Vous êtes sur la page 1sur 14

MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI’I

(Menyingkap Sisi Lain Kepenyairan Sang Imam)

Oleh: Abdul Mukti Thabrani


(Dosen Tetap Jurusan Syari’ah STAIN Pamekasan dan Direktur Elmouna Center, Pamekasan)

Abstrak:
Selain sebagai salah seorang imam besar pendiri mazhab fiqih dengan pengikut
yang tersebar di Asia Tenggara, sebagian Afrika dan Eropa, Imam Syafi’i juga
seorang sastrawan besar dan penyair ulung yang diakui kepakarannya dalam
bidang sastra Arab oleh para ahli bahasa (al-Lughawiyyûn). Bahkan, sebagian
mereka menyandingkan beliau sejajar dengan nama besar Labîd bin Rabî’ah,
pujangga besar Jahiliyyah yang syair-syairnya digantung di Ka’bah (al-
Mu’allaqât). Tulisan berikut mencoba menyingkap sisi lain dari kehidupan
beliau sebagai penyair dari perspektif kedalaman dan keindahan bahasa, serta
hikmah yang sudah menyatu dalam racikan bait-bait syairnya.

Kata kunci :
Imam Syafi’i, Syair, Sastra.

Penetrasi Walaupun jelas hal ini tidak menutup


Dari sekian banyak fuqaha’, lebih mata terhadap keberadaan para ahli
spesifik lagi para imam mazhab, hanya
Imam Syafi’i yang dikenal sebagai khalifah Ali bin Abi Thalib dan diberi komentar
sastrawan dan penyair yang menjadi berikut syarah (keterangan) oleh Syekh
Muhammad Abduh yang banyak menimbulkan
rujukan penting dunia sastra (Arab).1 polemik terutama dalam hal tuduhan tasyayyu’
atau afiliasi mazhab syi’ah. Walaupun demikian,
1
Bukti konkret dalam hal ini adalah menurut Abduh, Ali bin Abi Thalib tetap dikenang
ontologi puisi sang Imam yang sampai sekarang sebagai pahlawan peletak dasar ilmu (gramatika)
masih menjadi magnet tersendiri bagi para bahasa Arab dan peletak dasar bangunan nahwu
pencinta syair Arab atau puisi. Kumpulan syair sharaf yang kemudian diteruskan oleh murid-
yang bertajuk “Dîwân al-Syafi'i” setiap tahun terus muridnya yang terkenal seperti Abul Aswad al-
mengalami cetak ulang dan mengundang Duali yang kemudian melahirkan pakar-pakar
berbagai pakar untuk memberikan komentar, bahasa semacam Sibawaihi dan Khalil bin Ahmad
syarah dan pengantar. Kepopuleran dîwân ini al-Farahidi. Dalam hal ini, jelas Imam Ali lebih
mengalahkan “dîwân Ali bin Abi Thalib” yang menonjol dari Imam Syafi’i walaupun dîwân-nya
tentu saja muncul jauh sebelumnya. Namun tidak sepopuler ontologi Syafi’i. Selanjutnya, baca
sebagian pakar sastra menyangsikan validitas Dîwân al-Syafi'i (editor: Muhammad Abdul Mun’im
nisbat ontologi Ali bin Abi Thalib karena walaupun Khafaji, Maktabah al-Ma’arif, Riyadh, 1986), h. 5,
secara historis mendahului Syafi’i, namun Dîwân Ali bin Abi Thalib, (editor: Yusuf Farhat,
pengumpulannya terkait dengan bayang-bayang Dâr al-Kitâb al-'Arabi, Beirut, 1998), Nahj al-
kitab Nahj al-Balâghah yang dihimpun dari Balâghah, (editor: Syekh Muhammad Abduh, Dâr
berbagai pidato yang pernah dilontarkan oleh al-Kutub al-'Ilmiah, Beirut, 1990).
MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

fiqih lainnya yang memiliki Pencari ilmu (thâlib al-‘ilm) di


kecenderungan yang sama, namun masa lalu –sepanjang pengamatan
ketika dibandingkan dengan nama al- penulis– tidak sama dengan pelajar dan
Syafi’i, maka tingkat kepenyairan mahasiswa di masa kini yang telah
mereka menjadi tidak begitu berarti dimanjakan oleh berbagai fasilitas dan
dibawah bayang-bayang kebesaran, kemudahan sarana. Di masa salafus
kefasihan dan kepakaran sang Imam. shaleh para mahasiswa terbiasa dengan
Menurut pengakuan al-Syafi’i sendiri, lingkungan yang “keras” dalam mencari
dan ini bukan sekedar isapan jempol ilmu. Kekerasan yang dimaksud bukan
karena diamini oleh semua pakar bersinggungan dengan dimensi
bahasa, seandainya tidak sibuk dengan kehidupan yang memang dari dulu tetap
ilmu fiqih, sudah barang tentu ia bisa akan menampakkan dinamika sesuai
2
mengalahkan Labid bin Rabi’ah , sang dengan kondisi geografis dan sosio
3
penyair legendaris Jahiliyyah. kultural sebuah komunitas penduduk,
namun pada tataran penciptaan dan
2
Labîd bin Rabî’ah al-Amiri dari suku penataan lingkungan belajar yang
Hawazin, seorang penyair Jahiliyyah yang pada membuat sebuah habitat terjerat untuk
akhir hayatnya masih bisa menerima hidayah
Islam. Kemudia hijrah ke Madinah dan pada
selalu bersaing secara sehat untuk
masa pemerintahan Umar bin Khattab, pindah ke mencari dan menghimpun ilmu
Basrah. Di akhir masa pemerintahan Ali bin Abi
sebanyak-banyaknya ( dengan cara
Thalib, ia pindah lagi ke Kufah dan meninggal
dunia di sana pada tahun 41 H atau 662 M. menulis dan menghafal ) sampai
Selanjutnya, baca Abul Faraj al-Asfahani, al- mencapai derajat dan gelar sebagai
Aghânî, Vol 15, (Cairo, Dâr al-Salâm, tt), h. 291,
Dr.Yasin al-Ayyubi, Syarh al-Mu’allaqat al-'Asyr, “imam”. Kondisi yang sangat maju ini
(Beirut: 'Alam al-Kutub, 1995), h. 165. kemudian dimunculkan sebagai sebuah
3
Memang tidak berlebihan apa yang
budaya teks atau hafalan oleh Barat dan
dikatakannya :
‫اليوم أَ ْش َع َر ِمنْ لَ ِب ْي ِد‬
َ ُ‫ لَكُنْت‬: ‫الشعر بالعُلماء ي ُْز ِرى‬
ُ َ‫َو لَو ال‬ para orientalisnya sehingga timbul kesan
Seandainya syair tidak mengecilkan arti bahwa budaya Islam itu hafalan, kaku
seorang ulama’, sudah barang tentu aku kini lebih
hebat ( dalam hal syair ) dari Labid bin Rabi’ah. dan stagnan. Jelas ini sebuah
Dalam pandangan Musthafa al-Syak’ah, pemutarbalikan fakta yang sangat
pemikiran al-Syafi’i yang begitu kuat dalam
berbagai bidang ilmu, termasuk di dalamnya fiqih
mengganggu “stabilitas keilmuan
sebagai komandan, telah membuat jubah tradisional”.
kebesaran tersendiri yang berhias hikmah
Kaitannya dengan sastra al-
sebagai buah dari integrasi keilmuan yang
konprehensif dalam berbagai bidang kajian Syafi’i, dimensi hafalan dan kekuatan
keagamaan dan hukum islam. Sehingga “jubah” memori memang menjadi ujung tombak
ilmiah tersebut mengalahkan kebesaran jubah
sastra yang selama ini – bahkan sejak muda – transmisi keilmuan bagi masyarakat
ditekuninya. Lalu timbullah dengan sendirinya
berbagai qawaafi syair yang bertendensi luas dan namanya sebagai penyair “pilih tanding”.
berspektrum hikmah, yang kemudian Selanjutnya, baca Dr. Mustafa al-Syak’ah, Islâm
dikumpulkan oleh murid-muridnya sebagai bentuk Bilâ Mazâhib, (Cairo: Dâr al-Mishriyyah, 2005), h.
ontologi puisi yang kemudian melambungkan 401.

