Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. N
DENGAN PRE OPERASI TRAKEOSTOMI : KANKER LARING
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Perioperatif
Dosen Mata Ajar : Rudi Haryono, S.Kep.,Ns., M.Kep
Disusun Oleh:
Amalia Salsabila 2620152763
Dessy Puspita Anggraini 2620152774
Widyaningsih 2620152806
3D
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat
dan Karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan
Keperawatan pada Tn.N dengan Ca Laring” dengan lancar meskipun terdapat
banyak kekurangan di dalamnya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Rudi Haryono, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku pembimbing dan dosen mata
kuliah Keperawatan Perioperatif Akper Notokusumo yang telah membimbing
kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Harapan kami makalah ini dapat berguna dalam menambah pengetahuan
serta pengalaman bagi para pembaca. Semoga makalah ini dapat dipahami dan
dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengatar...................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................ii
Daftar Tabel......................................................................................................iii
Daftar Gambar..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................1
B. Tujuan.........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker Laring
1. Pengertian Kanker Laring....................................................................3
2. Etiologi.................................................................................................3
3. Tanda dan Gejala..................................................................................4
4. Penatalaksanaan...................................................................................4
5. Patofisiologi.........................................................................................5
B. TRAKEOSTOMI
1. Pengertian.............................................................................................6
2. Klasifikasi............................................................................................7
3. Indikasi.................................................................................................7
4. Komplikasi...........................................................................................8
5. Dampak................................................................................................8
6. Perawatan.............................................................................................8
BAB III KASUS
A. Kasus..........................................................................................................10
B. Pengkajian..................................................................................................12
C. Diagnose Keperawatan...............................................................................20
D. Intervensi....................................................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian..................................................................................................27
B. Diagnosa.....................................................................................................30
C. Intervensi....................................................................................................33
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................34
B. Kritik Saran................................................................................................34
iii
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
A. Gambar
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah salah satu penyakit yang mematikan. Kanker berasal dari
pertumbuhan abnormal sel atau jaringan yang bersifat invasif serta mampu
bermetastasis. Salah satu jenis kanker yang menyebabkan kematian dengan
jumlah yang besar di Indonesia adalah kanker kepala dan leher. Kanker kepala
dan leher adalah keganasan epitel dari saluran aerodigestif bagian atas
(UADT) yang di dalamnya terdapat sinus paranasal, rongga hidung, rongga
mulut, faring, dan laring (Adam, 2017).
Kanker kepala dan leher merupakan kanker yang paling banyak terjadi
keenam di seluruh dunia, dengan insiden pertahun diperkirakan sebanyak
563.826 kasus (termasuk 274.850 kanker rongga mulut, kanker laring
159.363, dan 52.100 kanker oropharyngeal) dan angka kematiannya di
perkirakan sebanyak 301.408 kematian per tahun. Di Amerika Serikat pada
tahun 2006, kanker kepala dan leher adalah kanker yang paling umum
kesembilan pada pria, dengan insiden sebesar 14,97 per 100.000 pada pria dan
6,24 per 100.000 pada wanita dan angka kematian yang berkaitan dengan usia
sebesar 3,78 per 100.000 pada pria dan 1,39 per 100.000 pada wanita.
Sedangkan pada tahun 2009 terdapat 35.720 kasus kanker kepala dan leher
dan 7.600 kematian diperkirakan telah terjadi (Adam, 2017).
Dua pertiga dari kasus kanker kepala dan leher di dunia terjadi di negara-
negara berkembang. Di negara berkembang, insiden kanker tersebut lebih
banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan perbandingan 2:1.
Di Indonesia prevalensi kanker kepala leher cukup tinggi dengan insiden
sebesar 4,7 per 100.000 penduduk. Kanker kepala dan leher menduduki urutan
ke-4 pada pria dan wanita sedangkan pada pria saja menempati urutan ke-2.
Kanker kepala dan leher umumnya disebabkan karena kebiasaan merokok
dengan tembakau dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Kanker ini lebih
banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan presentase sebesar
52,7% berbanding 47,2%. Perbandingan ini tidak terlalu jauh dikarenakan
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai bahan pembelajaran mahasiswa dalam memberikan asuhan
keperawatan Kanker Laring dengan Pre Operasi Trakeostomi, sehingga
mahasiswa mampu memahami dan memberikan asuhan keperawatan
Kanker Laring dengan Pre Operasi trakeostomi dengan tepat dan benar.
