Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit
osteomielitis
2. Tujuan Khusus
Mengetahui pengkajian selama pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit osteomielitis.
Mengetahui diagnosa selama pemberian asuhan keperawatan pada pasien
dengan penyakit osteomielitis.
Mengetahui rencana tindakan selama pemberian asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit osteomielitis.
1.3 Manfaat
1. Rumah sakit
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kesehatan khususnya penerapan
asuhan keperawatan pada klien dengan osteomielitis.
2. Institusi pendidikan
Menjadi masukan bagi institusi guna menambah literatur/referensi untuk
kelengkapan perkuliahan.
3. Klien dan keluarga
Menambah pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit osteomielitis,
terutama tentang cara pencegahan dan penanggulangannya.
4. Penulis
Sebagai acuan untuk menambah pengetahuan serta mendapatkan
pengalaman secara langsung dalam memberikan asuhan keperawatan
kegawatdaruratan pada pasiesn osteomielitis
2
BAB II
STUDI LITERATUR
2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Osteomielitis dapat terjadi akibat
perluasan infeksi pada jaringan lunak, kontaminasi langsung pada tulang
(pembedahan tulang, luka tembakan senjata), atau hematogenus (ditularkan
melalui darah), yang menyebar dari area infeksi yang lain. Staphylococcus
aureus menyebabkan lebih dari 50% infeksi tulang. Organisme patogenik lain
yang sering kali ditemukan adalah organism Gram positif yang mencakup
streptokokus dan enterokokus, dilanjutkan dengan bakteri Gram negatif yang
mencakup spesies pseudomonas. Pasien yang berisiko adalah pasien dengan
gizi buruk, lansia, dan pasien yang obes; mereka yang mengalami gangguan
sistem imun dan penyakit kronis (diabetes) dan mereka yang mendapat terapi
kortikosteroid jangka panjang atau agens imunosupresif. Kondisi ini dapat
dicegah dengan terapi yang tepat dan penatalaksanaan infeksi pada jaringan
fokal dan jaringan lunak.
2.2 Etiologi
1. Staphylococcus aureus.
Bakteri coccus gram positif, bentuknya bergerombol dan tidak
teratur ibarat grombolan anggur.
Bakteri Staphylococus Aureus tumbuh pada media padat dan cair seperti
BAP (Blood Agar Plate) dan NA (Nutrien Agar) dan aktif melakukan
metabolisme, bisa fermentasi karbohidrat dan memproduksi bermacam-
macam pigmen dari putih sampai kuning.
2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
Haemophilus merupakan merupakan golongan bakteri kecil, gram-
negatif pleomorfik, untuk mengisolasikannya dibutuhkan perbenihan
diperkaya yang biasanya mengandung darah atau turunannya. Dari genus
haemophilus disebut haemophilic karena bakteri golongan ini
membutuhkan faktor pertumbuhan yang terdapat di dalam darah.
3
3. Pseudomonas aurenginosa
Pseudomonas aeruginosa telah menjadi penyebab penting dari
infeksi, terutama pada pasien dengan sistem pertahanan tubuh yang
terganggu. Bakteri ini terdapat luas di alam, menghuni tanah, air,
tumbuhan, dan hewan, termasuk manusia. Bakteri ini menjadi bakteri yang
paling sering ditemui (diisolasi) pada pasien yang telah dirawat di rumah
sakit lebih dari 1 minggu.
Selain itu, bakteri ini juga menjadi penyebab infeksi nosokomial
(suatu infeksi yang diperoleh atau dialami oleh pasien selama dia dirawat di
rumah sakit dan menunjukkan gejala infeksi baru setelah 72 jam pasien
berada di rumah sakit serta infeksi itu tidak ditemukan atau diderita pada
saat pasien masuk ke rumah sakit) seperti : pneumonia, infeksi saluran
kemih, dan bakteriemia. Infeksi Pseudomonas dapat berkomplikasi dan
mengancam nyawa.
