Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
POLIMER THERMOSETTING
DISUSUN OLEH :
MARLINA ( 331 17 009 )
RISKA WAHYUNENGSI ( 331 17 023 ) 1A
Penulis
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pengetahuan Bahan Teknik, makalah ini juga bertujuan untuk :
1. Mengetahui pengertian Polimer Thermosetting
2. Mengetahui saja jenis – jenis Polimer Thermosetting
3. Mengetahui reaksi yang terjadi
4. Mengetahui proses yang terjadi
1.1 MANFAAT
Dengan pembuatan makalah ini diharapkan dapat memberikan dan menambah wawasan
mengenai senyawa polimer bagi kalangan pelajar maupun kalangan umum. Sehingga
kita dapat mengetahui lebih dalam mengenai senyawa Polimer Thermosetting dan
pemanfaatannya dalam kehidupan.
BAB II
ISI
Polimer disebut juga dengan makromolekul merupakan molekul besar yang dibangun
dengan pengulangan oleh molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer merupakan
molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang ratusan bahkan ribuan
molekul sederhana yang disebut monomer. Oleh karena itu polimer mempunyai massa molekul
relatif yang sangat basar.Polimer (polymer) berasal dari dua kata, yaitu poly (banyak) dan
meros (bagian – bagian).
Klasifikasi polimer dapat dibedakan berdasarkan ketahanan terhadap panas (termal) dan
berdasarkan asalnya.
1. Polimer berdasarkan asalnya
Berdasarkan asalnya, polimer dibedakan atas polimer alam dan polimer buatan. Polimer
alam telah dikenal sejak ribuan tahun yang lalu, seperti amilum, selulosa, kapas, karet,
wol, dan sutra. Polimer buatan dapat berupa polimer regenerasi dan polimer sintetis.
Polimer regenerasi adalah polimer alam yang dimodifikasi. Contohnya rayon, yaitu serat
sintetis yang dibuat dari kayu (selulosa). Polimer sintetis adalah polimer yang dibuat dari
molekul sederhana (monomer) dalam pabrik
2. Polimer berdasarkan ketahan terhadap panas
polimer termoplastik
polimer termoseting
1. POLIMER THERMOSETTING
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas. Jika
polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk ulang
kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali (pada saat
pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau diperbaiki lagi.
Polimer ini terdiri dari molekul rantai lurus dengan ikatan yang kuat antarsesamanya.
Atau bisa dikatakan Polimer thermosetting adalah polimer network. Polimer ini
menjadi keras secara permanen selama pembentukannya dan tidak melunak ketika dipanaskan.
Polimer network mempunyai crosslink kovalen di antara rantai polimer yang berdekatan.
Selama pemanasan, ikatan ini mengikat rantai polimer menjadi satu untuk menahan gerakan
vibrasi dan rotasi rantai pada temperature tinggi. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa
material tidak melunak ketika dipanaskan.
Plomer termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah dibentuk pada waktu
dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak ikatan silang
pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini dipanaskan untuk
kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan silang antar rantai polimer.
Hanya pemanasan yang berlebih yang akan menyebabkan beberapa ikatan crosslink dan
polimer itu sendiri mengalami degradasi. Polimer termoset biasanya lebih keras dan kuat
daripada termoplastik dan mempunyai stabilitas dimensional yang lebih baik. Kebanyakan
polimer crosslink dan network termasuk vulcanized rubbers, epoxies, dan phenolics and
beberapa resin polyester adalah termosetting
• Ketika dipanaskan pada tahap awal, termoset melunak dan mampu mengalir di dalam
cetakan.
• Tapi pada temperatur yang tinggi, terjadi reaksi kimia yang mengeraskan material
sehingga akhirnya menjadi padatan yang tidak mampu lebur kembali (infusible solid).
• Jika dipanaskan ulang, tidak mampu melunak kembali melainkan akan terdegradasi
menghasilkan arang.
Ketika dipanaskan pada tahap awal, termoset melunak dan mampu mengalir di dalam
cetakan.
Tapi pada temperatur yang tinggi, terjadi reaksi kimia yang mengeraskan material
sehingga akhirnya menjadi padatan yang tidak mampu lebur kembali (infusible solid).
Jika dipanaskan ulang, tidak mampu melunak kembali melainkan akan terdegradasi
menghasilkan arang.
Keras dan kaku (tidak fleksibel)
Tidak dapat dibentuk ulang (sukar didaur ulang).
Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
Tahan terhadap asam basa.
