau
andesit. Sedangkan intrusi diorit Ertsberg memperlihatkan tekstur yang lebih kasar dan
equigranular, dengan komposisi yang relatif sama.
Yang menjadi pertanyaan, intrusi dike/sill diorit porfiri Big Gossan apakah merupakan bagian tepi-
atas dari tubuh stock diorit Erstberg yang berada pada bagian tengah-bawahnya (co-magmatik). Atau
merupakan produk magmatisme yang berbeda? Pentarikhan umur dengan metode Ar-Ar pada
mineral flogopit pada fase retrograde skarn di Big Gossan menunjukkan umur 2.82±0.04 Ma. Pada
umumnya umur alterasi-mineralisasi dengan intrusi yang terkait antara 500 ribu hingga 1 jt tahun,
sehingga intrusi yang terkait dengan endapan Big Gossan paling tidak adalah 3.3±0.04 Ma.
Sedangkan umur intrusi Ertsberg berdasarkan pentarikhan umur dengan metode K-Ar dan Ar-Ar
dari peneliti terdahulu, menunjukkan umur 2.67±0.03 Ma hingga 3.10±0.12 Ma. Dike/sill Big Gossan
bisa jadi terkait dengan kompleks intrusi South Wanagon. Meinert et al.(1997) menyebut bahwa
endapan bijih Big Gossan sedikit lebih tua dibanding intrusi Ertsberg, didasarkan pada data inti bor
yang memperlihatkan kenampakan diorit Ertsberg memotong zona alterasi di Big Gossan.
Proksimal skarn dimulai pada batas antara batuan karbonat Formasi Waripi dan Anggota Batugaping
Formasi Ekmai dengan hornfels dari lapisan serpih Formasi Ekmai bergradasi menjadi intermediet,
distal hingga marmer. Garnet hadir melimpah dan secara bertahap menghilang kearah marmer.
Sebaliknya klino-piroksen hadir dalam jumlah kecil di sekitar hornfels dan secara berangsur semakin
banyak kearah batas marmer.
Perkembangan zonasi skarn mulai proksimal hingga distal nampak jelas di batuan samping Formasi
Waripi. Sebaliknya, di batuan samping Formasi Ekmai, walaupun eksoskarn garnet sering hadir,
tetapi gradasi dari proksimal hingga distal tidak begitu nampak.
Gambar 3. Foto kontak distal eksoskarn klino-piroksen dengan proksimal eksoskarn garnet (kanan)
pada Anggota Batugamping Formasi Ekmai, yang tidak disertai kehadiran sulfida Gambar kanan
memperlihatkan foto batas marmer dengan zona distal klino-piroksen eksoskarn. Lokasi 3060/L
st.38/24-25.
Gambar 4. Gambar kiri: Peta Geologi di elevasi 3060 Big Gossan (Sumber : PT. Freeport Indonesia).
Gambar kanan: inset zonasi skarn.
d. Mineralisasi Bijih
Pembentukan sebagian besar mineral sulfida dan oksida diantaranya managnetit, pirit,
kalkopirit,sfalerit, pirhotit, galena, arsenopirit, yang berasosiasi dengan kehadiran Cu dan Au,
dikontrol oleh struktur utama berarah NW-SE. Tren ini terkait dengan pembentukan zonasi skarn
garnet-klino-piroksen di daerah penelitian. Dalam jumlah kecil juga ditemukan tren struktur NE-SW
yang mengontrol pembentukan mineral-mineral sulfida pirit, arsenopirit, sfalerit, galena, bismutinit
dan Au yang kedua, yang berasosiasi dengan pemunculan mineral klorit, serpentin, epidot dan
mineral lempung.