4. Escherechia coli
Sebagian besar jenis E.coli tidak berbahaya dan merupakan bagian
yang penting dari saluran cerna manusia yang sehat karena berfungsi
menghasilkan vitamin K dan menjaga keseimbangan bakteri di usus.
Namun, beberapa jenis E.coli (disebut E.coli patogenik) dapat
menimbulkan penyakit infeksi, seperti infeksi pada kantung empedu,
saluran kemih, selaput otak, paru, dan saluran cerna. Infeksi – infeksi
tersebut tidak hanya dapat disebabkan oleh E.coli, namun dapat juga
disebabkan bakteri jenis lain.
2.3 Klasifikasi
A. Osteomlitis Primer
Disebabkan oleh implantasi mikroorganisme secara langsung ke
dalam tulang dan biasanya terbatas pada tempat tersebut. Fraktur terbuka
(compound fracture), dan operasi bedah pada tulang merupakan penyebab
tersering.
B. Osteomilitis Sekunder
4
Biasanya disebabkan oleh penyebaran melalui aliran darah. Kadang-
kadang osteomielitis sekunder dapat diseebabkan oleh perluasan infeksi
secara langsung dari jaringan lunak di dekatnya ke fokus lain.
2.4 Patofisiologi
Kondisi osteomielitis tulang kaki dapat terjadi dengan adanya riwayat
dengan fraktur terbuka, riwayat pembedahan dengan pemasangan fiksasi
interna. Ada berbagai faktor predisposisi yang meningkatkan resiko
osteomielitis tulang kaki, meliputi tidak adekuatnya nutrisi dan higiene, faktor
imunitas dan virulensi kuman dan serta adanya port de entree luka terbuka.
Proses selanjutnya adalah terjadinya hiperimia dan edema di daerah metafisi
disertai pembentukan pus. Terbentuknya pus dalam tulang ketika jaringan
tulang tidak dapat berekspansi akan mengakibatkan tekanan dalam tulang
bertambah. Peningkatan tekanan dalam tulang mengakibatkan
ketergantungannya sirkulasi dan timbul trombosis pada pembuluh darah dalam
tulang dan akhirnya menyebabkan nekrosis tulang.
Disamping proses tersebut membentuk tulang baru yang ekstensif terjadi
pada bagian dalam periosteum sepanjang defisisi sehingga terbentuk suatu
jaringan sekuesterum. Apabila pus menembus tulang, terjadi pengaliran pus (
discharge ) keluar melalui lubang yang disebut dengan kloaka atau melalui
sinus pada jaringan lunak dan kulit. Pada tahap selanjutnya, penyakit akan
berkembang menjadi osteomielitis kronis. Pada daerah tulang kanseleosa,
infeksi dapat terlokalisasi dan diliputi oleh jaringan fibrosa yang membentuk
abses tulang kronis.
Manifestasi osteomielitis tulang kaki dan intervensi bedah perbaikan untuk
membuang jaringan sekuestrum pada periostenum menimbulkan berbagai
masalah pada klien, meliputi keluhan nyeri pada tungkai bawah akibat
kerusakan jaringan saraf atau kompresi saraf pasca bedah, kerusakan integritas
jaringan yang berhubungan dengan drainase pus melalui lubang kloaka,
respons inflamasi sistemik dengan manifestasi demam, anoreksia, kelemahan
fisik yang menyebabkan asupan nutrisi berkurang, hambatan mobilitas fisik
sekunder akibat nyeri dan pembengkakan, respon bau yang keluar akibat
5
pengeluaran pus dari kloaka yang menyebabkan perubahan konsep diri (citra
tubuh), dan respons psikologis ansietas terhadap kondisi prognisis penyakit dan
rencana pembedahan.