Mempunyai ikatan silang antar rantai molekul.
3. JENIS-JENIS THERMOSETTING
Resin Urea formaldehid adalah hasil polimerisasi kondensasi urea dengan formaldehid.
Resin ini termasuk dalam kelas resin thermosetting yang mempunyai sifat tahan terhadap asam
,basa , tidak dapat melarut dan tidak dapat meleleh. Karena sifat-sifat tersebut, aplikasi resin
urea-formaldehid yang sangat luas sehingga industri urea-formaldehid berkembang pesat.
Resin urea ini dapat dicetak tekan, memiliki permukaan yang keras dan mempunyai nilai
dielektrik yang tinggi dan dapat diberi berbagai warna. Contoh industri yang menggunakan
industri formaldehid adalah laminating, coating, tekstil resin finishing. Jenis resin ini banyak
juga digunakan untuk mencegah berkerut dan kusut nya kain katun dan untuk mencegah
menyusutnya kayu.
dimetilol urea
trimetilol urea
Novolak merupakan hasil reaksi antara phenol ekses dengan formaldehid oleh adanya katalis asam.
Jenis katalis asam yang sering digunakan adalah asam sulfat, asam klorida, dan asam oksalat dengan
konsentrasi rendah. Hasil reaksi akan membentuk produk yang termoplast dengan berat molekul
500 - 900. Agar novolak menjadi bersifat termoset maka membutuhkan pemanasan dan
penambahan crosslinking agent (Frisch, 1967).
Tahap reaksi dalam pembentukan novolak tersaji pada gambar 1 dan 2. Pada novolak, reaksi
polikondensasi dapat berlangsung sempurna sampai membentuk rantai dengan struktur methylene
link dan phenol terminate tanpa adanya gugus fungsional dan tidak dapat cure dengan sendirinya.
Pada suasana asam, raeksi kondensasi (pembentukan jembatan methylene) berjalan cepat dibanding
pembentukan gugus methylol (Hesse, 1991).
Aplikasi
Reaksi pembentukan resin melamin-formaldehida merupakan reaksi polikondensasi yang sampai pada
tahap akhir penggunaannya terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama adalah reaksi metilolasi dengan
formaldehida membentuk melamin termetilolasi (gambar 1).
Molekul melamin mengandung tiga gugus amina primer dan setiap gugus tersebut mempunyai potensi
untuk bereaksi dengan dua mol formaldehida hingga dapat membentuk produk heksametilolmelamin,
jika rasio formaldehida/melamin cukup tinggi. Dalam medium alkali (pH >9) maka produk yang
dihasilkan secara esensial adalah trimetilolmelamin dan heksametilolmelamin
Tahap kedua adalah tahap kondensasi membentuk jembatan eter dan melepaskan air atau pembentukan
jembatan metilen dengan melepaskan formaldehida, bergantung pada pH. Sebagai contoh kondensasi
dari molekul monometilolmelamin
Tahap akhir adalah tahap kondensasi lanjut yang pada akhirnya membentuk produk polimer
terikatsilang dengan struktur jejaring tiga dimensi.
- rasio molar atau rasio massa dari bahan baku (melamin dan formaldehida)
- pH
- waktu dan
- temperature
Aplikasi
Aplikasi dari resin melamin-formaldehida sangat luas meliputi:
e. Bahan peningkat daya regang/rentang dan kekuatan basah(wet strength) dalam industry kertas
Mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan bahan dasar plastik (atom karbon) lain nya.
Sifat-sifat spesifik nya adalah: stabilitas (tahan terhadap suhu tinggi), kedap air, oleh karena
itu sering digunakan untuk membuat: minyak gemuk (fat), resin, perekat dan karet
sintetis.Contoh polimer termoplastik ialah Selulosa yang dibuat dari serat kapas dan kayu,
namun sangat kuat dan ulet serta dapat diberi ber- bagai warna.
Aplikasi
silikon sudah diproduksi secara komersial dan digunakan dalam banyak indutri seperti
automotif, konstruksi, energi, elektronik, pembuatan senyawa-senyawa kimia, pelapisan,
tekstil, dan barang-barang kebutuhan pribadi. Sarung tangan oven juga dibuat dari silikon
agar tahan terhadap panas.
Sarung tangan oven yang terbuat dari polimer silikon
Polimer silikon juga punya beragam kegunaan lainnya, seperti sebagai zat additif, tinta
printer atau bahkan salah satu bahan pembuat deodoran.