Kalkopirit, pirit, dan magnetit merupakan mineral-mineral sulfida dan oksida utama yang hadir
cukup melimpah. Kalkopirit dan pirit umumnya hadir pada eksoskarn garnet terutama pada batas
dengan hornfels biotit-alkali felspar, pada batas eksoskarn garnet- klino-piroksen dengan eksoskarn
klino-piroksen , serta pada batas skarn klino-piroksen dengan marmer. Sedangkan mineral magnetit,
banyak terbentuk pada batas skarn klino-piroksen dengan marmer.
e. Sekuen Paragenesa
Secara umum kronologi pembentukan skarn di endapan bijih Big Gosan adalah sebagai berkut:
1. Metamorfisme Kontak
Proses metamorfisme ini mengasilkan zona aerole hornfels dan marmer pada batuan samping (wall
rocks) sekitar tubuh intrusi. Hornfels biotit-kalium feldspar dan hornfels biotit-piroksen banyak
terbentuk pada batuan asal Anggota Serpih Formasi Ekmai, sedangkan marmer terbentuk pada
batuan asal karbonatan Formasi Waripi dan Anggota Batugamping Formasi Ekmai.
Marmer secara konsisten didapatkan pada bagian tepi dari skarn. Dari pengamatan beberapa STOPE
di drift level 3060, pada kontak skarn klino-piroksen dan marmer, terdapat beberapa blok marmer
yang berada di dalam zona skarn. Adanya sisa-sisa host rock marmer yang tidak terubah oleh reaksi
hidrotermal, menunjukkan bahwa sebelum terjadi proses hidrotermal (skarnifikasi) lebih dulu
terbentuk marmer.
2. Prograde Anhydrous Skarn
Pada fase akhir magmatisme fluida hidrotermal yang didominasi oleh fase gas akan bergerak dari
tubuh intrusi ke arah batuan samping bagian atas. Proses interaksi fluida hidrotermal dengan batuan
samping dan bagian tepi intrusi menghasilkan prograde anhydrous skarn (kemungkinan diikuti atau
bersamaan breksiasi).
Prograde anhidrous skarn Big Gossan dicirikan oleh hadirnya mineral garnet (andradit-grosularit)
dan klino-piroksen (diopsid-hedenbergit) disertai epidot-kalsit-kuarsa-anhidrit.
Tabel 2. Sekuen paragenesa endapan skarn Big Gossan skarn (data studi lapangan 2008 dikompilasi
dengan peneliti terdahulu; Gonzales.,1993, Meinert,et.al.2003, Prendergast,et.al.2005)
Minerals METAMORf PROGRADE Retrograde MINERALIZA- MINERALIZA- LATE
HYDROUS
STAGE ANHYDROUS TION STAGE 1 TION STAGE 2 ALTERATION
Biotite
K. Felsdpar
Calcite ?
C.Pyroxene
Garnet ?
Epidote
Tremolite-
Actinolite
Anhydrite
Talc
Siderite
Magnetite
Pyrite
Sphalerite
Pyrrhotite
Chalcopyrite
Bornite
Hematite
Galena
Arseopyrite
Bismuthinite
Gold
Quartz
Chlorite
Serpentine
Clay Minerals
Sedangkan Survey Ground Magnetic ditujukan untuk mengukur nilai kemagnetan dari batuan dimana
biasanya daerah mineralisasi logam menunjukan daerah anomaly, disamping itu juga dapat
membantu memberikan informasi untuk interpretasi batuan intrusif yang bersifat basa di bawah
permukaan.
3. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa mineragrafi.
Analisa mineragrafi dilakukan untuk mengetahui mineral- mineral logam yang terkandung di
dalam conto batuan yang diamati serta untuk mengetahui keterkaitannya diantara mineral logam
tersebut. Dalam penelitian ini lebih ditekankan kepada identifikasi mineral logam yaitu tembaga
dan emas serta hubungannya dengan mineral logam lainnya seperti pirit, hematit, sfalerit dan
mineral sulfida lainnya, dengan mengamati tekstur mineral bijih tersebut. Pengamatan mineragrafi
ini dilakukan dengan menggunakan sayatan poles (double polished) dengan bantuan mikroskop
polarisasi cahaya pantul (gambar 3.2). Pengamatan yang dilakukan meliputi sifat fisik seperti
bentuk kristal dan belahan, serta sifat optik meliputi warna mineral bijih yang terpantulkan, refleksi
ganda yang menunjukkan perubahan intensitas warna pada saat meja mikroskop diputar,
anisotropik dengan pengamatan nikol bersilang yang akan mengetahui apakah mineral tersebut
bersifat isotrop (tidak terjadi perubahan intensitas dan warna bila meja diputar 360o) atau bersifat
anistropik (terjadi perubahan intensitas dan warna bila meja diputar 360o).
