Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
net/publication/327392585
CITATIONS READS
0 344
2 authors, including:
Jurnal Ners
Airlangga University
406 PUBLICATIONS 41 CITATIONS
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Jurnal Ners on 03 September 2018.
Nikmatur Rohmah*
*Program Studi DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember,
E-mail: r_nikmatur@yahoo.co.id
ABSTRACT
Introduction: Pain is a sensation of discomfort that most post-partum mothers complain about,
in the case of prolonged pain, the risk of post-partum blues is higher. The usage of evidence based
practice method gives a bigger opportunity for nurse and medical attendants to think more critically
in making decisions and in performing the appropriate treatment in accordance with the patient's
problem and uniqueness. This research aimed to applicate management of non-invasive pain on post
partum mother through the approach of evidence based practice. Method: This was a case-study,
performed to client Mrs. A P1-1 A0 post sectio caesarea day 1 as there is an indication of suspect
cepalo pelvis disproportion secondary arrest. Data were collected at maternity room, dr. Soebandi
Regional General Hospital. Using interview, observation, and physical examination. Data analysis
was conducted through a descriptive analysis. Result: Through a careful nursing, it is found out that
pain location and spreading that generally spotted at the patient’s back during the contraction in the
uterus, occurred around the shoulders when evidence-base practice is applied. The basic principle
of applying an intervention to non invasive pain based on evidence –base practice are: cutaneous
stimulation and distraction, while massaging area was set on the face, while the distraction media
was interaction with the baby. Evaluation on evidence –based practice showed that pain is reduced
to scale 2, while face and mobilitation become more relaxed. Discussion: Massage was intended to
stimulated the production of endorphine and dinorphine that play an important roke to block the pain
transmission through the descendent control system. Interaction with the baby was intended to function
as a distraction media to dominate the incoming impuls into the ascendant control system,which
further may close the gate of the pain transmitter. Both of the interventions were axpected to work
synergically in reducing pain, since post-partum pain can be relieved more quickly when more than
one technique are applied. Thus, to reduce post-partum pain, facial massage and interaction with the
baby as non –invasive treatments are of important, respectively.
201
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 201–209
202
Manajemen Nyeri Non Invasive pada Ibu Post Partum (Nikmatur Rohmah)
itu pembukaan 2 cm, Sabtu pagi (05.30 WIB) setelah melahirkan klien belum tahu kapan
pembukaan 4, jam 18.00 WIB, pembukaan 7, akan memulai hubungan, ”kata orang kalau
sampai hari Minggu jam 05.00 WIB. masih operasi baru boleh berhubungan setelah
pembukaan 7 cm, kemudian di rujuk ke RSUD. 6 bulan.” Riwayat kontrasepsi dan menstruasi,
Di RSUD diberikan oksitosin drip, ditunggu menstruasi menikah 1 kali, bulan Juni 2007,
2 jam, jam 07.00 WIB. VT pembukaan tetap belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
7, kemudian disiapkan operasi SC. Jam 09.00 apapun, saat ini belum tahu mau ikut KB apa ?,
WIB, dilakukan SC LSCS dengan anastesi karena belum pernah mendapat informasi
SAB. Keluar dari kamar operasi jam 10.00 tentang KB. Riwayat menstruasi pasien
WIB., kemudian masuk ke ruang pemulihan menarche umur 13 tahun, siklus menstruasi
di ruang kandungan pukul 11.00 WIB., terapi teratur, 28 hari, lamanya 7 hari, dismenorhoe
yang telah diberikan RL : D5 2 : 3, Cefotaxim ringan, kadang-kadang fluor albus, tapi sedikt,
3×1 gram, antrain 3×1 amp, metergin 2×1 tidak berbau, tidak gatal. Riwayat kehamilan
amp (IM), Jam 18.00 mulai miring kanan dan persalinan sekarang pasien periksa ke PKM
miring kiri, flatus mulai jam 07.00, minum rutin tiap bulan, minum frenamin mulai usia
sedikit-sedikit mulai jam 10.00 WIB, saat kehamilan 4 bulan sampai dengan 8 bulan,
ini bahu kanan terasa nyeri, dengan skala 6, TT 2 kali usia kehamilan 1 dan 2 bulan, mual-
rasa pegal-pegal walau tidak bergerak, perut muntah pada kehamilan 6–7 bulan, dan sering
tidak nyeri, hanya bekas operasi terasa sedikit kencing pada kehamilan 8–9 bulan. Riwayat
”nyekit” kalau dipakai bergerak, kalau diam persalinan sekarang telah dikerjakan LSCS
tidak terasa nyeri. dengan SAB, lahir bayi laki-laki AS 7–8 BB
Hasil pengkajian pola fungsi kesehatan 3500 garam, PB 49 cm.
