Vous êtes sur la page 1sur 16

Prinsip-prinsip legal dalam praktek keperawatan

1. Malprakte
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar
profesi atau standar prosedur operasional. Untuk malpraktek kedokteran juga dapat
dikenai hukum kriminal. Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang dokter yg menangani
sebuah kasus telah melanggar undang -undang hukum pidana. perbuatan ini termasuk
ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat-obatan,
pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan yang lalai dan tindakan pelecehan seksual
pada pasien..
Malpraktek adl kelalaian seorang tenaga kesehatan untuk mempergunakan tingkat
keterampilan dan ilmu pengetahuan yang lazim di pergunakan untuk merawat klien atau
orang yang terluka menurut ukuran lingkungannya yang sama. (Hanafiah dan Amir,
1999)
2.Tindakan yang termasuk malpraktek
a.Kesalahan diagnosisa.
b.Penyuapan
c.Penyalahgunaan alat-alat kesehatan
d.Pemberian dosis obat yang salah
e.Salah pemberian obat kepada pasien
f.Alat-alat yang tidak memenuhi standar kesehatan atau tidak steril.
g. Kesalahan prosedur operasi
3.Dampak malpraktek
a. Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen
b. Bagi petugas kesehataan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa bersalah
c. Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana
d .Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat
e .Dari segi agama mendapat dosa
f. Dari etika keperawatan melanggar etika keperawatan bukan tindakan professional.
4.Kelalaian
kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika ia bertindak tak
acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya. Akan tetapi jika
kelalaian itu telah mencapai suatu tingkat tertentu sehingga tidak memperdulikan jiwa orang lain
maka hal ini akan membawa akibat hukum, apalagi jika sampai merenggut nyawa, maka hal ini
akan digolongkan sebagai kelalaian berat.
Adapun yang menjadi tolak ukur dari timbulnya kelalaian dapat ditinjau dari beberapa hal :
a.Tidak melakukan kewajiban dokter yaitu tidak melakukan kewajiban profesinya untuk
mempergunakan segala ilmu dan keterampilanya.
b.Menyimpang dari kewajiban yaitu menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan.
c.Adanya hub sebab akibat yaitu adanya hub lngsng antara penyebab dgn kerugian yang dialami
pasien sbgai akibatnya.
Untuk menentukan kelalaian. Standar asuhan di penuhi dengan penjelasan apakah seseorang
beralasan akan atau melakukan sesuatu pada situasi yang sama. Setiap perawat bertanggung
jawab untuk mengikuti standar asuhan keperawatan dalam praktek. Dalam kasus atau gugatan
civil malpraktek pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara:
a.Cara langsung
Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolak ukur.
· Kewajiban
· Penyimpangan dari kewajiban
· Penyebab langsung
· Kerugian
b.Cara tidak langsung
Cara pembuktian yang mudah pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita oleh
sebagai hasil layanan perawatan yang dapat diterapkan, apabila fakta-fakta yang ada memenuhi
kriteria :
· Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila tenaga perawatan tidak lalai
· Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab tenaga perawatan.
· Fakta itu terjadi tanpa ada konstribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada gugatan
pasien

ELEMEN-ELEMEN PERTANGGUNG JAWABAN HUKUM (LIABILITY)


yang harus di tetapkan untuk membuktikan bahwa malpraktek atau kelalaian telah terjadi (vestal,
1991) :
1.Kewajiban (duty)
Pada saat terjadi cedera terkait dengan kewajiban yaitu kewajiban mempergunakan segala
ilmu dan kepandaian untuk menyembuhkan atau setidak-tidaknya meringankan beban
penderitaan pasien berdasarkan standar profesi.
contoh :
Perawat rumah sakit bertanggung jawab untuk :
· Pengkajian yang aktual bagi pasien yg ditugaskan untuk memberikan asuhan keperawatan
· Mengingat tanggung jawab asuhan keperawatan profesional untuk mengubah kondisi
klien
· Kompoten melaksanakan cara-cara yang aman untuk pasien.

2.Breach of the duty (tidak melaksanakan kewajiban)


Pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajiban, artinya menyimpang dari apa yg
seharusnya dilakukan menurut standar profesinya.
Contoh :
a. Gagal mencatat dan melaporkan apa yang dikaji dari pasien, seperti tingkat kesadaran pada
saat masuk
b.Gagal dalam memenuhi standar keperawatan yang di tetapkan sebagai kebijakan rumah sakit
c. Gagal melaksanakan dan mendokumentasikan cara-cara pengamanan yg tepat (pengamanan
tempat Tidur).

