Vous êtes sur la page 1sur 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Osteomielitis adalah suatu infeksi/peradangan tulang. Pada orang dewasa,
paling umum karena pencemaran lansung di tempat selama trauma, seperti
fraktur terbuka. Bakteri yang menyebabkan infeksi/peradangan ditempat lain
didalam tubuh dapat juga masuk ke aliran darah dan tersimpan didalam tulang,
mengawali lokasi infesi/peradangan sekunder disana. Ini lebih umum pada
anak-anak dan remaja. Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup sesorang atau mengakibatkan orang yang
menderitanya kehilangan ekstremitas.
Osteomielits merupakan infeksi tulang yang ditandai khas oleh kerusakan
progresif akibat inflamasi sesudah pembentukan tulang yang baru. Osteomielits
dapat bersifat akut dan kronis. Umumnya penyakit infeksi tulang ini terjadi
karena gabungan trauma lokal-dan infeksi akut yang timbul dibagian tubuh
yang lain. Meskipun osteomielitis kerap kali terbatas disatu tempat, namun
infeksi ini dapat menyebar keseluruh tulang dengan menyerang sumsum tulang,
korteks, dan periosteum. Biasanya osteomielitis akut ditularkan melalui darah
dan yang paling sering mengenai anak-anak yang sedang tumbuh dengan cepat.
Osteomielitis yang jarang dijumpai ditandai oleh saluran sinus yang
mengalirkan sekret dan lesi yang meyebar luas.
Osteomielitis tulang kaki merupakan suatu kondisi inflamasi pada tulang
dsn medula tulang yang disebabkan oleh infeksi dari invasi kuman atau bakteri
yang dapat bersifat piogenik atau non piogenik.

1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
osteomielitis
2. Tujuan Khusus
Mengetahui pengkajian selama pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit osteomielitis.
Mengetahui diagnosa selama pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit osteomielitis.
Mengetahui rencana tindakan selama pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit osteomielitis.

1.3 Manfaat
1. Rumah sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kesehatan khususnya penerapan
asuhan keperawatan pada klien dengan osteomielitis.
2. Institusi pendidikan
Menjadi masukan bagi institusi guna menambah literatur/referensi untuk
kelengkapan perkuliahan.
3. Klien dan keluarga
Menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit osteomielitis,
terutama tentang cara pencegahan dan penanggulangannya.
4. Penulis
Sebagai acuan untuk menambah pengetahuan serta mendapatkan
pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada pasiesn osteomielitis

2
BAB II
STUDI LITERATUR

2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Osteomielitis dapat terjadi akibat
perluasan infeksi pada jaringan lunak, kontaminasi langsung pada tulang
(pembedahan tulang, luka tembakan senjata), atau hematogenus (ditularkan
melalui darah), yang menyebar dari area infeksi yang lain. Staphylococcus
aureus menyebabkan lebih dari 50% infeksi tulang. Organisme patogenik lain
yang sering kali ditemukan adalah organism Gram positif yang mencakup
streptokokus dan enterokokus, dilanjutkan dengan bakteri Gram negatif yang
mencakup spesies pseudomonas. Pasien yang berisiko adalah pasien dengan
gizi buruk, lansia, dan pasien yang obes; mereka yang mengalami gangguan
sistem imun dan penyakit kronis (diabetes) dan mereka yang mendapat terapi
kortikosteroid jangka panjang atau agens imunosupresif. Kondisi ini dapat
dicegah dengan terapi yang tepat dan penatalaksanaan infeksi pada jaringan
fokal dan jaringan lunak.

