Vous êtes sur la page 1sur 11

MAKALAH ANALISIS JURNAL KINETIKA KIMIA

CHARTING AN ALTERNATE PATHWAY TO REACTION ORDERS


AND RATE LAWS IN INTRODUCTORY CHEMISTRY COURSES

Rushton, G. T. et al. 2013. Charting an Alternate Pathway to Reaction Orders and Rate Laws
in Introductory Chemistry Courses. Journal of Chemical Eduction, 91 (1), hal. 66-73.

Disusun Oleh : Kelompok 3

1. Muhammad Fikri (1604766)


2. Wiwik Kartika Sari (1605594)
3. Mudrika (1605705)

Prodi : Pendidikan Kimia


Kelas : Reguler 1B

SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016
a. Latar Belakang
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Akademi Nasional dan Dewan Kampus
menganjurkan bahwa dalam belajar kimia di tingkat pengantar siswa seharusnya
lebih menfokuskan dalam mengembangkan bakat dalam praktek ilmiah seperti
melakukan investigasi, menganalisis data, dan mengkonstruksi penjelasan dari
bukti-bukti yang ada dari pada belajar konsep inti ilmu. Kinetika reaksi, sebuah
bidang studi yang mempelajari laju reaksi saat proses kimia terjadi, merupakan
topik dasar dalam kimia dan sering diperkenalkan sedini mungkin dalam pelajaran
kimia SMA ketika pembahasan kualitatif yang melibatkan ukuran partikel, agitasi,
temperatur dan katalis yang merupakan faktor yang dapat mempengaruhi seberapa
cepat larutan terbentuk dan proses korosi logam berlangsung.
Kinetika merupakan materi dasar yang mendukung saat belajar tentang
mekanisme reaksi ketika belajar tentang reaksi substitusi nukleofilik unimolecular
dan bimolekular (SN1 vs SN2) di kimia organik, sistem analisis kinetika
Michaelis-Menten dalam biokimia atau ketika membahas mekanisme reaksi
berantai fotolitik dalam kimia fisik. Mengingat pentingnya kinetika untuk
sejumlah bidang studi di SMA dan kurikulum kimia tingkat perkuliahan, sehingga
siswa harus tahu esensi belajar materi kinetika.
Hambatan dalam pembelajaran kinetika reaksi salah satunya adalah
transformasi konsepsi korpuskular mahasiswa (molekul, atom, dll) ke dalam
model ilmiah dan matematika. Dalam sebuah analisis dari miskonsepsi siswa
tentang kinetika, BouJaoude menarik beberapa kesimpulan mengenai faktor-faktor
yang mendasari miskonsepsi siswa, diantaranya : (i) siswa tidak memahami
hubungan antara hasil eksperimen dan laju reaksi; dan (ii) miskonsepsi siswa
bahwa hubungan aritmatika antara konsentrasi reaktan dan produk lebih ke solusi
matematika daripada kimia untuk suatu masalah.
Strategi sebelumnya untuk mengatasi miskonsepsi kinetika pada siswa SMA
ditinjau dari sudut pandang afektif. Siswa terlebih dahulu dipancing dengan
fenomena makroskopik dan kemudian dibantu dalam pencarian tentang penjelasan
kospuskular. Model berbasis penalaran mendorong siswa untuk menggunakan
representasi mental sebagai sarana untuk memvisualisasikan, berpikir, dan
memahami melalui lensa struktur konseptual . Penggunaan model berbasis
penalaran yang digabungkan dengan inkuiri terbimbing dapat mendorong
pengembangan dan revisi model mental sebagai data empiris lebih lanjut yang
disajikan selama urutan instruksional.
Di sini, disajikan sebuah pendekatan untuk mengajar orde reaksi dan hukum
laju yang didasarkan pada model berbasis penalaran dan inkuiri
terbimbing. Pendekatan yang kami terapkan telah berhasil dengan baik pada
mahasiswa dalam materi kimia dasar dan lokakarya pengembangan profesional
guru SMA. Struktur untuk menyajikan ide-ide kunci seperti visualisasi dan
representasi selalu menjadi bagian terdepan. Selain itu, setiap transformasi dari
atau ke rumus matematika didasarkan pada visualisasi dan sifat matematis dimana
siswa telah memahaminya. Penggunaan visual, transformasi matematika yang
sudah biasa bagi siswa adalah pendekatan yang telah dianjurkan pada jurnal
sebelumnya dan kami memperluas secara signifikan dari upaya sebelumnya
dengan cara menguraikan seluruh urutan instruksional pada topik kinetika.
b. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Siswa dapat memahami bagaimana perubahan konsentrasi reaktan dan produk
sebagai fungsi waktu
2. Siswa dapat membangun konsep dasar tentang reaksi orde 0, orde 1, dan orde 2.
3. Siswa dapat mengevaluasi data kinetika berdasarkan hasil percobaan serta
menentukan hukum lajunya.
4. Siswa dapat memahami peran mekanisme reaksi dalam mempelajari kinetika reaksi.
c. Kajian Literatur
1. Laju Reaksi
Laju reaksi adalah laju berkurangnya konsentrasi reaktan atau laju bertambahnya
konsentrasi produk. Laju reaksi ini juga menggambarkan cepat lambatnya suatu reaksi
kimia, sedangkan reaksi kimia merupakan proses mengubah suatu zat menjadi zat baru yang
disebut sebagai produk. Laju reaksi kimia bukan hanya sebuah teori, namun dapat
dirumuskan secara matematis untuk memudahkan pembelajaran. Pada reaksi kimia:
A→ B, maka laju berubahnya zat A menjadi zat B ditentukan dari jumlah zat A
yang bereaksi atau jumlah zat B yang terbentuk per satuan waktu. Pada saat
pereaksi (A) berkurang, hasil reaksi (B) akan bertambah.