3.Proximate caused (sebab-akibat)


Pelanggaran terhadap kewajiabannya menyebabkan atau terkait dengan cedera yang di
alami klien.
contoh:
cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan pelanggaran terhadap
kewajiban perawat terhadap pasien atau gagal menggunakan cara pengaman yang tepat yang
menyebabkan klien jatuh dan menyebabkan fraktur.

4.injury (cedera)
a.Seseorang mengalami cedera atau kerusakan dapat di tuntut secara hukum.
contoh : faktur panggul, nyeri, waktu rawat nginap lama dan memerlukan rehabilitasi.

PERTANGGUNGGUGATAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN.

a.Pertanggunggugatan adl suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.
contoh : ketika dokter memberi instruksi kepada perawat untuk memberikan obat kepada
pasien tapi ternyata obat yg diberikan itu salah, dan mengakibatkan penyakit pasien menjadi
tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka pihak keluarga pasien berhak menggugat
dokter atau perawat tersebut.
b.PERTANGGUNG JAWABAN
adalah suatu konsekwensi yang harus diterima seseorang atas perbutannya.
contoh :
jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan pihak keluarga pasien maka,
dokter akan bertanggung jawab attidak terima karena kondisi semakin parah as kesalahan atau
kelalaian.

Prinsip-prinsip Legal dalam Praktik Keperawatan,,


1.Latar Belakang Masalah
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan tindakan yang
manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan dapat
memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak
terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.

Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan pelayanan yang aman
dan kompeten. Perhatian terhadap legal dan etik yang dimunculkan oleh konsumen telah
mengubah sistem pelayanan kesehatan.

Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan
persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk
berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak
klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan
kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.

HAK ASASI MANUSIA


Menurut sifatnya hak asasi manusia biasanya dibagi atau dibedakan dalam beberapa jenis
(Prakosa, 1988), yaitu :
1.Personal Rights (hak-hak asasi pribadi)
2.Property Rights (hak asasi untuk memilih sesuatu)
3.Rights of legal equality
4.Political Rights (hak asasi politik)
5.Social and Cultural Rights (hak-hak asasi sosial dan kebudayaan)
6.Procedural Rights.

HAK PASIEN ANTARA LAIN :


• Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di RS dan mendapat
pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur
• Memperoleh pelayanan keperawatan dan asuhan yg bermutu
• Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dgn keinginannya dan sesuai dgn peraturan yang
berlaku di RS
• Meminta konsultasi pada dokter lain (second opinion) terhadap penyakitnya
• “Privacy” dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya
• Mendapatkan informasi yg meliputi : penyakitnya, tindakan medik, alternative terapi lain,
prognosa penyakit dan biaya.
• Memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan perawat.
• Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan mengakhiri pengobatan serta
perawatan atas tanggung jawab sendiri
• Hak didampingi keluarga dalam keadaan kritis
• Hak menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya
• Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
• Hak menerima atau menolak bimbingan moral maupun spiritual
• Hak didampingi perawat/keluarga pada saat diperiksa dokter
• Hak pasien dalam penelitian (Marchette, 1984; Kelly, 1987)

KEWAJIBAN PERAWAT :
• Wajib memiliki : SIP, SIK, SIPP
• Menghormati hak pasien
• Merujuk kasus yang tidak dpt ditangani
• Menyimpan rahasia pasien sesuai dgn peraturan perundang-undangan
• Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan kewenangan
• Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai dgn kondisi pasien
baik scr tertulis maupun lisan
• Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP yg berlaku
• Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan praktik
• Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
• Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dg kewenangan
• Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
• Mentaati semua peraturan perundang-undangan
• Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dgn anggota tim
kesehatan lainnya.

HAK-HAK PERAWAT
1.Hak perlindungan wanita.
2.Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum.
3.Hak mendapat upah yang layak.
4.Hak bekerja di lingkungan yang baik
5.Hak terhadap pengembangan profesional.
6.Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

2. Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.Malpraktek
2.Kelalaian
3.Pertanggunggugatan dan pertanggungjawaban
4.Situasi yang harus dihindari oleh perawat.