2. Tujuan Khusus
a. Memahami mengenai kanker laring (pengertian, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, penatalaksanaan)
b. Memahami mengenai trakeostomi (pengertian, etiologi, manifestasi
klinis, indikasi, kontraindikasi, penatalaksanaan)
c. Mampu memberikan asuhan keperawatan kanker laring dengan pre
operasi trakeostomi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KANKER LARING
1. Pengertian
Kanker Laring adalah keganasan yang terjadi pada sel skuamosa
laring. Kanker laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada
saluran nafas (Nugroho, 2012).
Kanker laring adalah karsinoma sel skuamosa yang menyerang pita
suara dan jaringan sekitarnya (Sudiana, 2008).
Kanker laring adalah pertumbuhan jaringan yang tidak terbatas,
terus-menerus dan tidak koordinasi pada daerah sekitar laring (Hermani,
2007).
4. Patofisioligi
Pertumbuhan kanker ini biasanya terjadi karena iritasi yang kronik
dilaring, karena iritasi ini maka akan terjadi perubahan sel yang akan
menyebabkan terjadinya kanker. Perubhan ini mungkin berbentuk
hyperplasia pada epitel dan terdapat bintik putih pada epitel dan terdapat
bitik putih pada pita suara, (Balaban, 2014).
Pada kanker insitu tampak adanya penebalan pada epitel karena
adanya sel maligna tanpa adanya invasi pada sel. Pertumbunhan tumor
biasanya dimulai dengan invasi dengan fiksasi dari pita suara. Suara serak
adalah gejala yang ditemukan pada karsinoma laring dan merupakan satu-
satunya gejala penyakit ini selama berbulan-bulan. Kemudian kondisi
penderita akan bertambah buruk dalam beberapa minggu atau bulan.
Sampai sekarang belum dijumpai tanda dan gejala lain sampai
terjadi stridor akibat sumbatan saluran nafas. Bila tumor laring sudah
terjadi metastase kearah faring maka akan timbul gejala disfagia, rasa sakit
untuk menelan dan penjalaran rasa sakit kearah telinga (otalgia). Pada
stadium lanjut sudah teraba pembesaran kelenjar limfe leher bahkan
kadang-kadang tumor teraba, (Nurbaiti, 2010).
5
5. Pathway
Faktor Predisposisi
(Alkohol, rokok, radiasi)
Kanker Laring
Ketidakefektifan
BB menurun bersihan jalan
nafas
Kebutuhan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
7. Rencana Keperawatan
Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Rencana Rasional
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
tidak efektif b.d keperawatan selama 3x 24 (3140) (3140)
obstruksi jalan napas jam bersihan jalan napas 1. Monitor status pernapasan 1. Untuk mengetahui
tidak efektif dapat teratasi 2. Posisikan pasien untuk frekuensi, volume, dan
dengan kriteria hasil: memaksimalkan ventilasi apakah terjadi gangguan
1. Frekuensi pernapasan (posisi semifowler) pada pernafasan pasien
ditingkatkan dari 3. Kelola pemberian obat 2. Posisi semifowler akan
deviasi ringan ke sesuai rekomendasi membuat sirkulasi
deviasi kisaran normal dokter. pernafasan pasien lebih
(0410) lancar dan mudah, pasien
2. Suara nafas tambahan Monitor Pernapasan (3350) juga akan merasa lebih
ditingkatkan dari 1. Auskultasi bunyi nafas nyaman.
deviasi sedang dari tambahan 3. Kolaborasi dapat
kisaran normal ke membantu mempermudah
deviasi ringan dari dan mempercepat
kisaran normal (0410) pencapaian tujuan, selain
2
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri (1400)
cidera biologi keperawatan selama 3x 24 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk mengetahui
(penekanan serabut jam nyeri dapat teratasi secara komprehensif penyebab nyeri, kualitas
syaraf oleh sel-sel dengan kriteria hasil: 2. Ajarkan teknik non nyeri, bagian atau letak
tumor) 1. Klien dapat mengenali farmakologi (teknik nyeri, sekala nyeri, dan
kapan nyeri terjadi relaksasi napas dalam) waktu nyeri.
ditingkatkan ke secara untuk mengurangi nyeri 2. Teknik relaksasi nafas
konsisten 3. Dorong penggunaan dalam dapat
menunjukkan (1605) teknik relaksasi napas menenangkan pasien dan
3
6. Anjurkan pengunjung
atau orang terdekat
mempertahankan
usahanya untuk
berkomunikasi dengan
pasien, seperti membaca
surat, diskusi tentang hal-
hal yang terjadi pada
keluarga.
