Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TUBERKULOSIS MILIER
TUBERKULOSIS MILIER
Disusun Oleh :
Iffanisa Surya, S.Ked
G1A216031
Universitas Jambi
Pembimbing
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat Bed Side Teaching (BST) yang berjudul
“Tuberkulosis Milier” sebagai salah satu syarat dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher
Provinsi Jambi.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Hj. Elfiani, SpPD FINASIM yang
telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis selama
menjalani Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Penyakit Dalam di Rumah Sakit
Umum Daerah Raden Mattaher Provinsi Jambi.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada Laporan Kasus ini,
sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran untuk menyempurnakan laporan kasus
ini. Penulis mengharapkan semoga Laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 43 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : RT 11 Jl Arjuna
Pekerjaan : Wiraswasta
MRS : 14 November 2017, Pukul 18.00 (Ruang Iso L)
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan atas yang memberat sejak ± 2
minggu SMRS
4
Pasien mengeluh adanya benjolan di leher kanan dan kiri sejak ± 1 bulan
SMRS, benjolan tidak nyeri, tidak merah. Pasien mengalami penurunan nafsu
makan dan penurunan berat badan ± 15kg dalam 1 bulan SMRS yang awalnya
60kg menjadi 45kg. BAB dan BAK tidak ada keluhan
Status Generalisata
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
5
Vital Sign
TD : 130/70 HR : 88x/menit RR : 22x/menit Suhu : 36,8 C
Status Gizi
BB : 45 Kg TB : 165 cm IMT : 16,5 (Gizi Kurang)
Kulit
Warna : sawo matang
Efloresensi : (-)
Jaringan Parut : (-)
Pertumbuhan Rambut : normal
Suhu : 36,8 C
Turgor : normal, <2detik
Lainnya : (-)
Kepala
Bentuk Kepala : Normocephal
Rambut : Beruban
Ekspresi : Tampak sakit sedang
Simetris Muka : Simetris
Mata
Konjungtiva : Konjungtiva anemis (+/+)
Sklera : Sklera Ikterik (-/-)
Pupil : isokor
Lensa : normal
Gerakan : normal
Lapangan Pandang : normal
6
Hidung
Bentuk : Simetris
Sekret : (-)
Septum : deviasi (-)
Selaput Lendir : (-)
Sumbatan : (-)
Pendarahan : (-)
Mulut
Bibir : Kering (-), Sianosis (-)
Lidah : atrofi papila lidah (-)
Gusi : anemis (-)
Telinga
Bentuk : simetris
Sekret : (-)
Pendengaran : normal
Leher
JVP : 5-2 cmH2O
Kelenjar Tiroid : Pembesaran (-)
Kelenjar Limfonodi : Pembesaran KGB coli dextra dan sinistra, multiple
- Terdapat 5 buah pembesaran KGB regio coli II
dextra, paling besar ukuran 1,5x0,5x0,4 cm,
konsistensi kenyal, mobile, hiperemis (-), nyeri tekan
(-), paling kecil ukuran 0,1x0,1x0,1 cm, konsistensi
kenyal ,mobile, hiperemis (-), nyeri tekan (-)
- Terdapat 3 buah pembesaran KGB regio coli 4
sinistra, paling besar ukuran 1x0,5x0,3 cm ,
konsistensi kenyal, mobile, hiperemis(-), nyeri tekan
7
(-), paling kecil ukuran 0,2x0,1x0,1 cm konsistensi
kenyal, mobile, hiperemis (-), nyeri tekan (-)
- Terdapat 2 buah pembesaran KGB regio
subklavikula dextra, paling besar ukuran 1x1x0,5
cm, konsistensi kenyal, mobile, hiperemis(-), nyeri
tekan (-), paling kecil ukuran 0,5x0,2x0,1 cm
konsistensi kenyal, mobile, hiperemis (-), nyeri tekan
(-)
- Terdapat 2 buah pembesaran KGB regio
subklavikula sinistra, paling besar ukuran 1x0,5x0,5
cm, konsistensi kenyal, mobile, hiperemis (-), nyeri
tekan (-), paling kecil ukuran 0,5x0,3x0,1 cm
konsistensi kenyal, mobile, hiperemis (-), nyeri tekan
(-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Teraba ICS V linea midclavicula sinistra
Perkusi : Batas Atas : ICS II Linea parasternal sinistra
Batas Kiri : ICS V Linea midclavicula sinistra
Batas Kanan : ICS III Linea parasternal dextra
Auskultasi : BJ I/II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris kiri dan kanan, spider nervi (-)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Fremitus taktil kanan = kiri
Perkusi : Sonor kanan dan kiri
Auskultasi : Vesikuler kanan dan kiri, Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, sikatriks (-).