202 OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

arab yang pada gilirannya membawa sebuah suku badui dekat Makkah yang
implikasi renaisanse dan aufklarung bagi terkenal sebagai kampung sastra.
dunia Barat atau Eropa. Seharusnya ini
dicatat sebagai sebuah keunggulan dan Sketsa biografis
kecemerlangan dan bukan sebaliknya. Nama lengkapnya Muhammad
Habitat semacam inilah yang membuat bin Idris. Jika dirunut ke atas, silsilah
anak-anak mereka mampu menghafal nasabnya adalah sebagai berikut :
al-Quran di usia dini, sebagaimana al- Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin
Syafi’i yang sudah menuntaskannya Usman bin Syafi’ bin al-Sa’ib bin Ubaid
4
dalam usia tujuh tahun. Pada usia yang bin abd Yazid bin Hasyim bin Abdi
dini pula, ia mampu menghafal syair- Manaf al-Qurasyi. Lahir di Gazzah,5
syair klan Huzdail ( suku yang Palestina pada tahun 150 H, tahun
ditinggalinya ketika hidup di Makkah dimana Abu Hanifah wafat. Al-Syafi’i
selama sepuluh tahun ) lebih dari adalah nisbat kepada kakeknya yang
sepuluh ribu bait, sebagaimana ketiga. Walaupun kemudian nisbat ini
pengakuannya sendiri. Sisi lebih populer dari namanya sendiri.
kepenyairannya ini yang akan ditelisik Garis yang menghubungkannya dengan
lebih jauh dalam tulisan berikut, dengan Nabi Saw sebagai sesama keturunan
mengambil titik poin keindahan dan Quraisy ada pada Abdu Manaf, kakek
kedalaman bahasa sebagai buah dari ketiga Nabi Saw. Syafi’i kecil tidak
pergulatannya dengan dunia puisi melewati masa kanaknya dengan
selama bertahun-tahun dalam sebuah bahagia sebagaimana sebayanya,
komunitas arab yang masih fresh dan karena pada usia dua tahun, ayahnya
steril dari akulturasi budaya, yaitu meninggal. Karena keteguhan dan
keinginan yang begitu kuat dari ibunya
untuk menjadikannya sebagai orang
4
yang berilmu, lalu ia diboyong ke
Beberapa referensi sejarah mencatat,
al-Syafi’i hafal al-quran dalam usia yang sangat Makkah, tempat kerabat dan sanak
muda, ketika berumur tujuh tahun. Anak-anak saudara. Di sanalah Syafi’i kecil
seusianya juga kurang lebih sama, banyak yang
menghafalnya ketika usia mereka ada pada
menghirup udara bersih dan lingkungan
rentang waktu 9 – 15 tahun. Kebiasaan ini bahasa yang fasih. Dalam hal ini, tidak
berlaku turun temurun sampai sekarang di Timur
ada keraguan bahwa program matang
Tengah terutama pada suku Syanqit di Mauritania
yang dikenal sebagai ashâbul mutun, karena
kekuatan hafalan mereka pada al-quran, hadits,
5
syair-syair dan teks lainnya. Sudah barang tentu Sekarang dikenal sebagai jalur gaza.
ini adalah budaya langka yang harus terus Sebuah kota pantai yang indah dan subuh yang
dilestarikan sebagai warisan emas masa terletak di bagian barat Palestina. Daerah ini
keemasan Islam yang sekarang sudah hampir sekarang dikuasai kaum Zionis Israel. Untuk lebih
mengalami pemudaran di semua lini dan sektor jelas, baca Yaqut al-Hamawi, Mu’jam al-Buldân,
kehidupan baik dalam pentas regional maupun (Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-‘Arabi, 1997), vol. 3,
internasional. h. 370.

OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006 203


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

sang ibu untuk memberikan pendidikan bertanya : siapa ahli fiqih yang bisa
terbaik bagi anaknya dengan memuaskan dahagaku? Ia menunjukiku
memberikan interaksi langsung di Imam Malik bin Anas. Hatiku terpikat
lingkungan yang bersih, fasih dan asli olehnya dan aku meminjam dari
sebagai modal dasar yang sangat temanku kitab muwattha’ karangan
berharga dan sangat menentukan kiprah Imam Malik dan aku mampu
dan kepiawaian sang Imam kelak di menghafalnya dalam 9 hari. Lalu
kemudia hari. Apalagi reputasi suku tekadku bulat untuk pergi ke Madinah
Hudzail sebagai bî’ah dzu ashalah menemuinya dan berguru kepadanya.
(original community) sudah tidak Berbekal surat rekomendasi dari wali
diragukan lagi. atau gubernur Makkah aku berangkat ke
Syafi’i kecil yang hidup serba Madinah dan sesampainya di sana
kekurangan dan dalam keadaan yatim, kusampaikan surat tersebut ke gubernur
menceritakan sendiri masa kecilnya,“ Madinah sambil berharap ia bisa
ketika umur empat tahun, aku mulai mengantarkan aku ke tempat Imam
tekun belajar al-Quran dan Malik di daerah wadi aqiq (sekarang
menghafalnya. Setiap pulang dari tempat itu sudah menjadi bagian dari
6
kuttab aku mencari sisa-sisa Universitas Islam Madinah). Ia berkata
lempengan kayu, kulit kambing, pelepah kepadaku,” kau suruh aku ke Makkah
korma untuk menulis apa yang telah tanpa alas kaki, lebih ringan bagiku
kupelajari dari syekh baik al-quran atau daripada aku menemui Imam Malik
hadits. Aku tinggal di kampung Hudzail untuk memberikan rekomendasi ini.” Aku
selama 17 tahun belajar bahasa, sastra, berkata dalam hati: sebegitu hebat
etika, dan sejarah ( ayyam al-‘arab ). wibawa sang Imam sehingga
Setelah merasa cukup aku pulang ke gubernurnya seperti ini. Namun akhirnya
Makkah dan mulai menulis puisi ( syair ) aku berhasil memaksanya untuk
dan sejarah arab. Sampai suatu ketika bersamaku menemui Imam Malik. Dan
aku bertemu dengan seseorang dari benarlah perasaanku, begitu kami
kalangan bani Zubair, yang memasuki pekarangan rumahnya, yang
menasehatiku, seandainya aku keluar adalah pembantunya. Sang
memadukan sastra dengan fiqih, maka gubernur berkata kepadanya” tolong
aku akan memimpin generasi sampaikan pada Imam bahwa saya ada
mendatang. Aku mulai tertarik dan di sini”. Agak lama kami menunggu, lalu
keluarlah pembantu itu dan berkata,”
6
Semacam surau atau langgar tempat salam dari maulaya (tuanku) jika
anak-anak belajar al-quran dan ilmu-ilmu agama maksud anda ingin bertanya sesuatu,
di bawah bimbingan seorang guru atau syekh. Di
hendaklah ditulis pada secarik kertas,
masjid-masjid besar ( jamik ), kuttab terdiri dari
halaqoh-halaqoh atau lingkaran yang dipimpin dan jika ingin mengaji, tunggulah sampai
seorang syekh. tiba waktunya.” Tolong katakan kepada

204 OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

Imam bahwa kami ingin menyampaikan motivasi pengembaraan mencari ilmu


surat dari gubernur Makkah.” Setelah akan dikupas kemudian), al-Syafi’i
agak lama barulah sang Imam keluar melanjutkan pengembaraannya ke
dan kami bisa merasakan getaran Yaman dan menetap di sana untuk
kewibawaanya dan ketenangannya yang beberapa lama. Di wilayah itu namanya
luar biasa. Setelah membaca surat mulai dikenal dan populer sebagai mufti
tersebut beliau marah sambil berkata, “ walaupun umurnya masih muda. Sampai
Subhanallah! sejak kapan ilmu rasulullah kemudian datang musibah yang
Saw harus (didapat) menggunakan surat membawanya sampai ke Baghdad,
rekomendasi?” dan aku melihat dengan menghadap khalifah Harun al-Rasyid
jelas sang gubernur gemetar ketakutan dalam keadaan diborgol akibat fitnah
lalu kuberanikan diri untuk berbicara. “ yang dituduhkan wali ( gubernur )
semoga Allah memberikan kebaikan Yaman yang tidak senang dengan
9
kepada anda. Saya adalah dari ketenaran sang mufti muda . Tidak
kalangan Mutthalibi…begini…begini..
(aku ceritakan maksud kedatanganku 9
Kebencian gubernur Yaman kepada al-
dan latar belakangku dari awal sampai Syafi’i terutama sekali disebabkan oleh
keberanian amar ma’ruf nahi maunkar yang
akhir). Setelah melihat sejenak ke dijalankannya, walaupun hal tersebut menyentuh
arahku dan memperhatikanku dengan wilayah aparatur negara. Ditambah lagi pendapat
Syafi’I yang notabene kontroversial untuk masa
seksama, Imam yang terkenal punya
itu dalam hal imamah, yaitu kecintaannya yang
firasat itu berkata dengan tenang,” siapa mendalam kepada ahlul bait ( keluarga dekat nabi
namamu” aku jawab,”Muhammad”. ) yang menurutnya dalam posisi mazdlum atau
tertindas secara politis dan kultural. Sejak
Beliau berkata “wahai Muhammad, peristiwa taslim Hasan bin Ali dan peristiwa
takutlah kamu kepada Allah dan Kerbala yang menewaskan puluhan keluarga
Husein bin Ali, posisi ahlul bait memang
hindarilah maksiat, karena aku melihat
mengenaskan walaupun dunia tahu posisi
sesuatu dalam dirimu bahwa kelak mereka sebagai anak cucu Nabi Saw. Kekuasaan
engkau akan menjadi orang besar.”7 Bani Umayyah yang berkuasa sampai tahun 132
H dan kemudian dilanjutkan ( dirampas ) oleh
Sejak saat itu Muhammad bin Bani Abbas semuanya tidak memberikan ruang
Idris menjadi murid kesayangan Malik gerak yang baik kepada ahlul bait, terutama
‘alawiyyin. Al-Syafi’i dituduh bersekongkol dengan
dan menetap di perguruannya sampai Alawiyyin untuk mengkudeta gubernur Yaman,
Imam Malik meninggal pada tahun 179 dan bersama sembilan Alawiyyin ia dibawa ke
Baghdad menghadap Harun al-Rasyid untuk
H.8 Sepeninggal Imam Malik, sebagai
dipenggal kepalanya. Pada hari ekskusi, sembilan
seorang pemuda enerjik yang senang orang tersebut dihukum mati. Dan ketika tiba
mengembara (bait-bait syairnya tentang giliran Syafi’i, Muhammad ibn al-Hasan ( imam
fiqih mazhab Hanafi ) yang waktu itu ada dalam
majlis khalifah, memperingatkan khalifah akan
7
Yaqut al-Hamawi, Mu’jam al-Udabâ’ kefasihan dan retorika Syafi’I, dan terjadilah
(Cairo: Dâr al-Salâm, tt. ), vol 17, h. 284. dialog antara khalifah dan Syafi’i sebagai berikut :
8
Ibnu Khalikan, Wafayat al-A’yân, Syafi’i : sebentar yang mulia, saya datang kesini
(Beirut: Dâr al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1980), vol 3, h. dalam posisi dipanggil dan anda
305. dalam posisi pemanggil.

OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006 205


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

tenang merasakan hidup seperti itu, akhirnya al-Syafi’i pindah ke Baghdad


dan menetap di sana selama beberapa
tahun10. Di kota yang terkenal sebagai
Baginda berkuasa atas saya dan saya
tidak berkuasa atas baginda. Apa gudang ilmu dan pusat ulama’ ini lagi-
pendapat baginda tentang dua orang lagi kepopulerannya sebagai imam fiqih
yang satu menganggap yang lain
budak, dan yang satu lagi
yang moderat, yang mengkomparasikan
menganggap yang lain saudara, mana antara rasionalitas Abu Hanifah dan
yang lebih anda suka?
tekstualitas Imam Malik, tidak bisa
Harun : Yang menganggap saudaranya.
Syafi’i : Itulah anda wahai amirul mukminin. dibendung. Ratusan murid berdatangan
Harun : Kenapa begitu ? dan menimba ilmu. Sementara para
Syafi’i : Anda adalah anak cucu Abbas yang
menganggap kami ( bani Abdi Manaf ) ulama lain memberikan kesaksian atas
saudara kedalaman ilmu dan kepakarannya
Harun : (terlihat senang dan duduk dengan
dalam bidang fiqih.
santai) Ibnu Idris ! apa pendapatmu
tentang al-Quran? Di antara muridnya yang terkenal
Syafi’i : Segi mana yang tuanku maksud? adalah Imam Ahmad bin Hambal (w. 241
Kalau dari segi hafalan, maka saya
telah menghafalnya luar kepala dan H), pendiri mazhab Hambali yang
tahu dengan detil mana waqf nya dan menjadi rujukan utama kaum salaf dan
mana ibtida’nya, mana yang nasikh
dan yang mansukh, yang turun di
sederet nama-nama besar lainnya
malam hari dan siang hari, yang ‘aam seperti al-Muzani, al-Buwaithi, Rabi’ ibn
maupun yang khaas.
Sulaiman al-Muradi, dan segudang
Harun : Sejauh mana pengetahuan anda
tentang bintang ( astronomi ) ? lainnya. Di akhir tahun 200 an H ia
Syafi’i : Saya mengetahui seluk beluknya mulai pindah lagi ke Mesir dan menetap di
dari yang barri, bahri, sahli, jabali,
failaqi, mushobbah dan apapun yang Kairo, tepatnya mengajar sebagai maha
tuanku inginkan. guru di masjid jamik ( universitas )
Harun : Kalau begitu, sejauh mana anda
Fustath atau lebih dikenal dengan Jamik
mengetahui tentang ilmu ansâb al-
arab? ‘Amru bin al-‘Ash. Kedalaman ilmu fiqih
Syafi’i : Saya mengetahui dengan pasti nasab yang dimilikinya, ditambah ketajaman
mereka, nasab tuanku dan nasab
saya sendiri dan seluruh nasab para berpikirnya yang cemerlang,
bangsawan arab.
Harun : Adakah sedikit nasehat dari anda
10
untuk saya ? Kumpulan pendapatnya semasa ia
Syafi’i : (memberikan nasehat sebagaimana tinggal di Baghdad kemudian dikenal dengan
nasehat Thawuus al-Yamani) sampai khalifah Qawl Qadim atau mazhab lama, sementara
menangis tersedu-sedu. Lalu di akhir majlis, kumpulan pendapatnya ketika bermukim di Kairo
memberikan hadiah sebanyak 50 ribu dirham. disebut Qawl Jadid. Tentu saja yang terakhir ini
Namun belum sampai aku di pintu gerbang luar yang dijadikan sandaran syafi’iyyah sampai
istana, uang itu telah kubagikan habis kepada sekarang. Hal ini juga mengisyaratkan satu hal
para penjaga istana dan pegawai rendah." Baca pasti bahwa pemikiran selalu berkembang sesuai
Muhammad Ahmad al-Abbadi, Thabaqât al- dengan sebab musabab, latar belakang, kondisi,
Syâfi’iyyah (Leiden Univ press, Leiden, tt.), h. 17, setting sosio-kultural dan sebagainya. Begitu
Muhammad Abdul Mun’im Khafaji, Pengantar halnya dengan ijtihad. Selanjutnya baca Wahbah
dîwân al-Syafi’I, (Cairo: Maktabah al-Ma’arif, Zuhaili, al-Fiqh al-Islamî wa Adillatuhû, (Beirut:
1986), h. 9. Dâr el-Fikr, 2000), vol 1, h. 14.

206 OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

menghasilkan sesuatu yang pentingnya adalah semangatnya yang


mengekalkan namanya sebagai perintis membara untuk selalu menggali,
dan peletak dasar-dasar (teori) fiqih mengkaji, menghafal, menulis dan
yang kemudian dikenal dengan ushul memikirkan kejayaan ummat.
fiqh. Teori-teori dasar tersebut
dirumuskannya dalam sebuah buku Meracik fiqih dalam adonan syair
yang terkenal “ al-risalah”, sebagi kitab Pergulatan Syafi’i dengan syair
pertama di bidangnya. Tidak heran jika atau puisi dimulai sejak belia ketika
kemudian pujian dari para ulama menghirup udara suku Huzdail dan
dialamatkan kepadanya dengan nada menyatu dalam kehidupan mereka.
hiperbolis yang, menurut hemat penulis, Sebagaimana diakuinya sendiri, dalam
wajar-wajar saja mengingat jasa paten usia semuda itu ia telah hafal sepuluh
ini sangat besar artinya bagi metodologi ribu bait syair dari bani Huzdail ditambah
istimbath hukum Islam sepanjang ratusan lainnya dari suku-suku
sejarah masa lalu, kini dan esok. sekitarnya dan sejarah Arab secara
Semangatnya untuk berkarya umum. Hal ini diakui oleh al-Ashmu’i,
dan mentransfer ilmunya pada umat seorang pakar bahasa arab yang
tidak berhenti sampai maut menjadi rujukan penting ilmu nahwu dan
menjemputnya pada 29 Rajab tahun 204 sharf, bahwa ia pun belajar dari Syafi’i
11
H. Peninggalannya tidak hanya kitab tentang syair-syair suku Huzdail. Bahkan
al-Risalah, tapi segudang kitab rujukan lebih jauh menurut al-Suyuthi, waktu itu
penting lainnya sebagai khazanah ilmu- Syafi’i masih sangat muda dan al-
ilmu Islam seperti ; al-hujjah, ahkam al- Ashmu’i sudah tua, dan tidak hanya
quran, ibthalul istihsan, ikhtilaful hadist, syair suku Huzdail tapi juga syair-syair
al-radd ‘ala muhammad ibn al-hasan, lainnya12. Kehebatan ini juga memancing
sirah al-auza’i, khilaf ibn ‘abbas, al- Ibnu Hisyam, pakar nahwu kenamaan
musnad, al-umm (yang dihimpun dan asal Mesir, yang mengatakan bahwa
ditulis oleh muridnya, al-Buwaithi). Dan pendapat Syafi’i dalam bahasa dan satra
tentu saja warisan yang tak kalah adalah hujjah.
Lepas dari itu semua, syair-syair
11
Sebagian riwayat menyebutkan bahwa Syafi’i sangat sederhana dalam bahasa
ia wafat dalam usia muda ( 54 tahun ) karena
dan ungkapan, tidak berbelit atau
disebabkan penyakit yang dideritanya karena
disiksa oleh gubernur Yaman. Penyakit yang muja’ad serta ringkas. Sehingga mudah
berupa wasir atau ambeien itu terus untuk dihafal karena bersinggungan
menggerogoti tubuhnya sampai ia pindah ke
Mesir. Bisa jadi hal ini benar, mengingat aktivitas dengan tema yang selalu aktual untuk
menulis dan mengajarnya yang tinggi dan ukuran jamannya. Hal ini berbeda
berkesinambungan. Ia biasa berdiskusi sampai
dengan para pendahulunya dari
larut malam dengan para pakar dari berbagai
disiplin ilmu, mulai dari fiqih, bahasa, logika, tafsir,
12
hadist dan sebagainya. (diwan, hal 21 ). Lihat Mu’jam Al-Udabâ’, vol 17, h. 370.

OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006 207


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

‫وآل ُم َهلَّب‬
َ :‫ث‬ ٍ ‫وأَ ْشجع ِِف الْو َغى من كل لَي‬
ْ ّ
kalangan penyair jahiliyyah yang dikenal
َ َ
ِ ‫و ب ِِن ي ِز‬
akrobatik dalam menggunakan bahasa
yang sulit dan jarang digunakan orang ‫يد‬ َ َ
ِ
‫ت النّاس‬ ُ ‫ َحسْب‬: ‫الرمح ِن َرّب‬
َّ ُ‫و لو ال خشية‬
kebanyakan, seperti yang kita temukan
dalam syair Imru’ul Qais al-Kindi
maupun Labid ibn Rabi’ah. Penguasaan ‫كلَّهم َعبِْي ِدى‬
kosa kata yang baik, tidak membuatnya
bermain-main dengan kalimat, namun Andai puisi tidak mengerdilkan arti
keulamaan, maka hari ini syairku lebih
malah meraciknya dengan kedalaman hebat dari Labid
fiqih sehingga menghasilkan hikmah Pasti melebihi keberanian yang lebih
yang gampang diingat, mudah dahsyat daripada singa dalam perang,
keluarga Muhallab dan Bani Yazid 13
diucapkan serta tidak menimbulkan Andai pula tidak takut pada Tuhan
kebosanan karena syairnya dikenal ijaz Tentu kuanggap semua orang sebagai
suruhan
atau ringkas.
Ittijah atau kecenderungannya Dan tentang penguasaannya
dalam mengungkapkan syair juga yang mumpuni terhadap corak dan
selaras dengan jiwanya sebagai seorang ragam syair, ia mengungkapkannya
faqih yang menguasai logika dan dalam bait-bait berikut :
‫َو َعلَ َّي‬ : ‫ود ُّره‬
ُ ‫اقيت ال َقريض‬ ُ ‫عندى يو‬
manthiq. Sebagian besar syairnya
bercorak hamasah (spirit), fadhail dan
hikmah. Walaupun tentu ada juga yang ‫تاجه‬
ُ ‫إكليل الْ َكالَم و‬
ُ
bercorak gazl (romantisme) maupun
fakhr (patriotisme dan egoisme). ‫ف ِف‬
ّ ‫ َويَ ُر‬: ‫أزهاره‬
ُ ‫الربَا‬ ُّ ‫ض‬ِ ‫تُ ْرِب على َرْو‬
‫باجه‬ ِ َ ‫نَادى الن‬
ُ ْ‫َّدى دي‬
Penguasaannya terhadap corak dan
jenis-jenis syair, tentu saja tidak
َ
menafikan kecintaannya terhadap ‫عر‬
ُ ‫الش‬
ّ ‫و‬ : ‫َس َو ُد َسالِخ‬ ِ
ْ ‫َّاعر املَنْطْي ُق أ‬
ُ ‫والش‬
bentuk-bentuk lain dari yang biasa ia
gubah, namun sebagaimana
‫اجه‬
ُ َ‫وَم‬ َ ‫منه لُعابُه‬
‫ولقد‬ : ‫ضل‬ ِ ‫وعداوةُ الشُّعراء داء مع‬
dikemukakan di awal, ia tidak
ُْ ََ
mencurahkan hidupnya untuk puisi.
‫الجه‬ ِ
Walaupun seandainya hal itu ia lakukan, ُ ‫يَ ُه ْو ُن على الكرمي ع‬
tentu saja ia akan ditahbiskan sebagai
Semua yaqut dan mutiara kepenyairan
penyair terbaik produk jamannya. telah ku rengkuh
Secara jantan ia mengakui hal ini dalam Di genggamanku segala corong dan
mahkota ungkapan
sebuah puisinya yang terkenal:
Bunganya serupa taman yang menjadi
teduh
‫اليوم‬
َ ‫ت‬ ُ ‫ لَ ُكْن‬: ‫بالعلماء يُْزِرى‬
ُ ‫الشعر‬
ُ َ‫َو لَو ال‬
‫أَ ْش َعَر ِم ْن لَبِْي ِد‬
13
Suku-suku yang terkenal jago perang
dan selalu memenangkan pertempuran.