1
8. Komplikasi
Komplikasi tumor laring menggambarkan modalitas terapi yang
digunakan. Komplikasi dari tumor laring menurut concus (2008) antara
lain:
a. Gangguan vocal
b. Gangguan menelan
c. Kehilangan penciuman dan perasa
d. Timbulnya fistula
e. Gangguan saluran nafas
f. Kerusakan saraf cranial
g. Kerusakan vascular
h. Fibrosis jaringan
i. Hipotiroidisme
j. Hematom
k. Infeksi
9. Pemeriksaan diagnostik
Menurut Sudiana (2008) pemeriksaan diagnose pada tumor laring
terdiri dari:
a. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi digunakan untuk menentukan letak tumor.
b. Laringoskopi
Laringoskopi digunakan untuk memvisualisasi bentuk atau
pertumbuhan tumor.
c. Biopsy
Tindakan biospsi digunakan untuk menentukan keganasan sel.
d. Pemeriksaan fungsi paru, scaning tulang atau scaning organ yang lain
jika dicurigai metastase.
10. Penatalaksanaan
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari :
a. Laringektomi
1) Laringektomi parsial Laringektomi parsial diindikasikan untuk
karsinoma laring stadium I yang tidak memungkinkan dilakukan
radiasi, dan tumor stadium II.
2) Laringektomi total Adalah tindakan pengangkatan seluruh struktur
laring mulai dari batas atas (epiglotis dan os hioid) sampai batas
bawah cincin trakea.
b. Diseksi Leher Radikal
2
B. TRAKEOSTOMI
1. Pengertian
Trakeostomi adalah pembuatan lubang pada dinding anterior trakea
untuk memintas jalan napas atas. McClelland yang dikutip oleh
Goldenberg menyatakan kata trakeostomi berasal dari dua kata Yunani
yang artinya memotong trakea (Nurdina, 2016).
3
2. Klasifikasi
Menurut Nurdina (2016):
a. Berdasarkan letak (batas letak: cincin trakea ketiga)
1) Letak tinggi
Insisi diantara cincin trakea satu dan dua, umumnya pada pasien
tumor laring atau hipofaring.
2) Letak rendah
Insisi dilakukan antara cincin trakea dua dan tiga atau cincin trakea
tiga dan empat. Hal ini sering dilakukan untuk mengindari stenosis
subglotis.
b. Berdasarkan waktu dilakukan tindakan
1) Trakeostomi darurat
Dilakukan pada kasus sumbatan jalan napas atas untuk
penyelamatan nyawa.
2) Trakeostomi elektif
Tindakan trakeostomi yang dilakukan dengan persiapan sarana dan
persiapan kondisi pasien secara baik.
3. Indikasi
Indikasi dasar trakeostomi secara garis besar menurut (Novaldi,2010):
a. Pintas (bypass) Obstruksi jalan nafas atas
b. Membantu respirasi untuk periode yang lama
c. Membantu bersihan sekret dari saluran nafas bawah
d. Proteksi traktus trakeobronkhial pada pasien dengan resiko aspirasi
4
4. Komplikasi
a. Komplikasi segera:
1) Perdarahan
2) Pneumothorak terutama anak-anak
3) Aspirasi
4) Henti jantung sebagai rangsangan hipoksia terhadap respirasi
5) Emfisema subkutan dan mediastinal
b. Komplikasi lanjut:
1) Obstruksi jalan nafas (sekresi, konstriksi jalan nafas, penempatan
kanul yang tidak tepat, cuff terlalu kencang)
2) Infeksi (stoma atau pulmoner)
3) Dampak Psikologis
4) Aspirasi (sekresi, cairan lambung)
5) Kerusakan trakeal (fistula, progresif) (Istanti, 2015)
BAB III
KASUS DAN PROSES PERAWATAN
A. Kasus
Seorang pasien laki-laki bernama Tn.N 53 tahun (MR: 654456) datang ke
poli THT RS Budi Mulya tanggal 9 September 2017 yang sudah didiagnosis
dengan suspect carcinoma laring. Sebelumnya pasien sesak nafas sejak 3
bulan terakhir dan mengeluh ada benjolan dengan diameter 2 cm di leher
sebelah kiri. Sesak napas yang dirasakan semakin berat dan disertai dengan
suara serak. Satu tahun yang lalu klien mengatakan sering batuk dan randang
tenggorokan. Klien mengatakan mulai merokok sejak usia 20 tahun dan rata-
rata menghabiskan 1 bungkus rokok. Didalam keluarga klien tidak ada yang
pernak sakit seperti gejala saat ini dan tidak mempunyai penyakit keturunan
seperti DM, jantung, hipertensi.