8
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (+) kuadran kanan atas
Perkusi : Timpani.
Auskultasi : Bising Usus (+), Normal
Ekstremitas
Superior : akral hangat, CRT <2 Detik, Edem (-)
Inferior : akral hangat, CRT <2 Detik, Edem (-)
9
HCT 31,4 35-50 %
PLT 1069 100-300 103mm3
MCV 73,8 80-99 µm3
MCH 23,1 27 -34 pg
MCHC 312 320-360 g/dl
Pemeriksaan Eletrolit
Elektrolit Nilai Nilai normal
10
Pemeriksaan Hematologi
Gambaran sediaan apus darah tepi
Eritrosit : jumlah menurun mikrositik hipokromik, anisositosis ringan
poikilositosis ringan
Leukosit : dijumpai jumlah meningkat, ditemukan peningkatan sel segmen
netrofil
Trombosit : dijumpai jumlah meningkat bentuk dalam batas normal,
penyebaran merata
Kesan : Anemia hipokrom mikrositer, leukositosis, trombositosis
11
Pemeriksaan USG Abdomen
Hepar : besar dan bentuk baik, ekhostruktur homogen, system bilier dan
vaskuler intrahepatic baik
Lien : besar dan bentuk baik, ekhostruktur homogeny. Lesi/SOL (-)
Pankreas : besar dan bentuk baik, ekhostruktur homogeny. Lesi/SOL (-)
Kandung empedu : besar dan bentuk baik, mukosa ireguler, batu (+) pasir
Ginjal kanan/kiri :besar dan bentuk baik, ekhostruktur parenkim normal, system
pelviokalises tak melebar, batu/SOL (-)
Vesika urinaria : besar dan bentuk baik, mukosa reguler, batu (-)
Kesan : Kolesistolitiasis
12
2.6 Tatalaksana
Non farmakologis :
Tirah baring
Diet makanan lunak
Farmakologis:
IVFD RL + 2 amp ketorolac 20 tpm
Inj Metilprednisolon 1x125mg
Ursodeoxycholic acid 2x250mg
Domperidon 3x10mg
Pro OAT
Transfusi PRC 1 kolf/hari sampai HB>10
2.7 Edukasi
Edukasi pasien dan keluarga pasien mengenai penyebab, penularan,
pengobatan, efek samping obatdan komplikasi dari penyakit TB.
Edukasi mengenai kebersihan lingkungan rumah, seperti buka ventilasi setiap
hari agar sinar matahari dan udara masuk juga edukasi untuk selalu
membersihkan rumahnya dan edukasi agar pasien menutup mulut apabila batuk
ataumenggunakan masker, tidak mambuang dahak sembarangan lagi.
2.8 Prognosis
Quo Vitam : Dubia ad malam
Quo Functionam : Dubia ad malam
Quo Sanactionam : Dubia ad malam
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi paru yang menyerang jaringan parenkim paru,
disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB menyerang
paru tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.1,4
Tuberkulosis milier (TB milier) merupakan penyakit limfohematogen sistemik
akibat penyebaran kuman Mycobacterium tuberculosis dari kompleks primer, yang
biasanya terjadi dalam waktu 2-6 bulan pertama, setelah infeksi awal. TB milier dapat
mengenai 1 organ (sangat jarang, <5%), namun yang lazim terjadi pada beberapa organ
(seluruh tubuh, >90%), termasuk otak. TB milier klasik diartikan sebagai kuman basil
TB berbentuk millet (padi) ukuran rata-rata 2 mm, lebar 1-5 mm diparu, terlihat pada
Rontgen. Pola ini terlihat pada 1-3 % kasus TB.5
3.2 Etiologi
Mycobacterium Tuberculosis adalah penyebab utama penyakit tuberkulosis
pada manusia, berupa basil tidak membentuk spora, tidak bergerak, panjang 2-4 nm.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 μm dan panjang 1-
4 μm. Dinding M.tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi
(60%). Penyusun utama dinding sel M.tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks
(complex-waxes), trehalosa dimikolat yang disebut “cord factor”, dan mycobacterial
sulfolipids yang berperan dalam virulensi. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel
bakteri tersebut adalah polisakarida seperti arabinogalaktan dan arabinomanan.