2. Orde Reaksi
Salah satu faktor yang dapat mempercepat laju reaksi adalah konsentrasi,
namun seberapa cepat hal ini terjadi? Menemukan orde reaksi merupakan
salah satu cara memperkirakan sejauh mana konsentrasi zat pereaksi
mempengaruhi laju reaksi tertentu. Orde reaksi atau tingkat reaksi terhadap
suatu komponen merupakan pangkat dari konsentrasi komponen tersebut
dalam hukum laju. Orde reaksi ditentukan dari data eksperimen, biasanya
harganya kecil dan tidak selalu sama dengan koefisien a dan b. Hal ini berarti,
tidak ada hubungan antara jumlah pereaksi dan koefisien reaksi dengan orde
reaksi.
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya apabila
perubahan konsentrasi pereaksi tersebut tidak mempengaruhi laju reaksi.
Artinya berpapun jumlah konsentrasi pereaksi, perubahan konsentrasi
pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi. Suatu reaksi dikatakan berorde
satu terhadap salah satu pereaksinya jika laju reaksi berbanding lurus dengan
konsentrasi pereaksi itu dan suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah
satu pereaksi jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi
itu.
3. Mekanisme Reaksi
Dalam ilmu kimia, mekanisme reaksi adalah tahap demi tahap sekuensial
reaksi elementer sehingga terjadi perubahan kimia menyeluruh. Suatu
mekansime kimia menjelaskan secara detail kejadian pada setiap tahapan
suatu reaksi kimia (transformasi). Mekanisme reaksi juga
menjelaskan kompleks aktif, keadaan transisi, pemutusan ikatan (dan urutan
pemutusannya), serta pembentukan ikatan (dan urutan pembentukannya).
Suatu mekanisme lengkap juga memperhitungkan semua pereaksi yang
digunakan, fungsi katalis, stereokimia seluruh produk yang terbentuk beserta
masing-masing jumlahnya. Mekanisme reaksi juga menjelaskan laju relatif
masing-masing tahapan dan persamaan laju reaksi secara keseluruhan.
Zat antara reaksi atau intermediet adalah spesies kimia seringkali tidak
stabil dan berumur singkat, bukan pereaksi maupun produk dalam keseluruhan
reaksi kimia, tetapi produk dan pereaksi sementara dalam tahap-tahap
mekanisme reaksi. Zat antara reaksi seringkali berupa radikal bebas atau ion.
Keadaan transisi dapat berupa keadaan molekul intermediat tak stabil
meskipun dalam reaksi elementer. Keadaan transisi umumnya berupa entitas
molekul yang melibatkan sejumlah ikatan dan/atau geometri yang tidak stabil.
4. Model Berbasis Penalaran
Hasil perubahan konseptual dari proses pemecahan masalah merupakan
sebauh proses yang menampilkan praktek penggunaan model berbasis
penalaran: analogis, visual, dan Model simulatif. Model berbasis penalaran
adalah proses pembentukan dan perubahan konsep. Dalam kasus sains di mana
lebih mementingkan pengalaman dan asumsi teoritis, ada sedikit jaminan
bahwa proses penalaran akan menghasilkan keberhasilan. Dalam proses
evaluasi, kriteria utama untuk sukses adalah fenomena yang tepat, tetapi
sukses juga dapat mencakup faktor-faktor seperti memungkinkan
pembangunan representasi matematika yang layak. Sentralitas praktik model
berbasis penalaran adalah perubahan konseptual, bentuk kreatif pemecahan
masalah, memberikan dukungan kepada beberapa filsuf kontemporer bahwa
unit dasar bagi para ilmuwan dalam penalaran yang lebih umum yaitu
pemodelan. Praktek pemodelan bekerja baik dalam percobaan dan dalam
pengaturan teoritis. Pemodelan adalah metode representasi antara fenomena
dan ekspresi dalam bahasa termasuk matematika dan bekerja dengan bentuk
peralihan representasi yang memfasilitasi perubahan konseptual.
d. Metode
Dalam Penelitian ini digunakan pendekatan urutan instruksional yang berbasis
model penalaran dan inkuiri terbimbing. Dalam proses pembelajaran urutan
instruksional yang diterapkan terdiri dari 4 fase yang dilakukan selama 90-120