PRINSIP-PRINSIP LEGAL DALAM PRAKTIK KEPERAWATAN

1. Malpraktek
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar profesi atau
standar prosedur oprasional.Untuk malpraktek kedokteran juga dapat dikenai hukum kriminal.
Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang dokter yang menangani sebuah kasus telah melanggar
undang-undang hukum pidana. Perbuatan ini termasuk ketidakjujuran, kesalahan dalam rekam
medis, penggunaan ilegal obat-obatan, pelanggaran dalam sumpah dokter, perawatan yang lalai,
dan tindakan pelecehan seksual pada pasien.
Adapun pengertian dari malprakrek lainnya adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat
untuk menterapkan tingkat ketrampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan
pengobatan dan perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan
merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama.
Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang spesifik
dari kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada seseorang yang telah terlatih atau
berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekejaannya. Terhadap
malpraktek dalam keperawatan maka malpraktik adalah suatu batasan yang dugunakan untuk
menggambarkan kelalaian perawat dalam melakukan kewajibannya.

Tindakan yang termasuk dalam malpraktek :


1.Kesalahan diagnosa.
2.Penyuapan.
3.Penyalahan alat-alat kesehatan.
4.Pemberian dosis obat yang salah.
5.Alat-alat yang tidak memenuhi standart kesehatan atau tidak steril.

Dampak yang terjadi akibat malpraktek :


1.Merugikan pasien terutama pada fisiknya bisa menimbulkan cacat yang permanen.
2.Bagi petugas kesehatan mengalami gangguan psikologisnya, karena merasa bersalah.
3.Dari segi hukum dapat dijerat hukum pidana.
4.Dari segi sosial dapat dikucilkan oleh masyarakat .
5.Dari segi agama mendapat dosa.
6.Dari etika keperawatan melanggar eitka keperawatan bukan tindakan professional.

2.Kelalaian
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika ia bertindak tak acuh,
tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya. Akan tetapi,jika kelalaian
itu telah mencapai suatu tingkat tertentu sehingga tidak memperdulikan jiwa orang lain maka hal
ini akan membawa akibat hukum, apalagi jika sampai merenggut nyawa, maka hal ini dapat
digolongkan sebagai kelalaian berat (culpa lata).
Kelalaian adalah kegagalan untuk bersikap hati - hati yang pada umumnya wajar dilakukan oleh
seseorang dengan hati - hati, dalam keadaan tersebut itu merupakan suatu tindakan seseorang
yang hati - hati dan wajar tidak akan melakukan didalam keadaan yang sama atau kegagalan
untuk melakukan apa orang lain dengan hati – hati yang wajar justru akan melakukan di
dalam keadaan yang sama.
Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa kelalaian dapat bersifat ketidak sengajaan,
kurang teliti, kurang hati - hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan
orang lain tetapi akibat tindakan bukanlah tujuannya. Kelalaian bukan suatu pelanggaran
hukum atau kejahatan. Jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau cedera
kepada orang lain dan orang itu dapat menerimannya, namun jika kelalaian itu mengakibatkan
kerugian materi, mencelakakan atau bahkan merenggut nyawa orang lain ini
diklasifikasikan sebagai kelalaian berat, serius dan criminal.

3 Pertanggunggugatan dan Pertanggungjawaban


1. PERTANGGUNG GUGATAN
Yaitu suatu tindak gugatan apabila terjadi suatu kasus tertentu.
Contoh:
Ketika dokter member instruksi kepada perawat untuk memberikan obat kepada pasien
tapi ternyata obat yang diberikan itu salah, dan mengakibatkan penyakit pasien menjadi
tambah parah dan dapat merenggut nyawanya. Maka, pihak keluarga pasien berhak
menggugat dokter atau perawat tersebut.

2.PERTANGGUNG JAWABAN
Yaitu suatu konsekuensi yang harus diterima seseorang atas perbuatannya.
Contoh:
Jika ada kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh dokter dan pihak keluarga pasien tidak
terima karena kondisi pasien semakin parah maka, dokter akan bertanggung jawab atas
kesalahan atau kelalaiannya.

3.Situasi yang harus dihindari oleh perawat


a.Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas
dengan hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.

b.Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika anda
tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat
dianggap sebagai pencurian.
c.Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut, anda
bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal atau
tertulis.

d.False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum atau false
imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan melakukannya agar
pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein
harus digunakan sesuai dengan perintah dokter.

e.Penyerangan dan pemukulan


Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau bahkan
mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang lain tanpa
ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini berarti pasien
harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.

f.Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran terhadap
kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan hukum.

g.Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara hukum
untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak melakukan
sesuatu yang membahayakan pasien.
Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan.
Biasanya, pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini.
Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh,
tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir
semua penganiayaan berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat
perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.