Struktur dinding sel yang kompleks tersebut menyebabkan bakteri M.tuberculosis
bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai, tahan terhadap upaya penghilangan
zat warna tersebut dengan larutan asam – alkohol.4,6
14
Terdapat beberapa faktor predisposisi sesorang mengalami TB milier seperi,
infeksi pada waktu kecil, malnutrisi, HIV/AIDS, mengkonsumsi alkohol, diabetes
melitus, penyakit ginjal kronik, dialisis, post gatrectomy, transplantasi organ,
kehamlian, post partum, dan keganasan, penggunaan obat-obat imunosupresi
3.3 Klasifikasi
Kasus TB dapat diklasifikasikan berdasarkan banyak hal. Klasifikasi yang paling
sering dipakai adalah letak anatomi penyakit, hasil pemeriksaan dahak atau
bakteriologi, riwayat pengobatan sebelumnya, status HIV pasien, hasil pemeriksaan
sensitifitas.5
1. Berdasarkan letak anatomi penyakit
- TB paru adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau trakeobronkial.
TB milier diklasifikasikan sebagai TB paru karena terdapat lesi di paru. Pasien
yang mengalami TB paru dan ekstraparu harus diklasifikasikan sebagai kasus
TB paru.
- TB ekstraparu adalah kasus TB yang melibatkan organ di luar parenkim paru
seperti pleura, kelenjar getah bening, abdomen, saluran genitourinaria, kulit,
sendi dan tulang, selaput otak. Kasus TB ekstraparu dapat ditegakkan secara
klinis atau histologis setelah diupayakan semaksimal mungkin dengan
konfirmasi bakteriologis.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologis
a. TB BTA positif, minimal dua kali pemeriksaan sputum (Sewaktu, Pagi,
Sewaktu / SPS) atau satu hasil pemeriksaan sputum positif kemudian diikuti
dengan hasil pemeriksaan rontgen toraks atau satu hasil pemeriksaan sputum
positif, diikuti dengan hasil positif pada kultur bakteri.
b. TB Paru BTA negatif, hasil pemeriksaan dahak negatif dan hasil kultur
kuman positif, atau dua kali hasil pemeriksaan BTA negatif di daerah yang
15
belum memiliki fasilitas lengkap, serta hasil foto toraks gambaran aktif (HIV
positif)
c. Kasus bekas TB, hasil BTA dan kultur kuman negatif, foto toraks negatif,
riwayat pengobatan dengan OAT adekuat
3. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
a. Pasien baru, pasien baru dikenali dan belum pernah mendapat OAT atau
mendapat OAT selama satu bulan, BTA positif
b. Pasien yang sudah pernah mendapat OAT
i. TB kambuh, sudah pernahdinyatakan sembuh oleh dokter berdasarkan
bakteriologi atau klinis.
ii. pasien yang diobati kembali setelah gagal, dinyatakan gagal dalam
pengobatan TB.
iii. Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat
c. Hasil pengobatan sebelumnya tidak diketahui
4. Berdasarkan status HIV, bertujuan untuk mentatalaksana TB pada pasien HIV.
Karena kejadian TB meningkat pada pasien HIV.