208 OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

Selendangnya
menjadi riuh
menjelma kumpulan
: ‫ت نَ ْف ِسي فلِلّ ِه َد ُّرها‬ ِ
ْ ‫فَِإ ْن تَل َف‬
ِ
ْ ‫وإِ ْن َسل َم‬
Seorang penyair ( mestilah ) berpikir
tajam ‫ت كان الرجوعُ قريبًا‬
Syairnya menyatu dalam ludah dan air
liur yang menghantam
Memusuhinya akan sangat menyakitkan Kan kuarungi luasnya negeri hingga ku
Walau kadang orang mulia bisa gapai cita, atau ku mati
menyembuhkan Jika ku mati, maka Allah lah tempat aku
berpulang
Jika selamat, aku kan pulang sebentar
Kumpulan syairnya yang bertajuk lagi
dîwân al-syafi’I memuat 385 bait syair
ِ ِ ِ ِ
dalam berbagai corak, qawafi, dan ‫ب‬
ْ ‫َوانْص‬ : ُ‫عمن تُفا ِرقُه‬ ّ ‫ضا‬ ً ‫َساف ْر ََت ْد ع َو‬
wazan atau ritme yang berbeda.
‫ب‬ ِ‫ص‬ َ ّ‫ش ِف الن‬ ِ ‫العْي‬
َ ‫فإ ّن لذي َذ‬
Dari jumlah itu, yang terbanyak
adalah tentang ilmu, dan segala sesuatu َ ‫ إِ ْن َس‬: ُ‫وقوف املاء يُ ْف ِس ُده‬
‫ال‬ َ ‫أيت‬ ُ ‫إِ ّّن ر‬
yang berhubungan dengannya, seperti
‫ب‬ِ ‫طاب وإ ْن ََلْ ََْي ِر ََلْ يَ ِط‬
َ
anjuran untuk mencarinya, syarat-syarat
pokok pencari ilmu, dan keutamaannya. : ‫ت‬ ْ ‫الغاب ما افْ تَ َر َس‬ ِ ‫اق‬ ُ ‫ُس ُد لو الَ فِر‬ ْ ‫واأل‬
‫ب‬ِ‫ص‬ ِ ُ‫اق الْ َقو ِس ََل ت‬
ْ ْ ُ ‫الس ْه ُم لو ال فر‬ ّ ‫و‬
Ia sangat menganjurkan pelajar
dan mahasiswa untuk tidak puas dalam
: ً‫ك دائمة‬ ِ ‫ت ِِف الْ ُفْل‬ ْ ‫َّمس لو َوقَ َف‬
mencari ilmu, bahkan sebisa mungkin
ُ ‫والش‬
melakukan rihlah atau perjalanan (
‫ب‬ ِ ‫لَملَّهُ الناس ِِف عج ٍم وِمن َعر‬
berkelana ) untuk menambah wawasan َ ْ َ َ
‫الع ْو ُد ِِف‬ ِ ِِ ِ ِ
dan memperdalam ilmu. Hal ini tidak ُ ‫ و‬: ‫والتّْب ُر كالت ُّْرب ُمْل ًقى ِِف أماكنه‬
‫ب‬ِ َ‫اْلَط‬ْ ‫أ َْر ِض ِه نَ ْوع ِم َن‬
lepas dari pengalaman pribadinya
sebagai seorang pengembara yang
berkelana mencari dan menimba ilmu
Mengembaralah, maka kan kau temukan
mulai dari Madinah, Makkah, Yaman, pengganti dari mereka yang kau tinggal
Baghdad dan Mesir. Ia merasakan profit Bekerjalah dengan keras, karena
sesungguhnya kelezatan hidup ada
dan spirit luar biasa dari perjalanan ini. dalam kerja keras
Ditambah susana dinamis yang selalu Aku melihat air yang diam merusak diri
Jika mengalir menjadi baik, dan jika
berganti-ganti sesuai dengan kondisi diam menjadi rusak
geografis dan demografisnya. Syair- Singa yang lepas dari hutan akan buas;
syairnya dalam hal ini bisa kita lihat Panah tak kena, jika tak lepas dari busur
Jika matahari tiada bergerak di
dalam bait berikut : cakrawala, maka semua orang akan
bosan
: ‫وع ْر ِضها‬ ِ
َ ‫رب ِف طول البالد‬ ُ ‫َض‬ ْ ‫سأ‬
Begitu halnya biji logam akan dikira
pasir biasa

‫أموت َغ ِريْبًا‬ ِ ُ َ‫أَن‬ Gaharu disangka kayu bakar, jika tak


ُ ‫ال ُمَرادى أم‬ dipisahkan

OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006 209


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

Ia menganggap pengembaraan Kecerdasan otak, Tekad, Kesungguhan,


Bekal, Bimbingan guru dan waktu luang.
dalam mencari ilmu sebagai upaya
menemukan posisi puncak dalam Dalam hal etika dan moral
kehidupan ini. Sebagai proses mencari pelajar, ia lebih menitikberatkan pada
identitas dan jati diri menuju maqom kesabaran dan sikap pantang menyerah
yang sangat tinggi (thalabul ‘ulâ) : yang harus dimiliki agar fokus utama

ِ
tidak terpecah. Satu hal lagi yang tidak
: ‫العلَى‬
ُ ‫ب عن األ َْوطان ِف طلب‬ ْ ‫تَغََّر‬ kalah pentingnya, adab dan sopan
‫س فَوائِ ِد‬ ِ ْ ‫وسافِْر فَِفى‬
ُ َْ‫األسفار َخ‬
santun terhadap guru dan pembimbing

‫ساب َمعِْي َش ٍة‬ ِ hendaklah dikedepankan supaya nilai


: ُ ‫تَ َف ُّر ُج َه ٍّم َوا ْكت‬ hubungan psikologis keduanya berimbas
‫ماج ِد‬ِ ُ‫و ِعْلم وآداب وصحبة‬
َْ ُ َ
pada harapan dan doa guru bagi
kemajuan dan keberhasilan pelajar dan
Menjauhlah dari tanah airmu dalam mahasiswa itu sendiri:
mencari kemuliaan dan pangkat yang
‫فِإ ّن‬ : ‫اْلََفا من ُم َعلِّ ِم‬ ْ ‫اصِ ِْب على ُمِّر‬
tinggi
Pergilah, karena perjalanan itu akan ْ
‫رسوب العل ِم ِف نَ َفَراتِِه‬
membawa lima guna :
Pelipur lara, penghidupan, ilmu, etika
dan teman sejati
َ
‫ع ذُ ّل‬
َ ‫ََتََّر‬ : ً‫ومن ََلْ يَ ُذ ْق ُمَّر التعلّم ساعة‬
‫ا ْْلَ ْه ِل طُْو َل َحياتِه‬
Selanjutnya dalam bait yang lain
ia mematok enam syarat yang harus
dipenuhi oleh pencari ilmu jika ingin ِ
‫فكِب عليه‬
ّْ : ِ‫ت َشبابِه‬ َ ْ‫التعليم َوق‬
ُ ‫ومن فاته‬
ِ‫أربعا لِوفاتِه‬
berhasil dan sukses menggapai ilmu
yang diciptakannya sesuai dengan َ ً
harapan dan asas manfa’at dari ilmu
ْ‫إذا ََل‬ : ‫فَت وهللاِ بالعل ِم والتُّ َقى‬ َ ْ‫َحياةُ ال‬
tersebut bagi proses transmisi
selanjutnya pada orang lain dan ‫بارلِذاتِِه‬ِ
َ ‫يَ ُك ْونا الَ ْاعت‬
masyarakat luas :
Sabarlah atas perilaku guru yang pahit
ٍ‫تنال العلم إالّ بستّة‬ ِ
َ ‫ سأُنْبِْي‬:
‫ك‬ َ َ ‫أَخى لن‬
dan kaku
Bagaimanapun, kemarahannya
ٍ ‫عن َمموعها بِب‬
‫يان‬
berdampak pada kegagalanmu
َ Siapa yang belum merasakan pahitnya

