Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
(
(SUSPENSI DAN SYRUP))
PRODI FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
DEFINISI SUSPENSI
Sistem dua fasa terdistribusi / terdispersi
sebagai partikel padat didalam fasa kedua atau
fase kontinyu (cair) Fasa terdispersi disebut
fase kontinyu (cair). Fasa
sebagai fasa dalam. Fasa kontinyu disebut
sebagai fasa luar Ukuran fasa terdispersi (fasa
sebagai fasa luar. Ukuran fasa terdispersi (fasa
dalam) 0,5 um atau lebih (USP XXVII, 2004)
SISTEM DISPERSI
∗ MERUPAKAN CAMPURAN ANTARA ZAT
TERLARUT DAN ZAT PELARUT
∗ ZAT TERLARUT = FASA TERDISPERSI = FASA
ZAT TERLARUT FASA TERDISPERSI FASA
DALAMÆ JUMLAHNYA LEBIH SEDIKIT
DARIPADA ZAT PERLARUT
∗ ZAT PELARUT = FASA KONTINYU = MEDIUM
PENDISPERSI = FASA LUAR
SISTEM DISPERSI
Fasa Medium Dispersi
Terdispersi Solid Liquid Gas
Solid Solid dalam basis Suspensi Aerosol
salep Solid
Solid dalam basis
tipis polimer
Liquid Cairan dalam basis Emulsi Aerosol
salep Cairan
Gas Udara dalam busa Busa
plastik padat (foam)
Suspension
Continuous phase
(Dispersion medium)
Dispersed phase
6
KEUNTUNGAN
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar
g p y g
menerima tablet / kapsul, terutama anak‐anak.
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet /
kapsul (karena luas permukaan kontak antara
zat aktif dan saluran cerna meningkat).
4 Dapat menutupi rasa tidak enak / pahit obat
4. D t t i tid k k / hit b t
(dari larut / tidaknya)
KEKURANGAN
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan kristal jika jenuh,
estab a e da (pe tu bu a sta j a je u ,
degradasi, dll)
2. Jika membentuk “cacking” akan sulit terdispersi kembali
sehingga homogenitasnya turun.
3. Alirannya menyebabkan sukar dituang
4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan
larutan
5 Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan
5. Pada saat penyimpanan kemungkinan terjadi perubahan
sistem dispersi (cacking, flokulasi‐deflokulasi) terutama
j
jika terjadi fluktuasi / perubahan temperatur.
j /p p
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk
memperoleh dosis yang diinginkan.
Sifat Fisik Untuk Formulasi Suspensi
yang Baik(Aulton, hlm. 269)
1 Suspensi harus tetap homogen pada suatu perioda
1. Suspensi harus tetap homogen pada suatu perioda,
paling tidak pada perioda antara pengocokan dan
penuangan sesuai dosis yang dikehendaki.
2. Pengendapan yang terjadi pada saat penyimpanan harus
mudah didispersikan kembali pada saat pengocokan.
3. Suspensi harus kental untuk mengurangi kecepatan
pengendapan partikel yang terdispersi. Viskositas tidak
boleh terlalu kental sehingga tidak menyulitkan pada
saat penuangan dari wadah.
4. Partikel suspensi harus kecil dan seragam sehingga
4 p g gg
memberikan penampilan hasil jadi yang baik dan tidak
kasar (gritty texture=berpasir)
MACAM MACAM SUSPENSI
MACAM‐MACAM SUSPENSI
Berdasarkan Penggunaan (FI IV, 1995)
1 S
1. Suspensi Oral Æditujukkan untuk penggunaan
i O l Ædit j kk t k gg
oral.
2 Suspensi Topikal Æditujukkan untuk
2.
penggunaan pada kulit.
p p
3. Suspensi Optalmik Æ ditujukkan untuk
j
penggunaan pada mata.
Suspensi optalmik, sediaan cair steril yang mengandung
Suspensi optalmik sediaan cair steril yang mengandung
partikel‐partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa
untuk pemakaian pada mata.