6
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella
2.7 Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis
1. Analgetik untuk menghilangkan nyeri.
2. Pemberian cariran intravena jika perlu tranfusi darah.
3. Istirahat lokal dengan bidai atau traksi.
4. Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama, yaitu
Staphylococus aureus sambil menunggu hasil biakan kuman Drainase
bedah dilakukan apabila setelah 24 jam pengobatan. Lokal dan sistemik
antibiotik gagal ( tidak ada perbaikan keadaan umum). Dapat
dipertimbangkan drainase bedah (chirurgis). Pada drainase bedah, pus
subperiosteal dievakuasi untuk mengurangi tekanan intra-oseus. Pus
juga digunakan sebagai bahan untuk biakan kuman. Drainase dilakukan
selama beberapa hari dengan mengunakan cairan NaCL dan antibiotik.
7
2. Terapi oksigen hiperbarik untuk menstimulasi mekanisme imun yang
normal.
3. Pencangkokan kulit, tulang, dan otot untuk mengisi dead space dan
meningkatkan pasokan darah.
2.8 Prognosis
Beberapa komplikasi yang sering terjadi osteomielitis hematogen yang perlu
diketahui perawat agar dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik
sehingga resiko komplikasi dapat di hindari adalah seabagi berikut :
1. Septikimia. Dengan makin tersedianya obat antibiotik yang memadai,
kematian pada septikimia saat ini jarang ditemukan.
2. Infeksi yang bersifat metastatik infeksi dapat berfermentasi ke tulang/sendi
lainya, otak dan paru-paru dapat bersifat multifocal dan biasanya terjadi
pada klien dengan gizi buruk.
3. Atritis supuratif. Atritis supuratif dapat terjadi pada bayi karena lempeng
apifisis bayi (yang bertindak sebagai barier)belum berfungsi dengan baik.
Komplikasi terutama terjadi pada osteomielitis hematogen akut di daerah
metafisis yang bersifat intra-kapsular (pada sendi panggul) atau melalui
infeksi metastatic.
4. Gangguan pertumbuhan. Osteomielitis hematogen akut dapat
menyebabakan kerusakan lempeng epfisis sehingga terjadi gangguan
pertumbuhan, tulang yang bersangkutan menjadi lebih pendek. Pada anak
yang lebih besar akan tejadi hyperemia pada daerah metafisis yang
merupakan stimulasi untuk tulang untuk tumbuh. Pada keadaan ini, tulang
tumbuh lebih cepat sehingga terjadi pemanjangan tulang.
5. Osteomielitis kronis. Apabila diagnosis dan terapi yang tepat tidak
dilakukan, osteomeilitis akut akan menjadi osteomeilitis kronis
8
2.9 WOC
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas Klien
Berisi nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan,
pekerjaan, tanggal masuk, No.MR, dll.
b. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala
akut (nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau kambuhan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan demam
sedang.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama
dengan sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang,
seperti trauma tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau
pembedahan tulang, dll.
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun
biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
2. Pengkajian pada fungsional Gordon
1) Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Klien biasanya tidak mengerti bahwa penyakit yang ia diderita adalah
penyakit yang berbahaya. Perawat perlu mengkaji bagaimana klien
memandang penyakit yang dideritanya, apakah klien tau apa penyebab
penyakitnya sekarang.
2) Nutrisi – Metabolik
Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu makan karena
demam yang ia diderita.
3) Eliminasi
10
Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi karena pasien
mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
4) Aktivitas – Latihan
Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami penurunan aktivitas karena
rasa nyeri yang ia rasakan
5) Istirahat – Tidur
Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur karena rasa nyeri
yang ia rasakan pada tulangnya.
6) Kognitif – Persepsi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dengan kognitif dan
persepsinya.
7) Persepsi Diri – Konsep Diri
Biasanya pasien memiliki perilaku menarik diri, mengingkari, depresi,
ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh mengelak, menangis,
kontak mata kurang, gagal menepati janji atau banyak janji.