2.2 Etiologi
1. Staphylococcus aureus.
Bakteri coccus gram positif, bentuknya bergerombol dan tidak
teratur ibarat grombolan anggur.
Bakteri Staphylococus Aureus tumbuh pada media padat dan cair seperti
BAP (Blood Agar Plate) dan NA (Nutrien Agar) dan aktif melakukan
metabolisme, bisa fermentasi karbohidrat dan memproduksi bermacam-
macam pigmen dari putih sampai kuning.
2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
Haemophilus merupakan merupakan golongan bakteri kecil, gram-
negatif pleomorfik, untuk mengisolasikannya dibutuhkan perbenihan
diperkaya yang biasanya mengandung darah atau turunannya. Dari genus
haemophilus disebut haemophilic karena bakteri golongan ini
membutuhkan faktor pertumbuhan yang terdapat di dalam darah.

3
3. Pseudomonas aurenginosa
Pseudomonas aeruginosa telah menjadi penyebab penting dari
infeksi, terutama pada pasien dengan sistem pertahanan tubuh yang
terganggu. Bakteri ini terdapat luas di alam, menghuni tanah, air,
tumbuhan, dan hewan, termasuk manusia. Bakteri ini menjadi bakteri yang
paling sering ditemui (diisolasi) pada pasien yang telah dirawat di rumah
sakit lebih dari 1 minggu.
Selain itu, bakteri ini juga menjadi penyebab infeksi nosokomial
(suatu infeksi yang diperoleh atau dialami oleh pasien selama dia dirawat di
rumah sakit dan menunjukkan gejala infeksi baru setelah 72 jam pasien
berada di rumah sakit serta infeksi itu tidak ditemukan atau diderita pada
saat pasien masuk ke rumah sakit) seperti : pneumonia, infeksi saluran
kemih, dan bakteriemia. Infeksi Pseudomonas dapat berkomplikasi dan
mengancam nyawa.
4. Escherechia coli
Sebagian besar jenis E.coli tidak berbahaya dan merupakan bagian
yang penting dari saluran cerna manusia yang sehat karena berfungsi
menghasilkan vitamin K dan menjaga keseimbangan bakteri di usus.
Namun, beberapa jenis E.coli (disebut E.coli patogenik) dapat
menimbulkan penyakit infeksi, seperti infeksi pada kantung empedu,
saluran kemih, selaput otak, paru, dan saluran cerna. Infeksi – infeksi
tersebut tidak hanya dapat disebabkan oleh E.coli, namun dapat juga
disebabkan bakteri jenis lain.

2.3 Klasifikasi
A. Osteomlitis Primer
Disebabkan oleh implantasi mikroorganisme secara langsung ke
dalam tulang dan biasanya terbatas pada tempat tersebut. Fraktur terbuka
(compound fracture), dan operasi bedah pada tulang merupakan penyebab
tersering.
B. Osteomilitis Sekunder

4
Biasanya disebabkan oleh penyebaran melalui aliran darah. Kadang-
kadang osteomielitis sekunder dapat diseebabkan oleh perluasan infeksi
secara langsung dari jaringan lunak di dekatnya ke fokus lain.

2.4 Patofisiologi
Kondisi osteomielitis tulang kaki dapat terjadi dengan adanya riwayat
dengan fraktur terbuka, riwayat pembedahan dengan pemasangan fiksasi
interna. Ada berbagai faktor predisposisi yang meningkatkan resiko
osteomielitis tulang kaki, meliputi tidak adekuatnya nutrisi dan higiene, faktor
imunitas dan virulensi kuman dan serta adanya port de entree luka terbuka.
Proses selanjutnya adalah terjadinya hiperimia dan edema di daerah metafisi
disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam tulang ketika jaringan
tulang tidak dapat berekspansi akan mengakibatkan tekanan dalam tulang
bertambah. Peningkatan tekanan dalam tulang mengakibatkan
ketergantungannya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah dalam
tulang dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang.
Disamping proses tersebut membentuk tulang baru yang ekstensif terjadi
pada bagian dalam periosteum sepanjang defisisi sehingga terbentuk suatu
jaringan sekuesterum. Apabila pus menembus tulang, terjadi pengaliran pus (
discharge ) keluar melalui lubang yang disebut dengan kloaka atau melalui
sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada tahap selanjutnya, penyakit akan
berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanseleosa,
infeksi dapat terlokalisasi dan diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk
abses tulang kronis.
Manifestasi osteomielitis tulang kaki dan intervensi bedah perbaikan untuk
membuang jaringan sekuestrum pada periostenum menimbulkan berbagai
masalah pada klien, meliputi keluhan nyeri pada tungkai bawah akibat
kerusakan jaringan saraf atau kompresi saraf pasca bedah, kerusakan integritas
jaringan yang berhubungan dengan drainase pus melalui lubang kloaka,
respons inflamasi sistemik dengan manifestasi demam, anoreksia, kelemahan
fisik yang menyebabkan asupan nutrisi berkurang, hambatan mobilitas fisik
sekunder akibat nyeri dan pembengkakan, respon bau yang keluar akibat

