Vous êtes sur la page 1sur 76

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU SEBELUM

DAN SESUDAH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG STROKE PADA


PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PASAR AMBON

(Skripsi)

Oleh
FUAD IQBAL ELKA PUTRA

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT

KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR DIFFERENCES OF


HYPERTENSION PATIENTS BEFORE AND AFTER STROKE OF
HEALTH EDUCATION IN PASAR AMBON PRIMARY HEALTH
CENTER

By

Fuad Iqbal Elka Putra

Background: Hypertension is the leading cause of death globally and nationally.


During 2014, in Lampung Province hypertension caused 30,01% of all disease
incidence. Moreover, Hypertension caused 77% of stroke incidence. In order to
reduce mortality, morbidity and disability due to stroke, it can be conducted by
health education intervention. The purpose of this research is to analyses
knowledge, attitude, and behavior differences between before and after stroke
health education.
Methode: This study design is quassy-exprimental with pretest - posttest group
design in 48 person who suffer from hypertension in Pasar Ambon Primary Health
Center. Health education performed for one month using a lecture methode and
power point slide as a audiovisual media. Data were analyzed using univariate and
bivariate (Wilcoxon test).
Results: The median before and after intervention of knowledge score are 6.0 and
7.0. The median before and after intervention of attitude score are 9.5 and 10.0.
The median before and after intervention of behavior score are 7.0 and 9.0.
Wilcoxon test showed that there was difference between before and after health
education with p value <0.001
Conclusion: There are differences in knowledge, attitudes, and behaviors before
and after health education about stroke in patients with hypertension.

Keywords: attitude, behavior, hypertension, knowledge.


ABSTRAK

PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU SEBELUM


DAN SESUDAH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG STROKE PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PASAR AMBON

Oleh

Fuad Iqbal Elka Putra

Latar Belakang: Hipertensi merupakan penyebab kematian utama secara global


maupun nasional. Di Provinsi Lampung tahun 2014, hipertensi menduduki
penyakit nomor 1 dengan persentase 30,01% kejadian. Sebanyak 77% penyebab
stroke disebabkan oleh hipertensi. Dibutuhkan upaya untuk menurunkan angka
kematian, kesakitan dan kecacatan akibat stroke melalui intervensi pendidikan
kesehatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan
pengetahuan, sikap dan perilaku antara sebelum dan sesudah pendidikan
kesehatan tentang stroke.
Metode: Desain penelitian ini ialah eksperimen semu (quassy experiment) dengan
rancangan pretest - posttest grup desain pada 48 masyarakat yang menderita
hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon. Pendidikan kesehatan dilakukan selama
satu bulan dengan menggunakan metode ceramah dan media audiovisual berupa
slide power point. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariate
menggunakan uji Wilcoxon
Hasil: Nilai median pengetahuan dari 6,0 menjadi 7,0 setelah intervensi. Nilai
median sikap dari 9,50 menjadi 10,0 setelah intervensi. Nilai median perilaku dari
7,0 menjadi 9,0 setelah intervensi. Pada uji Wilcoxon didapatkan hasil analisis
bivariat semua variabel dengan p value <0,001 yang menunjukkan terdapat
perbedaan antara sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan.
Simpulan: Terdapat perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku antara sebelum
dan sesudah pendidikan kesehatan tentang stroke pada penderita hipertensi.

Kata Kunci : hipertensi, pengetahuan, perilaku, sikap.


PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU SEBELUM
DAN SESUDAH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG STROKE PADA
PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PASAR AMBON

Oleh
FUAD IQBAL ELKA PUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


SARJANA KEDOKTERAN
pada
Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, 22 November 1995, sebagai anak kedua dari

dua bersaudara. Ayah bernama Abdul Kadir dan Ibu bernama Elydar Magdalena.

Penulis memiliki seorang kakak laki-laki bernama Farouq Qadafi Elka Putra lahir

pada 01 Oktober 1995.

Latar belakang pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak (TK)

Kuntum Suci II (Kampung Dukuh III) pada tahun 2000, SD Negeri 03 Kampung

Dukuh tahun 2001, SMP Negeri 81 Jakarta Timur, SMA Negeri 67 Jakarta Timur,

dan Pendidikan Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

angkatan 2013.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif menjadi Executive Apprentice

(EA) BEM FK UNILA periode 2013/2014, Kardiak Muda FSI Ibnu Sina FK

UNILA periode 2013/2014, Anggota Muda Lunar FK UNILA periode 2013/2014,

Staff PSDMO BEM FK Unila periode 2014/2015, Sekretaris Umum FSI Ibnu

Sina FK Unila periode 2014/2015, Sekretaris Bidang PAB Lunar FK Unila

periode 2014/2015. Pada tahun ajaran 2015/2016 penulis diamanahkan menjadi


Ketua Umum Lunar FK Unila selama 1 tahun. Selain itu, penulis pernah

tergabung sebagai Asisten Dosen Patologi Klinik tahun 2015-2016. Dalam

organisasi diluar FK Unila, penulis aktif di Yayasan Rabiah (Rumah Abid Bintang

Harapan) yang berkecimpung dalam bidang kesehatan sosial, didirikan oleh dr.

Bintang Siregar, Sp. B Onk (K).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam ajang Pekan Kreativitas

Mahasiswa Bidang Pengabdian (PKM-M), Perlombaan Poster Ilmiah Tingkat

Nasional dan tiga kali masuk ke dalam 10 besar Finalis, dua kali sebagai finalis di

Medsmotion FK UNS, satu kali di SPORA FK Unsri. Salah satu Judul Poster

Ilmiah yang pernah dibuat penulis “Potensial Epidermal Growth Factor Injeksi

Intralesi Sebagai Terapi Adjuvan Penyembuhan Ulkus Diabetikum” poster

tersebut masuk ke dalam 10 besar finalis pada perlombaan Medsmotion FK UNS.

Penulis juga pernah menjadi finalis lomba AMSW (Airlangga Medical Scientific

Week) cabang lomba Article Review

Penulis pernah mengikuti perlombaan Essay Diesnatalis FK Unila ke-13

dengan judul “Slogan “Se.Ge.Ra” Wujudkan Visi Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung Demi Terwujudnya Indonesia Sehat” dan meraih Juara II.

Dalam kegiatan organisasi, penulis pernah menjadi Peserta Terbaik Ikhwan FSI

Ibnu Sina periode 2013/2014, Staff of The Year BEM FK Unila Kabinet Acinar

tahun 2015.
Bismillahirrahmanirrahim

Skripsi ini kupersembahkan sebagai rasa syukur dan cintaku

kepada Allah SWT, Mama, Papa, Mas Dafi, dan Faisal.

Karya ini hanya sebagian kecil dari perjalanan hidup ku,

semoga karya ini dapat menjadi jembatan perjalanan hidupku

agar bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Aamiin…
SANWACANA

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada kita semua,

nikmat kesempatan untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para istri-istri beliau,

anak-anak beliau, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, semoga kita diberi syafaat

oleh beliau.

Skripsi dengan judul “Perbedaan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Sebelum

Dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tentang Stroke Pada Penderita

Hipertensi Di Puskesmas Pasar Ambon” adalah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1) Keluarga saya tercinta, Mama, Papa, Mas Dafi, dan Faisal. Terima kasih

atas seluruh doa yang kalian panjatkan siang dan malam sehingga tanpa

disadari membuat aku bisa berjuang hingga saat ini. Semoga kita semua

dipertemukan oleh Allah SWT didalam SurgaNya. Aamiin.

i
2) Dr. dr. Muhartono, M.Kes, Sp.PA selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Lampung.

3) Dr. Dyah Wulan S.R.W, S.KM., M.Kes selaku pembimbing 1 saya.

Terima kasih bu atas segala bimbingan, ilmu, motivasi, dan atas kesabaran

ibu dalam membantu saya menyelesaikan skripsi ini. Ibu bukan sekedar

pembimbing, namun juga tokoh yang menjadi inspirasi bagi saya dalam

bidang penelitian dan pengabdian.

4) dr. Rika Lisiswanti, M. Med Ed selaku pembimbing 2 saya. Terima kasih

dok atas masukan, kesabaran dan kesediaan dokter membimbing saya

menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa juga atas setiap nasihat dokter

kepada saya selama masa di kuliah ini.

5) Minerva Nadia Putri, S.KM., M.KM selaku pembahas saya, bersedia

menyediakan waktunya untuk setiap masukan pada skripsi saya sehingga

menjadi lebih baik dari sebelumnya.

6) dr. Betta Kurniawa, M.Kes selaku guru, dosen, ustad saya selama saya

berada di FK Unila. Terima kasih atas segala motivasi hidup, nasihat

dunia, ajaran keislaman dan seluruh hal yang dokter pernah ucapkan atau

lakukan. Sosok dosen yang selalu tenang dan sabar pada mahasiswanya,

semoga ilmu yang engkau tanamkan padaku dapat saya terapkan setiap

harinya.

7) Keluarga Bude, Pakde, Mas Alan, Mas Atang, Mas Raga yang sedari kecil

merawat dan membesarkan ku, bukan sekedar ikatan sepupu ataupun

ponakan, namun telah menjadi keluarga kedua bagiku. Terkhusus buat

ii
Bude yang selalu doain Fuad dan merawat Fuad selagi kecil, semoga Bude

dan keluarga selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

8) Untuk seluruh kader Puskesmas Pasar Ambon khususnya Kepala

Puskesmas Pasar Ambon, Ibu Atik, Ibu Nurbaiti, Ibu Nurafifah, Ibu Indah

yang mau saya repotkan setiap pekannya, tanpa kalian penelitian ini tidak

akan berjalan sama sekali. Mohon maaf dari saya apabila selalu

menyulitkan ibu-ibu semua.

9) Untuk teman – teman saya yang berjuang bersama sejak semester awal,

Marco, Fadel, Tito, Firza, Katin, Fauziah, Faridah, Hanum, Iin, Zulfa,

Nida, Meti, Sayik, Zahra dan Wahid. Semoga kelak menjadi dokter

bersama. Semangat dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan kalian

kesehatan aamiin.

10) Untuk teman KKN saya di Bumi Dipasena Utama, teman seperjuangan di

FK Unila 2013 Denjaka, semoga silaturahmi kita bisa terus terjalin.