Syarat suspensi optalmik :
a. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk
termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi dan
atau goresan pada kornea.
t d k
b. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi
massa yang mengeras atau penggumpalan
4. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa
suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan
disuntikan secara intravena atau kedalam saluran
spinal.
5. Suspensi untuk injeksi terkontinyu adalah sediaan
padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai
d t k i d b h b i
untuk membentuk larutan yang memenuhi semua
persyaratan untuk suspensi steril setelah
penambahan bahan pembawa yang sesuai.
6 Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang
6.Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair yang
mengandung partikel‐partikel halus yang
ditujukkan untuk diteteskan pada telinga bagian
luar.
External use (Topical )
Oral administration
Ophthalmic
Otic
Parenteral suspensions
Berdasarkan Sifat Partikel Penyusunnya :
1. Suspensi Deflokulasi
a. Susunan yang terbentuk merupakan ikatan yang kuat
g g
b. Tidak mudah memisah dari endapannya apabila dikocok
c. Sulit tersuspensi kembali
d Dapat membentuk caking
d. D t b t k ki g
∗ Keunggulannya : sistem deflokulasi akan menampilkan dosis
yang relatif homogen pada waktu yang lama karena
kecepatan sedimentasinya yang lambat.
∗ Kekurangannya : apabila sudah terjadi endapan sukar sekali
k bl h k k l
diredispersi karena terbentuk masa yang kompak
2. Suspensi Flokulasi
a. Susunan yang terbentuk merupakan ikatan yang
S g t b t k k ik t g
lemah (Van der Waals)
b Cepat memisah kembali apabila dikocok perlahan
b.
c. Mudah membentuk suspensi yang homogen
kembali
d. Tidak membentuk caking
∗ Keunggulannya : sedimen pada tahap akhir
penyimpanan akan tetap besar dan mudah
diredispersi.
∗ Kekurangannya : dosis tidak akurat dan produk tidak
elegan karena kecepatan sedimentasinya tinggi.
Agregasi dan Pengendapan
∗ Suspensi harus membentuk jaringan flock
yang longar “flocks” yang dapat
mengendap dengan cepat tetapi
tidak membentuk “cakes” dan harus
mudah diresuspensikan lagi.
∗ Pengendapan dan agregasi dapat
disebabkan oleh adanya cakes
(suspension) yang mana akan cake
menyebabkan suspensi sulit
diredisperskan lagi atau akan
terjadinya phase separation
(emulsion)
PREFORMULASI
MELIPUTI :
∗ Organoleptis
O l i
∗ Kemurnian
∗ Ukuran partikel
∗ Kelarutan
∗ Kecepatan melarut
∗ Koefisien partisi
∗ dll
KOMPONEN FORMULA SUSPENSI
∗ Drug
∗ Suspending agent
∗ Wetting agent
∗ Buffer
∗ Preservative
P ti
∗ Also, coloring, sweetening, and flavoring
agents
Formulasi suspensi
∗
2. Bahan Tambahan
Pertimbangan pemilihan bahan tambahan :
a. Kompatibilitas dengan zat aktif
b. Stabilitas pada pH dan temperature
p p p
c. Kompatibilitas dengan bahan tambahan
lain
d. Biaya produksi
SUSPENDING AGENTS
(VISCOSITY MODIFIERS)
∗ Meingkatkan viskositas air dengan mengikat
atau dengan menjebak molekul air diantara
rantai intertwined macromolecular Æ
sehingga menghambat pergerakan air
∗ Viskositas meningkat Æ mengendalikan
sedimentasiÆstabilitas fisik meningkat
Suspending agents
Carboxypolymethylene (carbopol/carbomer)
(sintetik polimer)
∗ Co‐polimer dari acrylic acid dan allyl sucrose
∗ Penggunaannya 0,5%
∗ Untuk topikal suspensi, dapat juga digunakan untuk
oral suspensi
∗ Larut dalam air, bersifat asam Æ viskositas rendah
∗ Peningkatan pH 6‐11 Æ Viskositas tinggi
Suspending agents
Colloidal silicon dioxide (aerosil)
∗Larut dalam air
∗Penggunaan sampai 4%
∗Untuk sediaan suspensi topikal