5
pengeluaran pus dari kloaka yang menyebabkan perubahan konsep diri (citra
tubuh), dan respons psikologis ansietas terhadap kondisi prognisis penyakit dan
rencana pembedahan.

2.5 Manifestasi klinis


Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak, sering
terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (menggigil, demam tinggi, denyut
nadi cepat dan malaise umum). Gejala sistemik pada awalnya dapat menutupi
gejala lokal secara lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke
korteks tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian
yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat dengan
gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang terkumpul.
Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi disekitarnya atau
kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah infeksi
membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu mengalir
keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri, inflamasi,
pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah dapat menjadi pada
jaringan perut akibat kurangnya asupan darah.

2.6 Pemeriksaan diagnostik


1. Sinar X lesi osteolitik ( membatasi hilangnya kepadatan tulang).
2. Scan tulang menunjukan area naiknya aktivitas seluler-deteksi lokasi
infeksi.
3. Tes kultur dan sesnsivitas untuk menemukan organisme yang menyebabkan
infeksi dan antibiotik-bisa jadi sulit untuk menentukan organisme yang
menyebabkan infeksi.
4. Biosi tulang untuk mengidentifikasi organisme.
5. Sel darah putih (WCB) naik.
6. Pemeriksaan feses.

6
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella

2.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
1. Analgetik untuk menghilangkan nyeri.
2. Pemberian cariran intravena jika perlu tranfusi darah.
3. Istirahat lokal dengan bidai atau traksi.
4. Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama, yaitu
Staphylococus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman Drainase
bedah dilakukan apabila setelah 24 jam pengobatan. Lokal dan sistemik
antibiotik gagal ( tidak ada perbaikan keadaan umum). Dapat
dipertimbangkan drainase bedah (chirurgis). Pada drainase bedah, pus
subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra-oseus. Pus
juga digunakan sebagai bahan untuk biakan kuman. Drainase dilakukan
selama beberapa hari dengan mengunakan cairan NaCL dan antibiotik.

Terapi antibiotik untuk mengontrol infeksi dapat meliputi :

1. Pemberian antibiotik sistemik.


2. Tindakan memasukan antibiotik kedalam rongga tulang yang
menggunakan sistem irigasi tertutup yang kontiniu diserai tindakan
pengisapan intermiten yang tidak telalu kuat.
3. Irigasi terbatas dengan sistem drainase darah yang disertai dengan
tindakan pengisapan (Hemovac).
4. Kompres dengan kassa basa yang mengandung antibiotik.

B. Penatalaksanaan keperawatan osteomielitis kronis dapat meliputi :


1. Pembedahan yang biasanya diperlukan untuk mengangkat jaringan
tulang yang sudah mati dan meningkatkan drainase (prognosis tetap
jelek sekalipun sudah dilakukan pembedahan).

7
2. Terapi oksigen hiperbarik untuk menstimulasi mekanisme imun yang
normal.
3. Pencangkokan kulit, tulang, dan otot untuk mengisi dead space dan
meningkatkan pasokan darah.