Semoga sukses untuk kita semua

11) Untuk sahabat seiman saya selama liqo, Teguh, Ega, Fadel, Marco, Raju,

Agus, Fathan, Farishal, Yoga, Restu, Anam, Arif S, Jefri. Terima kasih

atas segala ilmu dan kebersamaan yang pernah kita ciptakan bersama, dan

bantuan selama penelitian ini. Semoga Allah SWT selalu menjaga kita,

dan kita tetap istiqomah berada di jalan ajaran agama ini.

12) Untuk adik-adik saya yang bersama – sama mengurus Lunar selama satu

periode, untuk Ajeng, Fahrezi, Debby, Aminah, Yogi, Angga, Panji, Leni,

Rini, dan Lulu terima kasih telah menemani dikala sulitnya membangun

impian di organisasi ini.

iii
13) Seluruh civitas akademika FK Unila yang telah membantu saya baik dalam

perkuliahan, organisasi ataupun pembuatan skripsi. Manusia terlahir

sebagai makhluk yang lemah, karena itu manusia butuh orang lain.

14) Semua pihak yang tidak bisa saya cantumkan namanya di lembaran ini,

kalian bisa jadi tidak ada dalam lembaran ini, tapi kalian akan selalu ada di

hati ini, percayalah.

Ucapan terima kasih Penulis haturkan kepada kalian semua, karena

bersama kalian dan tentu atas izin-Nya lah skripsi ini dapat sampai kepada

Pembaca saat ini. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan demi

perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini bisa memberikan

manfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta bisa menjadi amal

jariyah untuk kita semua

Bandar Lampung, Januari 2017


Penulis

Fuad Iqbal Elka Putra


NPM. 1318011075

iv
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI…………………………………………………….…………… v
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… viii
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...… ix

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………… 5
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………. 5
1.4 Manfaat Penelitian………………………………………………... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Hipertensi
2.1.1. Definisi Hipertensi………………………………………..… 7
2.1.2. Klasifikasi Hipertensi………………………………...…..… 7
2.1.3. Patofisiologi Hipertensi menjadi Stroke………………….... 8
2.1.4. Komplikasi Hipertensi...........................................................10
2.2 Stroke
2.2.1 Definisi Stroke…………………………………………….. 10
2.2.2 Etiologi Stroke…………………………………………….. 11
2.2.3 Patofisiologi Stroke……………………………………….. 12
2.2.4 Faktor Risiko Stroke…………………………………….… 15
2.2.5 Pencegahan Stroke Pada Pasien Hipertensi……………...... 17
2.3 Pendidikan Kesehatan
2.5.1. Definisi…………………………………………………… 19
2.5.2. Sasaran…………………………………………………… 19

v
2.5.3. Metode............................................................................... 20
2.5.4. Media……………………………………………………. 22
2.4 Pengetahuan
2.4.1. Definisi Pengetahuan……………………………………. 24
2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan……………….. 25
2.4.3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan
Tentang Stroke………………………………………….. 26
2.5 Sikap
2.5.1 Definisi Sikap………..………………………….……….. 27
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Sikap…………………...….. 27
2.5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku….… 28

2.6 Perilaku
2.4.1. Definisi Perilaku……………………………………...…. 29
2.4.2. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku............................... 29
2.4.3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku….... 30
2.7 Kerangka Teori…………………………………………..……. 31
2.8 Kerangka Konsep………………………………………….….. 33
2.9 Hipotesis…………………………………………………….… 33

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Desain Penelitian………………………………………………. 34
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………………. 35
3.3. Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi………………………………………….……….. 35
3.3.2 Sampel……………………………………………..…….. 35
3.4. Identifikasi Variabel Penelitian………………………………… 38
3.5. Definisi Operasional…….……………………………………… 39
3.6. Pengumpulan Data
3.6.1 Langkah Kerja………………………………………….… 40
3.6.2 Alat Pengumpulan…………………………………..…… 41
3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data
3.7.1 Pengolahan Data………………………………................ 43
3.7.2 Analisis Data…………………………………………….. 44
3.8 Alur Penelitian ………………………………………………… 46
3.9 Etika Penelitian ……………………………………………….. 47

vi
BAB IV HASILDAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian……………………………………………....... 48
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian…………... 48
4.1.2 Data Karakteristik Responden………………….…51
4.1.3 Analisis Univariat……………………………….…53
4.1.4 Analisis Bivaariat……………………………….…58
4.2 Pembahasan
4.2.1 Distribusi Karakteristik Responden………………..59
4.2.2 Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan……..64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


5.1 Simpulan……………………………………………………………
75
5.2 Saran………………………………………………………………..76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII……………………………..... 8


2. Definisi Operasional…………………………………………...……….. 39
3. Nilai Cronbach’s Alpha………………………………………………… 43
4. Hasil perhitungan uji reliabilitas……………………………………..… 43
5. Jumlah sarana dan prasarana di Puskesmas Pasar Ambon tahun 2016 51
6. Tenaga kerja kesehatan di Puskesmas Pasar Ambon tahun 2016……... 51
7. Distribusi karakteristik responden…………………………………....... 52
8. Uji normalitas data……………………………………………………... 55
9. Gambaran distribusi pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita hipertensi
sebelum pendidikan kesehatan……………………………………….… 56
10. Gambaran distribusi pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita hipertensi
sesudah pendidikan kesehatan…………………………………………. 57
11. Gambaran distribusi pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita hipertensi
sesudah pendidikan kesehatan…………………………………………. 58
12. Distribusi karakteristik pengetahuan, sikap, dan perilaku responden
sesudah pendidikan kesehatan…………………………………………. 58
13. Uji korelasi Wilcoxon ……………………………………………..…… 60

viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan…..… 32


2. Kerangka konsep…………………………………………………….… 33
3. Pola Rancangan One Group Pre-test dan Post-test Design……………. 34

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik

lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg

(Kemenkes RI, 2016). Hipertensi kini terus menjadi masalah global karena

prevalensinya yang terus meningkat sejalan perilaku gaya hidup kurang baik

seperti obesitas, merokok, penggunan alkohol, stress psikososial, dan kurangnya

aktivitas (World Health Organization, 2013). Hampir disetiap negara, hipertensi

menduduki peringkat pertama penyakit yang paling sering dijumpai (World

Health Organization, 2000).

Hipertensi adalah salah satu faktor risiko utama kematian global dan

diperkirakan telah menyebabkan 9,4 % kematian dunia per tahunnya. Prevalensi

hipertensi disetiap tahunnya diperkirakan akan terus meningkat sebanyak 7,2%

mulai tahun 2013 hingga 2030 (American Heart Association, 2013). Menurut
2

World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 jumlah pengidap hipertensi

ini setara dengan 26,4% penduduk bumi.

Di Indonesia pada tahun 2013 menunjukkan bahwa secara nasional 25,8%

penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi (Kemenkes RI, 2016). Di

Provinsi Lampung sendiri menurut Data Dinas Kesehatan Provinsi Lampung

tahun 2014, hipertensi primer termasuk dalam peringkat pertama penyakit

terbanyak dengan jumlah kasus 519.620 atau setara 30,01%. Hipertensi

menyebabkan sekitar 9,4% kematian di seluruh dunia setiap tahunnya.

Komplikasinya dapat menyebabkan setidaknya 45% kematian karena penyakit

jantung dan 51% kematian karena penyakit stroke. Kedua penyakit ini yakni

jantung koroner dan stroke diperkirakan akan terus meningkat mencapai 23,3 juta

kematian pada tahun 2030.

Sebanyak 77% penyebab utama stroke adalah hipertensi (Go dkk, 2014).

Menurut data dari WHO, 15 juta orang menderita stroke setiap tahunnya, 5,5 juta

diantaranya meninggal, 10 juta lainnya mengalami kecacatan permanen. Di

Indonesia stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan utama pada semua

umur dengan prevalensi sebanyak 500.000 jiwa setiap tahun. Dari jumlah itu,

sekitar 250.000 orang meninggal dunia, dan sisanya cacat ringan maupun berat

(Lefrina dan Yeni, 2010). Diperkirakan angka ini akan terus meningkat,

mengingat gaya hidup yang terus serba mudah, usia seseorang meningkat,

kemiskinan, dan akses pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan. Apabila


3

angka kematian, kesakitan dan kecacatan ini terus meningkat maka akan

berpengaruh terhadap produktivitas kerja dan meningkatnya biaya pengobatan

(World Health Organization, 2013).

Untuk dapat mengurangi angka kejadian stroke di Indonesia dapat dilakukan

dengan cara meningkatkan pengetahuan individu, kelompok atau masyarakat

mengenai hipertensi. Pengetahuan kesehatan akan berpengaruh kepada perilaku

sebagai hasil jangka menengah dari pendidikan kesehatan. Selanjutnya perilaku

kesehatan akan berpengaruh pada meningkatnya indikator kesehatan masyarakat

sebagai keluaran pendidikan kesehatan (Notoadmojo, 2007). Menurut Fahmi

Idris dalam Hashman (2009) seharusnya program kesehatan lebih ditujukan pada

perubahan perilaku (promotif dan preventif). Karena perubahan perilaku

berkontribusi 50% dalam menyehatkan masyarakat, sedangkan program

pengobatan (kuratif dan rehabilitatif) hanya berkontribusi sekitar 10% untuk

menyehatkan masyarakat khususnya dalam mencegah stroke.

Strategi yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka kejadian stroke yaitu

dengan pendidikan kesehatan. Menurut Notoadmojo (2007) pendidikan

kesehatan efektif digunakan untuk merubah perilaku individu, kelompok atau

masyarakat. Pendidikan kesehatan memiliki berbagai metode jika dilihat dari

jumlah pesertanya, ada yang menggunakan metode ceramah, role play, forum

group discussion, seminar, audio visual dan lain-lain. Pendidikan kesehatan


4

mengenai hipertensi dapat dilakukan menggunakan metode ceramah dan

menggunakan media audio visual.

Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih pada tahun 2013 di Klaten pada

penderita hipertensi ditemukan pengetahuan mereka tentang stroke sangat

rendah. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan perilaku masyarakat dalam

mencegah stroke berubah menjadi lebih baik dibandingkan sebelum dilakukan

pendidikan kesehatan.