Conto batuserpih Formasi Ekmai berdasarkan analisa mineragrafi dari fotomikrografi (Gambar 6)
ditemukan mineral-mineral logam yaitu: Pirit (FeS2) warna krem pucat dijumpai dalam
butiran bebas maupun terikat bersama kalkopirit. Kalkopirit (CuFeS2) warna kuning ditemukan
sebagai butiran bebas maupun terikat bersama pirit. Kalkopirit kehadirannya dipotong oleh pirit.
Conto Batuan Karbonat Formasi Waripi Dengan alterasi magnetit skarn, berdasarkan pengamatan
mineragrafi dari fotomikrografi sayatan poles (Gambar 7) ditemukan mineral-mineral logam
seperti:Kalkopirit (CuFeS2), ditemukan terikat bersama mineral bornit serta dijumpai dalam
mineral sfalerit dan hematit sebagai inklusi. Sfalerit (ZnS) berwarna abu-abu kecoklatan
ditemukan sebagai butiran tunggal maupun terikat dengan mineral kalkopirit dan hematit. Kovelit
(CuS) berwarna biru dijumpai menggantikan bornit di beberapa bagian.
Bornit (Cu5FeS4) berwarna merah jambu kecoklatan dijumpai terikat dengan sfalerit dan kalkopirit
serta di beberapa bagian tergantikan oleh kovelit. Hematit (Fe 2O3) berwarna abu-abu kebiruan
terikat bersamaan dengan sfalerit dan terdapat inklusi kalkopirit. Kalkopirit dipotong oleh bornit
dan inklusi di dalam sfalerit, bornit dipotong oleh sfalerit dan kovelit hadir sebagai
pengganti pada mineral bornit dibeberapa tempat.Fotomikrografi sayatan poles pada gambar 8
ditemukan mineral-mineral logam seperti: Kalkopirit (CuFeS2) warnakuning pucat, anisotropi lemah
kebiruan. Sfalerit (ZnS) warna abu-abu, isotrop, mengandung bercak-bercak hematit di dalamnya,
diperkirakan karena proses penggantian.Hematit (Fe2O3) warna abu kebiruan, kemungkinan ubahan
dari mineral magnetit dan pirit, anisotropi sedang,berbentuk bilah-bilah.
Gambar 9. Batuan Intrusi Ertsberg (Te) dari lubang bor DZ25-01-04 di kedalaman 221.4-224.4 m. (a)
Hand specimen Intrusi Ertsberg yang sudah mengalami alterasi propilitik. (b) Fotomikrografi sayatan
poles yang menunjukkan kalkopirit (Ccp), pirit (Py), galena (Gn) dan sfalerit (Sp) yang saling
berikatan. Paralel nikol.
Gambar 10. Batugamping Formasi Ekmai (Kkel) dari lubang bor TE09-17 di kedalaman 197.8-
200.8 m. (a) Hand specimen Batugamping Ekmai teralterasi oleh mineral garnet-diopside-
hornfels-epidote-magnetit dan terpotong oleh urat kalkopirit-pirit-anhidrit. (b)Fotomikrografi
sayatan poles yang menunjukkan kalkopirit (Ccp) berikatan dengan sfalerit (Sp). Paralel nikol.
Gambar 11. Batuserpih Formasi Ekmai (Kkeh) dari lubang bor DMLZITL3-01 di kedalaman
46.8-49.3m. (a) Hand specimen Batuserpih Formasi Ekmai teralterasi oleh mineral hornfels-
diopside-feldspar-epidote, dipotong oleh urat kalkopirit-pirit. (b) Fotomikrografi sayatan poles
yang menunjukkan pirit (Py) dan kalkopirit (Ccp) sebagai butiran bebas maupun saling
berikatan. Parallel nikol.