menunjukkan pola nutrisi sebelum melahirkan, Hasil pemeriksaan fisik dimana meliputi
pasien makan 3× sehari nasi, lauk, ikan, sayuran, keadaan umum baik, kesadaran kompos
buah-buahan, minum ± 1500 cc/hari. Saat ini mentis, kooperatif. Tensi 110/80 mmHg, nadi
tidak merasa lapar, tapi merasa haus, sudah 84×/menit, suhu: 36,6° C, RR 20×/menit,
minum pocari sweat 350 cc. Pola aktivitas TB 150 cm, BB 52 kg. Wajah kurang rileks,
saat ini mika-miki tidak seberapa sakit. Skala konjungtiva merah muda, sklera putih, mulut
ketergantungan menunjukkan mandi 5, makan dan bibir agak kering, hidung bersih, telinga
5, toileting 5, berpakaian 4, instrumental 2. bersih, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
Pola eleminasi menunjukkan saat ini terpasang Dada: payudara simetris, lembek, puting
kateter ± 200 cc/5 jam, kuning, jernih. Pola susu menonjol, colostrum keluar, areola
konsep diri klien menyatakan sudah siap hiperpigmentasi, striae gravidarum minimal.
menjadi ibu, dan senang karena anaknya Abdomen soepel, agak cembung, luka tertutup
sudah lahir, tidak ada keinginan yang ekstrim verban, bising usus 2×/menit, samar, turgor
terhadap jenis kelamin anak yang dilahirkan, baik, TFU 1 jari bawah pusat, kontraksi kuat,
klein tidak merasa perubahan bentuk tubuh striae minimal. Diatasis rectus abdominis
setelah melahirkan adalah sesuatu yang lebar 0,5 cm, panjang 1 cm. Genetalia:
perlu membuatnya menjadi malu, klien terpasang kateter, lokhea rubra, ± 150 cc/
merencanakan merawat sendiri anaknya, dan 24 jam, perineum intak, tidak ada haemorroid.
siap menyusui bayinya. Namun klien juga Ektremitas: terpasang infus ditangan kanan,
menyatakan bahwa belum pernah mendapat kekuatan otot 5, merubah posisi secara hati-
informasi dan tidak mempunyai pengalaman hati, bangun dari tidur tidak rilek, duduk
dalam memandikan bayi, merawat tali pusat, tampak kaku, berjalan tidak rileks. Homan
meneteki bayi, ASI eksklusif, pernah baca sign (–), oedema, dan varises tidak ditemukan.
majalah tetapi tidak paham. Pemeriksaan penunjang: Hb: 10,8 gr%,
Pola reproduksi dan seksual menunjukkan Leukosit: 14200, PCV: 32 gr. Terapi: Cefotaxim
hubungan seksual sebelum hamil rutin setiap 3×1 gr IV, Antrain 3×1 ampul IV, RL 20 tpm
hari, selama hamil 3 kali dalam seminggu,
203
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 201–209
204
Manajemen Nyeri Non Invasive pada Ibu Post Partum (Nikmatur Rohmah)
dapat menurunkan nyeri dari level rata-rata kondisi bayi tidak ada kontra indikasi untuk
5,18 (pada skala nyeri 0–1 VAS) menjadi 2,33 dilakukan rooming in.
dengan nilai p < 0,001. Dalam penelitian ini
menggunakan 65 sampel dan 26 diantaranya Pelaksanaan
adalah dari unit obstetri. Massase
Rochmat, 2008 menyatakan bahwa Alat yang diperlukan antara lain dalam
walaupun tesedia obat-obat yang efektif, namun melakukan massase adalah leaflet, minyak
nyeri pasca bedah tidak dapat diatasi dengan secukupnya (baby oil).
baik, sekitar 50% pasien tetap mengalami Persiapan pasien dan keluarga yang
nyeri. Tindakan non invasive sebaiknya terlebih pertama yaitu pasien dan keluarga diberitahu
dahulu dilakukan tanpa atau dengan tindakan tentang tindakan yang akan dikerjakan meliputi:
farmakologis, karena hilangnya nyeri post tujuan, manfaat, kesediaan keluarga (suami)
partum dapat dipercepat jika menggunakan untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan tindakan.
lebih dari satu tehnik (Hamilton, 1998; Bobak, Setelah pasien dan keluarga menyetujui
2005; Rochmat, 2008). maka dilakukan demontrasi tahap demi
Penelitian tentang perbedaan ekspresi tahap. Kemudian keluarga pasien melakukan
nyeri pada wanita dan laki-laki menunjukkan redemonstrasi.