Dari studi pendahuluan oleh peneliti, jumlah penderita hipertensi di Puskesmas

Pasar Ambon masuk kedalam 5 kelompok penyakit terbanyak yang diderita.

Melalui wawancara lebih lanjut, para penderita disana merasa bosan dengan

penyuluhan pada biasanya dan mereka butuh motivasi dari pihak lain yang dapat

memberi informasi tambahan bagi mereka. Sebenarnya kegiatan rutin yang

disediakan oleh puskesmas sudah ada tiap bulannya melalui posbindu, tetapi

antusias mereka terhadap penyakit hipertensi yang diderita masih dianggap

bukan masalah bagi mereka. Hal inilah yang mendorong peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Perbedaan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku

Sebelum dan Sesudah Pendidikan Kesehatan Tentang Stroke Pada Penderita

Hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon.”


5

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan

pengetahuan, sikap, dan perilaku sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan

tentang stroke pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perbedaan pengetahuan, sikap, dan perilaku sebelum dan

sesudah pendidikan kesehatan tentang stroke pada penderita hipertensi di

Puskesmas Pasar Ambon.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan

kesehatan tentang stroke pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar

Ambon.

2. Mengetahui perbedaan sikap sebelum dan sesudah pendidikan

kesehatan tentang stroke pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar

Ambon.

3. Mengetahui perbedaan perilaku sebelum dan sesudah pendidikan

kesehatan tentang stroke pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar

Ambon.
6

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Fakultas Kedokteran Universitas Lampung, sebagai bahan referensi

mengenai informasi ilmiah tentang perbedaan pengetahuan, sikap dan

perilaku sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan stroke

2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai sumber referensi dalam pengambilan data

untuk penelitian berikutnya.

3. Bagi peneliti sendiri, untuk menambah wawasan mengenai pengetahuan,

sikap, dan perilaku penderita hipertensi dalam mencegah stroke.

4. Bagi masyarakat, khususnya penderita hipertensi menambah pemahaman

pengetahuan, sikap, dan perilaku penderita hipertensi dalam menurunkan

angka kejadian stroke.

5. Bagi pembaca lain, dapat menjadi referensi tentang etiologi hingga

penatalaksanaan terhadap penyakit stroke dan hipertensi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipertensi

2.1.1 Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah

sistolik dan diastolik lebih dari 140/90 mmHg pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu lima menit saat keadaan istirahat. Peningkatan

tekanan darah dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan penyakit

gagal ginjal, jantung koroner, dan stroke bila tidak dideteksi secara dini

dan pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2014).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: (Kemenkes RI, 2014).

1. Berdasarkan penyebab
8

a. Hipertensi primer

Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, dikaitkan dengan

kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang beraktifitas dan pola

makan. Terjadi pada 90% penderita hipertensi

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi yang diketahui penyebabnya, diderita 5-10% penderita

hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Sekitar 1-2%

disebabkan oleh penyakit hormonal (Pil KB)

2. Berdasarkan tekanan darah

The American Heart Association (AHA) membentuk suatu organisasi

yang disebut The Joint National Committee (JNC) yang membuat

klasifikasi, cara diagnosis, dan penatalaksanaan hipertensi. Pada tahun

2003, pedoman mengenai hipertensi JNC VII yang merupakan revisi

dari JNC VI 1997 diterbitkan. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII

terlihat pada tabel 1.

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII


Kategori Sistolik Dan/Atau Diastolik
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 Dan < 80
Pre Hipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi Grade 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Grade 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

2.1.3 Patofisiologi Hipertensi Menjadi Stroke

Tekanan darah tinggi terjadi karena adanya gangguan dalam sistem

peredaran darah. Gangguan tersebut dapat berupa gangguan sirkulasi


9

darah, gangguan keseimbangan cairan dalam pembuluh darah atau

komponen dalam darah yang tidak normal. Gangguan tersebut

menyebabkan darah tidak dapat disalurkan ke seluruh tubuh dengan

lancar. Untuk itu, diperlukan pemompaan yang lebih keras dari jantung.

Hal ini akan berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh

darah atau disebut hipertensi (Price dan Wilson, 2002). Tekanan darah

tinggi itu sendiri merupakan kondisi degeneratif yang disebabkan oleh

gaya hidup berbudaya yang kurang sehat.

Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan tingkat keparahan

dari faktor risiko yang dapat dikontrol seperti stres, obesitas, nutrisi, gaya

hidup; serta faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti genetik, usia,

jenis kelamin dan etnis (Susalit, 2001). Apabila pada orang dengan usia

lanjut yang memiliki endotel pembuluh darah yang lemah tidak dapat

memodifikasi gaya hidup yang sehat maka akan memicu risiko terjadinya

hipertensi. Jika hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah atau

membuat pecahnya pembuluh darah arteri di otak, maka pembuluh darah

otak kita akan kekurangan suplai oksigen, dan apabila tidak tertangani

dengan baik, hal ini akan berakibat luas menjadi stroke (Michael dan

Aminoff, 2002).
10

2.1.4 Komplikasi Hipertensi

Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu lama akan merusak endothel

arteri dan mempercepat atherosklerosis. Komplikasi dari hipertensi

termasuk rusaknya organ tubuh seperti jantung, mata, ginjal, otak, dan

pembuluh darah besar. Hipertensi adalah faktor risiko utama untuk

penyakit serebrovaskular (stroke, transient ischemic attack), penyakit

arteri koroner (infark miokard, angina), gagal ginjal, demensia, dan atrial

fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor-faktor risiko

kardiovaskular lain, maka akan meningkatkan angka kematian dan

kecacatan akibat gangguan kardiovaskularnya tersebut (Depkes RI,

2006). Menurut Studi Framingham, pasien dengan hipertensi mempunyai

peningkatan risiko yang bermakna untuk penyakit koroner, stroke,

penyakit arteri perifer, dan gagal jantung (Dosh, 2001).

2.2 Stroke

2.2.1 Definisi Stroke

Stroke disebabkan oleh gangguan suplai darah ke otak, biasanya

disebabkan karena pembuluh darah terhambat oleh plak dalam darah.

Akibat terganggunya aliran tersebut menyebabkan berkurangnya pasokan

oksigen dan nutrisi, sehingga terjadi kerusakan pada jaringan otak

(Goldstein dkk, 2006).


11

2.2.2 Etiologi Stroke

Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh terhentnya

suplai darah ke bagian otak. Stroke biasanya disebabkan oleh salah satu

dari empat etiologi berikut ini (Suzanne dan Smeltzer, 2001).

1) Trombosis serebri

Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi

sehingga menyebabkan iskemia pada jaringan otak lalu dapat

menimbulkan edema di jaringan sekitarnya. Trombosis biasa terjadi

pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Tanda dan gejala

neurologis sering kali memburuk dalam 48 jam setelah terjadi

thrombosis.

2) Emboli serebri

Emboli serebri merupakan sumbatan pembuluh darah otak oleh

karena bekuan darah, lemak, dan udara. Biasanya emboli berasal dari

thrombus di jantung yang terlepas. Emboli tersebut berlangsung

cepat dan gejala timbul 10-30 detik. Keadaan jantung berikut dapat

menimbulkan emboli serebri: infark miokardium, fibrilasi, dan

aritmia.

3) Hemoragik

Perdarahan intrakranial yaitu perdarahan pada ruang subarakhnoid

dan intraserebri. Perdarahan ini dapat terjadi karena aterosklerosis

dan hipertensi. Pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan

penekanan, pemisahan jaringan otak lalu otak menjadi edema,


12

jaringan otak menjadi tertekan sehingga terjadi infark otak dan

mungkin herniasi otak.

4) Hipoksia umum

Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum

adalah: (1) hipertensi yang parah, (b) henting jantung paru, (3) curah

jantung menurun akibat aritmia.

2.2.3 Patofisiologi Stroke

Dalam kehidupan sehari-hari otak membutuhkan suplai darah yang

konstan dimana dalam hal ini semua perubahan tekanan perfusi dan

sistem sirkulasi sentral dipelihara oleh suatu fenomena autoregulasi.

Adanya gangguan sirkulasi darah otak dapat menimbulkan jejas atau

cedera pada otak melalui empat mekanisme yaitu penebalan dinding arteri

karena aterosklerosis, pecahnya dinding arteri karena hipertensi, edema

serebri, dan thrombosis serebri (Satyanegara, 2010).

1) Stroke iskemik

Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebri, biasanya

terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi

hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang

menimbulkan hipoksia dan selanjutnya timbul edema. Kesadaran

umumnya baik (Muttaqin, 2008). Iskemia berarti penyempitan pada

pembuluh darah arteri. Sistem saraf pusat kita butuh energi yang

harus selalu dipenuhi tanpa sedikitpun ada gangguan. Apabila sedetik


13

saja sel-sel neuron diotak kita tidak mendapatkan glukosa dan

oksigen yang cukup melalui dari alirah darah maka otak akan

mengalami gangguan fungsi (Baehr, 2005).

Penyebab dari stroke iskemik :

a. Infark karena emboli

Sebanyak 80% stroke iskemik disebabkan karena emboli.

Bekuan darah atau bagian-bagian dari ateroplak pembuluh darah

besar ekstrakranial terbawa oleh aliran darah menuju otak yang

apabila terjadi penumpukan diotak maka dapat menjadi

aterosklerosis baru di pembuluh darah otak. Trombus emboli

terkadang secara spontan akan larut oleh obat-obatan

trombolitik, jika ini terjadi secara cepat maka deficit neurologi

pada pasien dapat membaik dan tidak terjadi kerusakan jangka

panjang. Namun apabila thrombus tidak dilisiskan selama

beberapa jam hingga hari maka akan terjadi kematian sel dan

defisit neurologis yang permanen (Graham, 2005).

b. Infark lakunar

Infark lakunar disebabkan perubahan mikroangiopati di arteri

kecil dengan penyempitan yang progresif dari lumen arteri.

