Vous êtes sur la page 1sur 10

PENGAUDITAN I

PENGUJIAN DALAM AUDIT

(EKA439 A1)

Oleh Kelompok 2 :

1. Ni Luh Ketut Sugi Lestari (1607531001)

2. A.A. Sagung Shinta Devi Darmayani (1607531004)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2018
Untuk audit keuangan, Arens dan Loebbecke menjelaskan bahwa dalam
menyusun rencana audit secara menyeluruh, auditor memiliki 5 (lima) jenis pengujian
yang dapat digunakan untuk menentukan apakah laporan keuangan disajikan dengan
layak. Kelima jenis pengujian ini terdiri dari:
a) prosedur pemahaman atas pengendalian intern,
b) pengujian pengendalian intern,
c) pengujian substantif atas transaksi,
d) prosedur analitis, dan
e) pengujian terinci atas saldo.
Prosedur pemahaman atas pengendalian intern dan pengujian pengendalian
intern digunakan untuk mengurangi risiko pengendalian (control risk),
sedangkan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo digunakan untuk
memenuhi risiko deteksi yang direncanakan. Dalam bagian audit ini, auditor harus
memusatkan perhatian pada perancangan dan pelaksanaan unsur-unsur dari
pengendalian intern untuk merencanakan audit selanjutnya dengan efektif. Setelah
mendokumentasikan pengendalian intern (flowchart, narasi, kuesioner dan sebagainya),
sangat penting untuk melakukan walk-through system (penelusuran sistem) untuk
memastikan bahwa pengendalian yang tercatat benar-benar dilakukan.

Terdapat lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman


auditor atas pengendalian intern adalah:
a) Mengupdate dan mengevaluasi pengalaman sebelumnya auditor dengan auditan
b) Melakukan wawancara dengan pegawai auditan
c) Membaca manual sistem dan kebijakan auditan
d) Memeriksa dokumen-dokumen dan catatan-catatan
e) Mengamati kegiatan dan operasi auditan.

1. Pengujian substantif
Pengujian substantif adalah prosedur-prosedur audit yang didesain untuk
menguji kesalahan dalam nilai rupiah yang mempengaruhi langsung kebenaran dari
saldo-saldo dalam laporan keuangan. Salah saji (monetary misstatement) seperti itu
adalah indikasi yang jelas dari salah saji dari akunakun. Terdapat 3 (tiga) macam
pengujian substantif yaitu :
(1) pengujian substantif atas transaksi,
(2) prosedur analitis,
(3) pengujian terinci atas saldo.
Prosedur Audit Yang Digunakan
 Pengajuan pertanyaan - Pertanyaan bisa dilakukan kepada sumber intern pada
perusahaan klien atau pada pihak luar, baik secara lisan atau tertulis.
 Observasi - meliputi tindakan melihat atau menyaksikan pelaksanaan sejumlah
kegiatan atau proses
 Inspeksi - meliputi pemeriksaan rinci terhadap dokumen dan catatan, serta
pemeriksaan sumber daya berwujud
 Reperforming - mengerjakan ulang perhitungan & rekonsiliasi yg dilakukan
klien.
 Konfirmasi - bentuk permintaan keterangan yang memungkinkan auditor untuk
memperoleh informasi secara langsung dari sumber independen diluar organisasi
klien.
 Analitis - terdiri dari kegiatan mempelajari dan membandingkan data yg
memiliki hubungan.
 Tracing - memilih dokumen dan Menentukan bahwa informasi dlm dokumen tsb
telah dicatat.
 Vouching – Memilih, Mendapatkan & menginspeksi ayat-ayat jurnal ttt dlm
catatan akuntansi utk menentukan validitas & ketelitian transaksi yg dicatat.