Suspending agents
Polysaccharides and gums
a. Acacia gum (gum arabic)
Bahan alam, kurang bagus sebagai suspending agents, perlu
jumlah besar, bisa juga sebagai protectid coloid (meningkatkan
kekuatan lapisan dengan ikatan hidrogen), biasanya dikombinasi
p g g ), y
dengan tragakan
b. Tragacanth
Menghasilkan sifat tixotrophic dan pseudoplastic sebagai
thickening agent (pengental) lebih baik daripada acacia dapat
thickening agent (pengental) lebih baik daripada acacia, dapat
digunakan sebagai sediaan peroral atau topikal
Stabil pada pH 4‐7,5
Suspending agents
c. Alginate (asam alginic)
d starch/amilum
d. starch/amilum
Water soluble cellulose (cellulose derivate)
a. Methylcellulose (celacol)
9Semisintesis polisakarida,
9Lebih mudah larut dalam air dingin daripada air
panas
9Didispersikan dalam air hangat kemudian
didinginkan dengan pengadukan yang konstan.
9Non ionik stabil pada pH 3‐11
9Pemanasan pada 50⁰C Æ gel
Suspending agents
Disukai karena melarut pada air panas maupun dingin,
pemanasan tidak menyebabkan menjadi gelg
c. Sodium carboxymethylcellulose (edifas, cellosize)
Ex : Na CMC
d. Microcrystalline cellulose (avicel) ÆPenggunaan 8‐11%
Suspending agents
∗ Hydrate silicate (clays)
Hydrasi mudah, dapat menyerap air 12 x beratnya
mudah dapat menyerap air 12 x beratnya terutama
bila suhu dinaikkan
Gel yang terbentuk menghasilkan aliran thixotropic
SUSPENDING AGENT
∗ Akasia/Gom Arab (2,5 %)
∗ Tragacanth (1 – 2 %)
∗ Na Alginat (1 2 %)
Na Alginat (1 –
∗ Metilselulosa (0,5 – 2 %)
∗ Na CMC (0 25 – 2 %)
Na CMC (0,25
∗ Bentonit (2 – 5 %), untuk eksternal
∗ Veegum (0,5 –
g ( , 2,5 %)
, )
∗ Veegum + air 16 kalinya
∗ Sering dikombinasi dengan CMC 1 % dan veegum 0,5 %
∗ CMC (0,5 – 2 %)
WETTING AGENT
∗ Tween 80
∗ Spa
Span u tu sed aa
untuk sediaan
∗ Alkohol oral
∗ Propilenglikol
∗ Dioktil Na Sulfosuksinat untuk obat
∗ Na Lauril Sulfat luar
WETTING AGENTS
Solvent : gliserin, propilen glikol, polietilen glikol
Surfaktan :
Anionik : sodium lauryl suphate, dioctyl sodium
sulphosuccinate Æ topikal
Non ionik : polysorbate (tween), sorbitan ester (span) Æ
oral
Kerugian surfaktan Æ Foam, defloculated system
LANDASAN TEORI WETTING
Tahap kritis pembuatan suspensi adalah
pencampuran partikel padat untuk
mendapatkan dispersi yang stabil
Pembasahan (wetting) partikel padat
adalah pengusiran udara pada permukaan
partikel oleh cairan
Proses pembasahan melibatkan
surfaces dan interfaces
∗ Umumnya serbuk yang sedikit
lyophobic/hydrophobic tidak menimbulkan
banyak masalah dan mudah dibasahi
∗ Sedangkan serbuk yang sangat
S d gk b k g g t
lyophobic/hydrophobic dapat mengambang
dipermukaan pembawa air karena energi
interfasial antara serbuk dan pembawa
Wetting agent
Spreading wetting
∗ Cairan yang kontak dengan substrat/zat padat
menyebar dan menggantikan udara di
permukaan substrat/zat padat
∗ Bila cairan menggantikan kedudukan seluruh
udara dari permukaan, maka dikatakan cairan
membasahi permukaan dengan sempurna
Wetting agent
Critical surface tensions
C iti l f t i
∗ Umumnya surface tensions cairan sama atau lebih
kecil dari critical surface tension partikel padat
∗ Dengan diketahui critical surface tension dari
partikel padat Æ membantu pemilihan wetting
agent
∗ Bahan yang memiliki critical surface tension
dibawah 30 dynes/cm2 memerlukan wetting agents
Wetting agent
Pada proses pembasahan terjadi:
∗ Penurunan tegangan permukaan cairan
∗ Pernurunan tegangan interfacial cairan/zat padat
∗ Penambahan surfaktan ke dalam air akan
menurunkan tegangan permukaan air/zat padat
sehingga menghasilkan nilai koefisien penyebaran
yang positif.