Hialinosis di dinding pembuluh darah kecil akibat arterial

hypertension akan menyebabkan risiko terjadinya infark lakunar

(Graham, 2005).
14

2) Stroke hemoragik

Merupakan perdarahan intraserebri dan subarakhnoid. Disebabkan

oleh pecahnya pembuluh darah otak pada jaringan tertentu. Stroke

hemoragik adalah disfungsi neurologi fokal akut dan disebabkan oleh

perdarahan substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh

karena trauma kepala melainkan pecahnya pembuluh arteri, vena dan

kapiler (Widjaja, 2006). Penyebab tersering dari stroke hemoragik

adalah hipertensi (Michael dan Aminoff, 2002). Terdapat perbedaan

tanda dan gejala perdarahan intraserebri dan perdarahan

subarakhnoid.

a. Perdarahan intraserebri

Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) biasanya karena

hipertensi yang mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan

otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan

menyebabkan edema (Muttaqin, 2008). Pada pasien perdarahan

intraserebri biasanya pasien dating tiba-tiba, defisit neurologis

yang sangat parah, sakit kepala, papilloedema, dan muntah

(Michael dan Aminoff, 2002).

b. Perdarahan subarakhnoid

Perdarahan yang berasal dari pecahnya aneurisma berry.

Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulus

willisi dan cabang-cabangnya. Pecahnya arteri lalu menuju ruang

subarachnoid menyebabkan tekanan intra kranial meningkat


15

(Muttaqin, 2008). Pada pasien dengan perdarahan subarakhnoid

biasanya datang tiba-tiba dengan sakit kepala berat, terdapat kaku

kuduk, kehilangan kesadaran, muntah, papilloedema, dan defisit

neurologis (Michael dan Aminoff, 2002).

2.2.4 Faktor Risiko Stroke

Secara garis besar menurut (American Heart Association, 2016) faktor

risiko terjadinya stroke dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Faktor risiko dapat di modifikasi

a. Tekanan darah

Tekanan darah normal adalah 120/80 mmHg. Jika seseorang

memiliki tekanan darah 140/90 secara konstan hal ini disebut

hipertensi. Tekanan darah merupakan penyebab utama terjadinya

stroke.

b. Merokok

Konsumsi rokok secara terus-menerus dapat merusak pembuluh

darah. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya blokade aliran darah.

c. Diabetes mellitus (DM)

Memiliki penyakit DM dapat meningkatkan risiko terjadinya

stroke arena DM dapat menyebabkan penyakit baru pada

pembuluh darah di otak.


16

d. Tinggi kolesterol

Tinggi kolesterol dapat meningkatkan faktor risiko blockade

arteri. Jika blockade pembuluh arteri terjadi pada otak maka akan

terjadi stroke.

e. Penyakit arteri karotis

Arteri karotis pada leher merupakan suplai darah terbanyak

menuju otak. Kerusakan pembuluh darah arteri karotis oleh lemak

dapat menimbulkan plak pada dinding arteri karotis.

f. Aktifitas fisik dan obesitas

Jarang olahraga dan obesitas meningkatkan risiko hipertensi,

kolesterolemia, diabetes, penyakit jantung dan stroke.

2) Faktor risiko tidak dapat di modifikasi

a. Umur

Stroke terjadi pada semua kelompok umur produktif. Namun

semakin tua usia seseorang maka semakin meningkatkan faktor

risiko stroke.

b. Jenis kelamin

Pada kelompok umur, laki-laki lebih berisiko terkan stroke

dibandingkan perempuan.

c. Genetik

Seseorang yang memiliki riwayat genetik keluarga terkena stroke

maka akan berisiko lebih besar terkena stroke


17

d. Pernah terkena stroke

Pasien yang sebelumnya pernah terkena stroke maka akan

meningkatkan risiko lebih besar untuk terkena kembali jika tidak

merubah faktor risiko yang dapat dimodifikasi.

2.2.5 Pencegahan Stroke Pada Pasien Hipertensi

Menurut Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia tahun 2012,

stroke dapat dicegah dengan merubah gaya hidup, mengendalikan,

mengontrol, dan mengobati penyakit yang menjadi faktor risiko, terutama

faktor risiko tertinggi hipertensi. Pencegahan stroke bagi pasien hipertensi

dibagi menjadi dua yaitu:

1) Pencegahan primer

Pencegahan primer adalah upaya yang dilakukan sebelum seseorang

terkena stroke. Pencegahan primer melalui pendidikan kesehatan bisa

berupa kampanye melalui flyer tentang bahaya rokok terhadap stroke,

memberikan informasi tentang stroke melalui pendidikan kesehatan

menggunakan media cetak, elektronik, billboard atau ceramah

(Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke, 1999). Cara untuk

mempertahankan gaya hidup sehat, yaitu:

a. Hentikan kebiasaan merokok.

b. Berat badan diturunkan atau dipertahankan sesuai beraat badan

ideal:

 BMI <25 kg/m2.


18

 Garis lingkar pinggang < 80 cm untuk wanita.

 Garis lingkar pinggang <90 cm untuk pria.

c. Makan makanan sehat :

 Rendah lemak jenuh dan kolesterol.

 Menambah asupan kalium dan mengurangi natrium.

 Makan buah-buahan dan sayur-sayuran.

d. Olahraga yang cukup dan teratur dengan melakukan aktivitas

fisik yang bernilai aerobik (jalan cepat, bersepda, berenang, dll)

secara teratur minimal 30 menit dan minimal tiga kali dalam

seminggu.

e. Kolesterol darah < 200mg% melalui hasil laboratorium.

f. Glukosa darah puasa < 100 mg/dl melalui hasil laboratorium.

g. Tekanan darah dipertahankan pada 120/80 mmHg.

2) Pencegahan sekunder

Pencegahan ini merupakan upaya pencegahan agar seseorang tidak

terkena stroke berulang caranya dengan:

a. Mengendalikan faktor risiko yang telah ada seperti mengontrol

tekanan darah tinggi, kolesterol, gula darah, dan asam urat.

b. Merubah gaya hidup.

c. Minum obat sesuai anjuran dokter secara teratur.

d. Kontrol ke dokter anda secara teratur .


19

2.3 Pendidikan Kesehatan

2.3.1 Definisi

Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang dinamis,

proses perubahan tersebut bukan hanya transfer materi saja atau

penyampaian materi dari seseorang ke orang lain, tetapi perubahan atas

pendidikan kesehatan terjadi karena adanya kesadaran dari tiap individu

atau dari sekelompok masyarakat itu sendiri (Mubarak dan Chayatin,

2009).

2.3.2 Sasaran

Dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis

sasaran, yaitu (a) sasaran primer, (b) sasaran sekunder dan (c) sasaran

tersier (Maulana, 2009; Kemenkes RI, 2011).

1) Sasaran primer

Sasaran primer pendidikan kesehatan adalah pasien, individu sehat

dan keluarga (rumah tangga) yang merupakan bagian dari

masyarakat.

2) Sasaran sekunder

Sasaran sekunder adalah para pemuka masyarakat, baik pemuka

informal (pemuka adat, agama dll) maupun pemuka formal (petugas

kesehatan, pejabat, dll), organisasi kemasyarakatan dan media massa.


20

3) Sasaran tersier

Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik di bidang

kesehatan serta dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya.

2.3.3 Metode

Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu. Untuk sasaran

kelompok maka metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan

sasaran individual. Ada 3 macam metode pendidikan kesehatan, yaitu

(Jones dan Bartlett, 2009).

1) Metode pendidikan massa

Metode pendidikan massa dilakukan untuk mengonsumsikan pesan

kesehatan yang ditujukan untuk masyarakat. Berikut ini ada beberapa

contoh metode untuk pendekatan massa, yaitu :

a. Ceramah umum.

b. Pidato/diskusi tentang kesehatan dapat dilakukan melalui media

elektronik, baik televisi maupun radio.

c. Simulasi contohnya seperti dialog antara pasien dengan perawat.

2) Metode pendidikan individual

Metode ini digunakan untuk membina perubahan perilaku baru, atau

membina seseorang. Bentuk pendekatan ini, antara lain:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling).

b. Interview (wawancara).
21

3) Metode pendidikan kelompok

Ada beberapa macam metode kelompok tersebut, yaitu: (1)

Kelompok besar; (2) Kelompok kecil.

a. Kelompok besar

Apabila peserta lebih dari 15 orang. Menggunakan 2 metode

untuk kelompok besar, bisa menggunakan ceramah ataupun

seminar. Untuk metode ceramah cocok untuk masyarakat

berpendidikan tinggi. Metode seminar digunakan pada kelompok

pendidikan menengah keatas.

b. Kelompok kecil

Apabila peserta kurang dari 15 orang.Terdapat beberapa metode

khusus kelompok kecil seperti: diskusi kelompok, curah

pendapat, bermain peran (role play), bola salju (snow balling),

dan permainan simulasi (simulation game).

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ceramah.

1) Metode ceramah

Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah

yaitu dari penceramah kepada hadirin. Metode ceramah merupakan

cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan dalam

usaha menularkan pengetahuan secara lisan. Penceramah biasanya

dipilih orang yang dianggap ahli.


22

Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa metode ceramah baik untuk

sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Menurut Mantra

(2003) pendidikan kesehatan dengan metode ceramah merupakan

suatu proses belajar (learning process) untuk mengembangkan

pengertian yang benar dan sikap yang positif terhadap kesehatan.

2.3.4 Media

Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu

pendidikan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan

kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 yaitu: cetak, elektronik,

media papan (bill board) (Notoatmodjo, 2003).

1) Media cetak

a) Booklet : untuk menyampaikan pesan dalam bentuk buku, baik

tulisan maupun gambar.

b) Leaflet : melalui lembar yang dilipat, isi pesan bisa

gambar/tulisan atau keduanya. c. Flyer (selebaran) ; seperti leaflet

tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

c) Flip chart (lembar Balik) ; pesan/informasi kesehatan dalam

bentuk lembar balik. Biasanya dalam bentuk buku, dimana tiap

lembar (halaman) berisi gambar peragaan dan di baliknya berisi

kalimat sebagai pesan/informasi berkaitan dengan gambar

tersebut.
23

d) Rubrik/tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah, mengenai

bahasan suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan.

e) Poster ialah bentuk media cetak berisi pesan-pesan/informasi

kesehatan, yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-

tempat umum, atau di kendaraan umum.

f) Foto, yang mengungkapkan informasi-informasi kesehatan.