Pengujian substantif atas transaksi


Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah
semua tujuan audit berkaitan dengan transaksi (transaction-related audit objectives)
telah terpenuhi untuk setiap kelas transaksi. Sebagai contoh auditor melakukan
pengujian substantif atas transaksi untuk menguji apakah transaksi yang dicatat benar-
benar ada dan transaksi yang ada semua telah dicatat. Auditor juga melakukan
pengujian ini untuk menentukan apakah transaksi belanja telah dicatat dengan benar,
transaksi belanja telah dicatat pada periode laporan yang tepat, belanja telah
diklasifikasikan dengan benar dalam neraca, dan apakah belanja telah diikhtisarkan dan
diposting dengan benar ke buku besar. Jika auditor merasa yakin bahwa transaksi-
transaksi telah dicatat dan diposting dengan benar, auditor dapat meyakini bahwa
jumlah dalam buku besar juga benar.
Untuk menentukan apakah semua transaksi telah memenuhi tujuan audit untuk
transaksi:
 Ekistence
 Completeness
 Accuracy
 Classification
 Timing
 Posting and summarizing
Jika auditor percaya bahwa transaksi dicatat dengan benar dalam jurnal dan
diposting dengan benar, maka auditor akan percaya bahwa total buku besar adalah
benar.
Pengujian detail transaksi ini dilakukan untuk menentukan
a) Ketetapan otorisasi transaksi akuntansi
b) Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi dalam jurnal
c) Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi dalam buku besar dan buku
pembantu.
Metodologi atas Perancangan Program Audit untuk Pengujian Atas
Transaksi. Program audit pengujian atas transaksi, biasanya mencakup:
 Bagian penjelasan yang mendokumentasikan pemahaman yang diperoleh mengenai
struktur pengendalian intern.
 Gambaran prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas struktur
pengendalian intern
 Rencana tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan
Baik prosedur yang dijalankan maupun risiko pengendalian yang direncanakan
akan mempengaruhi program audit pengujian atas pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi:
a) Melaksanakan prosedur untuk memahami struktur pengendalian intern
b) Menetapkan risiko pengendalian
c) Mengevaluasi biaya dan manfaat dari pengujian substantif atas transaksi untuk
memenuhi tujuan audit berkait transaksi.
 Prosedur audit
 Besar sampel
 Pos/unsur yang dipilih
 Saat pelaksanaan
Prosedur audit pengujian atas transaksi akan mencakup baik pengujian atas
pengendalian maupun pengujian substantive atas transaksi dan berpariasi tergantung
kepada rencana risiko pengendalian yang ditetapkan.
Jika pengendalian efektif dan risiko pengndalian yang direncanakan rendah,
penekanan akan banyak diberikan kepada pengujian atas pengendalian. Beberapa
pengujian substantif atas transaksi juga akan ditekankan.
Jika risiko pengendalian ditetapkan 1, maka hanya pengujian substantive atas
transaksi yang akan digunakan. Prosedur yang juga dilakukan dalam memperoleh
pemahaman pengendalian intern akan mempengaruhi pengujian atas pengendalian dan
pengujian substantive atas transaksi.
Prosedur Audit yang dilakukan dalam pengujian detail transaksi:
 Tracing: pilih satu sampel sales invoice dan telusur ke sales journal.
 Vouching: pilih satu sampel transaksi yang dicatat dalam sales journal dan
telusur ke sales invoice.
 Reperforming: periksa kecermatan perkalian dan penjumlahan pada sales
invoices.
 Inquiring: tanyakan kepada klien apakah ada transaksi-transaksi related parties.
Pada pengujian detail transaksi, auditor mengarahkan pengujiannya untuk
memperoleh temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor
tidak mengarahkan pengujian detail transaksi untuk memperoleh temuan tentang
penyimpangan kebijakan dan prosedur pengendalian.
Pengujian ini pada umumnya lebih banyak menyita waktu dibanding prosedur
analitis, oleh karenanya pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya daripada
prosedur analitis.