itif
BUFFER
∗ Buffer digunakan sebagai dapar
∗ Bahan aktif asam atau basa lemah
∗ Dapar bentuk garam Æ floculating agents (surfaktan ,
elektrolitÆ trisodium phosphat, aluminum pottasium
phospat, aluminum chloride, sodium chloride)
h l hl d d hl d )
∗ Pemilihan :
1. Kapasitas dapar sesuai dengan range pH yang diinginkan
2. Aman secara biologis
3. Tidak mengganggu stabilitas sediaan
4. Tidak mengganggu flavor, fragrance atau warna sediaan
HUMECTANTS AND CO SOLVENT
HUMECTANTS AND CO‐SOLVENT
∗ Mencegah kristalisasi bahan terlarut dalam
suspensi
∗ Co‐solventÆ
Co solventÆ meningkatkan kelarutan molekul
elektrolite lemah dan non polar (pengawet,
antioksidan flavor fragrance)
antioksidan, flavor, fragrance)
∗ Yang sering digunakan alkohol,
propilenglikol polietilenglikol 1 3 butilenglikol
propilenglikol,polietilenglikol, 1,3‐butilenglikol
PRESERVATIVE
(pengawet)
∗ Metil paraben (Nipagin) : 0,12 –
Metil paraben (Nipagin) : 0 12 0,18 %
0 18 %
(antibakteri)
∗ Propil paraben (Nipasol) : 0,05 % (antijamur)
∗ Asam benzoat : 0,1 %
∗ Na benzoat : 0,1 %
ZETA POTENSIAL
Perbedaan potensial antara permukaan lapisan
ion ion yang terikat kuat pada permukaan zat
ion‐ion yang terikat kuat pada permukaan zat
padat dan bagian elektronetral dari larutan
∗ Terbentuk pada partikel yang tersuspensi
b k d k l oleh
l h
karena ionisasi pada permukaan zat padat,
adsorpsi molekul surfaktan
d l k l f k pada permukaan zat
d k
padat
ZETA POTENSIAL
∗ Muatan partikel akan meningkatkan potensial
p g p
permukaan, potensial permukaan akan turun
menjadi nol bila ada counter ion dalam fase luar.