2. Hak berserikat dan berkumpul

3. Hak mengendalikan praktek keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum

4. Hak mendapat upah yang layak

5. Hak bekerja di lingkungan yang baik

6. Hak terhadap pengembangan profesional


7. Hak menyusun standar praktek dan pendidikan keperawatan

Informed Consent
Ada 3 hal yang menjadi hak mendasar dalam Menyatakan Persetujuan
Rencana Tindakan Medis yaitu hal untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (the right to health
care), hak untuk mendapatkan informasi (the right to information), dan hak untuk ikut
menentukan (the right to determination)

Hak atas informasi


1. Sebelum melakukan tindakan medis baik ringan maupun berat.

2. Pasien berhak bertanya tentang hal-hal seputar rencana tindakan medis yang akan
diterimanya tersebut apabila informasi yang diberikan dirasakan masih belum jelas,

3. Pasien berhak meminta pendapat atau penjelasan dari dokter lain untuk memperjelas atau
membandingkan informasi tentang rencana tindakan medis yang akan dialaminya,

4. Pasien berhak menolak rencana tindakan medis tersebut

5. Semua informasi diatas sudah harus diterima pasien SEBELUM rencana tindakan medis
dilaksanakan. Pemberian informasi ini selayaknya bersifat obyektif, tidak memihak, dan tanpa
tekanan. Setelah menerima semua informasi tersebut, pasien seharusnya diberi waktu untuk
berfikir dan mempertimbangkan keputusannya.

Informasi yang diperoleh:


1. Bentuk tindakan medis

2. Prosedur pelaksanaannya

3. Tujuan dan keuntungan dari pelaksanaannya

4. Resiko dan efek samping dari pelaksanaannya

5. Resiko / kerugian apabila rencana tindakan medis itu tidak dilakukan


6. Alternatif lain sebagai pengganti rencana tindakan medis itu, termasuk keuntungan dan
kerugian dari masing-masing alternatif tersebut

Kriteria pasien yang berhak


1. Pasien tersebut sudah dewasa. batas 21 tahun.

2. Pasien dalam keadaan sadar.

Pasien harus bisa diajak berkomunikasi secara wajar dan lancar.

3. Pasien dalam keadaan sehat akal.

Jadi yang paling berhak untuk menentukan dan memberikan pernyataan persetujuan terhadap
rencana tindakan medis adalah pasien itu sendiri. Namun apabila pasien tersebut tidak memenuhi
3 kriteria tersebut diatas maka dia akan diwakili oleh wali keluarga atau wali hukumnya.

Hak suami/istri pasien


Untuk beberapa jenis tindakan medis yang berkaitan dengan kehidupan berpasangan sebagai
suami-istri. Misalnya tindakan terhadap organ reproduksi, KB, dan tindakan medis yang bisa
berpengaruh terhadap kemampuan seksual atau reproduksi dari pasien tersebut.

Dalam Keadaan Gawat Darurat


Proses pemberian informasi dan permintaan persetujuan rencana tindakan medis ini bisa saja
tidak dilaksanakan oleh dokter apabila situasi pasien tersebut dalam kondisi gawat darurat.
Dalam kondisi ini, dokter akan mendahulukan tindakan untuk penyelamatan nyawa pasien.
Prosedur penyelamatan nyawa ini tetap harus dilakukan sesuai dengan standar pelayanan /
prosedur medis yang berlaku disertai profesionalisme yang dijunjung tinggi. Setelah masa kritis
terlewati dan pasien sudah bisa berkomunikasi, maka pasien berhak untuk mendapat informasi
lengkap tentang tindakan medis yang sudah dialaminya tersebut.

Tidak berarti kebal hukum


Pelaksanaan informed consent ini semata-mata menyatakan bahwa pasien (dan/atau walinya
yang sah) telah menyetujui rencana tindakan medis yang akan dilakukan. Pelaksanaan tindakan
medis itu sendiri tetap harus sesuai dengan standar proferi kedokteran. Setiap kelalaian,
kecelakaan, atau bentuk kesalahan lain yang timbul dalam pelaksanaan tindakan medis itu tetap
bisa menyebabkan pasien merasa tidak puas dan berpotensi untuk mengajukan tuntutan hukum.
Informed consent tidak menjadikan tenaga medis kebal terhadap hukum atas kejadian yang
disebabkan karena kelalaiannya dalam melaksanakan tindakan medis.
1. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan

Bab II (Tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa pemerintah mengatur
kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.