2. Pengujian Pengendalian
Meliputi prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk menentukan aktivitas
kebijakan dan prosedur pengendalian yang diterapkan pada perusahaan klien. Pengujian
atas pengendalian dilakukan terhadap kebijakan dan prosedur pengendalian yang
diharapkan dapat mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam laporan
keuangan. Pemahaman struktur pengendalian intern yang diperoleh auditor digunakan
dalam penetapan risiko atas pengendalian. Jika diyakini bahwa kebijakan dan prosedur
pengendalian itu dirancang dengan efektif, kemudian dijalankan dengan efisien maka
auditor dapat menetapkan risiko pengendalian pada tingkat yang mencerminkan
evaluasi tersebut, dapat pada tingkat rendah, sedang atau tinggi, yang didukung oleh
bahan bukti yang diperoleh.
Bila risiko pengendalian (control risk) ditrntukan dibaawah maksimum, auditor
harus melakukan pengujian atas pengendalian (test of control) untuk memperoleh bukti
yang mendukung risiko pengendalian tersebut. Prosedur untuk memperoleh bahan
bukti tersebut adalah pengujian atas pengendalian (test of control). Pengujian dan
pengendalian (Test of control) memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan:
 Bagaimana penerapan kebijakan prosedur pengendalian klien ?
 Apakah kebijakan dan prosedur diterapkan secara konsisten?
 Oleh siapa kebijakan dan prosedur diterapkan secara konsisten?
Dengan pengujian atas pengendalian (Test of control) tujuan akan menjadi lebih
khusus dan akan lebih ekstensif. Dua jenis bahan bukti yaitu tanya jawab dan
pengendalian intern, pengujian atas pengendalian akan meneruskan prosedur audit yang
telah ada dalam pemahaman pengendalian intern, atau sebagai tindak lanjut dari
prosedur audit atas pemahaman pengendalian intern.
Sifat Pengujian
Pengujian atas pengendalian diarahkan kepada efektivitas design dan operasi
pengendalian entitas, yang mencakup jenis bahan bukti:
a) Tanya jawab dengan pegawai (Inquiring)
Pertanyaan yang diajukan pada karyawan dilakukan berkaitan dengan evaluasi
atas kinerja tugas. Auditor dapat menentukan pengendalian akses atas aktiva,
dokumen, dan catatan akuntansi klien melalui pengajuan pertanyaan pada
karyawan.
b) Pemeriksaan dokumen dan catatan (Inspecting)
Pengendalian yang meninggalkan jejak bukti dapat dilakukan prosedur audit
melalui inspeksi oleh audit. Auditor melakukan inspeksi terhadap dokumen,
catatan, dan laporan untuk memastikan bahwa dokumen, catatan, dan laporan
tersebut lengkap, dibandingkan dengan dokumen lain secara tepat., dan
diotorisasi sebagaimana mestinya.
c) Pengamatan aktivitas yang berhubungan dengan pengendalian (Observing)
Observasi dapat dilakukan auditor terutama pada pengendalian yang tidak
menghasilkan jejak bukti. Contohnya adalah pemisahan tugas yang
membutuhkan beberapa orang tertentu untuk melaksanakan suatu tugas.
d) Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap prosedur (Reperforming)
Beberapa kegiatan pengendalian yang meninggalkan jejak bukti berupa
dokumen, catatan, dan laporan tetapi isinya kurang mencukupi dalam menilai
kegiatan pengendalian tersebut dapat dilakukan reperforming. Prosedur
reperforming cenderung merupakan pengujian untuk menilai akurasi mekanis
kegiatan pengendalian.

