Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1. Pengertian Self-Esteem
Branden (2001) mendefinisikan self-esteem sebagai cara pandang individu
terhadap dirinya, bagaimana seseorang menerima dirinya dan menghargainya
sebagai individu yang utuh. Nilai yang kita taruh atas diri kita sendiri
berdasar penilaian kita sejauhmana memenuhi harapan diri. Harga diri yang
tinggi merupakan nilai positif yang kita lekatkan pada diri yang berakar dari
penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun melakukan kesalahan,
kekalahan dan kegagalan, tetapi tetap merasa sebagai seorang yang penting
dan berharga (Dariuszky, 2004).
Self-esteem adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang
diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1998). Termasuk
persepsi individu akan sifat dan kemampuan, interaksi dengan orang lain dan
lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan obyek, tujuan
serta keinginan (Tarwoto & Wartonah, 2003). Self-esteem dipelajari melalui
kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan
individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu mengartikan
pandangan orang lain tentang dirinya (Stuart dan Sunden, 1993; Kelliat,
1994).
Self-esteem adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis sejauh mana perilaku memenuhi ideal self. Frekuensi mencapai
tujuan mempengaruhi self-esteem. Jika individu selalu sukses maka
cenderung harga dirinya akan tinggi dan jika mengalami gagal, cenderung
harga diri menjadi rendah. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang
lain. Aspek utama adalah dicintai, kasih sayang dan menerima penghargaan
dari orang lain (Kelliat, 1994). Centi Paul (1993) menggambarkan self-
esteem sebagai penilaian diri terhadap sejauhmana self-image kita mencapai
ideal self. Semakin lebar jurang antara self-image dengan ideal self, maka
semakin rendah penilaian terhadap diri dan menimbulkan penolakan diri
(self-rejection).
Ideal self adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku
sesuai dengan standar pribadi. Standar dapat berhubungan dengan cita-cita,
apa yang diinginkan dan nilai yang ingin dicapai. Ideal self akan mewujudkan
cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial, keluarga dan budaya
(Stuart dan Sunden, 1998).
3. Karakteristik Self-Esteem
Self-esteem berpengaruh besar terhadap kualitas dan kebahagiaan hidup
seseorang (Dariuszky, 2004). Seseorang yang memiliki self-esteem yang
tinggi akan merasa tenang, mantap, optimistis, mampu mengendalikan situasi
dirinya dan lebih mampu mengatasi masalah-masalah dan kesulitan hidup.
Sedangkan self-esteem yang rendah sering menimbulkan pesimistis dan
mudah menyerah terhadap permasalahan yang dihadapi.
Seseorang yang mempunyai harga diri tinggi akan memandang dirinya
sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat. Ia memandang dirinya sama
dengan apa yang ia inginkan. Harga diri yang rendah berhubungan dengan
hubungan interpersonal yang buruk dan menonjol pada klien skizofrenia dan
depresi (Stuart dan Sundeen, 1998).
Dariuszky (2004) memberikan karakteristik individu yang memiliki self-
esteem tinggi sebagai berikut :
a. Mempunyai harapan yang positif dan realistis atas usahanya maupun
hasil
b. dari usahanya.
c. Bersedia mempertanggungjawabkan kegagalan maupun kesalahannya.
d. Memandang dirinya sama dan sederajat dengan orang lainnya.
e. Cenderung melakukan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk
memperbaiki atau menyempurnakan dirinya.
f. Tidak kuatir akan keselamatan hidupnya dan lebih berani mengambil
resiko.
g. Mempunyai bukti atau alasan yang kuat untuk menghargai dirinya
sendiri atas keberhasilan yang telah diraihnya.
h. Relatif puas dan bahagia dengan keadaan hidupnya dan kemampuannya
cukup bagus dalam hal penyesuaian diri.
c. Maturasional
Pada usia bayi dan usia bermain berhubungan dengan kurangnya
stimulasi dan kedekatan dengan orangtuanya, perpisahan dari
orangtua/orang terdekat, evaluasi negatif yang terus menerus oleh
orangtua, ketidakadekuatan dukungan orangtua, dan ketidakmampuan
untuk mempercayai orang terdekat.
Pada usia sekolah berhubungan dengan kegagalan mencapai
tingkat peringkat objektif, kehilangan kelompok sebaya, dan umpan
balik negatif berulang. Pada remaja berkait dengan jenis kelamin,
kehilangan kemandirian, gangguan hubungan teman sebaya, perubahan
dalam penampilan, masalah-masalah pelajaran, dan kehilangan orang
terdekat.
Pada usia baya dan lanjut usia berhubungan dengan perubahan
yang berkaitan dengan proses penuaan, kehilangan (orang, finansial,
pensiun), perasaan kosong (emptyness syndrome), kesendirian, dan
kesepian.
d. Sumber eksternal dan internal
Kekuatan dan perkembangan pada individu sangat berpengaruh
terhadap self-esteem. Pada sumber internal, misalnya orang yang
humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya
adanya dukungan dari masyarakat, dan ekonomi yang kuat.
e. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan self-
esteem seseorang, dan frekuensi gagal yang sering mengakibatkan
rendahnya self-esteem.
https://www.academia.edu/29141138/aspek_psikososial_lanjut_usia diunggah
oleh L. Azizah 30 maret 2019 pukul 11.51
Kartinah, Sudaryanto A. (2008). Masalah Psikososial Pada Lanjut Usia. Berita
Info Keperawatan. 1(1).