‫شاد‬ ِ belajar
ُ ‫وإر‬
ْ : ‫اصطبار وبُْلغَة‬
ْ ‫ذكاء وح ْرص و‬ Akan dirundung duka kebodohan
sepanjang umur
ٍ ‫أُس‬
ٍ ‫تاذ وطُو ُل‬
‫زمان‬ ْ
Siapa tak pernah belajar di masa muda
ْ Bertakbirlah empat kali atas
kematiannya
Saudaraku, tak kan kau dapatkan ilmu, Demi Allah, harga diri seorang pemuda,
kecuali dengan enam perkara hanya dengan ilmu dan takwanya
Kuberitahukan kau dengan rinci : Dia takkan berharga, jika keduanya tiada

210 OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

Tema lain yang disorotinya Merapikan kertas dan buku lebih syahdu
dari gendang bertalu dan liukan tarianku
adalah halawatul ilmi atau tentang Mengupas topik yang seru lebih
manisnya ilmu. Menurutnya, untuk menggiurkanku daripada belitan cinta
penuh nafsu
merasakan manisnya ilmu, seperti Pada malam-malam yang menyelimutiku
halnya merasakan nikmatnya mandi di Ketika kau mendengkur merdu
kolam, harus menceburkan diri ke Dengan itukah kau ingin menyamai-ku ?

dalamnya. Ia ingin berbagi pangalaman


Syafi’I juga merasa miris dengan
dengan orang lain melalui media syair
kondisi sosial yang menurutnya timpang.
tentang bagaimana ia mencapai semua
Tapi hal ini juga menguatkan
itu dengan malam-malam yang penuh
sunnatullah atau hukum alam yang
dengan derak-derak bunyi pena yang
terjadi pada setiap siklus kesejarahan
menari dengan lincah di atas kertas.
dan kehidupan manusia. Di satu sisi
Dan ia rasakan semua itu sebagai
banyak orang bodoh yang kaya raya, di
kenikmatan tersendiri yang tidak
sisi lain banyak ulama’ yang hidupnya
mungkin dirasakan oleh orang yang
miskin. Ia menyimpulkan bahwa ilmu
tidak menceburkan diri ke dalam “kolam”
dan harta sulit menyatu, kecuali dalam
ilmu :
kondisi yang spesial seperti Nabi

‫ص ِل‬ ِ ‫َس َه ِرى لِتَ نْ ِقْي ِح العلوم أَلَ ُّذ ِل‬


Sulaiman AS. Di titik ini, seakan ia
ْ ‫ من َو‬: memotret dirinya sendiri, guru-gurunya
ِ ‫يب ِع‬
‫ناق‬ ِ ‫وط‬ ِ ‫غانِي ٍة‬
َ
dan murid-muridnya :

‫َحلَى ِم َن‬ ِ ِ
ْ ‫ أ‬: ‫ص َفحاِتا‬ َ ‫وص ِريْ ُر أَقْالمي على‬ َ ‫ َمحْ ًدا وال‬: ‫ب‬ ِ
ْ ‫سار وََل يُص‬ ِ
ُ َ‫إ ّن الّذى ُرز َق الْي‬
ِ
ِ ‫كاء والع ّش‬
‫اق‬ ِ ‫الدَّو‬
ُ ْ ‫َجًرا لِغَ ِْْي ُم َوفَّ ِق‬
ْ‫أ‬
: ‫َوأَلَ ُّذ ِم ْن نَ ْق ِر الْ َف ََت لِ ُدفِّها‬ ‫اْلِ ُّد‬
ْ‫و‬ : ِ ‫اَ ْْلِ ُّد ي ْدِِن ُك َّل أَم ٍر‬
‫شاس ٍع‬ ْ ُ
‫الرْم َل َع ْن أ َْوَراقِى‬ َّ ‫نَ ْق ِرى ألَلْ ِقى‬ ‫باب ُم ْغلَ ِق‬ٍ ‫يفتح ُكل‬
ّ
ّ ‫ ِِف‬: ‫ص ٍة‬ ِ ِ
‫رس‬ِ ‫الد‬ َ ْ‫وََتايُلى طَربًا ْلَ ِّل َع ِوي‬ ‫ بِنُ ُج ْوِم‬: ‫باْلِيَ ِل الْغِ َِن لََو َج ْدتَِِن‬ ْ ‫لَ ْو كا َن‬
ِ ‫أَ ْشهى ِمن مدام ِة‬
‫ساق‬ َ ُ ْ َ ‫السماء تَ َعلُّ ِقى‬ ّ ‫أَقْطار‬
ِ
ِ
‫نَ ْوًما‬ : ُ‫ُّجى َوتَبِْيتُه‬ َ ‫ت َس ْهران الد‬ ُ ‫وأَبِْي‬ ‫ِض ّد ِان‬ : ‫اْلِ َجى ُح ِرَم الْغِ َِن‬ْ ‫لكن َم ْن ُرِز َق‬ ّ
‫ذاك ِْلاقِي؟‬ َ ‫َوتَْبغِى بَ ْع َد‬ ‫ان ُك ّل تَ َفُّرِق‬ ِ َ‫م ْفتَ رق‬
َ ُ
Malam yang kulalui untuk merajang ilmu Siapa yang diberi kemudahan tapi tak
lebih nikmat dari sekedar bercumbu bisa menggapai puji, gaji dan cita, dia
dalam pelukan penyanyi cantik nan tiada beruntung, rugi merana
syahdu Dengan kesungguhan, dekat lah yang
Gemericik suara pena di atas buku lebih jauh
indah bagiku daripada pesta mabuk
penuh gincu

OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006 211


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

َّ ‫ت أن ََْتيَا َسلِْي ًما ِم َن‬


‫الرَدى‬ َ ‫إذَا ُرْم‬
Dengan kesungguhan, pintu tertutup,
terbuka penuh
ِ ِ
ُ ِّ‫ص‬
Jika tipuan membuat kaya, Kugapai
bintang menjadi jaya ‫ي‬ َ ‫ك‬
َ‫ض‬ ُ ‫ك َموفور وع ْر‬ َ ُ‫ وديْن‬:
‫ك اللّسا ُن بِ َس ْوأ ٍَة‬َ ‫فَال يَْن ِط َق ْن ِمْن‬
Tetapi fakta mengungkap data, Ilmu dan
harta berjarak nyata :
Tema lain yang menjadi fokus ‫ي‬ ِ ّ‫ك َس ْوآت وللن‬
ُُ ‫اس أ َْع‬ َ ُّ‫َوُكل‬
: ‫وس ِام ْح َم ِن ْاعتَ َدى‬ ٍ ِ ِ
َ ‫َوعاش ْر ِبعروف‬
utamanya selain dunia ilmu dan moral
adalah kritik sosial dan nasehat bagi
ِ ِ ِ
orang awam. Pandangannya terhadap ‫َح َس ُن‬ ْ ‫َوداف ْع ولَك ْن بالَِّت ه َي أ‬
satu persoalan kadang menimbulkan
polemik di antara para ulama. Simak Jika kau ingin hidup sentosa
misalnya pendapatnya tentang faqih Tak kenal noda tak kenal cela
Agama sehat, hormat terjaga
yang menurutnya tidak hanya berkarya Jangan terucap dari berkata
lewat tulisan dan ceramah, tapi juga Aib dan cela bagi sesama
Kita semua mestilah punya
harus ditunjukkan dengan perilaku yang Sedang manusia, tak tutup mata
layak dicontoh dan karya nyata di Berbuat baik dengan sesama
Maafkan orang berbuat apa
tengah ummat melalui tindakan dan
Timbal balik lah berlebih makna
tindak tanduknya :
Dan beragam tema lain yang
‫ليس‬
َ : ‫إ ّن ال َفقيهَ ُه َو ال َفقيهُ بِِف ْعله‬ tidak mungkin ditelisik dan dikupas satu