Pada pemeriksaan fisik bentuk hidung simetris, tidak terdapat lesi, tidak
ada pernapasan cuping hidung, tidak ada cyanosis, tidak ada secret pada
hidung, tidak ada deviasi septum. Terdapat benjolan pada leher sebelah kiri,
pada saat diraba mempunyai ukuran lebih kurang sebesar kelereng, benjolan
teraba keras dan sulit digerakan. Pergerakan dada simetris, tidak ada deviasi
trakea, tidak ada retraksi interkostalis. Suara nafas stridor, pada saat diperkusi
suara paru terdengar resonan, frekuensi nafas 24 x/menit.
7
Sklera putih, mata tidak cekung,bentuk bibir simetris, mukosa bibir kering
dan tampak hitam, terdapat iritasi pada rongga mulut, gigi lengkap, tidak
terpasang gigi palsu, terdapat caries gigi pada bagian kanan bawah, warna gigi
kuning kecoklatan, bentuk lidah simetris. Abdomen tampak cekung pada saat
klien terlentang, bising usus 8-12 x/menit, pada saat diperkusi terdengar
timpani, pada saat dipalpasi tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas, klien
mengeluh tidak ada nafsu makan, berat badan sebelum sakit 53 kg sedangkan
saat sakit 49 kg. Klien mengatakan BAB 2x setelah masuk rumah sakit, saat
dirumah klien mengatakan BAB 1x setiap hari dengan konsistensi lunak.
Tidak ada pembesaran ginjal, tidak ada nyeri tekan. Pada saat diraba blass
teraba kosong, klien dapat BAK kekamar mandi klien mengatakan tidak ada
keluhan saat BAK.
Rambut hitam, kulit kepala tampak bersih, rambut tidak lengket, distribusi
rambut merata, tidak mudah dicabut. Kuku tangan dan kaki pendek dan bersih,
badan segar dan bersih, suhu 36,50. Turgor kulit baik, bila dicubit kembali
dalam waktu waktu 3 detik.
B. Pengkajian
1. Data Dasar
a. Identitas Klien
Nama : Tn. N
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Alamat : Jalan Janur 1/8 Kuning
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Buruh
Suku : Jawa
Diagnose medik : Kanker laring dengan Pre Operasi Trakeostomi
Nomor MR : 6544xx
Tanggal masuk : 9 September 2017
b. Penanggung jawab
Nama : Ratna
Umur : 50 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Jalan Janur 1/8 Kuning
Hubungan : Isteri
9
2. Data Fokus
a. Alasan masuk RS
Pasien mengatakan sesak nafas sejak 3 bulan terakhir dan ada
benjolan dileher sebelah kiri.
b. Keluhan utama
Saat dilakukan pengkajian tanggal 12 September 2017 klien
mengatakan sesak napas yang semakin berat sejak sebelumnya dan
suara serak. Saat digunakan untuk bicara leher semakin nyeri.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Status kesehatan umum
a. Keadaan umum : Lemah
b. Kesadaran : Composmentis E4 V2 M6
Keterangan:
E (4) : Membuka mata spontan
V (2) : Suara tidak jelas
M (6) : Mengikuti perintah
2) Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 100/70 mmHg
b) Nadi : 84x/menit
c) Suhu : 36,70C
d) Pernafasan : 24x/ menit
3) Status gizi
a) Berat badan : 49 kg
b) Tinggi badan : 168 cm
c) IMT : = = 17,37
Keterangan :
IMT >30 : Obesitas
IMT 25-30 : Overweight
IMT 20-25 : Normal
IMT <20 : Underweight
10
ANALISA DATA
DS : Sebelumnya pasien
mengatakan sesak nafas sejak
3 bulan terakhir, Sesak napas
yang dirasakan semakin berat
dan disertai dengan suara
sakit. Pasien mengeluh ada
benjolan di leher sebelah kiri.