2.8 Prognosis
Beberapa komplikasi yang sering terjadi osteomielitis hematogen yang perlu
diketahui perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik
sehingga resiko komplikasi dapat di hindari adalah seabagi berikut :
1. Septikimia. Dengan makin tersedianya obat antibiotik yang memadai,
kematian pada septikimia saat ini jarang ditemukan.
2. Infeksi yang bersifat metastatik infeksi dapat berfermentasi ke tulang/sendi
lainya, otak dan paru-paru dapat bersifat multifocal dan biasanya terjadi
pada klien dengan gizi buruk.
3. Atritis supuratif. Atritis supuratif dapat terjadi pada bayi karena lempeng
apifisis bayi (yang bertindak sebagai barier)belum berfungsi dengan baik.
Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah
metafisis yang bersifat intra-kapsular (pada sendi panggul) atau melalui
infeksi metastatic.
4. Gangguan pertumbuhan. Osteomielitis hematogen akut dapat
menyebabakan kerusakan lempeng epfisis sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek. Pada anak
yang lebih besar akan tejadi hyperemia pada daerah metafisis yang
merupakan stimulasi untuk tulang untuk tumbuh. Pada keadaan ini, tulang
tumbuh lebih cepat sehingga terjadi pemanjangan tulang.
5. Osteomielitis kronis. Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak
dilakukan, osteomeilitis akut akan menjadi osteomeilitis kronis

8
2.9 WOC

Staphylococcus, Haemophylus, Pseudomonas, Escherechia coli

Invasi mikroorganisme dari Fraktur terbuka


tempat lain yang beredar Invasi kuman ke
melalui sirkulasi darah, tulang dan sendi
Kerusakan pembuluh darah
penyebaran langsung
OSTEOMIELITIS
Masuk SUHU ke
juksta epifisis Fagositosi
tulang panjang s
Proses inflamasi :
hipertermia,
Kerusakan
pembengkakan, Suhu tubuh
jaringan tulang
pembentukan pus dan
kerusakan integritas
Infeksi berlebihan HIPERTERMI
jaringan
v
Abses tulang Peningkatan
jaringan tulang dan
Perubahan medula
bentuk tulang Iskemia & nekrosis tulang
RESIKO
INFEKSI
Kemampuan Pembentukan
melakukan abses tulang
pergerakan Involukrum
(pertumbuhan
NYERI
tulang baru),
GANGGUAN pengeluaran
MOBILITAS pus dari luka
FISIK
KERUSAKAN
INTEGRITAS KULIT

9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, No.MR, dll.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala
akut (nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam
sedang.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama
dengan sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang,
seperti trauma tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau
pembedahan tulang, dll.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
2. Pengkajian pada fungsional Gordon
1) Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Klien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah
penyakit yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien
memandang penyakit yang dideritanya, apakah klien tau apa penyebab
penyakitnya sekarang.
2) Nutrisi – Metabolik
Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena
demam yang ia diderita.
3) Eliminasi

10
Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien
mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
4) Aktivitas – Latihan
Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan aktivitas karena
rasa nyeri yang ia rasakan
5) Istirahat – Tidur
Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri
yang ia rasakan pada tulangnya.
6) Kognitif – Persepsi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan
persepsinya.
7) Persepsi Diri – Konsep Diri
Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi,
ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis,
kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
8) Peran – Hubungan
Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang
dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan
klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
9) Seksual – Reproduksi
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.
10) Koping – Toleransi Stress
Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena kondisinya saat
itu.
11) Nilai Kepercayaan
Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan
spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji
apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien
biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia
rasakan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut : Biasanya kulit kepala bersih, tidak berbau