2. UU No. 6 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan.


UU ini membedakan tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana. Tenaga sarjana meliputi
dokter, dokter gigi dan apoteker. Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana,
termasuk bidan dan asisten farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan
dokter, dokter gigi dan apoteker. Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidikan rendah dapat
diberikan kewenangan terbatas untuk menjalankan pekerjaannya tanpa pengawasan langsung.

3. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan


UU Kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang Wajib Kerja Paramedis.

Pada pasal 2, ayat (3)dijelaskan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda, menengah dan rendah
wajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama 3 tahun. Yang perlu diperhatikan bahwa
dalam UU ini, lagi posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga
kesehatan akademis, sehingga dari aspek profesionalisasian, perawat rasanya masih jauh dari
kewenangan tanggung jawab terhadap pelayanannya sendiri.

4. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan


SK Menkes No. 262/Per/VII/1979 tahun 1979

Membedakan paramedis menjadi dua golongan yaitu paramedis keperawatan (temasuk bidan)
dan paramedis non keperawatan. Dari aspek hukum, suatu hal yang perlu dicatat disini bahwa
tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga termasuk katagori tenaga keperawatan.

5. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan


Permenkes. No. 363/Menkes/Per/XX/1980 tahun 1980

Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga keperawaan dan
bidan. Bidan seperti halnya dokter, diijinkan mengadakan praktik swasta, sedangkan tenaga
keperawatan secara resmi tidak diijinkan. Peraturan ini boleh dikatakan kurang relevan atau adil
bagi profesi keperawatan. Kita ketahui negara lain perawat diijinkan membuka praktik swasta.

6. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan


SK Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/1986, tanggal 4 November
1986, tentang jabatan fungsional tenaga keperawatan dan sistem kredit point.
Dalam sistem ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya atau naik
pangkatnya setiap dua tahun bila memenuhi angka kredit tertentu.

Sistem ini menguntungkan perawat, karena dapat naik pangkatnya dan tidak tergantung kepada
pangkat/golongan atasannya

7. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan


1. UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, merupakan UU yang banyak memberi kesempatan bagi
perkembangan termasuk praktik keperawatan profesional karena dalam UU ini dinyatakan
tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan,maupun perlindungan hukum bagi profesi
kesehatan termasuk keperawatan.

2. Beberapa pernyataaan UU Kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai acuan
pembuatan UU Praktik Keperawatan adalah :

3. Pasal 53 ayat 4 menyebutkan bahwa ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak
pasien ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

4. Pasal 50 ayat 1 menyatakan bahwa tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau


melaksanakan kegiatan sesuai dengan bidang keahlian dan kewenangannya

5. Pasal 53 ayat 4 menyatakan tentang hak untuk mendapat perlindungan hukum bagi tenaga
kesehatan.

Namun kenyataannya

Pengambilan Keputusan Legal Etis Keperawatan

PENGAMBILAN KEPUTUSAN LEGAL ETIS

Pengambilan keputusan legal etik adalah cara mengambil keputusan dari suatu permasalahan
yang disesuaikan dengan keabsahan suatu tata cara pengambilan keputusan baik secara umum
ataupun secara khusus.

TEORI DASAR PEMBUATAN KEPUTUSAN


1. Teori Teleologi
2. Teori Deontologi

TELEOLOGI
Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena berdasarkan akibat yang
dihasilkan.
Teleologi dibedakan menjadi :
1. Rule Utilitarianisme
2. Act Utilitarianisme

DEONTOLOGI
Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan, perhatian difokuskan pada tindakan
melakukan tanggung jawab moral yang dapat menjadi penentu apakah suatu tidakan benar atau
salah.

Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang melibatkan berbagai komponen yang
harus dipertimbangkan secara matang oleh perawat , terutama yang terkait dengan permasalahan
pada tatanan klinik. Hal ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan praktik keperawatan
yang semakin kompleks, adanya tuntutan efisiensi layanan kesehatan ditengah situasi yang selalu
berubah, serta perkembangan budaya yang ada menyebabkan tugas pengambilan keputusan
menjadi lebih berat. Dampak dari pengambilan keputusan yang tepat akan dibayar dengan harga
yang tinggi baik untuk individu yang memutuskan maupun institusi individu tersebut bekerja.