5. Berdasarkan uji sensitifitas obat
a. Mono resisten (TB MR), hanya pada 1 obat lini pertama
b. Poli resisten (TB PR), resistensi terhadap > 1 obat lini pertama, kecuali
isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara bersamaan
c. Multi drug resisten (TB MDR), resistensi terhadap H dan R secara
bersamaan
d. Ekstensif drug resisten (TB XDR), TB MDR diikuti dengan salah satu obat
TB golongan fluorokuinolon dan minimal satu obat OAT injeksi lini ke dua
(kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin)
e. Resistensi Rifampisin
16
3.4 Patofisiologi
Tuberkulosis primer
Paru merupakan port d´entree lebih dari 98% kasus infeksi TB, penularan
Tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukan atau dibersinkan keluar menjadi
droplet nuclei, dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap di dalam
udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi
yang buruk dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat bertahan
berhari-hari samapai berbulan bulan. Bila partikel infeksi ini terhirup oleh orang sehat,
ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk ke
alveolar bila ukuran partikel < 5 mikromter. Sebagian kasus, kuman TB dapat
dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga tidak
terjadi respons imunologis spesifik, sedangkan sebagian kasus lainnya, tidak
seluruhnya dapat dihancurkan. Individu yang tidak dapat menghancurkan seluruh
kuman, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB yang sebagian besar di
hancurkan, kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar
dari percabanfan trakeobronkial bersama dengan gerakan silia dengan sekretnya.
Sebagian kecil kuman TB yang tidak dapat dihancurkan akan terus berkembang biak
dalam makrofag. Disini ia dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru akan membentuk sarang Tuberkulosis pnemonia kecil yang
disebut sarang primer atau afek primer atau sarang ( fokus ) gohn. Penyebaran
selanjutnya, kuman TB dari fokus primer Ghon menyebar melalui saluran limfe
menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke
lokasi fokus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe
(limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Gabungan antara fokus
primer, limfangitis, dan limfadenitis di namakan kompleks primer (Ranke), semua
proses ini memerlukan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer dapat menjadi.6
17
1. Sembuh tidak ada cacat.
2. Sembuh dengan sedikit bekas ( garis fibrotik, sarang perkapuran di hillus,
sarang ghon)
3. Menyebar : perkontinuatum ( sekitarnya ), bronkogen ( penyebaran
kebagian paru lain atauun sebelahnya ), hematogen atau limfogen ( dapat
menyebar hingga tulang, ginjal, genitalia, tuberkulosis milier dan
meningitis )
18
- Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity atau kaviti yang
menyembuh dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil sehingga
seperti stellatee shaped
19
Gambar 1. Bagan Patogenesis Tuberkulosis
20
Pada pemeriksaan fisik kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ
yang terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan
struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau
sulit sekali) menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah
lobus superior terutama daerah apex dan segmen posterior, serta daerah apex lobus
inferior. Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial,
amforik, suara napas melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma &
mediastinum. Pemeriksaan fisik yang didapatkan pada TB ekstra paru, antara lain:
Pada pleuritis tuberkulosa, kelainan pemeriksaan fisik tergantung dari banyaknya
cairan di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara
napas yang melemah sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosa, terlihat pembesaran kelenjar getah bening,
tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-
kadang di daerah ketiak. Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold
abscess”
3.6 Diagnosis
Menentukan diagnosis Tuberkolusis milier pada orang dewasa cukup sulit
karena manifestasi klinik pada TB milier yang tidak spesifik untuk mendiagnosis
seseorang menderita TB milier. Pemeriksaan foto thorax tidak selalu memberikan
gambaran tipikal TB milier, gambaran tipikal pada TB milier biasanya ditemukan pada
stadium lanjut dan biasanya pasien datang dengan berbagai komplikasi. Pemeriksaan
HRCT relatif sensitif dan menunjukan gambaran nodul milier yang terdistribusi acak
berguna. Pemeriksaan ultrasonografi, CT- scan dan magnetic resonance berguna untuk
menentukan keterlibatan organ lain (TB ekstraparu ). Pada TB milier. Pemeriksaan
funduskopi untuk mencari tuberkel koroid, pemeriksaan histopatologis dari biopsi
jaringan, pemeriksaan biakan M. Tuberkolusis dari dahak, cairan tubuh, dan jaringan
tubuh lain yang penting dalam memastikan diagnosis. Tuberkulosis milier yang tidak
21
diobati dalam 1 tahun akan berakibat fatal. Diagnosis serta pemberian obat
anitituberkulosis dapat menyelamatkan nyawa.8
Kriteria diagnosis TB milier adalah
a. Presentasi klinis sesuai dengan diagnosis tuberkulosis seperti demam
dengan peningkatan suhu di malam hari, penurunan berat badan, anoreksia,
takikardi, keringat malam menetap setelah pemberian antituberkulosis
selama 6 minggu.