3. Pengujian analitikal
Prosedur analitis mencakup perbandingan-perbandingan dari jumlahjumlah yang
dicatat dengan jumlah yang diharapkan yang disusun oleh auditor. Biasanya juga
prosedur analitis mencakup perhitungan rasio-rasio oleh auditor untuk membandingkan
dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan. Dua tujuan utama prosedur
analitis yang dilakukan pada tahap pelaksanaan audit atas saldo akun adalah
1) mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji dalam laporan keuangan dan
2) mengurangi pengujian terinci atas saldo.
3) memahami bidang usaha klien
4) menetapkan kelangsungan hidup suatu satuan usaha
Digunakan dalam phase pengujian:
1) Sebagai pelengkap test of details.
2) Untuk memperoleh bukti mengenai asersi/tujuan audit tertentu.
Dalam situasi tertentu, prosedur analitis dipandang cukup efektif dan efisien,
terutama untuk akun-akun yang tidak material dan/atau bila risko deteksi tinggi.
Efektivitas dan efisiensi prosedur analitis dalam mendeteksi kemungkinan tejadi salah
saji material, tergantung pada faktor:
 Sifat asersi
 Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
 Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan
 Ketepatan harapan
Prosedur analitis dilakukan pada tiga tahap audit yang berbeda;
1) Tahap perencanaan untuk membantu auditir menentukan bahan bukti lain yang
diperlukan untuk memenuhi risiko audit yang di inginkan (diisyaratkan)
2) Selama pelaksanaan audit bersama-sama dengan pengujian atas transaki dan
pengujian terinci atas saldo (bebaas pilih)
3) Mendekati penyelesaian akhir audit sebagai pengujian kelayakan akhir
(diisyaratkan)
Ada perbedaan mendasar dalam prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap
perencanaan dan prosedur analitis yang dilakukan dalam tahap pengujian. Pada tahap
perencanaan, auditor mungkin menghitung rasio dengan menggunakan data
interim. Sedangkan pada tahap pengujian saldo akhir, auditor akan menghitung kembali
rasio itu dengan menggunakan data setahun penuh. Jika auditor percaya bahwa prosedur
analitis yang dilakukan mengindikasikan kemungkinan terjadinya salah saji, maka
prosedur analitis tambahan dapat dilakukan atau auditor memutuskan untuk
memodifikasi pengujian terinci atas saldo. Sedangkan jika auditor mengembangkan
ekspektasi dengan menggunakan prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa saldo
akhir akun tertentu auditan layak, maka pengujian rincian saldo tertentu mungkin
diabaikan atau mengurangi ukuran sampel yang dibutuhkan.

4. Hubungan masing – masing pengujian


 Hubungan Pengujian Pengendalian dengan Pengujian Substantif
Adanya suatu pengecualian dalam pengujian pengendalian hanya
mengindikasikan kemungkinan salahsaji yang mempengaruhi nilai rupiah dari
laporan keuangan. Sedangkan uatu pengecualian dalam pengujian substantive
transaksi atau pengujian terperinci saldo merupakan suatu salahsaji dalam
laporan keuangan. Pengecualian dalam pengujian pengendalian dinamakan
deviasi uji pengendalian. Karena kebutuhan untuk menyelesaikan beberapa
pengujian pengerjaan dan perhitungan ulang, banyak auditor yang
melakukannya sebagai bagian dari pengujian atas pengendalian awal. Auditor –
auditor lainnya akan menunggu hingga mereka mengetahui hasil dari pengujian
pengendalian dan kemudian menentukan ukuran sampel total yang diperlukan.
 Hubungan Pengujian Analitis dan Pengujian Substantif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya
mengindikasikan kemungkinan salah saji yang berpengaruh pada nilai rupiah
laporan keuangan. Ketika prosedur analitis mengidentifikasi fluktuasi yang itdak
biasa, auditor harus melakukan pengujian substantif transaksi atau pengujian
terperinci saldo untuk menentukan apakah salah saji rupiah benar – benar telah
terjadi. Jika auditor melakukan prosedur analitis substantif dan meyakini bahwa
kemungkinan terjadinya salah saji itu kecil, pengujian substantif lainnya dapat
dikurangi.
 Dilema Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
Auditor membuat keputusan selama perencanaan apakah akan
menetapkan risiko Pengendalian dibawah maksimum. Pengujian atas
pengendalian harus dilakukan untuk menentukan apakah risiko pengendalian
yang ditetapkan akan benar. Jika risiko pengendalian yang ditetapkan dibawah
maksimum, risiko penemuan yang direncanakan dalam model risiko audit
ditingkatkan sehingga pengujian substantive yang direncanakan dapat dikurangi.
Referensi

Boyton, Johnson dan Kell. Edisi Ke-7 jilid 2. Modern Auditing. 2004. Jakarta.
Erlangga

Halim, Abdul. 2008. Auditing 1 (Dasar-dasar audit laporan keuangan).


Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN

Jusup, Al. Haryono. 2001. Pengauditan. Buku 1. Yogyakarta: Bagian Penerbitan


STIE YKPN.

Vous aimerez peut-être aussi