menit dengan partisipan dalam penelitian ini adalah siswa atau orang yang
menghadiri perkuliahan.
Fase 1 merupakan fase pengenalan plot kinetika yang dilakukan selama
maksimum 15 menit. Dalam fase ini siswa diharapkan mampu memahami
perubahan konsentrasi reaktan dan produk sebagai fungsi waktu. Kemudian fase 2
merupakan fase pemahaman konseptual tentang laju reaksi bagian 1:
mengintepretasikan data kinetik hipotetikal dilakukan selama 15-30 menit, dalam
fase ini siswa diharapkan mampu membangun konsep dasar reaksi orde 0, reaksi
orde 1, dan reaksi orde 2. Setelah itu dilanjutkan dengan fase 3 yang merupakan
fase pemahaman konseptual tentang laju reaksi bagian 2: mengintepretasikan data
kinetik eksperimental. Dalam fase ini siswa diharapkan dapat menuliskan hukum
laju untuk setiap reaksi dan mengenali bahwa persamaan setimbang reaksi kimia
tidak dituliskan sebagai tahap elementari dan tidak bisa digunakan secara
langsung dalam penentuan hukum laju. Fase tearkhir adalah fase 4 yang
merupakan fase penghubungan orde reaksi, hukum laju, teori tumbukan dan
mekanisme reaksi yang dilakukan selama 15-30 menit. Dalam fase ini siswa harus
memahami peranan mekanisme reaksi dalam kinetika reaksi sehingga dapat
mengetahui bagaimana reaksi berlangsung.
e. Hasil dan Pembahasan
1. Fase 1- Pengenalan Plot Kinetika
Tahap pertama dalam pendekatan ini melibatkan orientasi siswa tentang jenis
hubungan kinetik yang harus siswa kuasai pada akhir sesi pembelajaran yaitu
tentang laju reaksi dan orde reaksi. Bagian pertama adalah siswa harus paham
bagaimana perubahan konsentrasi reaktan atau produk sebagai fungsi
waktu. Pembelajaran dimulai dengan menyajikan reaksi 1, yang merupakan
reaksi pergantian tunggal serta diberikan plot kosong dimana sumbu Y
merupakan konsentrasi dan sumbu X merupakan waktu. Kemudian disajikan
suatu pertanyaan, “Bagaimana grafik yang mungkin untuk menggambarkan
konsentrasi reaktan selama reaksi berlangsung dari waktu ke waktu?”.
Setelah melihat tanggapan dan grafik yang
dibuat oleh siswa, peneliti memahami bahwa
dalam menggambarkan plot siswa
memanfaatkan konsep awal tentang mekanisme
reaksi dan teori tumbukan meskipun hal ini
belum diajarkan. Hal ini menunjukan bahwa
siswa dapat memahami bahwa konsentrasi
reaktan berkurang dan konsentrasi produk
bertambah selama reaksi berlangsung karena saat
reaksi berlangsung molekul reaktif menata ulang,
mengkombinasi dan mengubah bentuk sehingga
mempengaruhi konsentrasi. Kemudian intruktur
menegaskan ide dasar siswa tentang proses mekanistik dengan memberikan
contoh-contoh. Kami mengingatkan siswa bahwa beberapa gagasan intuitif laju
reaksi relative sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti
membuat teh manis dengan air panas dan dingin. Sebagian besar dari mereka
memahami bahwa gula lebih cepat larut dalam air panas daripada air dingin,
karena air panas memiliki lebih banyak energi kinetik untuk melarutkan kristal
sukrosa padat melalui tabrakan energik. Kita menekankan bahwa kemiringan
(garis ungu) dan garis lengkung merah merupakan hal yang penting. Dalam
kajian ini laju reaksi hanya ditinjau dari konsentrasi reaktan.
2. Fase 2- Pemahaman Hukum Laju Reaksi bagian 1: Menafsirkan Data Kinetika
Hipotetik
Pada tahap kedua siswa menggunakan konsep dari fase I untuk
mengembangkan landasan konseptual reaksi orde 0, orde 1 dan orde 2. Dari
grafik plot laju vs konsentrasi, siswa diharapkan dapat menuliskan penurunan
hukum laju. Dalam fase ini lebih menfokuskan pemahaman konseptual
dibandingkan pemahaman matematis dari data manipulasi. Dengan
menggunakan grafik reaksi orde 0, orde 1 dan orde 2 yang dihasilkan selama
tahap I, siswa diminta untuk mengamati kemiringan grafik grafik di tiga titik,
konsentrasi awal, setengah konsentrasi awal dan seperampat konsentrasi awal.