‫وم َقالِِه‬ ِِ ِ
َ ‫الفقيهُ بنُطْقه‬
persatu dalam makalah ini karena
keterbatasan tempat. Cukuplah bagi kita
‫ليس‬ : ِ‫وكذا الرئيس هو الرئيس ِِبُلُ ِقه‬
َ ُ ُ
mengingat kebesaran dan kepakaran

ِ‫الرئيس بَِقوِم ِه وِرجاله‬ Syafi’I dalam bidang sastra dengan


َ ْ ُ mencermati syair-syair yang ada dalam

ُّ ِ ‫ليس‬
‫الغِن‬ َ : ‫الغِن ِِبالِِه‬
ّ ‫ِن هو‬
ِ
ّ َ‫وكذا الغ‬
ontologi puisinya, diskusinya dengan

‫ِِبُلْ ِك ِه وِِبَالِِه‬
para pakar bahasa, tanggapannya
terhadap beragam topik dalam dunia
sastra dan jawabannya terhadap
Seseorang dipandang sebagai faqîh, berbagai persoalan kebahasaan dan
karena perbuatannya, bukan karena
ucapan atau tulisannya kesusasteraan ketika ia menjadi guru
Seorang pemimpin yang sebenarnya besar bagi dunia, dengan karya-
adalah karena akhlaq, bukan karena
kerabat dan pendukungnya karyanya, syair-syairnya, dan tentu saja
Seseorang menjadi dermawan karena yang tak kalah penting : semangat
derma (yang disedekahkan)-nya, bukan intelektualnya. Pada detik-detik
karena jabatan, bukanlah harta
menjelang kematiannya, ia masih
Di antara nasehatnya yang sempat melontarkan beberapa bait puisi
penuh makna dan gampang diingat: munajat kepada tuhannya sebagai bukti
keyakinannya yang kuat akan luasnya

212 OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

ampunan bagi yang meminta kepada- kemudian diracik dalam bentuk puisi
Nya. menghasilkan bait-bait syair penuh
hikmah yang tak lekang oleh panas dan
ِ ‫قلِب وضاقَت م‬
‫ذاهِِب‬
: َ ْ َ ِ ‫فَلَ ّما قَ َسا‬ tak lapuk oleh hujan. Demikianlah

‫ت َر َجائِى ََْن َو َع ْف ِو َك ُسلّ َما‬


kesimpulan penulis terhadap sosok al-
ُ ْ‫َج َعل‬ Syafi’i sebagai seorang penyair
: ‫ت ذا َع ْف ٍو َع ِن ال ّذنب ََلْ تَ َزْل‬ َ ْ‫فَما ِزل‬
kenamaan yang, walaupun ditutupi oleh

‫ََتُ ْو ُد وتَ ْع ُف ْو ِمنَّةً وتَ َكُّرَما‬


ketenaran fiqihnya, namun mutiara
sastra yang dimilikinya masih berkilau
sepanjang jaman, dan mahkota sastra
Ketika hatiku gundah dan jalanan terasa yang disematkan orang di kepalanya
sempit
Kunaiki tangga ampunan-Mu tetap menampakkan dan menambah
Engkau masih seperti yang dulu kewibawaannya sebagai seorang
Mengampuni segala dosa
Memberi kemudahan dan kemuliaan ilmuwan sejati.

Daftar Pustaka
Klimaks
Syair-syair Imam al-Syafi’i sangat Dîwân al-Syafi'i, (editor: Muhammad
populer di kalangan ulama’, pelajar dan Abdul Mun’im Khafaji, Maktabah
al-Ma’arif, Riyadh, 1986).
mahasiswa karena beberapa hal.
Pertama, semua kalangan tidak Dîwân Ali bin Abi Thalib, (editor: Yusuf
meragukan kepakarannya dalam bidang Farhat, Dâr al-Kitâb al-'Arabi,
Beirut, 1998).
sastra terutama jika dikaitkan dengan
masa mudanya yang memang ia Nahj al-Balâghah, (editor: Syekh
Muhammad Abduh, Dâr al-Kutub
fokuskan untuk belajar sastra secara al-'Ilmiah, Beirut, 1990).
penuh. Kedua, pengakuan para ahli
bahasa atas penguasaannya di bidang Abul Faraj al-Asfahani, al-Aghânî, Vol
15, (Cairo, Dâr al-Salâm, tt).
sastra, menjadikannya imam di dua
habitat sekaligus, habitat fiqih dan sastra Dr.Yasin al-Ayyubi, Syarh al-Mu’allaqat
al-'Asyr, (Beirut: 'Alam al-Kutub,
arab. Ketiga, kesederhanaan dan 1995).
kemudahan bentuk kalimat yang dipilih
Dr. Mustafa al-Syak’ah, Islâm Bilâ
menjadikan syairnya gampang diingat,
Mazâhib, (Cairo: Dâr al-
mudah dipelajari, ringan diterapkan dan Mishriyyah, 2005).
sangat enteng diucapkan. Inilah
Yaqut al-Hamawi, Mu’jam al-Buldân,
mungkin maziyyah yang tidak dimiliki (Beirut: Dâr Ihyâ’ al-Turâts al-
oleh penyair lain karena mereka tidak ‘Arabi, 1997), vol. 3.
tumbuh dalam komunitas fiqih Yaqut al-Hamawi, Mu’jam al-Udabâ’
sebagaimana Syafi’i. Keempat, (Cairo: Dâr al-Salâm, tt.), vol 17.
perpaduan fiqih dan sastra yang

OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006 213


MAHKOTA SASTRA IMAM SYAFI'I
Abdul Mukti Thabrani

Ibnu Khalikan, Wafayat al-A’yân, (Beirut: Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamî wa


Dâr al-Kutub al-'Ilmiyyah, 1980), Adillatuhû, (Beirut: Dâr el-Fikr,
vol 3, h. 305. 2000), vol 1.

214 OKARA, Vol. II, Thn. I, November 2006

Vous aimerez peut-être aussi