11
b. Wajah : Biasanya tidak terdapat odema
c. Mata : Biasanya simetris kiri dan kanan
d. Hidung : Biasanya tidak ada lendir, tdak menggunakan alat bantu nafas
e. Telinga : Biasanya simetris kiri dan kanan
f. Mulut : biasanya tidak berbau, tidak ada caries
g. Lidah : Biasanya bersih
h. Leher: : Biasanya tidak ada terjadi peradangan pada tonsil, dan tidak
terjadi kaku kuduk
i. Thorak
I : Biasanya dada simetris kiri dan kanan
P : Biasanya fremitus simetris kiri dan kanan
P : Biasanya terdapat bunyi sonor
A : Biasanya tidak didapatkan suara tambahan
j. Jantung
I : Biasanya ictus cordis terlihat
P : Biasanya ictus teraba
P : Biasanya terdapat bunyi pekak
A : Bisanya BJ1 dan BJ2 teratur, tidak ada murmur/tidak ada bunyi
tambahan
k. Abdomen
I : Biasanya abdomen klien simetris kiri dan kanan, tidak ada ancietas
A : Biasanya bising usus normal
P : Biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
P : Biasanya bunyi tymani
l. Genita urinaria : Biasanya tidak terdapat gangguan eliminasi dan tidak
terpasang khateter
m. Ekstremitas bawah : biasanya terjadi hambatan mobilisasi fisik, terjadi
infeksi/merah pada tulang kaki, terjadi pembengkakan, dan juga
mengeluarkan pus beserta bau yang khas, adanya keluhan nyeri tekan,
dan terjadi gangguan pergerakan sendi kaki.
n. Neorologis : Biasanya kesadaran klien baik dan peka terhadap
rangsangan

12
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Resiko infeksi b/d pembentukan abses tulang.
2. Nyeri akut b/d inflamasi dan pembengkakan.
3. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri, alat immobilisasi dan keterbatasan
gerak.
4. Hipertermia b/d proses inflamasi.
5. Kerusakan integritas kulit b/d inflamasi, luka.
3.3 Intervensi
1. Resiko infeksi b/d pembentukan abses tulang.
Intervensi
 Pantau tanda-tanda vital secara tepat khususnya selama awal terapi.
 Batasi pengunjung sesuai indikasi.
 Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
 Awasi keefektifan terapi antmikrobia.
 Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.

Rasional

 Tanda-tanda vital dapat teratasi.


 Dapat beristirahat dengan baik.
 Tingkatkan masukan nutrisi adekuat.
 Menurunkan pemajanan terhadap pathogen infeksi lain.
 Antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada
daerah yang berisiko terjadi infeksi.
2. Nyeri akut b/d inflamasi dan pembengkakan.
Intervensi
 Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-4).
 Atur posisi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang yang mengalami
infeksi.
 Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu tidur atau
duduk dikursi.
 Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan noninovasi.

13
 Dorong untuk mengubah posisi
 Kolaborasi pemberian analgesik.

Rasional

 Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan


menggunakan skala nyeri.
 Dapat mengurangi nyeri pada daerah nyeri sendi atau nyeri di tulang
yang mengalami infeksi.
 Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai indikasi.
 Pendekatan dengan melakukan relaksasi dan tindakan farmakologik lain
menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri
 Bantu pasien untuk bergerak di tempat tidur, sokong tulang yang sakit di
atas dan di bawah, hindari gerakan yang menyentak.
 Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri berkurang.
3. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri, alat immobilisasi dan keterbatasan
gerak.
Intervensi
 Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit pada
tulang.
 Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.
 Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri,
dan berjalan.
 Berikan lingkungan yang aman misalnya menaikkan kursi atau kloset,
menggunakan pegangan tangga pada bak atau pancuran toilet,
penggunaan alat bantu mobilitas atau kursi roda penyelamat.
 Bantu dengan rentang gerak aktif dan pasif, demikian juga latihan resistif
dan isometric jika memungkinkan.
 Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.

Rasional

 Mengurangi rasa sakit dan dapat di hindari.