b. Foto toraks menunjukkan gambaran klasik pola milier.
c. Lesi paru berupa gambaran retikulonodular difus bilateral di belakang
bayangan milier yang dapat dilihat pada foto toraks maupun HRCT.
d. Bukti mikrobiologi dan atau histopatologi menunjukkan adanya
tuberkulosis
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah
Tidak ada perubahan hematologi yang spesifik pada TBC Milier.
Laju endap darah tidak informatif. Anemia biasanya ringan, namun pada
kasus lama dan berat mungkin dijumpai anemia berat. Sering ditemui
lekopeni, kadang-kadang lekositosis dan monositosis. Dalam pemeriksaan
sumsum tulang didapatkan tuberkel-tuberkel dan gambaran darah tepi dapat
menyerupai leukemia berupa leukositosis dan lekosit-lekosit muda, anemia
leukoeritroblastik berupa lekosit muda dan normoblas. Kadang-kadang
terdapat gambaran hematologik anemia aplastik berupa pansitopenia.9
b. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran patologik pada pemeriksaan radiologi tidak selalu
dijumpai pada kasus TBC Milier. Pada gambaran foto toraks tipikal
kemungkinan juga tidak ditemukan adanya manifestasi klinis spesifik
sebelum mencapai stadium lanjut .Oleh karenanya gambaran radiologi
22
normal belum pasti menyingkirkan diagnosa TBC Milier. Gambaran
normal radiologi mungkin disebabkan oleh :
1. fokus di paru memecah ke cabang vena, yang menyebabkan tidak
terjadinya infiltrat di paru.
2. ukuran infiltrat yang sangat kecil.
3. atau karena pemeriksaan dilakukan pada fase dini dari penyakit.
Dalam hal demikian sebaiknya pemeriksaan diulang setelah 1-4 minggu.
Gambaran klasik Rongent foto dari TBC Milier adalah gambaran
badai salju (snow storm appearance). Infiltrat-infiltrat yang halus
berukuran beberapa milimeter, tersebar di kedua lapangan pandang paru.
Lesi milier dapat terlihat pada rontgen paru dalam waktu 2 - 3 minggu
setelah penyebaran kuman secara hematogen. Gambarannya sangat khas,
berupa tuberkel halus (millii) yang tersebar merata diseluruh lapangan paru,
dengan bentuk yang khas dan ukuran yang hamper seragam ( 1-3 mm ).
Lesi kecil dapat bergabung membentuk lesi yang lebih besar, kadang-
kadang membentuk infiltrat yang luas. Sekitar 1-2 minggu setelah
timbulnya penyakit, lesi yang tidak teratur seperti kepingan salju dapat
dilihat pada rontgen paru. Disamping itu dapat ditemukan pula efusi pleura,
penebalan pleura dan kavitasi.9
3.7 Tatalaksana
Regimen OAT untuk TB milier sama seperti TB paru. Pada keadaan berat atau
diduga ada keterlibatan meningen atau perikard atau ada sesak nafas, tanda atau gejala
toksis demam tinggi maka dianjurkan pemberian koertikosteroid. Pada keadaan
khusus (sakit berat yaitu tergantung keadaan klinis, radiologi dan evaluasi
pengobatan), maka pengobatan fase lanjutan dapat diperpanjang sampai 12 bulan.4,8
23
a. Rawat Inap
b. Pengobatan TB Milier dilakukan dengan pemberian OAT (Obat Anti
Tuberkulosis) Kategori I dan kortikosteroid.
OAT Kategori I, terdiri dari :
Tahap Intensif, 60 hari minum obat setiap hari dengan perpaduan obat :
Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirasinamid (Z) dan Etambutol (E).