8) Peran – Hubungan
Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan penyakit yang
dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari lingkungannya. Dan
klien juga tidak dapat melakukan perannya dengan baik.
9) Seksual – Reproduksi
Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam masalah seksual.
10) Koping – Toleransi Stress
Biasanya pasien mengalami stress ysng berat karena kondisinya saat
itu.
11) Nilai Kepercayaan
Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap klien agar kebutuhan
spiritual klien data dipenuhi selama proses perawatan klien di RS. Kaji
apakah ada pantangan agama dalam proses pengobatan klien. Klien
biasanya mengalami gangguan dalam beribadah karena nyeri yang ia
rasakan.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut : Biasanya kulit kepala bersih, tidak berbau
11
b. Wajah : Biasanya tidak terdapat odema
c. Mata : Biasanya simetris kiri dan kanan
d. Hidung : Biasanya tidak ada lendir, tdak menggunakan alat bantu nafas
e. Telinga : Biasanya simetris kiri dan kanan
f. Mulut : biasanya tidak berbau, tidak ada caries
g. Lidah : Biasanya bersih
h. Leher: : Biasanya tidak ada terjadi peradangan pada tonsil, dan tidak
terjadi kaku kuduk
i. Thorak
I : Biasanya dada simetris kiri dan kanan
P : Biasanya fremitus simetris kiri dan kanan
P : Biasanya terdapat bunyi sonor
A : Biasanya tidak didapatkan suara tambahan
j. Jantung
I : Biasanya ictus cordis terlihat
P : Biasanya ictus teraba
P : Biasanya terdapat bunyi pekak
A : Bisanya BJ1 dan BJ2 teratur, tidak ada murmur/tidak ada bunyi
tambahan
k. Abdomen
I : Biasanya abdomen klien simetris kiri dan kanan, tidak ada ancietas
A : Biasanya bising usus normal
P : Biasanya tidak terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas
P : Biasanya bunyi tymani
l. Genita urinaria : Biasanya tidak terdapat gangguan eliminasi dan tidak
terpasang khateter
m. Ekstremitas bawah : biasanya terjadi hambatan mobilisasi fisik, terjadi
infeksi/merah pada tulang kaki, terjadi pembengkakan, dan juga
mengeluarkan pus beserta bau yang khas, adanya keluhan nyeri tekan,
dan terjadi gangguan pergerakan sendi kaki.
n. Neorologis : Biasanya kesadaran klien baik dan peka terhadap
rangsangan
12
3.2 Diagnosa keperawatan
1. Resiko infeksi b/d pembentukan abses tulang.
2. Nyeri akut b/d inflamasi dan pembengkakan.
3. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri, alat immobilisasi dan keterbatasan
gerak.
4. Hipertermia b/d proses inflamasi.
5. Kerusakan integritas kulit b/d inflamasi, luka.
3.3 Intervensi
1. Resiko infeksi b/d pembentukan abses tulang.
Intervensi
Pantau tanda-tanda vital secara tepat khususnya selama awal terapi.
Batasi pengunjung sesuai indikasi.
Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
Awasi keefektifan terapi antmikrobia.
Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
Rasional
13
Dorong untuk mengubah posisi
Kolaborasi pemberian analgesik.
Rasional
Rasional
14
Demonstrasikan atau bantu teknik pemindahan dan penggunaan bantuan
mobilitas, misalnya trapeze.
Pasien mampu melakukan aktivitas sendiri.
Memudahkan untuk melakukan aktivitas.
Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari perkembangan atau resolusi
dari proses inflamasi.
Sebagai suatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan
mempertahankan/meningkatkan mobilitas pasien.
4. Hipertermia b/d proses inflamasi.
Intervensi
Pantau suhu pasien (derajat dan pola) perhatikan menggigil atau
diaforesis.
Berikan kompres hangat, hindari penggunaan alkohol.
Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi.
Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), acetaminofen (Tylenol).