Gambar 12. Batuan Karbonat Formasi Waripi (Tw) dari lubang bor DMLZITL3-01 di
kedalaman 60.8-64.1m. (a) Hand specimen Batuan Karbonat Formasi Waripi yang sudah
mengalami alterasi kuat menjadi magnetit diikuti oleh mineral garnet-kalkopirit-tremolit-pirit-
anhidrit. (b) Fotomikrografi sayatan poles yang menunjukkan sfalerit (Sp), bornit (Bn) dan
kalkopirit (Ccp) yang saling berikatan. Kovelit (Cv) hadir menggantikan bornit serta tampak
kalkopirit sebagai inklusi dalam sfalerit. Parallel nikol.
Gambar 13. Batuan Karbonat Formasi Waripi (Tw) dari lubang bor DMLZITL3-01 di kedalaman 60.8-
64.1m. (a) Hand specimen Batuan Karbonat Formasi Waripi yang sudah mengalami alterasi kuat
menjadi magnetit warna hitam, tersusun atas mineral magnetit-garnet-anhidrit-sedikit hematit, pirit-
kalkopirit terdapat sebagai urat dan juga sebagai disseminated. (b) Fotomikrografi sayatan poles yang
menunjukkan Kalkopirit (Ccp), sfalerit (sp) dan Hematit (Hm) saling berikatan. Paralel nikol.
5. KESIMPULAN
a. Zonasi skarn dicirikan oleh kehadiran mineral garnet yang hadir melimpah pada batas Anggota
Serpih Formasi Ekmai dengan Formasi Waripi, secara gradual menghilang kearah marmer.
Sebaliknya untuk mineral klino-piroksen hadir dalam jumlah kecil di sekitar hornfels dan secara
berangsur semakin banyak kearah batas marmer. Perkembangan zonasi skarn mulai proksimal
hingga distal nampak jelas di batuan samping Formasi Waripi. Sebaliknya, di batuan samping
Formasi Ekmai, walaupun eksoskarn garnet sering hadir, tetapi gradasi dari proksimal hingga
distal tidak begitu nampak. Zonasi skarn terutama pada batuan dinding F.ormasi Waripi, tidak
selalu bergradasi dari proksimal-intermediet-distal-hingga marmer.
b. Mineralisasi Kalkopirit (Cu)-Au pada umumnya di kontrol oleh patahan yang membatasi
Formasi Ekmai dan Formasi Waripi berarah relatif SSW-SSE. Sedangkan mineralisasi Au-sfalerit-
pyrite yang berasosiasi dengan urat epidot-aktinolit-gipsum, dikontrol oleh tren struktur berarah
NE-SW. Kalkopirit, pirit, dan magnetiti merupakan mineral-mineral sulfida dan oksida utama
yang hadir cukup melimpah. Mineral sulfida terutama kalkopirit dan pirit umumnya hadir
pada eksoskarn garnet terutama pada batas dengan hornfels biotit-alkali felspar, pada batas
eksoskarn garnet- klinopiroksen dengan eksoskarn klino-piroksen , serta pada batas skarn klino-
piroksen dengan marmer. Sedangkan mineral magnetit, banyak terbentuk pada batas skarn
klinopiroksen dengan marmer.
c. Sikuen paragenesa mineral pada endapan skarn Big Gossan dimulai dari proses metamorfisme ,
prograde anhydrous skarn, retrograde hydrous skarn, dan mineralisasi sulfida yang berasosiasi
dengan endapan Cu-Au.
REFERENSI
[1] Cloos,M. and Housh,T.B. 2007. Collisional Delamination : Implication for Porphyry-Type Cu-Au
Ore Formation. Proceeding of the ore and orogenesis Symposium in Honor of W.R. Dickinson.
September 2007.
[2]Gonzales,D.M.,1993. Preliminary Paragenetic Study of the Big Gossan Copper karn Deposit,
Ertsberg (Gunung Bijih) District, Irian Jaya, Indonesia. Dept.of Geological Sciences The University
of Texas at Austin. Unpublish.
[3]Meinert, L.D., 1993, Skarns and Skarn deposits, in Ore deposit models volume II, editor Sheahan, P.A.,
and Cherry, M.E., Geoscience Canada, reprint series 6. hal 117-135.
[7]Thompson, A.J.B. & J.F.H. Thompson, MDD Series editor: K.P.E. Dunne, 1996). “Atlas of
Alteration; A Field and Petrographic guide to Hydrothermal Alteration minerals”.