Vous êtes sur la page 1sur 26

ASUHAN KEPERAWATAN

GAWAT DARURAT KERACUNAN OBAT

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK V

MUH. ARJUN WIRAYA


NILAM SARI
SRI MULIANA
RISDAWATI
NURMA
HIKMAWATI

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2019
KONSEP DASAR MEDIS

A. Pengertian
Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari
alam ataupun buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan
pada jaringan hidup yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun
dapat memasuki jaringan hidup melalui beberapa cara yaitu termakan,
terhirup, disuntikkan, dan terserap melalui kulit (Merriam-Webster, 2014).
Keracunan adalah reaksi dalam tubuh yang apabila kemasukan suatau
bahan yang bersifat toksik dan membahayakan tubuh, bahan – bahan tersebut
dapat masuk melalui mulut, hidung, kulit atau mata. (Priharjo, Robert.2007)
Keracunan obat adalah reaksi tubuh yang muncul secara negatif akibat
mengkonsumsi obat atau menggunakan obat tertentu yang akan berakibat fatal
jika tidak ditangani. (Michael J. Neal.2008)
B. Anatomi fisiologi sistem pencernaan
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai
anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima
makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi
ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat
dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus.Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan,
yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan
air.Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian
awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah
oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang
lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus
bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan
dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut
secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan.Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Skema
melintang mulut, hidung, faring, dan laring
3. Laring
Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan
nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga
hidung, didepan ruas tulang belakang.
4. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung.Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan
proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari bahasa Yunani: oeso
– “membawa”, dan phagus – “memakan”). Esofagus bertemu dengan
faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi. Esofagus
dibagi menjadi tiga bagian:
a. bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)
b. bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)
c. serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
5. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu:
a. Kardia
b. Fundus
c. Antrum.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi
secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel
yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam
lambung.Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan
kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
6. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan
yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan
pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui
vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus)
dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang
dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang
mencerna protein, gula dan lemak.
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot
melingkar (M sirkuler), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan
lapisan serosa (Sebelah Luar)
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
7. Usus Besar (Kolon)
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum.Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari
feses. Usus besar terdiri dari :
a. Kolon asendens (kanan)
b. Kolon transversum
c. Kolon desendens (kiri)
d. Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum)
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi
mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari
usus.Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan
pada bakteri-bakteri didalam usus besar.Akibatnya terjadi iritasi yang
bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
8. Usus Buntu (sekum)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan
serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada
mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora
memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki
sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai
cacing.
9. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus
buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai
cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan
membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi
rongga abdomen).
Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam
orang dewasa, Umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa
bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap,
lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda – bisa di retrocaecal atau di
pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
10. Rektum dan anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar
(setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.Organ ini berfungsi sebagai
tempat penyimpanan sementara feses.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh
(kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus
diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses
defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
11. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua
fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa
hormon penting seperti insulin.Pankreas terletak pada bagian posterior
perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari).
12. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia
dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan
dengan pencernaan.
Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan
memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen,
sintesis protein plasma, dan penetralan obat.Dia juga memproduksi bile,
yang penting dalam pencernaan.
13. Kandung empedu
Kandung empedu (Bahasa Inggris: gallbladder) adalah organ
berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang
kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap –
bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan
empedu yang dikandungnya. Organ ini terhubungkan dengan hati dan
usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi
penting yaitu:
a. Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b. Berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama
haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah
dan kelebihan kolesterol.
C. Etiologi
1. Narkoba : obat yang bermanfaat dalam dosis terapeutik bisa mematikan
bila dikonsumsi secara berlebihan.
2. Vitamin : vitamin, terutama A dan D, jika dikonsumsu dalam jumlah besar
dapat menyebabkan masalah hati dan kematian
3. Warfarin : adalah pengencer darah yang digunakan untuk mencegah
pembekuan darah. Bahan ini sering digunakan sebagai racun tikus dan
dapat menyebabkan perdarahan dan kematian jika terlalu banyak
dikonsumsi.
4. Tidak tahu jumlah dosis yang diminum atau faktor lain yang tidak
disengaja.
5. Efek dari kombinasi berbagai obat yang bisa menyebabkan reaksi
keracunan untuk tubuh.
6. Tubuh penderita keracunan obat mengalami efek samping yang berlebihan
sehingga efek keracunan menjadi tidak terduga. Kondisi ini seperti ini
biasanya terjadi di rumah sakit akibat pasien tidak mengetahui jika ada
alergi obat tertentu. Pemberikan obat anti alergi atau tes alergi biasanya
diberikan oleh perawat sebelum pasien mendapatkan obat tertentu.
7. Penderita keracunan obat mengalami kecelakaan yang menyebabkan obat
mengenai bagian tubuh tertentu. Kondisi ini biasanya terjadi untuk kasus
keracunan obat yang melewati hidung, mata dan kulit.
8. Penderita keracunan obat bisa terkena keracunan karena dengan sengaja
minum obat tertentu dalam jumlah yang lebih banyak. Kondisi ini sering
terjadi pada orang yang depresi, mengalami masalah kesehatan jiwa,
mental yang buruk dan pecandu narkoba.
D. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala keracunan :
1. Penurunan respon
2. Gangguan pernapasan
3. Nyeri kepala
4. Pusing
5. Gangguan penglihatan
6. Diare
7. Lemas
8. Kejang – kejang
9. Gangguan pencernaan yang ringan, sedang, dan parah seperti mual, sakit
perut, nyeri perut bawah dan muntah.
10. Tubuh mengeluarkan keringat berlebihan.
11. Beberapa bagian kulit menjadi biru akibat kekurangan oksigen dan
kematian kerja syaraf pada kulit.
E. Klasifikasi
1. Racun yang ditelan
Racun yang tertelan bersifat korosif basa dan asam yang dapat
meyebabkan kerusakan jaringan setelah bersentuhan dengan selaput
lencir. Produk alkali meliputi pembersih salurang pembuangan,
pembersih mangkuk toilet, detergen, pembersih oven. Produk asam
meliputi pembersih kolam renang, pembersih logam, penghilang karat
dan asam baterai.
2. Keracunan karbon monoksida
Keracunan ini dapat terjadi sebagai akibat dari insiden industri atau
rumah tangga atau percobaan bunuh diri. Hal ini terkait dengan lebih
banyak kematian daripada racun lainnya kecuali alkohol. Karbon
monoksida memberikan efek toksiknya dengan mengikat sirkulasi
haemoglobin dan dengan demikian mengurangi kapasitas pembawa
oksigen dari darah.
3. Keracunan kulit yang terkontaminasi
Cedera kulit akibat paparan bahan kimis. Tingkat keparahan luka bakar
kimia ditentukan oleh mekanisme aksi, kekuatan tembus dan konsentrasi,
jumlah dan lamanya paparan kulit terhadap bahan kimia.
4. Keracunan makanan
Yaitu penyakit mendadak yang terjadi setelah konsumsi makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Botulisme adalah bentuk keracunan
makanan yang serius yang memerlukan pengawasan terus menerus.
F. Patofisiologi
Makanan, minuman dan obat yang kita konsumsi dalam keseharian
bermacam-macam baik ragam maupun jenis. Makanan, minuman dan obat
yang sehat dapat dikatakan makanan yang layak untuk tubuh dan tidak
menyebabkan sakit, baik seketika maupun mendatang. Dalam menkonsumsi
makanan, minuman perlu diperhatikan tentang kebersihan, kesehatan, serta zat
gizi yang terkandung di dalam makanan tersebut, sama hal nya dengan obat
kita harus memperhatikan dosis dan sesuai dengan resep dokter. Hendaknya
kita harus pandai dalam memilih makanan dan obat yang akan dikonsumsi
supaya bebas dari zat-zat yang dapat merusak tubuh seperti toksik atau racun.
Makanan atau minuman yang telah terkontaminasi toksik atau zat
racun, obat-obatan yang dikonsumsi sembarangan dan tidak sesuai dosis,
sampai di lambung, lalu lambung akan mengadakan perlawanan sebagai
adaptasi pertahanan diri terhadap benda atau zat asing yang masuk ke dalam
lambung dengan gejala mual, lalu lambung akan berusaha membuang zat
tersebut dengan cara memuntahkannya. Karena seringnya muntah maka tubuh
akan mengalami dehidrasi akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar
bersama dengan muntahan. Karena dehidrasi yang tinggi maka lama kelamaan
tubuh akan lemas dan banyak mengeluarkan keringat dingin.
Banyaknya cairan yang keluar, terjadinya dehidrasi,dan keluarnya
keringat dingin akan merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk
mempertahankan homeostasis tubuh dengan terjadinya rasa haus. Apabila rasa
haus tidak segera diatasi maka dehidrasi berat tidak dapat dihindari, bahkan
dapat menyebabkan pingsan sampai kematian.
G. Pathway
Makanan Bahan Kimia Binatang berbisa
(Bakteri & Non Bakteri) &Obat-obatan