∗ Dimana lokasi muatan permukaan disebut
elektrikal double layer Æ lapisan pertama terikat
k d
kuat pada permukaan zat padat dan lapisan
k d d l i
kedua lebih bebas
∗ Zeta potensial>25 mVÆ
Z t t i l 25 VÆ defloculasi
d fl l i
∗ Zeta potensial <25 mV Æ floculasi
AGERGATION AND CAKING
∗ Suspensi adalah sistem yang secara termodinamik tidak
stabil, bila tidak dikocok dalam waktu lamaÆ partikel‐
partikel mengalami agregasi dan pengendapannya
membentuk caking g
∗ Caking merupakan permasalahan yang harus diatasi
pada formulasi suspensi dengan flokulasi yaitu partikel
bergabung dengan ikatan yang lemah dan longgar Æ
dengan menambahkan flocculant
g ((surfaktan ,,
elektrolitÆ trisodium phosphat, aluminum pottasium
phospat, aluminum chloride, sodium chloride)
TEKNIK UNTUK MENDAPATKAN
SUSPENSI YANG STABIL
∗ Memperkecil ukuran partikel
‐ suspending agent
‐ penggerusan
‐ wetting agent
∗ Menaikkan viscositas medium dispersi yaitu :
Menaikkan viscositas medium dispersi, yaitu :
‐ suspending agent
‐ Menurunkan tegangan permukaan
e u u a tega ga pe u aa
‐ suspending agent
‐ wetting agent
∗ Pengendalian sedimentasi
‐ suspending agent
Formula baku Acetaminophen
Oral Suspension
Acetaminophen Suspension
Handbook of Pharmaceutical Manufacturing
Formulations:Compressed Semi Solid Products
Amoxacillin Powder for
Suspension
Evaluasi sediaan
∗ Penampilan : bentuk, bau, rasa
∗ Penentuan pH sediaan
p
∗ Penentuan volume sedimentasi
∗ Sediaan dimasukkan kedalam gelas ukur,
di k
diamkan
∗ Volume sedimentasi merupakan volume
endapan setelah pendiaman
e dapa sete a pe d a a ((Vu) dibagi
u) d bag
volume sediaan awal (Vo)
∗ V=Vu/Vo
∗ Pemeriksaan ukuran partikel
P ik k tik l
∗ Penentuan viscositas
Evaluasi sediaan
∗ Bentuk kering (serbuk/granul)Æ
ditambahkan air ketika akan digunakan
∗ Digunakan untuk bahan zat aktif yang
Di k k b h k if
tidak tahan lama berada di lama dalam
air (±2 minggu)
i ( i )
∗ Lebih tahan terhadap perubahan
temperature
Karakteristik dry syrup
∗ Campuran serbuk harus homogen
p g
∗ Rekonstitusi Æ mudah dan cepat terdispersi dalam
pembawa
∗ Redidpersi dan penuangan mudah
∗ Aseptable
p bentuk, bau dan rasa
,
Untuk mendapatkan karakteristik yang diinginkan
maka digunakan dispersing agent yang cepat
terdispersi
Bahan aktif
∗ Amoxicillin
∗ Ampicillin
∗ Cephalexin
∗ Dicloxacillin
∗ Erythrimycin
∗ Penicilin v potassium
Bahan tambahan
∗ Suspending agent
∗ Anticacking agent
∗ Wetting agent
∗ flocculating agent
∗ Sweetener
∗ Granul
∗ Preservative disintegrant
∗ Flavour ∗ lubricant
∗ Buffer
∗ Color
Suspending agent
∗ Mudah terdispersiÆ dikocok dengan tangan
Example:
∗ Acacia
A i
∗ CMC‐Na
∗ Iota Carragenan
∗ Microcrystalline cellulose with CMC‐Na
∗ Povidone
∗ Propilenglikol alginate
∗ Silicon dioxide colloidal
∗ Sodium starch glycolate
∗ Tragacanth
sweetener
∗ Sukrosa Æ Pemanis, pengisi, pembawa
Pemanis pengisi pembawa
minyak menguap
∗ Manitol, dextrose, sodium saccharin,
aspartame Æ tidak tahan panas
Wetting agent
∗Polysorbate 80
P l b t 8
∗Sodium lauryl sulfate
Bahan tambahan lain
∗Pengawet : Na benzoate
∗Dapar : sodium citrat
∗Sukar larut tidak direkomendasikan
seperti asam sorbat nipagin
seperti asam sorbat, nipagin,
nipasol
Pembuatan dry syrup
∗ Power blend : bahan dengan jumlah sedikit
dicampur dengan dua tahap Æ tahap pertama
dicampur dengan sebagian sucroseÆ tahap
kedua dicampur dengan bahan tambahan lain