Dalam Sumijatun(2009), dikatakan bahwa pembuatan keputusan selalu dihubungkan dengan


suatu masalah atau suatu kesulitan, dalam arti keputusan dan penerapannya diharapkan akan
menjawab persoalan atau menyelesaikan konflik. Pendapat Kepner dan George tentang
pengambilan keputusan adalah “A decision is always choice between various ways of getting a
particular thing done on end accomplished”. Pengambilan keputusan adalah suatu rangkaian
kegiatan memilih alternatif atau kemungkinan.
Pengambilan keputusa dalam keperawatan diaplikasikan dengan cara membangun model dari
beberapa disiplin ilmu antara lain ekonomi, filosofi, politik, psikologi, sosiologi, budaya,
kesehatan, dan ilmu kperawatan itu sendiri.

Berpikir Kritis
Untuk dapat mengambil keputusan yang benar perawat harus dapat menerapkan pola berpikir
kritis. Marriner A-Tomey(1996) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan elemen-elemen
yang yang berasal dari dimensi dasar yang memberikan logika umum untuk suatu alasan
mengapa kegiatan tersubut dilakukan. Elemen-elemen tersebut meliputi tujuan, pusat masalah
atau pertanyaan yang mengarah pada isu yang berkembang, sudut pandang atau kerangka
referensi, dimensi empiris, dimensi konsep, asumsi, implikasi dan konsekuensi yang ada, serta
kesimpulan.

Analisis Kritis
Analisis kritis merupakan instrumen yang digunakan dalam berpikir kritis dengan
mengembangkan beberapa pertanyaan tentang isu yang ada dan validitasnya, karena pertanyaan-
pertanyaan tersebut dapat membantu dalam menganalisis tahap-tahap dalam pengambilan
keputusan.
Pertanyaan dalam analisis kritis
1. Apakah isu tersebut nyata?
2. Asumsi apa yang paling utama?
3. Apakah ada bukti nyata yang valid dan dapat dipercaya?
a. Yang harus dicari
· Akurasi data
· Konsistensi
· Adanya hubungan/keterkaitan
· Efek dari kasus
· Masukkan dalam bingkai pertimbangan
· Identifikasi secara jelas tentang nilai dan perasaan
b. Apa yang keluar/tampak
· Bias
· Apa yang menimbulkan munculnya emosi
· Tidak konsisten
· Kontradiksi
· klise
c. Apakah ada konflik dengan sistem yang dianut?

Berpikir Logis Dan Kreatif


Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa berpikir logis dan kreatif mempunyai
keuntungan-keuntungan seperti memaksimalkan proses-proses pemecahan masalah secara
kreatif, membiarkan otak kanan bekerja pada situasi-situasi yang menantang, memahami peran
paradigma pribadi dalam proses-proses kreatif, mempelajari bagaimana curah-gagasan(brain
Storming) dapat memberikan pemecahan inovatif bagi berbagai masalah, dan menemukan
keberhasilan dalam “berpikir tentang hasil(outcome thinking)”.

Pemecahan Masalah
Marriner A-Tomey (1996), dalam Sumijatun (2009) menyatakan bahwa mekanisme berpikir dari
otak manusia telah dikonsepkan dalam dua sisi, sisi kanan adalah intuitif dan konseptualyang
digunakan untuk mendorong kreativitas berpikir; sedangkan sisi kiri adalah analisis dan
rangkaian-rangkaian.
Hernacki M. dan Bobbi D.P (2001) menyatakan bahwa pemecahan masalah dikenal adanya 7
istilah yang sering digunakan, yakni berpikir vertikal, lateral, kritis, analitis, strategis, berpikir
tentang hasil, dan juga berpikir kreatif.

Kedudukan Etika Dalam Pengambilan Keputusan


Pengambilan keputusan etik merupakan salah satu proses dari pengambilan keputusan, yang
didalamnya terdapat ilmu, kedudukan, dan etika. Proses ini mencakup ara pemecahan masalah,
situasi dari permasalahan dan/ dilema yang dapat dicapai. Jadi proses pengambilan keputusan
merupakan hal yang sama dan di temukan di berbagai situasi yang bermasalah, dengan demikian
situasi sangat bergantung dari norma yang diacu masyarakat seperti etika, interaksi sosial, dan
situasional kontekstual.