14
 Demonstrasikan atau bantu teknik pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas, misalnya trapeze.
 Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri.
 Memudahkan untuk melakukan aktivitas.
 Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari perkembangan atau resolusi
dari proses inflamasi.
 Sebagai suatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.
4. Hipertermia b/d proses inflamasi.
Intervensi
 Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan menggigil atau
diaforesis.
 Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alkohol.
 Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi.
 Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), acetaminofen (Tylenol).
Rasional
 Peningkatan suhu di atas normal mengidentifikasikan terjadinya suatu
proses infeksi.
 Dapat membantu menurunkan demam. Catatan : penggunaan air es atau
alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara
aktual, selain itu dapat mengeringkan kulit.
 Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.
5. Kerusakan integritas kulit b/d inflamasi, luka.
Intervensi
 Kaji kerusakan jarinagn lunak.
 Lakukan perawatan luka : lakukan perawatan luka dengan teknik steril.
 Kaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan dan stimulus nyeri,
bila perban melekat kuat, perban di guyur deng NaCL.

15
 Lakukan pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan airan NaCL.
 Tutup luka dengan kasa steril atau kompres dengan NaCL yang di
campur dengan antibiobik.
 Kolaborasi dengan pemberian antibiotik/antimikroba.

Rasional

 Menjadi data dasar untuk memberi informasi tentang intervensi


perawatan luka, alat dan jenis larutan apa yang akan di gunakan.
 Perawatan luka dengan teknik steril dapat mengurangi konstaminasi
kuman langsung ke area luar.
 Manajemen membuka luka dengan mengguyur larutan NaCL ke perban
dapat dapat mengurangi stimulus nyeri dan dapat menghindari terjadinya
pendarahan pada luka
 Teknik membuang jaringan dan dan kuman di area luka sehingga keluar
dari area luka.
 NaCL merupakan larutan fisiologis yang lebih mudah di absorbs oleh
jaringan dari pada larutan antiseptik.
 Antimikroba yang sesuai dengan hasil kultur (reaksi sensitive) dapat
membunuh atau mematikan kuman yang menginvasi jaringan tulang.

3.4 Pendidikan kesehatan terpilih (SAP & LEAFLET)

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Tema : OSTEOMILIETIS

Tempat : Ruang Shofa Di RSU Haji Surabaya.

Sasaran : Pasien dengan penyakit Osteomielitis


Hari/tangal : 21 Oktober 2017
Pukul : 08.00
Alokasi waktu : 20 menit
Penyuluh : Zubaidah
Sisilliya Rosita

16
Tujuan Instruksional Umum :

Setelah mengikuti kegiatan ini dapat menambah pengetahuan tentang


Osteomielitis

Tujuan Instruksional Khusus :

1. Pengertian Osteomielitis
2. Penyebab Osteomielitis
3. Macam-macam Osteomielitis
4. Manifestasi klinik Osteomielitis
5. Penatalaksanaan Osteomielitis

I. Pokok materi (Terlampir)


1. Pengertian Osteomielitis
2. Penyebab Osteomielitis
3. Macam-macam Osteomielitis
4. Manifestasi klinik HONK
5. Penatalaksanaan HONK

II. Media
Leaflet

III. Metode
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi

17
IV. Kegiatan
NO. KEGIATAN PENYULUH PESERTA WAKTU
1. Pendahuluan Mengucapkan salam Menjawab 5 Menit
& Apresiasi pembukaan salam
memperkenalkan diri Memperhatikan
Apresiasi Berpartisipasi
mengkomunikasikan aktif
tujuan
2. Isi Menjelaskan dan Memperhatikan 10 menit
menguraikan materi dan mencatat
tentang : penjelasan
Pengertian penyuluh
Osteomielitis dengan cermat
Penyebab menanyakan
Osteomielitis hal-hal yang
Macam-macam belum jelas,
Osteomielitis memperhatikan
Manifestasi klinis jawaban dari
Osteomielitis penyuluh.
Penatalaksanan
Osteomielitis
a. Memberikan
kesempatan kepada
peserta penyuluhan
untuk bertanya.
b. Menjawab
pertanyaan peserta
penyuluhan yang
berkaitan dengan
materi yang belum
jelas.
3. Penutup a. Menyimpulkan a. Memperhatik 5 m

18
materi yang telah an e
disampaikan. kesimpulan n
b. Melakukan dari materi i
evaluasi/ penyuluhan t
Mengakhiri yang telah
kegiatan disampaikan.
b. Menjawab
pertanyaan
yang telah
diajukan oleh
penyuluh.
Menjawab
salam.