Rumus kimia
Prinsip cetak tekan dibambarkan pada gambar di bawah ini. Sejumlah bahan dimasukan
dalam cetakan logam yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Pada waktu cetakan ditutup, bahan
yang telah lunak tertekan sehingga mengalir mengisi rongga cetakan. Bahan yang digunakan
dapat berbentuk serbuk atau tablet prabentuk. Tekanan yang lazim digunakan berkisar antara
0,7 sampai 55 Mpa, tergantung pada bahan yang digunakan dan bentuk produk. Suhunya
berkisara antara 120 hingga 205˚C. Panas sangat penting bagi resin termosetting, karena
pertama-tama diperlukan untuk plastisasi, kemudian untuk polimerisasi atau untuk pengerasan.
Serbuk perlu dipanaskan secara merata, suatu hal yang cukup sulit karena daya hantar panas
bahan tidak baik. Beberapa jenis bahan diolah dengan penekanan, akan tetapi siklus pemanasan
dan pendinginan cetakan yang cepat akan menimbulkan kesulitan. Produk mungkin cacat
sewaktu dikeluarkan bila pendonginan cetakan tidak sempurna.
Pada proses cetak transfer, serbuk termosetting atau benda prabentuk diletakkan pada
tempat tersendiri atau alam ruang tekanan di atas rongga cetakan, seperti tampak pada gambar
di bawah ini. Di sini bahan mengalami plastisasi akibat panas dan tekanan dan diinjeksikan ke
dalam rongga cetakan, sebagai cairan panas, di sini bahan tersebut kemudian mengalami
pengerasan. Waktu reaksi pengerasan untuk cetak-transfer lebih singkat dibandingkan proses
cetak-tekan. Waktu pengisian pun lebih singkat karena digunakan bahan pembentuk yang lebih
besar yang dapat dipanaskan lebih cepat. Proses ini sangat cocok untuk membuat bagian-bagian
yang memerlukan sisipan logam yang keecil, karena bahan plastik yang panas memasuki
rongga cetakan secara bertahap tanpa tekanan yang tinggi. Bentuk yang rumit dan bentuk
dengan variasi penampang yang besar dapat juga duhasilkan dengan cara cetak transfer.
Keterbatasan dari proses ini ialah: kehilangan bahan dalam saluran pengalir, spru dan harga
cetakan yang lebih mahal dibandingkan dengan cetakan pada proses cetak-tekan.
Proses cetak transfer
4.3 Spraying
Kemajuan teknologi dengan cara spraying telah terbukti lebih efisien dan merupakan
sistem penyemprotan yang lebih bersih, dengan mengurani emisi stirena, kapasitas
penyemprotan yang lebih besar dan keseragaman lebih baik diantara pola penyemprotan. Alat
penyemprot dihasilkan dengan konfigurasi yang bemaca-macam, masingmasing dengan
kemampuan yang berbeda-beda.
Proses dengan spraying
4.4 Pengecoran
Bahan termoset yang dicor antara lain adalah phenol, polyester, epoksi dan resinalyl. Yang
terakhir ini sangat cocok untuk lensa optik dan penggunaan lainnya yangmemerlukan plastik
yang sangat jernih. Resin ini mudah dicor karena memiliki sifatfluiditas yang baik. Akrilik
digunakan untuk mengecor benda yang tembus cahaya danlembaranPlastik di cor apabila
jumlah tidak seberapa. Sering kali dibuat cetakan terbukadari timah hitam dengan menceluokan
mandril baja dengan bentuk tertentu dalam timahhitam cair yang kemudian dilepaskan setelah
membeku.Dapat digunakan inti timah hitam, adukan semen atau karet bila diperlukan.Cetakan
yang kosong dibuat dengan cara pengecoran ‘slush-casting’ :yaitu bahan bakudituang dalam
cetakan, lalu kelebihannya dikeluarkan kembali.Benda padat dapat dibuat dengan
menggunakan cetakan dari adukan semen,gelas,kayu, logam, atau karet sintetis
.DAFTAR PUSTAKA
http://www.facebook.com/pages/Poliester/111934102156768
http://www.authorstream.com/Presentation/aninditays-594658-anindita-reggie-xii-ipa-2/
http://hadiyantokimia.guru-indonesia.net/artikel_detail-21224.html
http://www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasi-polimer/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasi-polimer/polimer-
termoplastik-dan-termosetting/
http://www.blogger-index.com/perbedaan%20termoset%20dan%20termoplastik.html