supaya homogen
∗ Granulasi
∗ CombinasiÆ bahan yang tidak tahan panas
ditambah setelah pengeringan granul
Granulasi
1. Menurunkan ukuran partikel
∗ Bahan bentuk serbuk dimillingg dengan mesh ukuran
g
tertentu, dilengkapi dengan ayakan
∗ Parameter kritis : kecepatan milling dan ukuran mesh
2. Pencampuran suspending agent, wetting agent dan
antifoaming
∗ Wetting agent Æ suspending agents ditambahkan
perlahan
∗ Parameter kritis : kecepatan pengadukan, waktu
pengadukan
Granulasi
3. Pencampuran bahan zat aktif
∗ Bahan yang sudah dimmiling dicampurkan pada
bahan nomor 2 Æ aduk sampai homogen
∗ Parameter kritis : kecepatan pengadukan, waktu
Parameter kritis : kecepatan pengadukan waktu
pengadukan
4 Granulasi
4. Granulasi
∗ Pada campuran nomor 3 dilakukan
pembentukan granul
b t k g l (dengan cairan pembentuk
(d g i b t k
granul)
Granulasi
55. Pengeringan
Pengeringan
∗ Granul hasil langkah 4 dikeringkan
∗ Parameter : temperature, waktu
pengeringan
6. Milling : hasil pengeringan Æ distribusi
ukuran partikel
p
7. Final blend : pencampuran akhir
SIRUP
Definisi Syrup
FI Ed III, hal 31
∗ Sirup adalah sediaan cair berupa larutan yang mengandung
sakarosa, kecuali dinyatakan lain,
∗ kadar sakarosa, tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari
66 0%
66,0%.
Pembuatan Sirup
∗ Kecuali dikatakan lain,, sirup
p dibuat sebagai
g berikut :
∗ Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika
perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih
secukupnya
k hi
hingga di
diperoleh
l h b
bobot
b t yang dikehendaki,
dik h d ki
buang busa yang terjadi.
DEFINISI SYRUP
FI Ed IV, hal 15
∗ Sirup adalah larutan oral yang mengandung sukrosa
atau gula lain dengan kadar tinggi. Larutan sukrosa
hampir jenuh dalam air dikenal sebagai Sirup atau Sirup
Simpleks.
∗ Sirup memiliki konsentrasi yang tinggi, larutan
Sirup memiliki konsentrasi yang tinggi larutan
air gula atau subtrat gula mengandung
flavouring agent traditional seperti cherry
syrup, cocoa syrup, orang syrup, dll
∗ Sirup yang tidak mengandung flavouring agent
memiliki komposisi sukrosa 85%
MACAM MACAM SIRUP
MACAM‐MACAM SIRUP
∗ Sirup simpleks mengandung 65% gula dalam larutan
nipagin 0,25% b/v.
∗ Sirup obat, mengandung satu atau lebih jenis obat
Sirup obat mengandung satu atau lebih jenis obat
dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan
untuk pengobatan.
p g
∗ Sirup pewangi, tidak mengandung obat tetapi
mengandung zat pewangi atau penyedap lain.
Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk
j p g g p
menutupi rasa tidak enak dan bau obat yang tidak
enak (Anief, 1986).
SIRUP
∗ Pemilihan bahan pembawa sirup harus
mempertimbangkan sifat fisikakimia bahan
tambahan maupun zat aktif
∗ Seperti cherry syrup dan orange syrup memiliki sifat
asam oleh karena itu zat aktif yang larut dalam asam
atau zwitterionic dapat menyebabkan pengendapan
g
zat aktif
∗ Penggunaan syrup yang bersifat asam dapat
menurunkan stabilitas kimia pada zat aktif yang tidak
stabil terhadap asam
Komponen syrup
∗ Zat aktif
∗ Aquadest
q
∗ Sugar (sucrose) atau substrate (pemanis
buatan))
9Beberapa formula menggunakan basis selain
p gg
gula dengan mengganti syrup traditional
9paling banyak digunakan adalah larutan
p g y g
sorbitol 64% b/b sorbitol
∗ Akhir‐akhir ini banyak produk sirup bebas gula (sugar
free syrup) karena sifat glycogenetic dan kariogenik
dari sukrosa.