Satu tahun yang lalu klien
mengatakan sering batuk dan
Obstruksi jalan napas Bersihan jalan napas tidak efektif
radang tenggorokan.
P : suspect carcinoma
laring
R : pada bagian
tenggorokan
S : nyeri skala 5
mengerutkan wajahnya
menahan sakit, pasien terlihat
jarang berkomunikasi dan
sulit makan.
8. Intervensi
Intervensi
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Rencana Rasional
Bersihan jalan napas Setelah dilakukan asuhan Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
tidak efektif b.d keperawatan selama 3x 24 (3140) (3140)
obstruksi jalan napas jam bersihan jalan napas 4. Monitor status pernapasan 4. Untuk mengetahui
tidak efektif dapat teratasi 5. Posisikan pasien untuk frekuensi, volume, dan
dengan kriteria hasil: memaksimalkan ventilasi apakah terjadi gangguan
3. Frekuensi pernapasan (posisi semifowler) pada pernafasan pasien
ditingkatkan dari 6. Kelola pemberian obat 5. Posisi semifowler akan
deviasi ringan ke sesuai rekomendasi membuat sirkulasi
deviasi kisaran normal dokter. pernafasan pasien lebih
(0410) lancar dan mudah, pasien
4. Suara nafas tambahan Monitor Pernapasan (3350) juga akan merasa lebih
ditingkatkan dari 2. Auskultasi bunyi nafas nyaman.
deviasi sedang dari tambahan 6. Kolaborasi dapat
kisaran normal ke membantu mempermudah
deviasi ringan dari dan mempercepat
kisaran normal (0410) pencapaian tujuan, selain
itu kolaborasi dapat
18
memaksimalkan pelayanan
yang diberikan pada pasien.
Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri (1400)
cidera biologi keperawatan selama 3x 24 5. Lakukan pengkajian 5. Untuk mengetahui
(penekanan serabut jam nyeri dapat teratasi secara komprehensif penyebab nyeri, kualitas
syaraf oleh sel-sel dengan kriteria hasil: 6. Ajarkan teknik non nyeri, bagian atau letak
tumor) 4. Klien dapat mengenali farmakologi (teknik nyeri, sekala nyeri, dan
kapan nyeri terjadi relaksasi napas dalam) waktu nyeri.
ditingkatkan ke secara untuk mengurangi nyeri 6. Teknik relaksasi nafas
konsisten 7. Dorong penggunaan dalam dapat
menunjukkan (1605) teknik relaksasi napas menenangkan pasien dan
5. Nyeri berkurang dari dalam membuat pasien lebih
19
BAB IV
PEMBAHASAN PROSES KEPERAWATAN
Pada bab ini penulis akan membahas kasus yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya yang dikaitkan dengan teori pendekatan proses keperawatan.
Pembahasan ini adalah menerangkan tentang kesenjangan, perbedaan antara kasus
yang nyata dengan teori yang ada dalam pemberian asuhan keperawatan pada
pasien. Dilakukan dengan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi serta dokumentasi
keperawatan. Adapun tujuan pembahasan ini untuk membandingkan antara teori
dan kenyataan yang terjadi pada klien. Pembahasan untuk tiap-tiap tahap proses
keperawatan sebagai berikut.
A. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tindakan mengumpulkan informasi mengenai
klien, mengorganisasikan informasi, dan menentukan signifikasinya. Ini
merupakan fase pertama dalam proses keperawwtan, walaupun sebenarnya
penilaian terus berlangsung disemua fase dalam proses keperawatan.
Eksekusi pengkajian yang efektif menitik beratkan pada hadirnya dasar
pengetahuan yang luas dan ketrampilan berfikir kritis.
Manifestasi klinis kanker laring dengan pre OP trakeostomi :
a. Data Yang Ada Pada Teori Dan Ada Pada Kasus
1) Suara serak
Suara serak adalah kualitas suara yang kasar atau berisik,
disebut juga dengan trachyhonia (dorland, 2007). Data yang
tdidapatkan saat pengkajian adalah pasien masih mampu
untuk berbicara namun suara pasien serak dan pasien
merasa sakit ketika berbicara. hasil pemeriksaan
telelaringoskopi 10 September 2017 terdapat tumor glotis
dan supra glottis.