V. Evaluasi
a. Evaluasi formatif :
1. Klien dapat menjelaskan tentang pengertian Osteomielitis
2. Klien dapat menyebutkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya
Osteomielitis
3. Klien dapat menyebutkan kembali macam-macam Osteomielitis
4. Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala Osteomielitis
b. Evaluasi somatif :
1. Klien dapat memahami penatalaksanaan Osteomielitis

2. MATERI
1. PENGERTIAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Osteomielitis dapat terjadi
akibat perluasan infeksi pada jaringan lunak, kontaminasi langsung pada
tulang (pembedahan tulang, luka tembakan senjata), atau hematogenus
(ditularkan melalui darah), yang menyebar dari area infeksi yang lain.
Staphylococcus aureus menyebabkan lebih dari 50% infeksi tulang.

19
2. PENYEBAB
 Staphylococcus aureus
 Haemophylus influenzae
 Pseudomonas aurenginosa
 Escherechia coli
3. MACAM-MACAM
 Osteomlitis Primer
Disebabkan oleh implantasi mikroorganisme secara langsung ke dalam
tulang dan biasanya terbatas pada tempat tersebut.
 Osteomlitis Primer
Osteomielitis sekunder dapat diseebabkan oleh perluasan infeksi secara
langsung dari jaringan lunak di dekatnya ke fokus lain dan penyebaran
melalui darah.
4. MANIFESTASI KLINIS
 Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum.
 Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
5. PENATALAKSANAAN
 Analgetik untuk menghilangkan nyeri.
 Pemberian cariran intravena jika perlu tranfusi darah.
 Istirahat lokal dengan bidai atau traksi.
 Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama, yaitu
Staphylococus aureus
Terapi antibiotik untuk mengontrol infeksi dapat meliputi :
 Pemberian antibiotik sistemik.
 Tindakan memasukan antibiotik kedalam rongga tulang
 Irigasi terbatas dengan sistem drainase darah yang disertai dengan
tindakan pengisapan (Hemovac).
 Kompres dengan kassa basa yang mengandung antibiotik.

20
BAB IV
ANALISA ARTIKEL JURNAL

Osteomilietis adalah penyakit pada tulang, yang ditandai dengan adanya


peradangan sumsum tulang dan tulang dan tulang yang berdekatan dan sering
diakaitkan dengan hancurnya kortikal dan trabekular tulang. Penyakit ini memiliki
dua klasifikasi yaitu osteomielitis hematogen dan contiguous osteomielitis dengan
atau tanpa insufisiensi vaskukler. Baik hematogen dan contiguous osteomielitis
lebih lanjut diklasifikasikan sebagai akut atau kronis.
Osteomilietis paling sering timbul dari patah tulang terbuka, infeksi pada kaki
penderita diabetes,atau terapi bedah pada luka tertutup. Penyebab osteomielitis
bervariasi, dapat disebabkan oleh bakteri,jamur atau berbagai organisme lain, dapat
idiopatik seperti osteomielitis multifokal kronis yang berulang.
Komplikasi osteomilietis banyak dan paling sering berhubungan dengan
hilangnya fungsi penuh dari jaringan tulang. Fraktur lebih cenderung terjadi dengan
penyakit progresif. Penyebaran lokal dan penyebaran infeksi juga mungkin terjadi.
Misdiagnosa sangat mungkin terjadi apabila ada penyakit lain yang rumit
menginfeksi. Peradangan kronis dan infeksi dapat menyebabkan transformasi
maligna berupa karsinoma sel skuamosa atau sarkoma pada beberapa kasus.
Penelitian ini dilakukan terhadap 35 orang pasien dari 56 orang pasien rawat
jalan osteomielitis kronis di Rumah Sakit Al-Islam Bandung pada tahun 2013 yang
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi arau sebanyak 62,5%.
Berdasarkan data diketahui bahwa sampel yang berusia <26 tahun sebanyak
31,4%, 26-35 tahun sebanyak 17,1%, 36-45 dan 56-65 tahun sebanyak 14,3% dan
46-55 tahun sebanyak 22,9%.
Mayoritas penderita osteomilietis kronis ekstremitas adalah perempuan
sebanyak 62,9%. Sedangkan laki-laki sebanyak 37,1%. Gambaran hasil sinar X
pasien osteomilietis kronis ekstremitas tipe medullary sebanyak 37,1%, superficial
sebanyak 57,1%, localized sebanyak 5,7% dan diffuse sebanyak 0%.
Karakteristik jenis kelamin dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
osteomilietis kronis ekstremitas lebih sering terjadi pada perempuan sebanyak 22
pasien (62,9%) dibanding laki-laki sebanyak 13 pasien (37,1%). Hal ini berbeda