Prinsip Etik sebagai Panduan Pengambilan Keputusan


Dalam Sumijatun (2009) dikatakan bahwa praktik keperawatan melibatkan interaksi yang
kompleks antara nilai individu, sosial dan politik, serta hubungannya dengan masyarakat
tertentu. Sebagai dampaknya perawat sering mengalami situasi yang berlawanan dengan hati
nuraninya. Meskipun demikian, perawat tetap akan menjaga kewajibannya sebagai pemberi
pelayanan yang lebih bersifat kemanusiaan. Dalam membuat keputusan, perawat akan berpegang
teguh pada pola pikir rasional serta tanggung jawab moral dengan menetapkan prinsip etik dan
hukum yang berlaku.

Model Pengambilan Keputusan Etik


1. Kozier, dkk(1997)
· Mengidentifikasi fakta dan situasi spesifik
· Menerapkan prinsip dan teori etika keperawatan
· Mengacu kepeda kode etik keperawatan
· Melihat dan mempertimbangkan kesesuaiannya untuk klien
· Mengacu pada nilai yang dianut
· Mempertimbangkan faktor lain seperti nilai, kultur, harapan, komitmen, penggunaan waktu,
kurangnya pengalaman, ketidaktahuan atau kecemasan terhadap hukum, dan adanya loyalitas
terhadap publik.
2. Potter dan Perry (2005)
· Menunjukkan maksud baik, mempunyai anggapan bahwa semua orang mempunyai maksud
yang baik untuk menjelaskan masalah yang ada.
· Mengidentifikasi semua orang penting, menganggap bahwa semua orang yang terlibat dalam
proses pengambilan keputusan merupakan orang penting dan perlu didengar pendapatnya.
· Mengumpulkan informasi yang relevan, informasi yang relevan meliputi data tentang pilihan
klien, sistem keluarga, diagnosis dan prognosis medis, pertimbangan sosial, dan dukungan
lingkungan.
· Mengidentifikasi prinsip etik yang dianggap penting
· Mengusulkan tindakan alternatif
· Melakukan tindakan terpilih

Kode Etik Perawat Indonesia


Keputusan Munas VI PPNI di Bandung, Nomor: 09/MUNAS-VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik
Keperawatan Indonesia.
Yaitu:
· Perawat dan Klien
· Perawat dan Praktik
· Perawat dan Masyarakat
· Perawat dan Teman Sejawat
· Perawat dan Profesi

Prinsip-Prinsip Etik
Menurut Code for Nurses with Interpretive Statement (ANA, 1985), dalam Potter dan
Perry(1997) dan juga PPNI (2003) dalam Sumijatun (2009), prinsip-prinsip etik meliputi hal-hal
sebagai berikut.
1. Respek
Perilaku perawat yang menghormati klien dan keluarganya.
2. Otonomi
Otonomi berkaitan dengan hak seseorang untuk mengatur dan membuat keputusan sendiri,
meskipun demikian masih terdapat berbagai keterbatasan.
3. Beneficence (Kemurahan Hati)
4. Non-malaficence
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk tidak menimbulkan kerugian atau cedera
pada kliennya.
5. Veracity (Kejujuran)
6. Konfidensialitas(Kerahasiaan)
7. Fidelity (kesetiaan)
8. Justice (Keadilan)

Tahap- Tahap Pengambilan Keputusan


1. Mengidentifikasi masalah.
2. Mengumpulkan data masalah.
3. Mengidentifikasi semua pilihan/ alternative
4. Memikirkan masalah etis secara berkesinambungan.
5. Membuat keputusan
6. Melakukan tindakan dan mengkaji keputusan dan hasil evaluasi tindakan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis Dalam Praktik


Keperawatan
1. Factor agama dan adat istiadat
2. Factor sosial
3. Factor IPTEK
4. Factor Legislasi dan eputusan yuridis
5. Factor dana atau keuangan
6. Factor pekerjaan atau posisi klien atau perawat
7. Factor kode etik keperawatan
Daftar Pustaka
Sumijatun. 2011. Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
http://chayyoyoulii.blogspot.com/2010/10/pengambilan-keputusan-secara-legal-etik.htmldiunduh
pada tanggal 09 Januari 2013 pukul 13.55

Vous aimerez peut-être aussi