Rasional
Peningkatan suhu di atas normal mengidentifikasikan terjadinya suatu
proses infeksi.
Dapat membantu menurunkan demam. Catatan : penggunaan air es atau
alkohol mungkin menyebabkan kedinginan, peningkatan suhu secara
aktual, selain itu dapat mengeringkan kulit.
Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada
hipotalamus, meskipun demam mungkin dapat berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme, dan meningkatkan autodestruksi dari sel-sel
yang terinfeksi.
5. Kerusakan integritas kulit b/d inflamasi, luka.
Intervensi
Kaji kerusakan jarinagn lunak.
Lakukan perawatan luka : lakukan perawatan luka dengan teknik steril.
Kaji keadaan luka dengan teknik membuka balutan dan stimulus nyeri,
bila perban melekat kuat, perban di guyur deng NaCL.
15
Lakukan pembilasan luka dari arah dalam keluar dengan airan NaCL.
Tutup luka dengan kasa steril atau kompres dengan NaCL yang di
campur dengan antibiobik.
Kolaborasi dengan pemberian antibiotik/antimikroba.
Rasional
Tema : OSTEOMILIETIS
16
Tujuan Instruksional Umum :
1. Pengertian Osteomielitis
2. Penyebab Osteomielitis
3. Macam-macam Osteomielitis
4. Manifestasi klinik Osteomielitis
5. Penatalaksanaan Osteomielitis
II. Media
Leaflet
III. Metode
Ceramah
Tanya jawab
Diskusi
17
IV. Kegiatan
NO. KEGIATAN PENYULUH PESERTA WAKTU
1. Pendahuluan Mengucapkan salam Menjawab 5 Menit
& Apresiasi pembukaan salam
memperkenalkan diri Memperhatikan
Apresiasi Berpartisipasi
mengkomunikasikan aktif
tujuan
2. Isi Menjelaskan dan Memperhatikan 10 menit
menguraikan materi dan mencatat
tentang : penjelasan
Pengertian penyuluh
Osteomielitis dengan cermat
Penyebab menanyakan
Osteomielitis hal-hal yang
Macam-macam belum jelas,
Osteomielitis memperhatikan
Manifestasi klinis jawaban dari
Osteomielitis penyuluh.
Penatalaksanan
Osteomielitis
a. Memberikan
kesempatan kepada
peserta penyuluhan
untuk bertanya.
b. Menjawab
pertanyaan peserta
penyuluhan yang
berkaitan dengan
materi yang belum
jelas.
3. Penutup a. Menyimpulkan a. Memperhatik 5 m
18
materi yang telah an e
disampaikan. kesimpulan n
b. Melakukan dari materi i
evaluasi/ penyuluhan t
Mengakhiri yang telah
kegiatan disampaikan.
b. Menjawab
pertanyaan
yang telah
diajukan oleh
penyuluh.
Menjawab
salam.
V. Evaluasi
a. Evaluasi formatif :
1. Klien dapat menjelaskan tentang pengertian Osteomielitis
2. Klien dapat menyebutkan hal-hal yang menyebabkan terjadinya
Osteomielitis
3. Klien dapat menyebutkan kembali macam-macam Osteomielitis
4. Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala Osteomielitis
b. Evaluasi somatif :
1. Klien dapat memahami penatalaksanaan Osteomielitis
2. MATERI
1. PENGERTIAN
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Osteomielitis dapat terjadi
akibat perluasan infeksi pada jaringan lunak, kontaminasi langsung pada
tulang (pembedahan tulang, luka tembakan senjata), atau hematogenus
(ditularkan melalui darah), yang menyebar dari area infeksi yang lain.
Staphylococcus aureus menyebabkan lebih dari 50% infeksi tulang.
19
2. PENYEBAB
Staphylococcus aureus
Haemophylus influenzae
Pseudomonas aurenginosa
Escherechia coli
3. MACAM-MACAM
Osteomlitis Primer
Disebabkan oleh implantasi mikroorganisme secara langsung ke dalam
tulang dan biasanya terbatas pada tempat tersebut.