36
6) Batuk
Batuk merupakan eksplusi udara dari dalam paru secara
mendadak disertai bunyi berisik, biasanya timbul sebagai
upaya untuk membebaskan jalan nafas ketika ada benda
asing didalamnya, (dorland, 2007).
Data yang diperoleh dari pengkajian yang telah dilakukan
pada pasien adalah pasien mengatakan satu tahun yang lalu
klien mengatakan sering batuk dan randang tenggorokan.
Batuk timbul dengan terkenanya hipofaring disertai luapan
secret dan cairan kedalam laring, mendeham sebagai upaya
membersihkan tenggorokan untuk menghilangkan rasa
tidak nyaman pada laring (ballenger, 2011).
b. Data Yang Ada Pada Teori Dan Tidak Ada Pada Kasus
1) Haemoptisis
Hemoptisis adalah ekspektorasi darah yang berasal dari
saluran pernafasan bagian bawah dengan jumlah minimal
hingga masif yang dapat membahayakan jiwa. Etiologi
hemoptisis seperti infeksi, neoplasma dan kelainan
kardiovaskular.
Hemoptisis atau batuk darah merupakan masalah kesehatan
yang berpotensi menyebabkan kematian karena sulit
diprediksi tingkat keparahan dan perkembangan
klinisnya.1,2 Hemoptisis dalam jumlah yang banyak
(masif) termasuk kegawatan medis yang harus
mendapatkan penanganan intensif dengan terapi yang tepat.
Selain dapat mengganggu kestabilan hemodinamik akibat
kehilangan darah dalam jumlah yang banyak, hemoptisis
masif juga dapat mengganggu pertukaran gas di alveoli dan
me-nimbulkan komplikasi asfiksia yang tinggi angka
mortalitasnya. Meskipun angka kejadian hemoptisis masif
39
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai individu,
keluarga atau komunitas yang merespon terhadap masalah kesehatan aktual
dan potensial atau proses kehidupan menurut (vaughans, 2013).
Menurut tarwoto & wartonah (2010), rumusan diagosa keperawatan
mengandung tiga komponen yaitu :
P : problem adalah pernyataan singkat yang menunjukan masalah aktual dan
resiko kesehatan.
E : etiologi adalah ungkapan singkat mengenai kemungkinan penyebab
resiko pada masalah aktual/ masalah resiko pasien.
S : sign/symthom adalah pernyataan khusus tentang perilaku reaksi pasien
sesuai dengan keadaan pasien terhadap masalah tindakan keperawatan dan
manajemennya.
Berdasarkan hasil analisa data pada kasus didapatkan beberapa diagnosa,
diagnosa keperawatan diagnosa yang jelas, singkat dan pasti tentangg masalah
pasien serta pengembangannya yang dapat dipecahkan atau diubah melalui
tindakan keperawatan.
41
dipalpasi tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas. berat badan
sebelum sakit 53 kg sedangkan saat sakit 49 kg.
Diagnosa keperawatan ini tidak mengancam jiwa namun
sangat mempengaruhi kebutuhan fisiologis pasien dan
mempenaruhi kesehatan pasien, sehingga penulis menjadikan
diagnosa ini menjadi prioritas masalah yang kedua.
2. Diagnosa yang ada pada teori namun tidak ada pada kasus
a. Gangguan komunikasi verbal b.d plica vocalis.
Kami tidak menegakan diagnosa ini meskipun pada kasus pasien
mengalami gangguan komunikasi dikarenakan nyeri yang
dirasakan, namun pada kasus sebenarnya pasien masih mampu
untuk berkomunikasi dan pada batasan karakteristik NANDA 2015
data pada kasus tidak memenuhi. Diagnosa ini biasa ditegakan
setelah pasien dilakukan tindakan trakeostomi (post OP
trakeostomi) karena pasien telah dilakukan pemasangan
trakeostomi tube dengan cara membuat saluran nafas pada bagian
tenggorokan sehingga pasien mengalami gangguan komunikasi.
3. Diagnosa yang tidak ada pada teori tetapi ada pada kasus
a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang minat belajar.
Defisiensi pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi
informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu, (herdman,
2015, dalam NANDA 2015-2017).
Diagnosa ini menjadi prioritas masalah yang terakhir karena
sesuai batasan karateristik yang ada pada Nanda (2015), didapatkan
data dari pengkajian kasus bahwa Klien mengatakan mulai
merokok sejak usia 20 tahun dan rata-rata menghabiskan 1
bungkus rokok mukosa bibir lembab dan tampak hitam, terdapat
caries gigi pada bagian kanan bawah, warna gigi kuning
kecoklatan.