Tahap lanjutan, 54 hari minum obat selama 4 bulan (3x/minggu),
dengan paduan : Isoniasid (H) dan Rifampisin (R).
Dosis obat :
- Isoniasid (H)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh 90% populasi kuman dalam
beberapa hari pengobatan. Dosis harian : 5 mg/kg BB, dosis intermiten
3 x / minggu : 10 mg/kg BB.
- Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang tidak bisa dibunuh
oleh Isoniasid. Dosis harian dan dosis intermiten sama, yaitu : 10 mg/kg
BB.
- Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada di dalam sel dengan
suasana asam. Dosis harian : 25 mg/kg BB, dosis intermiten 35 mg/kg
BB.
- Etambutol (E)
Bersifat bakteriostatik, dosis harian : 15 mg/kg BB, dosis intermiten :
30 mg/kg BB.
Kortikosteroid
Dosis dan lamanya pemberian kortikosteroid tergantung dari berat dan
ringannya keluhan serta respon klinis. Predinisolon (per oral):
24
- Anak: 2 mg / kg BB, sekali sehari pada pagi hari
- Dewasa: 30 – 60 mg, sekali sehari pada pagi hari
Apabila pengobatan diberikan sampai atau lebih dari 4 minggu, dosis harus
diturunkan secara bertahap (tappering off).
OAT disediakan dalam dua bentuk yaitu KDT (kombinasi dosis tetap) dan
kombipak. Pada OAT KDT, terdapat 2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet yang
disesuaikan dengan BB pasien. Pada paket OAT kombipak, terdiri atas obat lepas
isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.
OAT kombipak digunakan pada pasien yang terbukti mengalami efek samping pada
OAT KDT sebelumnya. Berikut tabel untuk masing-masing OAT KDT dan kombipak
pada kategori 1.8
25
ke-5. Untuk pemantauan kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan dahak
dua kali yaitu sewaktu dan pagi, dinyatakan hasil dahak negatif bila keduanya
menunjukkan hasil negatif. Bila pemeriksaan menunjukkan hasil negatif, maka
pengobatan dapat dilanjutkan ke fase lanjutan dan kembali memeriksa dahak
pada akhir bulan ke-5 dan akhir pengobatan. Bila hasil dahak positif, tetap
lanjutkan pengobatan tanpa pemberian sisipan seperti program sebelumnya.
Pasien kemudian kembali memeriksakan dahak pada 1 bulan setelah fase
lanjutan. Bila hasil tetap masih positif, lakukan uji sensitifitas obat. Bila
fasilitas tidak mendukung untuk dilakukannya uji sensitifitas obat, maka obat
fase lanjutan tetap dilanjutkan dan kembali melakukan pemeriksaan pada akhir
bulan ke-5.
3.8 Prognosis
Prognosa kesembuhan TBC Milier, setelah ditemukannya obat anti TBC
mengalami perbaikan yang signifikan, kecuali bila ada komplikasi meningitis, serta
keterlambatan dan tidak teratur dalam berobat. Respon TBC Milier terhadap
antituberkulosis baik.Evaluasi hasil pengobatan dilakukan setelah 2 bulan terapi.
Evaluasi pengobatan dilakukan dengan beberapa cara, yaitu evaluasi klinis, evaluasi
radiologis, dan pemeriksaan LED. Evaluasi yang terpenting adalah evaluasi klinis,
yaitu menghilang atau membaiknya kelainan klinis yang sebelumnya ada pada awal
pengobatan, misalnya penambahan berat badan yang bermakna, hilangnya demam,
hilangnya batuk, perbaikan nafsu makan, dan lain-lain. Evaluasi radiologis pada pasien
TB milier perlu diulang setelah 1 bulan untuk evaluasi hasil pengobatan. Gambaran
milier pada foto toraks biasanya menghilang dalam 1 bulan, kadang-kadang berangsur
menghilang dalam 5-10 minggu, tetapi mungkin saja belum ada perbaikan hingga
beberapa bulan
26
BAB IV
ANALISA MASALAH
Tuberkulosis Milier
Aspek yang TEORI KASUS
dinilai
Anamnesis Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah infeksi paru
Pada pasien ini dijumpai:
yang menyerang jaringan parenkim paru,
1. Batuk
disebabkan bakteri Mycobacterium
2. Demam
tuberculosis. Sebagian besar kuman TB
3. Nafsu makan
menyerang paru tetapi dapat juga mengenai
menurun
organ tubuh lainnya.