2) Media elektronik

a) Televisi: dapat dalam bentuk sinetron, sandiwara, forum

diskusi/tanya jawab, pidato/ceramah, TV, Spot, quiz, atau cerdas

cermat, dll.

b) Radio: bisa dalam bentuk obrolan/tanya jawab, sandiwara radio,

ceramah, radio spot, dll.

c) Video Compact Disc (VCD)

d) Slide: slide juga dapat digunakan untuk menyampaikan

pesan/informasi kesehatan.

e) Film strip juga dapat digunakan untuk menyampaikan pesan

kesehatan.

3) Media papan (bill board). Papan/bill board yang dipasang di tempat-

tempat umum dapat digunakan sebagai media informasi kesehatan

berisikan pesan-pesan atau informasi-informasi kesehatan. Media

papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang ditulis pada lembaran


24

seng yang ditempel pada kendaraan umum (bus/taksi) (Notoatmodjo,

2003).

Media dalam penelitian ini dipilih dengan media audio visual.

1) Media audio visual

Media audio visual mempunyai kelebihan antara lain bisa memberikan

gambaran yang lebih nyata serta meningkatkan retensi memori karena

lebih menarik dan mudah diingat. Kehadiran dan perkembangan media

audio visual ini tidak bisa dihindari mengingat kelebihan dan daya

tariknya yang luar biasa pada media ini, seperti contohnya televisi yang

mempunyai peran besar dalammempengaruhi masyarakat. Kelebihan

media audio visual tersebut diharapkan mampu menumbuhkan

ketertarikan dan minat dalam mengikuti penyuluhan sehingga tujuan

dalam penyuluhan dapat tercapai (Sadiman, dkk. 2009). Menurut Bandura

dan Walter (dalam Notoatmodjo, 2007), pengetahuan atau tingkah laku

model yang terdapat dalam media audio visual akan merangsang peserta

untuk meniru atau menghambat tingkah laku yang tidak sesuai dengan

tingkah laku yang ada di media.

2.4 Pengetahuan

2.4.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar


25

pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan

pedoman dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007).

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang tentang kesehatan dipengaruhi oleh beberapa

faktor menurut Nursalam (2008) dalam (Notoadmojo, 2007) yaitu:

1) Faktor internal

a) Pendidikan

Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi. Pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang, maka akan

semakin mudah menerima informasi.

b) Pekerjaan

Sedikit orang yang mampu bekerja sebagai sumber kesenangan,

karena menurutnya hal ini adalah hal yang membosankan.

Sehingga banyak yang berpendapat bekerja kegiatan yang

menyita waktu.

c) Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir

seseorang. Semakinbertambah usia akan semakin berkembang

pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.


26

2) Faktor eksternal

a) Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar

manusia dan pengaruhnya dapat mempengaruhi perkembangan

dan prilaku orang atau kelompok.

b) Sosial budaya

Sistem sosial yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi

dari sikap dalam menerima informasi.

2.4.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka akan semakin luas wawasan

yang dimilikinya. Rendahnya tingkat pendidikan seseorang akan

menyebabkan kurangnya informasi kesehatan yang dia dapatkan,

sehingga menyebabkan pengetahuan tentang kesehatan juga kurang. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Kuper dkk ditemukan bahwa terdapat

perbedaan yang bermakna terutama dalam tingkat pendidikan untuk

terjadinya risiko stroke. Hasil ini sejalan dengan yang dilakukan oleh

Yuliana dkk, bahwa terdapat pengaruh antara sebelum dan setelah

pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan hipertensi. Menurut

Notoadmojo (2003) tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh faktor-faktor

seperti: tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman dan

sosioekonomi.
27

2.5 Sikap

2.5.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu

dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi

adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Menurut Azwar (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu:

1) Pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat menjadi dasar

pembentukan sikap apabila pengalaman tersebut meninggalkan kesan

yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman

pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor

emosional.

2) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Individu pada umumnya

cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan

sikap seseorang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara

lain dimotivasi oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan

orang yang dianggap penting tersebut.

3) Kebudayaan dapat memberi corak pengalaman individuindividu

masyarakat asuhannya. Sebagai akibatnya, tanpa disadari kebudayaan


28

telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai

masalah.

4) Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau

media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual

disampaikan secara objektif berpengaruh terhadap sikap

konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran

dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan

sistem kepercayaan. Tidaklah mengherankan apabila pada gilirannya

konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional Bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari

emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan

bentuk mekanisme pertahanan ego.

2.5.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Sikap

Sikap merupakan kumpulan gejala atau sindroma dalam merespon

stimulus atau suatu objek, sehingga melibatkan pikiran, perasaan,

perhatian, dan gejala kejiwaan lainnya (Wawan dan Dewi, 2010).

Menurut Notoadmojo (2007) sikap dapat memengaruhi perilaku

pencegahan penyakit pada seseorang, karena peningkatan sikap

sebanding dengan perubahan perilaku seseorang yang semakin baik.

Sikap subjek dalam mengatasi tekanan darah akan mempengaruhi

perilaku hidup penderita hipertensi dalam pencegahan stroke. Sikap yang


29

buruk dalam menyikapi penyakit hipertensi akan menyebabkan perilaku

pencegahan menjadi buruk sehingga berpotensi terkena stroke. Menurut

Ari (2014) pada penelitian yang dilakukannya terdapat peningkatan sikap

pada ibu rumah tangga terhadap pencegahan stroke setelah diberi

pendidikan kesehatan.

2.6 Perilaku

2.6.1 Definisi Perilaku

Menurut Lewit seperti yang dikutip oleh Notoadmojo (1993) perilaku

merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya,

yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan sehingga

diperoleh keadaan seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan

penahan. Perilaku seseorang dapat berubah jika terjadi

ketidakseimbangan antara kedua kekuatan dalam diri seseorang.

2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setalah faktor lingkungan yang

memengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Blum,

1974). Oleh sebab itu, untuk membina dan meningkatkan kesehatan

masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku

sangat penting dan strategis, mengingat pengaruh yang ditimbulkannya.

Berdasarkan berbagai hasil literatur dan penelitian, ditemukan bahwa

perilaku masyarakat sangat erat kaitannya dengan upaya peningkatan


30

pengetahuan masyarakat yang terbentuk melalui kegiatan pendidikan

kesehatan. Menurut Green (1980), pendidikan kesehatan mempunyai

peranan penting dalam mengubah dan menguatkan faktor perilaku, 3

diantaranya yakni:

1) Faktor predisposisi. Faktor predisposisi terdiri dari; pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, dan nilai-nilai.

2) Faktor pendukung (enabling factors). Faktor pendukung adalah

tersedianya sarana pelayanan kesehatan dan kemudahan untuk

mencapainya. Faktor ini terwujud dalam lingkungan fisik.

3) Faktor pendorong (reinforcing factors) adalah sikap dan perilaku

petugas kesehatan meliputi: keluarga, teman sebaya, guru, tokoh

masyarakat, petugas kesehatan dll.

2.6.3 Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Perilaku

Perilaku masyarakat sangat erat sekali kaitannya dengan pengetahuan

masyarakat yang bisa didapatkan melalui kegiatan pendidikan kesehatan.

Tanpa pengetahuan yang baik maka seseorang akan sulit merubah

perilaku mereka sebagai upaya pencegahan suatu penyakit. Pendidikan

kesehatan sangat efektif dalam memengaruhi perilaku seseorang, karena

didasarkan pada psikologi sosial, komunikasi massa, dan pemasaran

untuk mengembangkan dan menyampaikan materi dan pesan pencegahan

agar terhindar dari penyakit (Bensley dan Fisher, 2003).


31

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih tahun 2013,

bahwa didapatkan perbedaan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan

yang dilakukan berpengaruh sekali terhadap pengetahuan dan perilaku

mencegah stroke pada pasien hipertensi. Maka dari itu, apabila penderita

hipertensi tidak memiliki pendidikan kesehatan tentang stroke yang baik,

maka akan menambah beratnya masalah bagi penderita hipertensi.

Apabila hal ini tidak teratasi maka penderita hipertensi dapat berisiko

besar menjadi stroke yang pada akhirnya menyebabkan kematian

(Ekowatiningsih dan Arifuddin, 2014).

2.7 Kerangka Teori

Menurut Notoadmodjo (2007), didapatkan bahwa perilaku individu, kelompok

atau masyarakat erat kaitannya dengan upaya peningkatan pengetahuan

masyarakat yang terbentuk melalui kegiatan pendidikan kesehatan. Menurut

Green (1980), pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting dalam

mengubah dan menguatakan perilaku (predisposisi, pendukung, dan pendorong)

sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat. Hal ini menunjukkan

bahwa perilaku, pendidikan kesehatan, dan status pengetahuan masyarakat

berada dalam suatu pola hubungan yang menmengaruhi. Kerangka teori

dijelaskan pada gambar 1.


32

Keturunan

Pelayanan Status kesehatan Lingkungan


kesehatan

Perilaku

Proses perubahan

Faktor predisposisi: Faktor Faktor pendorong:


Pengetahuan, pendukung: Tokoh agama, guru,
keyakinan, sikap, Sarana dan masyarakat, keluarga,
kepercayaan, dan nilai-
prasarana petugas kesehatan
nilai

Komunikasi Pemberdayaan masyarakat Pelatihan


Penyuluhan Pemberdayaan sosial

Pendidikan kesehatan

Gambar 1. Hubungan status kesehatan, perilaku, dan pendidikan kesehatan


(Green, 1980 ; Notoadmojo, 2003)
33

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Pengetahuan

Pendidikan Kesehatan Sikap

Perilaku

Gambar 2. Kerangka konsep

2.9 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat dirumuskan suatu hipotesis sebagai

berikut:

1. Terdapat perbedaan pengetahuan pada penderita hipertensi di Puskesmas

Pasar Ambon sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

2. Terdapat perbedaan sikap pada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar

Ambon sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.

3. Terdapat perbedaan perilaku pada penderita hipertensi Puskesmas Pasar

Ambon sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah quassy experimental dengan rancangan

one group pretest-posttest design. Dalam desain penelitian ini, sampel akan

diberi pretest terlebih dahulu, setelah itu diberi perlakuan dalam hal ini yaitu

pendidikan kesehatan, dan setelah perlakuan akan diberi posttest (Notoadmojo,

2005). Desain penelitian ini sangat sesuai digunakan untuk evaluasi program

pendidikan kesehatan atau pelatihan lainnya (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan

dan perilaku pencegahan diukur sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan

kesehatan. Dengan rancangan sebagai berikut;

P1 X P2

Gambar 2. Pola Rancangan One Group Pre-test dan Post-test Design (Arikunto,
2010).
35

Keterangan :

P1 : Pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan sebelum pemberian pendidikan


kesehatan

X : Perlakuan (pendidikan kesehatan).

