Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ILMAN BASTHIAN S.
15205025
|Selayang Pandang
Tipe adalah gagasan, yang mana di dalamnya terdiri dari unsur-unsur dan
konstelasi antara unsur-unsur. Berbicara tentang tipe berarti membicarakan
sesuatu yang tidak memiliki locational attachment (bisa dijumpai di mana-mana)
dan personal attachment (bukan hanya merupakan karya perancang tertentu).
Pada kenyataannya tipe dapat (dan memang) dibuat, namun tipe tidaklah dapat
direncanakan. Kumpulan dari tipe-tipe yang
telah dianalisis dan dikelompokkan hingga
kemudian dapat ditarik sebuah
ilmu/pemahaman kita namakan sebagai
‘tipologi’.
1
|Sorotan Utama
2
citra DENIS Bank kemudian ‘diwariskan’ dan dipergunakan dengan cocok pula
sebagai citra Bank Jabar.
|Fenomenologi
Fenomena di atas selain secara filosofis menggambarkan betapa arsitektur
sangat berperan dalam merepresentasikan citra dan nilai tertentu, juga yang
sangat penting menggambarkan bahwa secara praktis arsitektur digunakan untuk
mewujudkan sebuah sistem. Dalam hal ini sistem yang dimaksud adalah sistem
organisasi administratif, bahwa dalam kinerja sebuah lembaga ada kantor pusat
yang dibantu oleh kantor-kantor cabang sebagai pendekat kepada masyarakat.
Seluruh kantor tersebut, walau terletak pada lokasi-lokasi yang berjauhan, secara
visual bisa dipersepsi sebagai satu kesatuan karena menampilkan image yang
sama dalam bahasa arsitektur.
3
|Arsitektur Tempat dan Waktu
Dilihat dari aspek tempat, kita mengetahui bahwa tiap site adalah unik.
Karakter site yang berbeda seharusnya menuntun arsitek untuk menghasilkan
rancangan bangunan yang berbeda pula satu sama lain. Gedung Bank Jabar di
Jalan Braga berada pada kavling sudut. Lokasi site ini direspon dengan massa
bangunan yang menjorok menjauhi sudut untuk memberi ruang lebih dan
pertemuan antara garis-garis horizontal yang dilengkungkan secara halus
bertujuan untuk melunakkan sudut. Perbandingan skala antara lantai dasar yang
void dengan laintai-lantai atasnya yang masif merupakan penyesuaian terhadap
skala lingkungan sekitar. Terkait dengan manusia dan budaya, pada periode itu
Bandung merupakan kota yang banyak dihuni oleh hartawan Belanda, dengan
gaya hidup selalu menginginkan kebaruan, keunikan, dan berkiblat pada kota
mode dunia – Paris, sehingga arsitektur pun kurang lebih merefleksikan keadaan
tersebut. Gedung DENIS Bank saat itu pun termasuk karya yang unik dengan
mengambil gaya arsitektur terbaru yang bermula di Paris. Kesemua itu merupakan
respon bangunan terhadap site yang sifatnya khusus dan tidak bisa ditiru begtu
saja untuk bangunan di tempat yang lain.
Lokasi, lingkungan sekitar, ukuran, fitur fisik alam dan buatan, sirkulasi,
kebisingan, iklim, manusia, dan budaya perlu digali dan direspon dengan tepat
sehingga memberi kekhasan dalam arsitektur yang kita rancang. Tuntutan bahwa
arsitektur sebagai perwujudan sistem bukanlah menjadi halangan untuk
menciptakan kebaruan. Jika tuntutan tersebut dipadukan dengan karakter site
yang unik justru berpotensi untuk menghasilkan sebuah karya yang kreatif dan
inovatif, di luar yang bisa dibayangkan. Di situlah seharusnya peran arsitek.
Dilihat dari aspek waktu, tidak bisa disalahkan bahwa Gedung Kantor Pusat
Bank Jabar memang dirancang pada tujuh puluh tahun yang lalu sehingga belum
memprediksikan peningkatan kepadatan, perubahan gaya hidup, dan perubahan
iklim saat ini. Namun, bangunan-bangunan kantor cabang yang dirancang baru-
baru ini tidak bisa dengan begitu saja meniru bangunan lama yang menjadi kantor
pusat tersebut. Bahkan orang awam yang mendengarnya pun akan tertawa,
“bangunan masa kini dirancang meniru sebuah bangunan setua lebih dari tujuh
puluh tahun”. Walau dengan alasan mempertahankan sebuah konsep image,
arsitek tidak dapat menutup mata atau pura-pura tidak tahu bahwa bangunan
tersebut berdiri dan digunakan pada saat ini, dengan sederet isu-isu
perkembangan zaman yang penting.
4
|Cermin
Arsitektur ibarat menyelesaikan puzzle, yang kita kerjakan hanyalah satu
potongan kecil dari sebuah gambar yang lebih besar. Kita sama sekali tidak
melihat keindahan satu potongan kecil melainkan bagaimana indahnya saat
sebuah gambar yang lebih besar telah tersusun.
Arsitektur ibarat mengisi adegan sebuah film yang belum selesai. Genre
adegan yang kita masukkan harus sesuai dengan genre film secara keseluruhan,
jika tidak akan terjadi kekacauan. Terlalu banyak mengulang adegan yang sudah
selain menimbulkan kebosanan juga tidak akan membawa kita pada bagian akhir
yang paling diharapkan.
Gedung Kantor Pusat Bank Jabar adalah sepotong adegan yang telah
melengkapi filmya dengan baik. Begitu pun gedung-gedung kantor cabangnya
harus berupaya sedemikian baik dalam melengkapi jalan cerita filmnya, sehingga
pada bagian akhir dapat ditarik sebuah makna.
***