Gambar 2. Grafik Reaksi Orde 0


Pada reaksi orde 0, siswa dengan mudah memahami grafik konsentrasi vs
waktu, siswa dapat dengan cepat melihat bahwa kemiringan (laju reaksi) adalah
konstan selama proses reaksi berlangsung, dan mereka tidak kesulitan dalam
memahami bahwa laju reaksi tidak dipengaruhi oleh konsentrasi reaktan sesuai
pada gambar 2. Untuk menilai pemahaman siswa, siswa diminta untuk
menggambarkan grafik laju vs konsentrasi dan menuliskan persamaan laju reaksi
berdasarkan grafik laju vs konsentrasi. Sebagian siswa dengan cepat menuliskan r
= k, dimana k merupakan konstanta untuk reaksi orde 0 dan sebagian siswa
menuliskan y = konstan hal ini karena siswa sudah terbiasa dengan persamaan
linier dalam matematika. Kemudian guru menuliskan R= k [R]0 , dimana R
menunjukan konsentrasi dan 0 menunjukan orde reaksi terhadap R. jadi dapat
disimpulkan bahwa pada reaksi orde 0, konsentrasi reaktan tidak mempengaruhi
laju reaksi.
Grafik reaksi orde 1 dan orde 2 memiliki bentuk yang serupa. Dalam reaksi
orde 1, laju reaksi sebading dengan perubahan konsentrasi sedangkan untuk
reaksi orde 2 laju reaksi sebanding perubahan kuadrat konsentrasi. Kedua grafik
tersebut sudah familiar bagi siswa karena mereka telah mempelajarinya dalam
matematika. Pada reaksi orde 1,berdasarkan data simulasi ditunjukan bahwa laju
sesaat menurun dua kali lipat pada setiap waktu paruh secara konsisten selama
reaksi berlangsung sesuai pada gambar 3A. Dengan menggunakan data
konsentrasi 0,25M; 0,5M; dan 1 M siswa diminta untuk menggambarkan grafik
laju reaksi vs konsentrasi. Dari grafik konsentrasi vs waktu siswa dengan mudah
menggambar grafik laju reaksi vs konsentrasi dan memahami grafik tersebut
(Gambar 3B).

Gambar 3A dan 3B : Grafik Reaksi Orde 1 dan Orde 2


Pada reaksi orde 2, laju reaksi berkurang menjadi ¼ dari laju awal pada waktu
paruh pertama dan 1/16 x dari laju awal pada waktu paruh kedua. Siswa dengan
mudah memahami grafik urva orde 2 karena siswa familiar dengan kurva y = x2.
Kemudian berdasarkan grafik laju vs konsentrasi siswa diminta untuk menuliskan
persamaan matematika hubungan antara laju dan konsentrasi. Siswa menuliskan
r = k [A] untuk reaksi orde 1
r = k [A]2 untuk reaksi orde 2
3. Fase 3- Pemahaman Hukum Laju Reaksi bagian 2 : Menafsirkan Data Kinetika
Hasil Percobaan
Dalam fase ini disajikan 3 set data hasil eksperimen (pemuttihan, cat
berpendar, dan reaksi glyoxal clock) dan siswa diminta untuk menuliskan hukum
laju untuk masing-masing sistem serta siswa diharapkan mampu menghubungkan
mekanisme reaksi, teori tumbukan dan hukum laju untuk mengkonstruksi model
mental dalam mengkaji data empiris. Dari data yang ada siswa diminta untuk
membuat grafik hubungan konsentrasi vs waktu bukan grafik laju vs konsentrasi.
Hal ini untuk memudahkan siswa yang kurang memahami persamaan matematika
dalam penurunan hukum laju. Siswa harus membuat tiga grafik yaitu grafik [A]
vs t; ln[A] vs t; 1/[A] vs t kemudian menganalisis grafik yang mempunyai
hubungan paling linier untuk menentukan orde reaksi dan hukum laju.
Dalam fase ini siswa hanya menganalisis data percobaan pewarna pemutih
sebagai reaksi orde semu 1 dan data percobaan cat berpendar sebagai reaksi orde
0. Hasil analisis siswa ditampilkan pada gambar 4 dan 5.