Saluran pencernaan Saluran pernafasan Kulit

Mual, Muntah Pembuluh Korosi trakea Pembuluh Nyeri &


& Diare darah darah kemerahan

MK :
MK : Gangguan Edema Saluran Kerusakan
Kekurangan Saraf otonom laring pencernaan Integritas
volume cairan
kulit

Obstruksi Mual & Muntah


Saluran pernafasan

MK :
MK : Ketidakefektifan Kekurangan
bersihan nafas volume cairan

Nyeri kepala Kelemahan otot Pusat pernafasan


Kram
Nafas cepat dan dalam
MK :
Gangguan
Nyeri Akut
pergerakan CO2 dikeluarkan MK : Ketidak
efektifan pola
nafas
Alkalosis
MK :
Intoleransi respiratorik
aktivitas
H. Komplikasi

a. Kejang

b. Koma

c. Henti jantung

d. Henti napas (Apnea)

e. Syok

I. Pencegahan
a. Selalu usahakan untuk membaca label obat pada kemasan dengan hati-
hati. Lihat berapa jumlah dosis yang disarankan dan pertimbangkan untuk
mengambil obat sesuai dengan dosis yang disarankan.
b. Hindari menggunakan obat tertentu dalam waktu jangka panjang seperti
antibiotik. Penggunaan obat jangka panjang bisa menyebabkan efek
keracunan yang berbahaya untuk tubuh.
c. Jangan menggunakan obat bebas tanpa mendapatkan resep dari dokter.
d. Hindari menyimpan obat yang sudah tidak digunakan. Jika memiliki sisa
obat maka segera hancurkan dan buang di tempat yang aman. Menyimpan
obat bisa menyebabkan keracunan karena menggunakan obat yang sudah
rusak atau obat yang sudah kadaluarsa.
e. Letakkan dan simpan semua obat-obatan darurat ditempat yang aman.
Lebih baik jika menyimpan obat di kotak obat dan kunci pintunya. Cara
ini bisa mencegah anak-anak bermain obat dan menjaga agar anak tidak
terkena keracunan obat.
f. Hindari minum obat dengan beberapa jenis minuman yang bisa
menyebabkan keracunan seperti minuman bersoda, teh, kopi, atau alkohol
g. Menerapkan 6 benar dalam megkonsumsi obat :
1. Benar obat
2. Benar pasien
3. Benar dosis
4. Benar waktu
5. Benar cara
6. Benar dokumentasi
J. Penatalaksanaan
1. Melakukan CPR (Jika penderita tidak sadar)
Keracunan obat sering menyebabkan efek kehilangan kesadaran dan
sulit untuk bernafas. Dari saran medis jika ada kasus seperti ini maka
penderita harus mendapatkan pertolongan dengan memberikan nafas
buatan atau CPR. Nafas buatan bisa mencegah efek buruk kehilangan
kesadaran seperti koma dan kematian. Penderita keracunan obat bisa
mengalami gagal nafas akibat pernafasan yang terus melambat. Setelah itu
penderita harus dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang
tepat.
2. Membuat Posisi Penderita Nyaman (jika sadar)
Jika orang yang terkena keracunan obat dalam kondisi yang sadar
maka buat penderita bisa berada dalam posisi yang nyaman. Posisi yang
nyaman untuk penderita keracunan obat bisa dalam posisi duduk
bersandar tegak, duduk sambil setengah tidur dan tidur dengan posisi
bantal yang tinggi. Jika masih bisa diajak komunikasi maka cari tahu obat
apa yang diminum oleh penderita. Selanjutnya bawa ke rumah sakit dan
bawa sampel obat yang menyebabkan keracunan.
3. Hindari Membuat Penderita Muntah
Salah satu kesalahan yang paling sering terjadi pada kasus keracunan
obat adalah membuat penderita muntah. Kesalahan ini bisa menyebabkan
dampak yang sangat serius. Muntah pada keracunan obat harus bisa terjadi
secara alami dan bukan karena membuat penderita muntah secara sengaja.
4. Jangan Memberikan Air Putih
Untuk penderita keracunan obat maka hindari memberikan air putih
secara langsung. Air putih baru bisa diminum ketika penderita sadar dan
sudah bisa minum sendiri. Memberikan air putih bisa menyebabkan
kondisi yang sangat fatal karena mendorong penyebaran racun ke semua
bagian tubuh. Hal ini bisa memicu gagalnya fungsi organ jika kondisi
keracunan obat sangat parah.
5. Jangan Menekan Perut
Penderita keracunan obat biasanya akan merasa tidak nyaman pada
bagian perut. Mereka merasa sangat mual dan keinginan untuk muntah
berlebihan. Jika hal ini terjadi maka jangan pernah menekan perut
penderita. Menekan perut bisa membuat kondisi tubuh menjadi sangat
tidak nyaman. Jika mereka tidak bisa muntah secara alami maka bisa
membuat nafas semakin melambat, detak jantung lebih cepat dan
kehilangan kesadaran.
6. Berikan Minuman yang Netral
Meskipun penderita keracunan obat tidak bisa minum air putih, namun
masih bisa minum cairan yang netral. Salah satu jenis minuman netral
yang paling sering menolong korban keracunan obat adalah air kelapa
hijau. Air kelapa hijau sangat netral dan tidak menyebabkan efek samping
apapun. Selain itu kandungan ion positif dalam air kelapa hijau bisa
membantu tubuh dalam melawan efek racun. Cara kerjanya juga sangat
cepat yaitu penderita akan merasa mual dan kemudian bisa muntah secara