4. Penurunan berat
Tuberkulosis milier (TB milier) merupakan
badan
penyakit limfohematogen sistemik akibat
5. Benjolan pada leher
penyebaran kuman Mycobacterium
tuberculosis dari kompleks primer, yang
biasanya terjadi dalam waktu 2-6 bulan
pertama, setelah infeksi awal.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis TB milier bermacam-
macam, dan tidak spesifik. Gejala yang sering
di jumpai adalah keluhan kronik yang tidak
khas, seperti TB pada umumnya, misalnya
anoreksia dan BB turun atau gagal tumbuh
(dengan demam ringan atau tanpa demam),
demam lama dengan penyebab yang tidak
jelas, serta batuk dan sesak nafas. TB milier
juga dapat di awali dengan serangan akut
27
berupa demam tinggi yang sering hilang
timbul (remittent), pasien tampak sakit berat
dalam beberapa hari, tetapi gejala dan tanda
respiratorik belum ada. Lebih kurang 50%
pasien, limfadenopati superfisial,
splenomegali, dan hepatomegali akan terjadi
dalam beberapa minggu.
28
- Tidak ada perubahan hematologi yang RBC : 3,28x1012/L
spesifik pada TBC Milier. Laju endap WBC : 9,66x109/L
darah tidak informatif. Anemia HGB : 7,2 g/dL
biasanya ringan, namun pada kasus MCV : 68,8 fL
lama dan berat mungkin dijumpai MCH : 22 pg
anemia berat. Sering ditemui MCHC : 319 g/L
lekopeni, kadang-kadang lekositosis PLT : 1038x109/L
dan monositosis
- Trombositosis sekunder atau Pemeriksaan foto thorax
trombositosis reaktif, merupakan Kesan : Tuberkulosis
salah satu reaksi berlebih terhadap paru milier
kondisi yang dialami tubuh dan dapat
disebabkan oleh beberapa kondisi.
Antara lain disebabkan oleh reaksi
alergi, serangan jantung, latihan fisik,
infeksi (misalnya tuberkulosis),
kekurangan zat besi, kekurangan
vitamin, hingga kanker. Reaksi
berlebih ini memicu
pelepasan sitokin-sitokin yang
menyebabkan meningkatnya produksi
trombosit.
29
hematogen. Gambarannya sangat khas, berupa
tuberkel halus (millii) yang tersebar merata
diseluruh lapangan paru, dengan bentuk yang
khas dan ukuran yang hamper seragam ( 1-3
mm ).
Penatalaksan - Rawat Inap Pada pasien diberikan:
aan - Pengobatan TB Milier dilakukan dengan
- IVFD RL + 2 amp
pemberian OAT (Obat Anti Tuberkulosis)
ketorolac 20 tpm
Kategori I dan kortikosteroid.
- Inj Metilprednisolon
1x125mg
- Domperidon 3x10mg
- Pro OAT
- Transfusi PRC 1
kolf/hari sampai
HB>10
Kolesistolitiasis
Manifestasi Klinis
Batu yang terdapat dalam kandung empedu
sering tidak memberikan gejala
30
(asimtomatik). Dapat memberikan gejala
nyeri akut akibat kolesistitis, nyeri
bilier,nyeri abdomen kronik berulang
ataupun dispepsia, mual. Keluhan utamanya
berupa nyeri di daerah epigastrium, kuadran
kanan atas. Rasa nyeri lainnya adalah kolik
bilier yang berlangsung lebih dari 15 menit,
dan kadang baru menghilang beberapa jam
kemudian
Pemeriksaan Pada pemeriksaan ditemukan nyeri tekan Pada pasien ini ditemukan
Fisik dengan punktum maksimum didaerah letak nyeri tekan pada kuadran
anatomis kandung empedu. kanan atas
31
DAFTAR PUSTAKA
32