Osteomlitis Primer
Osteomielitis sekunder dapat diseebabkan oleh perluasan infeksi secara
langsung dari jaringan lunak di dekatnya ke fokus lain dan penyebaran
melalui darah.
4. MANIFESTASI KLINIS
Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum.
Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus.
5. PENATALAKSANAAN
Analgetik untuk menghilangkan nyeri.
Pemberian cariran intravena jika perlu tranfusi darah.
Istirahat lokal dengan bidai atau traksi.
Pemberian antibiotik secepatnya sesuai dengan penyebab utama, yaitu
Staphylococus aureus
Terapi antibiotik untuk mengontrol infeksi dapat meliputi :
Pemberian antibiotik sistemik.
Tindakan memasukan antibiotik kedalam rongga tulang
Irigasi terbatas dengan sistem drainase darah yang disertai dengan
tindakan pengisapan (Hemovac).
Kompres dengan kassa basa yang mengandung antibiotik.
20
BAB IV
ANALISA ARTIKEL JURNAL
21
dengan yang dipaparkan dalam sebuah artikel yang berjudul Osteomyelitis AN khan
di india pada tahun 2001 menyatakan bahwa perbandingan bahwa jenis kelamin
pasien osteomilietis kronis antara laki-laki dan perempuan adalah 1,5:1. Penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa faktor resiko ostemielitis kronis adalah fraktur
terbuka yang lebih sering terjadi pada laki-laki karena aktivitasnya yang tinggi
sehingga dapat menimbulkan trauma, namun pada penelitian ini pasien
osteomilietis kronis yang paling banyak adalah perempuan yang mungkin
dikarenakan beberapa hal diantaranya jumlah pasien osteomilietis kronis yang
datang ke Rumah Sakit Al-Islam didominasi perempuan sehingga pada sampel
yang diambil lebih banyak perempuan. Alasan lain bisa dikarenakan kesadaran
laki-laki yang kurang terhadap kondisi kesehatannya seperti pada osteomilietis
kronis, seringkali laki-laki cenderung membiarkannya dari pada datang ke Rumah
Sakit untuk pengobatan. Terlebih sekarang aktivitas perempuan pun sudah banyak
yang menimbulkan resiko yang besar untuk terjadinya trauma hingga menjadi
osteomilietis kronis. Pasien yang datang didominasi oleh pasien osteomilietis
kronis karena biasanya pasien tidak peka terhadap gejala-gejala awal osteomielitis,
sehingga mereka lebih sering datang dengan keadaan yang sudah kronis. Pada
penelitian sebelumnya juga berkaitan dengan lokasi pengambilan data yaitu India,
bahwa disebutkan pada tahun 2001 perbandingan populasi pria dan wanita di india
adalah 1000:858, jumlah ini juga bisa mempengaruhi hasil penelitian sehingga
akhirnya perbandingan penyakit osteomielitis kronis pada laki-laki lebih tinggi
dibanding perempuan.
22
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan mengukur
pergerakan. Tulang manusia saling berhubungan satu dengan yang lain dalam
berbagai bentuk untuk memperoleh sistem muskuloskeletal yang yang
optimum.
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena
penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau yang lebih sering,
setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi (osteomielitis eksogen).
Osteomielitis adalah infeksi tulang yang biasanya disebabkan oleh bakteri,
tetapi kadang-kadang disebabkan oleh jamur.
5.2 Saran
Sebagai hal untuk tindakan pencegahan sebaiknya kita banyak melakukan
olahraga, menjaga asupan nutrisi yang adekuat serta istirahat yang teratur.
Penulis juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca yang bersifat
membangun agar pembuatan makalah selanjutnya dapat lebih baik karena
penulis hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.
23
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Volume
3. EGC : Jakarta
24