Gambar 4. Grafik Percobaan Pemutihan (R2 = 0,9925)

Gambar 5. Grafik Percobaan Cat Berpendar (R2 = 0,9657)

4. Fase 4- Menghubungkan Orde Reaksi, Hukum Laju, Teori Tumbukan dan


Mekanisme Reaksi
Pada tahap akhir siswa diminta untuk memahami mengapa mempelajari
mekanisme reaksi sering menjadi fokus utama dari mempelajari kinetika. Pertama
siswa diminta menggambarkan grafik dan menjelaskan orde reaksi data substitusi
nukleofilik metil bromida oleh ion iodida. Kebanyakan jawaban siswa
mencerminkan proses orde satu didasarkan pada persamaan kimia yang seimbang
dan gagasan intuitif bagaimana proses kimia terjadi, yaitu melalui tabrakan dua
spesies untuk membuat struktur baru. Kami menegaskan dan menjelaskan kedua
konsepsi dengan menunjukkan grafik koordinat reaksi dengan model bola dan
tongkat untuk masing-masing spesies. (Gambar 6).

Gambar. 6 Koordinat Reaksi 1 Gambar 7. Koordinat Reaksi 2


Ketika menjelaskan kepada siswa tentang pemecahan ikatan dan
pembentukan ikatan, kita menekankan bahwa proses terjadi dalam satu tahap
(serentak) dimana pemecahan ikatan dan pembentukan ikatan terjadi secara
bersamaan, oleh karena itu laju reaksi tergantung pada konsentrasi nukleofil dan
elektrofil (reaksi bimolekuler). Kemudian disajikan sistem yang tampaknya
serupa pada reaksi 2 dan mendorong siswa untuk membuat mekanisme dan
koordinat reaksi dan membuat plot kinetika konsentrasi vs waktu dan laju vs
konsentrasi.
I- + (CH3)3CBr (CH3)3CI + Br- reaksi 2
Sesuai prediksi siswa mengira bahwa reaksi tersebut adalah reaksi
bimolekuler, instruktur menunjukan bahwa secara eksperimen reaksi tersebut
merupakan reaksi orde 0 terhadap iodine dan reaksi orde 1 terhadap tersier-butil
bromida. Koordinat reaksi menunjukkan bahwa proses berlangsung melalui dua
tahap dengan laju yang berbeda dimana dapat membantu siswa memahami
bagaimana proses yang terjadi merupakan orde 0. Dalam banyak kasus,
keseluruhan persamaan setimbang tidak selalu menjelaskan kinetika laju reaksi
karena persamaan setimbang tidak menunjukkan tahapan reaksi elementer dari
reaksi keseluruhan. Dengan memahami langkah-langkah dimana reaksi
dihasilkan, laju dimana produk dihasilkan bisa diubah. Misal jika produkm t -
butyl iodida penting untuk industri dan laba perusahaan tergantung pada tingkat
produksi, akan menjadi penting untuk mengetahui bahwa perubahan konsentrasi
iodida dalam campuran reaksi tidak akan mempengaruhi laju reaksi.
f. Kesimpulan
Pada artikel ini telah disajikan pendekatan konseptual dan matematis untuk
mengembangkan kinetika kimia. Pendekatan ini telah terbukti bermanfaat bagi
mahasiswa dan guru dalam pengembangan profesional, Penalaran dapat
digunakan untuk memperkuat pemahaman konseptual tentang kinetika kimia bagi
siswa. Kemampuan menggambarkan dan memahami persamaan merupakan hal
yang penting. Kurikulum dan praktek pedagogis yang mendukung urutan dari
visualisasi, representasi, dan formulasi matematis akan menyebabkan pemahaman
konseptual yang lebih dalam tentang fenomena-fenomena kimia dan
menghasilkan kesuksesan dalam mempelajari kinetika kimia.

Vous aimerez peut-être aussi