44
C. PERENCANAAN
Perencanaan adalah suatu proses didalam pemecahan masalah yang
merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan,
bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan (dermawan, 2012).
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang
muncul, penentuan masalah ini disesuaikan dengan masalah yang harus
dengan prioritas kebutuhan dasar menurut maslow, tingkat kegawatan,
mengancam jiwa dan kesehatan.
Perencanaan diagnosa keperawatan sesuai proritas masalah adalah dalam
penetapan tujn dan kriteria evaluasi mengacu pada rumusan SMART (Spesifik,
Measureable, Achievable, Realitis, Time Limited). Dalam penyusunan
perencanaan keperawatan harus mencakup ONEC (Observasi, Nursing
Treatment, Edukation, Colaboration).
1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas B.D Obstruksi Jalan Napas
a. Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapakan Ketidakefektifan Bersihan jalan napas dapat teratasi
dengan kriteria hasil :
1) Frekuensi pernapasan ditingkatkan dari deviasi ringan ke
deviasi kisaran normal (0410)
2) Suara nafas tambahan ditingkatkan dari deviasi sedang dari
kisaran normal ke deviasi ringan dari kisaran normal (0410)
b. Rencana keperawatan
1) Intervensi yang ada pada teori dan ada pada kasus
Manajemen Jalan Napas (3140)
45
b. Rencana Keperawatan
1) Intervensi yang ada pada teori dan ada pada kasus
Manajemen Nyeri (1400)
a) Lakukan pengkajian secara komprehensif untuk
mengetahui penyebab nyeri, kualitas nyeri, bagian
atau letak nyeri, sekala nyeri, dan waktu nyeri.
b) Ajarkan teknik non farmakologi (teknik relaksasi
napas dalam) untuk mengurangi nyeri Teknik
relaksasi nafas dalam dapat menenangkan pasien
dan membuat pasien lebih rilex dan nyaman.
c) Dorong penggunaan teknik relaksasi napas dalam
Agar pasien termotivasi untuk dapat mengkontrol
nyeri secara mandiri.
d) Kelola pemberian analgesic sesuai rekomendasi
dokter Analgesic memiliki kamdungan zat yang
dapat mengurangi nyeri pada pasien.
2) Intervensi yang ada pada teori tetapi tidak ada pada
kasus
(tidak ada)
3) Intervensi yang tidak ada pada teori tetapi ada pada
kasus
(tidak ada)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker Laring adalah keganasan yang terjadi pada sel skuamosa
laring. Kanker laring merupakan keganasan yang sering terjadi pada
saluran nafas (Nugroho, 2012). Sedangkan Trakeostomi adalah pembuatan
lubang pada dinding anterior trakea untuk memintas jalan napas atas.
McClelland yang dikutip oleh Goldenberg menyatakan kata trakeostomi
berasal dari dua kata Yunani yang artinya memotong trakea (Nurdina,
2016).
Kanker laring biasa disebabkan Rokok, Alkohol, Sinar radio aktif,
Polusi udara, Radiasi leher dan asbestosis, Ada peningkatan resiko
terjadinya karsinoma laring pada pekerja-pekerja yang terpapar dengan
debu kayu, Selain itu, diduga virus juga berkaitan dengan kejadian kanker
laring, antara lain HPV, dan Eibstein Barr Virus. Tanda dan gejala yang
sering muncul pada kanker laring adalah Suara serak, Penurunan berat
badan dan status kelemahan umum, Kesulitan menelan, Obstruksi jalan
napas, pembengkakakn atau terdapat benjolan pada leher, neyri
tenggorokan, Batuk dan haemoptisis.
Diagnosa keperawatan secara teori yang biasa muncul adalah :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d obstruksi jalan napas
2. Nyeri akut b.d iritasi serabut saraf
3. Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d obstruksi lumen
esophagus
4. Gangguan komunikasi verbal b.d plica vocalis
Diagnosa keperawatan pada teori tidak selalu sama dengan
diagnosa keperawatan yang ada pada pasien, karena kasus atau keluhan
yang terjadi pada pasien yang satu dengan pasien lainnya bisa saja
berbeda. Dan ini adalah diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus,
yaitu :
52
DAFTAR PUSTAKA