alami.
Efeknya kemudian penderita bisa mengeluarkan racun dari dalam tubuh
secara alami. Namun untuk memastikan kondisi maka penderita keracunan
obat tetap membutuhkan bantuan dokter.
7. Gunakan Masker Oksigen (akibat keracunan obat dari asap)
Semua jenis keracunan yang disebabkan karena obat terserap dari jalur
pernafasan seperti hidung, maka penderita harus segera mendapatkan
bantuan oksigen. Pada awalnya berikan masker untuk menahan agar asap
beracun tidak masuk lebih banyak ke dalam tubuh. Setelah itu bawa ke
pusat medis terdekat. Penderita biasanya akan mendapatkan bantuan
dengan masker oksigen. Cara ini bisa membantu menghilangkan efek
racun dan membuat saluran pernafasan bisa bekerja dengan baik. Selain
itu jangan memberikan minuman sebelum kondisi penderita sudah pulih.
8. Minum Susu
Jika penderita mengalami keracunan obat yang tidak terlalu
parah,maka bisa memberikan susu cair atau susu yang sudah
dipasteurisasi. Susu cair sangat baik untuk membantu mengeluarkan racun
dalam dalam perut, dan membuat penderita bisa muntah. Susu juga
termasuk minuman yang netral sehingga bisa mencegah berbagai efek
yang buruk untuk tubuh. Namun cara ini hanya bisa diberikan untuk
penderita keracunan obat ringan yang menyebabkan gangguan
pencernaan.
9. Bilas Mata dengan Air Hangat (keracunan terjadi melalui mata)
Keracunan berbagai bahan obat kimia dalam produk rumah tangga sering
terjadi lewat mata. Mungkin secara tidak sengaja penderita menyemprot
obat dan mengenai bagian mata. Jika hal ini terjadi maka segera bilas mata
dengan air hangat dan biarkan selama beberapa saat. Tanda awal
keracunan obat di mata sering menyebabkan rasa pedih berlebihan.
Kemudian kondisi mata akan memerah yang menjadi tanda iritasi mata.
Jika membilas mata dengan air hangat tidak bisa memulihkan kondisi
mata maka gunakan obat pembersih mata yang bisa didapatkan di apotek.
Setelah itu tetap periksa mata ke dokter mata untuk memastikan kesehatan
mata.
10. Membersihkan Kulit dari Racun (racun mengenai kulit)
Jika bagian tubuh yang terkena racun adalah bagian kulit, maka segera
bersihkan kulit dengan membilasnya. Caranya adalah membilas bagian
kulit dengan air hangat yang mengalir atau air dingin selama beberapa
menit. Untuk membersihkan semua racun maka gunakan sabun khusus
yang sangat aman untuk kulit. Setelah itu bersihkan kulit dan keringkan
dengan handuk. Jangan menggosok bagian kulit yang terkena racun
karena bisa menyebabkan kulit mengelupas.
K. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lengkap (urin, gula darah,
dairan lambung, analisa gas darah, osmolalitas serum, elektrolit, kreatinin,
glukosa, transaminase hati).
2. Pemeriksaan EKG
3. Foto thorak/abdomen
4. Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat
membantu diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di bawah
50 %. Kadar meth- Hb darah : keracunan nitrit. Kadar barbiturat plasma :
penting untuk penentuan derajat keracunan barbiturate.
5. Pemeriksaan toksikologi :
Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum et
repertum”. Bahan diambil dari :
a. Muntahan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100
ml)
b. Urine sebanyak 100 ml
c. Darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Fokus pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. A (Airway) : Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi hipersaliva
b. B (Breathing) : Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat dan
dalam
c. C (Circulation) : Apabila terjadi keracunan karena zat korosif maka
percernaan akan mengalami perdarahan dalam terutama lambung.
d. D (Dissability) : Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran
apabila keracunan dalam dosis yang banyak.
e. E (Eksposure) : Nyeri perut, perdarahan saluran pencernaan,
pernafasan cepat, kejang, hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva
f. F (Fluid / Folley Catheter) : Jika pasien tidak sadarkan diri kateter
diperlukan untuk pengeluaran urin
2. Pengkajian Sekunder
a. Data Subjektif
1) Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah,
perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di
tenggorokan dan lambung.
2) Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan
racun yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan,
ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis
yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.
b. Data Objektif
1) Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan
perdarahan saluran pencernaan.
2) Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus,
disorientasi, delirium, kejang sampai koma.
3) BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.
4) Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic dalam
jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis.
5) Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan
trombositopenia.
6) Gangguan elektrolit : hiponatremia, hipernatremia, hipokalsemia
atau hipokalsemia
c. Aktivitas dan istirahat
Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise
Tanda : Kelemahan, hiporefleksi
d. Sirkulasi
Tanda : Nadilemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi (padakasusberat),
aritmia jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.
e. Eliminasi
Gejala :Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usus
menurun, kerusaka nginjal.
Tanda : Perubahan warna urin contoh kuningpekat, merah, coklat
f. Makanan Cairan
Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri ulu hati
Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, berkeringat banyak
g. Neurosensori
Gejala :Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, miosis, pupil
mengecil, kram otot/kejang
Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi kehilangan memori, penurunan tingkat
kesadaran (azotemia), koma, syok.
h. Nyaman / Nyeri
Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah
i. Pernafasan
Gejala : Nafas pendek, depresi napas, hipoksia
Tanda :Takipneu, dispneu, peningkatan frekuensi, kusmaul, batuk
produktif
j. Keamanan
Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia
k. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Riwayat terpapar toksin (obat,racun), obat nefrotik penggunaan
berulang, Contoh : Keracunan kokain dan amfetamin serta derivatnya.
B. Diagnosa keperawatan
1.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
2.Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas
3.Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan obat)
4.Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
5.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia
6.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
C. Intervensi keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi
 NOC
 Respiratory status : Ventilatot
 Respiratory status : Airway patency
 Vital sign status
 Kriteria hasil
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang
normal, tidak ada suara nafas abnormal)
 Tanda – tanda vital dalam batas normal (tekanan darah,
nadi, pernafasan)
 NIC
a) Mengidentifikasi faktor yang memicu ketidakefekti fan pola
nafas dan tindakan yang tepat untuk menghindari nya
Rasional : Ketidakefekti fan pola nafas disebabkan oleh
asites yang menekan diafragma kemudian ekspansi otot
pernafasan tidak optimal
b) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan
Rasional : Mengetahui kemampuan dalam bernapas,
mengetahui intervensi yang diambil untuk mengatasi adanya
kecepatan dalam benapas
c) Atur posisi pasien semi fowler untuk mengoptimalkan
pernapasan
Rasional : Posisi semi fowler membuat oksigen di dalam
paru – paru semakin meningkat sehingga meringankan
kesulitan dalam bernafas.
d) Kolaborasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan
keadekuatan fungsi ventilator mekanik
Rasional : Menjaga kestabilan penggunaan ventilator
mekanik pada pasien
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas
 NOC
 Respiratory status : ventilation
 Respiratory status : airway patency
 Kriteria hasil
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang
bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu
 Menujukkan jalan nafas yang paten
 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang
dapat menghambat jalan nafas
 NIC
a) Monitor respirasi dan status O2
Rasional : mengetahui adanya gangguan pada saluran
pernafasan
b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Rasional : posisi yang sesuai dapat membantu pasien untuk
memperoleh suplai O2 yang adekuat
c) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung
misalnya oksigen
Rasional : agar keluarga dan pasien dapat mengetahui cara
memasang oksigen
d) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk
perkusi atau peralatan pendukung
Rasional : peralatan pendukung yang sesuai dengan kondisi
pasien dapat meningkatkan kesembuhan pasien
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan obat)
 NOC
 Pain level
 Pain control
 Comfort level
 Kriteria hasil
 Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
managemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan
tanda nyeri)
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
 NIC
a) Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat,
kemajuan penyembuhan, perubahan dan karakteristik nyeri.
b) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman dan penerimaan respon pasien
Rasional : dengan menggunakan komunikasi terapeutik akan
mempermudah menggali pengalaman pasien terhadap
respon nyeri
c) Ajarkan teknik nonfarmakologi ditraksi atau nafas dalam
Rasional : teknik relaksasi dan distraksi dapat menurunkan
nyeri dan mengurangi kecemasan
d) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
analgetik
Rasional : pemberian obat analgetik yang tepat dapat
membantu pasien untuk beradaptasi dan mengatasi nyeri
4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
 NOC
 Fluid balance
 Hydration
 Nutrition status : Food and Fluid intake
 Kriteria hasil
 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB,
BJ urine normal, HT normal
 Tekanan darah, nadi, suhu dalam batas normal
 Tidak ada tanda – tanda dehidrasi, elastisitas tugor kulit
baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
berlebihan
 NIC
a) Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukos, nadi
adekuat, teknan darah)
Rasional : penurunan volume cairan mengakibatkan
menurunnya produksi urine, monitoring yang ketat pada
urine <600 ml/hari karena merupakan tanda – tanda syok
hipovolemik.
b) Monitor berat badan
Rasional : perubahan berat badan sebagai parameter dasar
terjadinya defisit cairan
c) Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Rasional : menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh untuk
meringankan fungsi ginjal dan mencegah dehidrasi
d) Kolaborasikan pemberian cairan IV
Rasional : jalur yang paten penting untuk pemberian cairan
secara cepat dan memudahkan perawat dalam melakukan
kontrol intake dan output cairan
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia
 NOC
 Tissue integrity : skin and mucous membranes
 Hemodyalisis akses
 Kriteria hasil
 Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi,
elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi)
 Tidak ada luka / lesi pada kulit
 Perfusi jaringan baik
 Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan
mencegah terjadinya cedera berulang
 Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban
kulit dan perawatan alami
 NIC
a) Monitor kulit akan adanya kemerahan
Rasional : perdarahan yang abnormal sering dihubungkan
dengan penurunan jumlah dan fungsi platelet akibat uremia
b) Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
Rasional : suhu hangat dari air dapat meningkatkan
kenyamanan pada pasien
c) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
Rasional : baju yang longgar dapat meningkatkan sirkulasi
pada daerah yang tertekan
d) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
Rasional : mencegah adanya luka dekubitus akibat tekanan
pada area tertentu
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
 NOC
 Energy convervation
 Activity tolerance
 Self care : ADLs
 Kriteria hasil
 Berpartisipasi dalam akyivitas fisik tanpa disertai
peningkatan tekanan darah, nadi, RR
 Mampu melakukan aktivitas sehari – hari (ADLs) secara
mandiri
 Tanda – tanda vital normal
 Energy psikomotor
 Level kelemahan
 Mampu berpindah dengan atau tanpa bantuan alat
 Status kardiopulmonari adekuat
 Status respirasi pertukaran gas da ventilasi adekuat
 NIC
a) Monitor respons kardiorespiratori terhadap aktivitas (misal :
takikardi, disritmia, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan
hemodinamik dan frekuensi pernapasan)
Rasional : Peningkatan respons kardiorespiratori
meningkatkan kelemahan
b) Ajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik managemen
waktu untuk mencegah kelelahan.
Rasional : Managemen waktu dalam pembatasan aktivitas
untuk mengurangi kelelahan
c) Tentukan penyebab keletihan ( misalnya, perawatan nyeri,
pengobatan)
Rasional : Mengurangi aktivitas yang menyebabkan
keletihan
d) Kolaborasikan pemberian obat nyeri sebelum aktivitas,
apabila nyeri merupakan salah satu faktor penyebab
Rasional : Obat analgetik atau anti nyeri berfungsi untuk
mengurangi nyeri yang menjadi faktor penyebab keletihan
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T Heather, dkk. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi.


Edisi 10. Jakarta: EGC
Krisanty, paula,dkk.2009.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Jakarta:TIM
Marilynn E, Doengoes. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC
Michael J. Neal.2008. At a Glance Farmakologi Medis Edisi kelima. Jakarta:
Erlangga
Nurarif, A. (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan
NIC NOC Jilid 3. Jogjakarta: MediAction
Priharjo, Robert.2007.Teknik dasar pemberian obat bagi perawat.Jakarta:EGC

Vous aimerez peut-être aussi