P2 : Pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan setelah pemberian pendidikan


kesehatan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober tahun 2016 di

Puskesmas Pasar Ambon, Bandar Lampung.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini merupakan seluruh penderita hipertensi yang

berusia 15 – 64 tahun yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas

Pasar Ambon. Di wilayah tersebut terdapat 6 posbindu, dan terdapat 2

posbindu yang diminta pihak puskesmas untuk dilakukan pendidikan

kesehatan. Dari hasil survei awal di Puskesmas Pasar Ambon terdapat

160 penderita hipertensi di posbindu Talang dan Pesawahan yang terdata

pada bulan Juni – Agustus 2016.


36

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010).

1) Besar sampel

Jumlah sampel minimal penelitian analitik numerik berpasangan

ditetapkan dengan rumus berikut:


Zα:Zβ S 2
𝑛= X1;X2

Keterangan:

N = Jumlah Sampel.

Zα = Tingkat kesalahan tipe II 5%, maka tingkat kemaknaannya


95%, sehingga Zα = 1,96.

Zβ = Tingkat kesalahan tipe II 20%, maka tingkat ketajamannya


(power) 80% sehingga Zβ = 0,842.

x1-x2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna= 8,4


(mengacu hasil penelitian Wibowo dan Suryani, 2013).

S = Simpang baku dari selisih nilai antar kelompok = 19,69


(mengacu hasil penelitian Wibowo dan Suryani, 2013).

Zα:Zβ S 2
𝑛=
X1;X2

1,96:0,84 19,69 2
𝑛= 8,4

𝑛 = 43
37

Didapat sampel minimal dalam penelitian ini adalah 43 responden.

Ditambah 10% total sampel untuk mencegah kekurangan sampel

sehingga didapatkan sampel sebanyak 48 sampel yang harus terpenuhi.

Terdapat 6 posbindu yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pasar

Ambon dan akan ada 2 posbindu yang diminta dilakukan pendidikan

kesehatan yaitu posbindu daerah Talang dan Pesawahan yang akan

diikutsertakan saat pendidikan kesehatan.

2) Kriteria sampel

Kriteria sampel dibagi menjadi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi

dalam sampel ini adalah sebagai berikut:

a) Kriteria inklusi

1. Pasien yang terdaftar sebagai penderita hipertensi di

Puskesmas Pasar Ambon Bandar Lampung selama periode

bulan Juni – Agustus senilai 140/90 mmHg.

2. Pasien berusia produktif 15 – 64 tahun (Kemenkes RI,

2015)

3. Pasien bersedia menjadi responden penelitian.

b) Kriteria eksklusi

1. Pasien yang tidak mengikuti semua kegiatan penyuluhan

(tidak menyelesaikan semua materi yang ada).

2. Pasien yang pernah menderita stroke.

3. Pasien yang tidak mengisi data pre test dan post test

kuisioner secara keseluruhan.


38

c) Teknik sampling

Teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang

akan digunakan dalam penelitian. Teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling

yaitu pengambilan sampel yang memberikan peluang atau

kesempatan yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel. Teknik pendekatan yang digunakan

adalah simple random sampling. Dengan teknik ini maka

terpilihnya individu menjadi sampel atas dasar kesempatan,

bukan atas pertimbangan subjektif peneliti (Sugiyono, 2011).

3.4 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2011). Variabel

dalam penelitian ini yaitu:

1. Variabel independen: disebut sebagai variabel bebas. Dalam penelitian ini

yang merupakan variable bebas adalah penyuluhan kesehatan mengenai

stroke.

2. Variabel dependen: disebut sebagai variabel terikat. Dalam penelitian ini yang

merupakan variabel dependen adalah tingkat pengetahuan dan perilaku

pencegahan stroke penderita hipertensi.


39

3.5 Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala


. Ukur
1. Pendidikan Tindakan penyuluhan Penyuluhan
kesehatan mengenai skabies,
etologi, faktor resiko,
klasifikasi, gejala,
perbaikan pola makan,
tidur, aktivitas,
pencegahan
komplikasinya
2. Pengetahuan Penilaian pengetahuan Metode 0-100 Numerik
stroke masyarakat mengenai kuisioner yang
stroke dan hipertensi yang terdiri dari 9
meliputi pengertian, gejala, pertanyaan
akibat, pencegahan. Yang Benar 1
dinilai sebelum dan sesudah Salah 0
pendidikan kesehatan
dengan jumlah pertanyaan
9
3. Sikap Respon tertutup penderita Metode 0-100 Numerik
hipertensi terhadap kuisioner yang
stimulus atau obyek, baik terdiri dari
yang bersifat intern ataupun sikap.
ekstern, sehingga 5 Pernyataan
manifestasinya tidak dapat Favourable
langsung dilihat, tetapi Setuju 2
hanya dapat ditafsirkan Ragu-ragu 1
terlebih dahulu. Pertanyaan Tidak setuju 0
sikap terdiri dari 9 4 Pernyataan
pertanyaaan Unfavourable
Setuju 0
Ragu-ragu 1
Tidak setuju 2

4. Perilaku Penilaian perilaku pasien Metode 0-100 Numerik


pencegahan sehari-hari seperti pola kuisioner yang
stroke makan, aktivitas olahraga, terdiri dari 10
dan periksa rutin yang pernyataan.
didapatkan dari 10 Jawaban
pertanyaan Ya 2
Tidak 1
40

3.6 Pengumpulan Data

3.6.1 Langkah Kerja

Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan memberikan

kuesioner kepada penderita hipertensi di Puskesmas Pasar Ambon, Bandar

Lampung dengan prosedur sebagai berikut:

1) Langkah awal yang dilakukan peneliti yaitu dengan mengajukan surat

permohonan izin penelitian kepada institusi pendidikan sebagai

landasan permohonan mengadakan penelitian di Puskesmas Pasar

Ambon, Bandar Lampung.

2) Surat tersebut akan diajukan ke Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik

(Kesbangpol) dan Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung agar dapat

disetujui untuk dilakukan penelitian di Puskesmas Pasar Ambon,

Bandar Lampung.

3) Setelah peneliti memperoleh ijin dari pihak puskesmas Kecamatan

Pasar Ambon untuk melakukan penelitian, maka peneliti melakukan

pendekatan kepada kader kesehatan di untuk melakukan kerjasama

untuk menentukan lokasi dan tanggal dilakukannya pendidikan

kesehatan.

4) Setelah menentukan tanggal dan lokasi, maka dilakukanlah pendidikan

kesehatan oleh pihak yang ditunjuk oleh peneliti. Pada hari

pelaksanaan pendidikan kesehatan, peneliti akan mengecek tekanan


41

darah masyarakat yang hadir serta mengisi kuisioner dan ceklist

peneliti.oleh tenaga kesehatan.

5) Setelah itu, 4 minggu selanjutnya peneliti akan meminta masyarakat

kembali mengisi kuisioner dan ceklist peneliti serat pengecekan

tekanan darah oleh tenaga kesehatan.

3.6.2 Metode Pengumpulan Data

1) Instrumen Penelitian

Menggunakan daftar kuisioner tentang tingkat pengetahuan, sikap dan

perilaku pencegahan stroke yang diisi oleh responden berdasarkan

tingkat pengetahuan dan motivasi responden sendiri. Kuisioner itu

sendiri menurut Arikunto (2006) adalah sejumlah pertanyaan tertuls

yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam

arti laporan tentang pribadinya.

Kuisioner dalam penelitian ini terdiri dari empat bagian yaitu,

kuisioner A tentang identitas pribadi pasien, Kuisioner B tentang

pengetahuan pasien yang terdiri dari 9 pertanyaan, Kuisioner C tentang

sikap pasien yang terdiri dari 9 pernyataan, dan Kuisioner D tentang

perilaku pencegahan stroke yang terdiri dari 10 pernyataan. Pada

penelitian ini akan menggunakan alat dan media sebagai berikut:

a) Sphygmomanometer (alat tensi darah) untuk mengukur tekanan

darah pasien pada saat pertama kali diberikan kuisioner.


42

Pengukuran tekanan darah dibantu oleh rekan mahasiswa dan

petugas kesehatan setempat.

b) Penyuluhan dilakukan menggunakan slide power point. Slide ini

telah divalidasi isinya oleh dokter Bagian Ahli Spesialis Syaraf

Rumah Sakit Abdul Moeloek. Penyuluhan diberikan oleh ahli

yang akan ditunjuk oleh peneliti.

2) Uji validitas dan reliabilitas

a) Uji Validitas

Uji validitas yang digunakan untuk mengukur relevan atau

tidaknya suatu pengukuran dan pengamatan yang dilakukan pada

penelitian (Notoadmodjo, 2002). Kevalidan kuisioner dilakukan di

wilayah kerja Puskesmas Pasar Ambon sebanyak 20 responden

dalam hal ini tentang tingkat pengetahuan (A), sikap (B) dan

perilaku (C) tentang stroke pada penderita hipertensi. Uji validitas

dapat dilihat dengan menggunakan koefisien korelasi product

moment. Jika nilai r hitung > r tabel, pertanyaaan dinyatakan valid

(Ghazali, 2011). Pada penelitian ini berdasarkan tabel product

moment nilai r tabel = 0,433. Uji validitas dilakukan pada kuisioner

A hanya 9 dari 12 soal yang dinyatakan valid, kuisioner B hanya 9

dari 11 soal yang valid, sedangkan kuisioner C seluruh soal

dinyatakan valid yakni 10 soal. Untuk mengetahui nilai r hitung pada

setiap soalnya dapat dilihat pada bagian lampiran.


43

b) Uji reliabilitas

Merupakan kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila

fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali

dalam waktu yang berlainan. Tinggi rendahnya reliabilitas

ditunjukkan dengan angka yang disebut koefisien reliabilitas.