21
dengan yang dipaparkan dalam sebuah artikel yang berjudul Osteomyelitis AN khan
di india pada tahun 2001 menyatakan bahwa perbandingan bahwa jenis kelamin
pasien osteomilietis kronis antara laki-laki dan perempuan adalah 1,5:1. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa faktor resiko ostemielitis kronis adalah fraktur
terbuka yang lebih sering terjadi pada laki-laki karena aktivitasnya yang tinggi
sehingga dapat menimbulkan trauma, namun pada penelitian ini pasien
osteomilietis kronis yang paling banyak adalah perempuan yang mungkin
dikarenakan beberapa hal diantaranya jumlah pasien osteomilietis kronis yang
datang ke Rumah Sakit Al-Islam didominasi perempuan sehingga pada sampel
yang diambil lebih banyak perempuan. Alasan lain bisa dikarenakan kesadaran
laki-laki yang kurang terhadap kondisi kesehatannya seperti pada osteomilietis
kronis, seringkali laki-laki cenderung membiarkannya dari pada datang ke Rumah
Sakit untuk pengobatan. Terlebih sekarang aktivitas perempuan pun sudah banyak
yang menimbulkan resiko yang besar untuk terjadinya trauma hingga menjadi
osteomilietis kronis. Pasien yang datang didominasi oleh pasien osteomilietis
kronis karena biasanya pasien tidak peka terhadap gejala-gejala awal osteomielitis,
sehingga mereka lebih sering datang dengan keadaan yang sudah kronis. Pada
penelitian sebelumnya juga berkaitan dengan lokasi pengambilan data yaitu India,
bahwa disebutkan pada tahun 2001 perbandingan populasi pria dan wanita di india
adalah 1000:858, jumlah ini juga bisa mempengaruhi hasil penelitian sehingga
akhirnya perbandingan penyakit osteomielitis kronis pada laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan.

22
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam
berbagai bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang
optimum.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering,
setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri,
tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur.

5.2 Saran
Sebagai hal untuk tindakan pencegahan sebaiknya kita banyak melakukan
olahraga, menjaga asupan nutrisi yang adekuat serta istirahat yang teratur.
Penulis juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun agar pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik karena
penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Digiulio, Mary. 2014. Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 1. Yogyakarta: Rapha


publising

Kowalak, Jennifer. P. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Muskuloskeletal. Jakarta: EGC

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume
3. EGC : Jakarta

Doengs, Marilyn E, dkk. 2000. Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa


Keperawatan . EGC : Jakarta

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Muskuloskeletal.


EGC : Jakarta

Brunner, Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Ed 12. EGC : Jakarta

24

Vous aimerez peut-être aussi