∗ Syrup yang dirancang untuk pemberian pada anak‐anak
y py g g p p
dan pasien diabetes harus bebas gula.
∗ Oleh karena itu, pengganti sirup harus memberikan
rasa manis yang setara, viskositas dan menjaga dengan
sirup asli.
Untuk mencapai sifat ini :
∗ pemanis buatan (biasanya natrium sakarin, aspartam),
∗ modifikasi viskositas non‐lycogenetic
modifikasi viskositas non lycogenetic (misalnya
metilselulosa, hidroksietilselulosa)
∗ pengawet (misalnya natrium benzoat, asam benzoat
dan ester benzoat parahydroxy).
Syrup
∗ Tekanan osmotik sirup yang mengandung 85%
gula dapat menurunkan pertumbuhan bakteri
∗ Sirup dapat mengandung konsentrasi gula
yang rendah tetapi perlu dtambahkan
p y
polyhidric alchohol seperti sorbitol, glycerol
p ,gy
atau propilenglikol untuk menjaga tekanan
osmotik, mencegah kristalisasi dan
mempertahankan kelarutan dari bahan
tambahan
Bahan pengawet
∗ Bahan pengawet tidak diperlukan dalam sirup
t di i
tradisional yang mengandung konsentrasi
l d k t i
sukrosa yang tinggi
∗ dalam sirup bebas gula, sukrosa diganti oleh
alkohol polihidrat dan sirup tradisional yang
mengandung konsentrasi sukrosa yang lebih
rendah perlu penambahan pengawet
p p p g
Pengawet
Contoh umum dari pengawet yang diigunakan antara
lain:
∗ Campuran dari ester parahydroxybenzoate
(biasanya methylhydroxybenzoate dan
propylhydroxybenzoate dalam rasio 9:1).
Rentang konsentrasi 0 1‐0
Rentang konsentrasi 0,1 0,2 % b / v
2 % b / v
∗ Pengawet lain yang digunakan meliputi asam
benzoat (0,1‐0,2%) atau natrium benzoat (0,1‐0,2%).
Flavours
∗ Zat tambahan perasa yang berasal dari
alam (misalnya peppermint, lemon, bumbu
dan rempah rempah) dan tersedia sebagai
dan rempah‐rempah) dan tersedia sebagai
minyak, ekstrak, larutan .
∗ Zat tambahan perasa sintetis menawarkan
keunggulan dibandingkan zat tambahan
perasa alami dalam hal kemurnian
perasa alami dalam hal kemurnian,
ketersediaan, stabilitas dan kelarutan.
Pewarna
Zat tambahan pewarna yang
digunakan menyesuaikan zat
tambahan perasa
Misal rasa mint diberikan warna
hij
hijau, rasa pisang diberi warna
i g dib i
kuning, dll
Pembuatan sirupus simplex (Fornas, 1978, hal
273)
Sirop Gula
Komposisi :
∗ Tiap 100 ml mengandung :
Saccharum album 65 g
Methylis parabenum 250 mg
Air murni hingga 100 ml (%b/v)
Untuk meningkatkan kecepatan proses
melarut : (Ansel, hal 316‐317)
∗ Menggunakan
gg panas p
p perlu diperhatikan
p kestabilan
senyawa terhadap panas
∗ Mengurangi ukuran partikel zat terlarut
(menghaluskan) peningkatan luas permukaan
terhadap pelarut
∗ Menggunakan bahan pembantu pelarut contohnya
siklodekstrin, gliseril monostearat, lesitin, dan asam
stearat
∗ Pengadukan
TERIMA KASIH