Tinggi-rendahnya reliabilitas kuisioner dinilai oleh angka

cronbach alpha. Kategori koefisien reliabilitas (Guilford, 1956)

adalah sebagai berikut:

Tabel 3. Nilai Cronbach Alpha

Nilai cronbach alpha Kualifikasi nilai


0,80 – 1,00 Reliabilitas sangat tinggi
0,60 – 0,79 Reliabilitas tinggi
0,40 – 0,59 Reliabilitas sedang
0,20 – 0,39 Reliabilitas rendah
-1,00 – 0,19 Tidak reliabel

Adapun hasil perhitungan reliabilitas secara otomatis dapat dilihat

pada tabel 4. Dapat diketahui bahwa pada kuisioner pengetahuan

(A) dan perilaku (C) hasil uji reliabilitas dikatakan sangat tinggi,

pada kuisioner sikap (B) relibilitas dikatakan tinggi.

Tabel 4. Hasil perhitungan uji reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha N of Items


Pengetahuan 0,842 9
Sikap 0,709 9
Perilaku 0,875 10
44

3.7 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.7.1 Pengolahan data

Data yang telah diperoleh dari proses pengumpulan data diubah ke dalam

bentuk tabel-tabel, kemudian data diolah menggunakan software komputer,

proses pengolahan data menggunakan program komputer terdiri dari:

1) Editing

Pada tahap ini, penulis mengkaji dan meneliti kembali data yang

diperoleh kemudian memastikan apakah terdapat kekeliruan atau tidak

dalam pengisian. Proses editing ini meliputi langkah-langkah yaitu

mengecek nama dan identitas responden. Kemudian mengecek

kelengkapan data, apabila ternyata ada kekurangan isinya degan cara

memeriksa isi kuesioner, menentukan ada atau tidaknya kuesioner

yang sobek atau rusak. Lalu, mengecek macam-macam isian data. Jika

didalam instrumen sebuah atau beberapa item yang diisi “tidak tahu”

atau isian lain yang tidak dikehendaki peneliti, padahal isian yang

diharapkan merupakan variabel pokok, maka item itu perlu di drop

(Arikunto, 2002).

2) Coding

Coding merupakan pemeberian kode yang berupa angka-angka

terhadap data yang masuk berdasarkan variabelnya masing-masing.

Coding juga untuk menerjemahkan data yang dikumpulkan selama

penelitian ke dalam simbol yang cocok untuk keperluan analisis


45

3) Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam suatu tabel tertentu

menurut sifat-sifat yang dimilikinya. Maksud pembuatan tabel-tabel ini

adalah menyederhanakan data agar mudah melakukan analisis sehingga

dapat ditarik kesimpulan (Azwar, 2007).

4) Entry Data

Proses memasukkan data kedalam program komputer untuk dapat di

analisis.

3.7.2 Analisis Data

Analisis statistika untuk mengolah data yang diperoleh akan menggunakan

program komputer dimana akan dilakukan 2 macam analisa data, yaitu

analisa univariat dan analisa bivariat.

1) Analisis Univariat

Analisa univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik dari

variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam

kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

2) Analisis Bivariat

Analisa bivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui

hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan

menggunakan uji statististik. Uji normalitas dilakukan untuk

mengetahui sebaran distribusi suatu data apakah normal atau tidak. Uji

normalitas data berupa uji Shapiro Wilk, karena besar sampel dalam
46

penelitian <50. Distribusi normal baku adalah data yang telah

ditransformasikan ke dalam bentuk p dan diasumsikan normal. Jika

nilainya di atas 0,05 maka distribusi data dinyatakan memenuhi asumsi

normalitas, dan jika nilainya di bawah 0,05 maka diinterpretasikan

sebagai tidak normal (Dahlan, 2009)

Uji statistik yang digunakan adalah uji t- berpasangan, merupakan uji

parametrik (distribusi data normal) yang digunakan untuk mencari

hubungan dua variabel atau lebih bila datanya berbentuk skala

numerik, namun bila distribusi data tidak normal dapat digunakan uji

Wilcoxon ( Dahlan, 2010). Adapun syarat untuk Uji T-berpasangan

adalah :

a. Data harus berdistribusi normal

b. Varians data boleh sama, boleh juga tidak sama

Untuk melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas

kemaknaan 95 % artinya p value < 0,05 maka hasilnya bermakna yang

berarti Ho ditolak atau ada pengaruh penyuluhan kesehatan tentang

perawatan stroke di rumah terhadap tingkat pengetahuan keluarga.

Tetapi bila p value > 0,05 maka hasilnya tidak bermakna yang berarti

Ho diterima atau tidak ada pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan

dan perubahan perilaku gaya hidup pasien penderita hipertensi

mengenai materi tentang stroke (Dahlan, 2010).


47

3.8 Alur Penelitian

Identifikasi populasi penderita hipertensi di kawasan wilayah kerja


puskesmas Kecamatan Pasar Ambon

Menentukan sampel dengan teknik probability sampling dengan


pendekatan simple random sampling

Informed consent pada pasien

Bersedia dan memenuhi kriteria inklusi

Pengisian kuesioner sebelum pendidikan kesehatan (pre test)

Penyuluhan kesehatan mengenai stroke dan hipertensi

Pengisian kuesioner setelah 4 minggu intervensi (post test)

Pengolahan dan analisis data

Uji normalitas Shapiro Wilk

Normal Tidak Normal

Uji T berpasangan Uji Wilcoxon


48

3.9 Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subyek, tidak boleh bertentangan

dengan etika. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak pasien harus dilindungi

(Nursalam, 2008 ). Pada penelitian ini, peneliti mendapat rekomendasi dari

Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas lampung dan

permintaan izin ke Kepala Puskesmas Pasar Ambon, Bandar Lampung. Setelah

mendapat izin barulah peneliti melakukan penelitian dengan memperhatikan

masalah etika penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti melewati ethical

clearance dan dalam pelaksanaannya dilapangan telah melakukan informed

consent. Penelitian ini telah disetujui oleh Komisi Etik Penelitian Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Lampung dengan dikeluarkannya keterangan

lolos uji etik (Ethical Approval) No: 053/UN.26.8/DL/2017.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa:

1) Terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan

pada penderita hipertensi mengenai stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar

Ambon Kecamatan Teluk Betung Selatan.

2) Terdapat perbedaan sikap sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada

penderita hipertensi mengenai stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar

Ambon Kecamatan Teluk Betung Selatan.

3) Terdapat perbedaan perilaku sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan pada

penderita hipertensi mengenai stroke di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar

Ambon Kecamatan Teluk Betung Selatan.


77

5.2. Saran

Saran untuk peneliti selanjutnya:

1) Untuk peneliti lain bisa mencari tahu perbedaan pendidikan kesehatan antara

penggunaan metode ceramah dengan metode laiinnya seperti metode role

play, snow balling, curah pendapat, ataupun diskusi kelompok.

2) Untuk peneliti lain agar dapat memperluas sampel pada lokasi penelitian,

contohnya diambil cluster sampling pada tiap kelurahan.

3) Untuk peneliti selanjutnya, agar dapat meminimalkan bias penelitian dengan

melakukan kontrol pada sampel dari variabel pengganggu.

Saran untuk fakultas:

1) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu bentuk kerja sama fakultas

pada puskesmas untuk melakukan penelitian ataupun pendidikan kesehatan

yang lain.

Saran untuk institusi kesehatan

1) Sebagai upaya lanjut untuk meningkatkan pencegahan penyakit stroke.

2) Agar disetiap kelurahan dapat dilaksanakan program senam rutin sebulan

sekali, selain program senam yang terpusat di puskesmas induk seminggu dua

kali
DAFTAR PUSTAKA

Agus LS. 2013. Determinan keaktifan melakukan senam diabetes mellitus pada
anggota komunitas diabetes sehat Puskesmas Ngrambe Kabupaten Ngawi.
[skripsi]. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Alimul H. 2007. Riset dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.

American Heart Association. 2016. Risk factors for stroke, 1–2. Dallar. Texas:
American Heart Association News
Anggara FHD & Prayitno N. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tekanan
darah di puskesmas telaga murni, cikarang barat tahun 2012 . Program Studi
S1 Kesehatan Masyarakat STIKes MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah
Kesehatan. 5(1):20-25.

Arikunto S. 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi ke-4.
Penerbit PT Rineka Cipta: Jakarta.

Arikunto S. 2010. Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. hal 85

Arikunto S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu pendekatan praktik. (Edisi Revisi).


Jakarta : Rineka Cipta

Azwar S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.
[Online Journal] [diunduh 15 November 2016]. Tersedia dari:
http://depkes.go.id/downloads/riskesdas2013/Hasil%20Riskesdas%202013.pd
f.

Baehr MMF. 2005. Topical diagnosis in neurology. stuttgart: Thieme


Batubara & Sakti O. 2015. Hubungan antara penangan awal dan kerusakan neurologis
pasien stroke di RSUD Kupang. Jurnal Keperawatan Soedirman.

Bensley RJ & Fisher JB. 2003. Metode pendidikan kesehatan masyarakat: A Practical
Guide. Edisi ke-2. Jakarta: EGC

Bowman TS, Gaziano JM, Buring JE, Sesso HD. Clinical research hypertension. a
prospective study of cigarette smokey and risk of inciden hypertension in
Bringham and women hospital Massachucetts, 2007. Hal 1-3

Budi MS, Dewi PK. 2010. Pengaruh penyuluhan kesehatan tentang pengobatan non
farmakologi terhadap perilaku penderita hipertensi dalam melaksanakan
pengobatan non farmakologi di Puskesmas Sampung Kabupaten Ponorogo.
[skripsi]. Kediri: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Surya Mitra Husada

Chobanian AV, et al. 2003. The seventh report of the joint national committee on
prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure: The
JNC 7 Report. JAMA. (289):2560-72. PR [Online Journal] [diunduh 02
Agustus 2016].
Christi DS. 2012. Gambaran tingkat pengetahuan tentang hipertensi pada masyarakat
yang merokok di RW 01 Kelurahan Pondok Cina, Beji, Depok. [skripsi].
Depok: Universitas Indonesia.

Dahlan MS. 2009. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika

Dahlan MS. 2010. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.

Dahlan MS. 2011. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Edisi ke-5. Jakarta:
Salemba Medika.

Depkes RI. 2006. pharmaceutical care untuk pasien penyakit jantung koroner : fokus
sindrom koroner akut. Jakarta: Direktorat bina farmasi komunitas dan klinik
ditjen bina kefarmasian dan alat kesehatan.

Dosh SA. 2001. The diagnosis of essential and secondary hypertension in adults.
J.Fam Pract. (50): 707-12

Ekowatiningsih D & Arifuddin. 2014. Hubungan tingkat pengetahuan dan gaya hidup
dengan upaya pencegahan stroke pada penderita hipertensi di ruang rawat
jalan RSU. Haji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosisi Volume 5
Nomor 5 Tahun 2014. Makassar
Fariz MI. 2008. Perilaku merokok remaja di lingkungan RW 22 Kelurahan Sukatani
Kecamatan Cimanggis Depok tahun 2008. [skripsi]. Depok : Universitas
Indonesia

Ghaffari M, Sharifirad G, Malekmakan E, Hassanzadeh A. 2013. Effect of


educational intervention on physical activity-related knowledge attitude,and
behavior of among. The Journal of the Pakistan Medical Association, 63(10),
1235-1240.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi analisis multivariate dengan program SPSS.


Semarang: Universitas Diponegoro

Glasper A, & Richardson J. 2006. A textbook of children’s and young people’s


nursing. Philadelpia: Elsevier

Go AS, et al. 2014. Heart disease and stroke statistics 2014 update: A report from the
American Heart Association. Circulation, 129, 28- 292.

Goldstein LB, Adams R, Alberts MJ, Sacco RL. 2006. AHA / ASA Guideline
Primary Prevention of Ischemic Stroke: A Guideline From the American
Heart Association / American Stroke Association Stroke Council [Online
Journal] [diunduh 14 Mei 2016]. Tersedia dari:
http://doi.org/10.1161/01.STR.0000223048.70103.F1.

Graham L. 2005. Essential neurology. Massachusetts: Blackwell publishing.

Green L. 1980. Health education planning a diagnostic approach. Baltimore. The


John Hopkins University: Mayfield publishing Co.
Green . 2007. Education in stroke prevention: Efficacy of an educational counselling
intervention to increase knowledge in stroke survivors. Canadian Journal of
Neuroscience Nursing. 29 (2): 13–20.

Guilford JP. 1956. Fundamental Statistic in Psychology And Education. Edisi ke-3.
New York: McGraw-Hill Book Company, Inc

Jones & Bartlett. 2009. Metode pendidikan kesehatan masyarakat. Edisi Ke-2.
Jakarta: EGC.
Junaidi. 2010. Hipertensi: pengenalan, pencegahan, dan pengobatan. Jakarta: PT
Bhuana Ilmu Populer.

Katender G, Groves S, Becker K. 2014. Hypertension education intervention with


Ugandan nurses working in hospital outpatient clinic: A pilot study. Journal
Nursing Research and Practice. 2014 : 1-6
Kazemy T, Sharifzadeh GR. 2010. Comparisons of acute myocardial infarction
(AMI) among women and men. Modern Care Journal. 7(1):5–11.

Kemenkes RI. 2011. Promosi kesehatan di daerah bermasalah kesehatan. panduan


bagi petugas kesehatan di puskesmas. Jakarta [Online Journal] [diunduh 15
Mei 2016]. Tersedia dari:www.promosikesehatan.com.

Kemenkes RI. 2014. Infodatin. Pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI.
Hipertensi. Jakarta

Kemenkes RI. 2015. Profil kesehatan Indonesia 2014. Kementrian Kesehatan


Republik Indonesia 2015. Jakarta

Konsensus Nasional Pengelolaan Stroke. 1999. Kelompok studi serebrovaskular dan


neurogeriatri perdossi. Indonesia. Jakarta
Kristanti & Handriani. 2013. Mencegah & Mengobati 11 Penyakit Kronis.
Yogyakarta: Citra Pustaka

Kuper H, Adami HO, Theorell T, Weiderpass E. 2007. The socioeconomic gradient


in the incidence of stroke: a prospective study in middle-aged women in
sweden. PubMedCen; 38(1):27-33

Lefrina & Yeni. 2009. Tangkal radikal bebes dengan antioksidan [Online Journal]
[diunduh tanggal 03 Agustus 2016]. Tersedia dari: http://www.
pikiranrakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=30087
Ludlow, Ron, Fergus P. 2000. the essence of effective communication. terj. Oleh
Deddy Jacobs. Yogyakarta: Andi
Mahajan H, Kazi Y, Sharma B, Velhal GD. 2012. Health education: an Effective
intervention in hypertensive patients. International Journal of Recent Trends
in Science And Technology. 4 (2): 77-82

Maulana H. 2009. Promosi kesehatan. Edisi ke-1. Editor: Nuraini. Jakarta: EGC

Michael J & Aminoff D. 2002. Clinical neurology novato: Mc.Graw-Hill/Appleton


dan Lange [Online Journal] [diunduh tanggal 03 Agustus 2016]. Tersedia dari:
http://accessmedicine.mhmedical.com/content.aspx?bookid=398&sectionid=3
9812238

Mubarak WI & Chayatin N. 2009. Ilmu kesehatan masyarakat : Teori dan aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika

Muttaqin A. 2008. Buku ajar. asuhan keperawatan klien dengan ganggaun sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoadmojo S. 2003. Pendidikan dan perilaku kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.


hlm 133

Notoadmodjo S. 2007. Promosi kesehatan dan ilmu perilaku. Jakarta: PT Rineka


Cipta. hlm 118

Notoatmodjo S. 2005, Promosi kesehatan teori dan aplikasi. Jakarta: PT Rineka


Cipta. hlm 124-5

Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan.


Edisi ke-2. Jakarta: Salemba Medika
Oliveria SA, Roland SC,Bruce DM, Catherine CD, Martha N. 2005. hypertension
knowledge, awareness, and attitudes in a hypertensive population. J Gen
Intern Med: 20 (3). Hal 219-225

Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia. 2012. Mengenal gejala dan kiat
mencegah stroke [Online Journal] [diunduh tanggal 03 Agustus 2016].
Tersedia dari: http://www.yastroki.or.id/file/strokemengenal.pdf

Price SA & Wilson LM. 2002. Pathophysiology : Konsep klinis proses terjadinya
penyakit. Alih bahasa : Brahm U. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.

Prochaska JO, Velicer WF. 1997. The transtheoretical model of health behavior
change. American Journal of Health Promotion. 12. Hlm 38-48.

Purniawaty. 2010. Determinan penyakit hipertensi di provinsi kalimantan selatan


berdasarkan riskesdas 2007. Skripsi. Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Indonesia.

Purwati RD, Bidjuni H, Babakal A. 2014. Pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap


pengetahuan perilaku klien hipertensi di Puskesmas Bahu Manado. [skripsi].
Manado: Universitas Sam Ratulangi.

Rafiei GH, Ranjbar M, Sayyadi A. Comparing sports activities of MSc students of


nursing and midwifery, Kerman and Rafsanjan Universities of Medical
Sciences before and after passing physical training courses. Rafsanjan Journal
of Faculty of Nursing, Midwifery and Paramedics. 2008 and 2009. 1:21–8.

Rustiana. 2014. Gambaran faktor risiko pada penderita hipertensi di Puskesmas


Ciputat Timur tahun 2014. [skripsi]. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah.

Santosa TA. 2012. Hubungan tingkat pengetahuan tentang stroke dengan perilaku
pencegahan stroke pada klien hipertensi di puskesmas Depok II Sleman
Yogyakarta [Online Journal] [diunduh tanggal 03 Agustus 2016]. Tersedia
dari:
http://journal.respati.ac.id/index.php/ilmukeperawatan/article/view/211/185

Satyanegara. 2010. Ilmu bedah syaraf. Edisi ke-4. Jakarta: Gramedia. hlm 137-138
Septiana. 2014. Pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan remaja
tentang kesehatan reproduksi di SMP Islam Ruhama Ciputat. [skripsi].
Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Sugiyono. 2011. Metode penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta

Susalit E. 2001. Ilmu penyakit dalam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. hlm 453-472

Susanti MT, Suryani M, Shobirun. 2010. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang


hipertensi terhadap pengetahuan dan sikap megelola hipertensi di Puskesmas
Pandanaran Semarang. [skripsi]. Semarang: Politekes Semarang.

Suzanne C, Smeltzer, BGB. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi ke-
8. Jakarta: EGC. hlm 230
Tamher & Noorkasiani. 2009. Kesehatan usia lanjut dengan pendekatan asuhan
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Wahyuningsih R. 2013. Pengaruh pendidikan kesehatan tentang stroke terhadap


perilaku mencegah stroke pada penderita hipertensi di Kelurahan Jarum
Kecamatan Bayat Klaten Jawa Tengah. [skripsi]. Yogyakarta: Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Aisyiyah.

Wibowo S. & Suryani D. 2013. Pengaruh promosi kesehatan metode audio visual dan
metode buku saku terhadap peningkatan pengetahuan penggunaan msg pada
ibu rumah tangga. Kesmas. Vol 7 No.2 September 2013 Hal. 55

Widjaja D. 2006. Perdarahan intraserebral primer : Patofisiologi, diagnosis, dan


penatalaksanaan. Surabaya.
Widodo AD. 2005. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku tentang Kehamilan, Persalinan
serta Komplikasinya pada Ibu Hamil Nonprimigravida di RSUPN Cipto
Mangunkusumo, Majalah Kedokteran Indonesia 55 (10).

Wilson BW, Kasper MF, Harrison I. 2005. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam,
edisi 13 volume 3. Jakarta: EGC

World Health Organization. 2008. Causes of death 2008 [Online Journal] [diunduh
tanggal 02 Agustus 2016]. Tersedia dari:
http ://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/cod_2008_sources_me
thods.pdf. Geneva: Swiss

World Health Organization. 2013. A global brief on hypertension: Silent killer, global
public health crisis. Geneva; WHO: Swiss

World Health Organization. 2014. Global report on non communicable diseases


2014. Geneva; WHO: Swiss

World Health Organization. 2015. Noncommunicable diseases. Geneva; WHO: Swiss


Zhou R. 2009. The effect of health education lecture on hypertensive patients in a
community in Guangzhou, China : an intervention study. (Thesis). University
of Hong Kong, Pokfulam, Hong Kong SAR. Tersedia dari:
http://dx.doi.org/10.5353/th_b4299819.

Vous aimerez peut-être aussi