tidak ada perbedaan, namun perempuan Pelaksanaan yang dilakukan pada hari
lebih suka mengkomunikasikan rasa sakitnya selasa tanggal 22 April 2008 pukul 09.30
dibandingkan dengan laki-laki (Rochmat, WIB langkah pertama yaitu meletakkan kedua
2008). ibu jari dengan posisi saling berhadapan
Penelitian lain tentang distraksi terbukti diantara kedua alis pasien, langkah kedua
menjadi strategi yang efektif untuk menurunkan melakukan masase secara perlahan kearah
nyeri (Rochmat, 2008). Hasil ini berbeda dengan luar sampai di pelipis, berikan sedikit tekanan
penelitian Rohmah (2007) yang menyatakan pada pelipis, lakukan sebanyak 3–5 kali,
bahwa pernafasan irama lambat lebih efektif langkah ketiga yaitu menekan dengan ringan
dibanding distraksi dalam menurunkan nyeri. (dapat disesuaikan dengan keadaan pasien)
Teknik stimulasi transkutan dilaporkan pada tulang di pangkal hidung. Tekan 3–5×,
sebanyak 50% dari pasien menyatakan nyeri kemudian masase sepanjang os nasal kanan dan
menurun (Rochmat, 2008). Sementara Doenges kiri sampai os zigomaticus, lakukan sebanyak
dan Moorhouse (2001) dan Bobak (2005) 3–5 kali, langkah berikutnya memasase daerah
menyatakan bahwa tehnik stimulasi kutaneus mandibula sebanyak 3–5 kali, selanjutnya
yang digunakan untuk menurunkan nyeri post memberikan tekanan agak kuat di seputar
partum adalah gosokan punggung. Mobilisasi kepala bagian atas, akhiri dengan memberikan
dini, perubahan posisi pasien, pemasangan tekanan pada kepala bagian belakang, lakukan
wash lap dingin pada wajah, dan pemijatan sebanyak 3–5 kali dan langkah masase terakhir
punggung dengan lotion yang menyegarkan yaitu dilakukan pada punggung bagian atas
dapat sangat membantu dalam menghilangkan yang diakhiri dengan tekanan pada bahu,
ketidaknyamanan temporer paska operasi lakukan sebanyak 3–5 kali.
SC dan meningkatkan efektifitas medikasi
(Rochmat, 2008; Bobak, 2005). Interaksi dengan bayi
Melihat kajian teori dan hasil riset yang Pelaksanaan interaksi ibu-bayi dilakukan
telah ditelaah maka berdasarkan evidence based pada hari Selasa 22 April 2008 jam 10.45
yang ditemukan dapat diterapkan dua teknik WIB. Pertama membuat persetujuan dan
manajemen nyeri non invasif yaitu masase dan persiapan ibu dan ayah untuk melakukan
interaksi dengan bayi. Masase akan dilakukan rawat gabung, dan keluarga setuju. Kemudian
pada wajah dan bahu 1 kali/hari. Interaksi ibu kolaborasi dengan ruang perinatologi untuk
dengan bayi akan dilakukan secepat mungkin rawat gabung: bayi dapat dilakukan rawat
setelah ibu siap menerima kehadiran bayi dan gabung. Selanjutnya melakukan rawat gabung,
205
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 201–209
mengobservasi proses integrasi infant dalam menghentikan aktifitasnya. Faktor lain yang
keluarga, mengajari ibu cara meneteki yang juga meningkatkan hambatan dalam melakukan
benar. Ibu mampu meneteki dengan benar, mobilisasi adalah persalinan dengan tindakan
bayi menghisap kuat, dan tertidur pulas setelah sectio caesarea. Dampak lain post sectio
menetek. caesarea dalam keadaan nyeri, kemudian
mengurangi mobilisasi, akan menyebabkan
Evaluasi menurunnya sirkulasi darah, dan hal ini akan
Evaluasi yang dilaksanakan pada hari menjadi pemicu bagi meningkatnya sensasi
Selasa tanggal 22 April 2008, pukul 14.00 nyeri. Semakin tinggi nyeri yang dirasakan
WIB terdapat hasil yaitu data subyektif pasien pasien cenderung semakin menurunkan
mengatakan ”Nyeri skala 2”. Sedangkan data aktifitasnya, sehingga sirkulasi darah akan
obyektif menunjukkan wajah cukup rileks, lebih menurun lagi. Kondisi ini merupakan
gerakan masih hati-hati, TFU 2 jari bawah lingkaran siklikal yang satu menjadi penyebab
pusat, UC kuat, TD 110/80 mmHg nadi 80x/ bagi yang lain.
menit, RR 22×/menit, suhu 36,3° C, BU (+) Kebutuhan perubahan yang prioritas
12×/menit, tersenyum saat menerima kehadiran pada evidence based adalah nyeri. Nyeri yang
anaknya, menerima kehadiran bayi dengan tidak dapat diatasi atau dikontrol pada ibu
senang saat dilakukan rawat gabung, kontak post partum dapat menyebabkan keletihan,
mata dengan bayi, menyentuh wajah bayi, kecemasan dan persepsi nyeri memburuk,
tersenyum saat bayinya menetek, payudara sehingga mobilisasi dini terhambat, laktasi
lembek setelah disusukan, ASI kolostrum terhambat, proses bonding attachment
keluar, bayi dapat menghisap dengan efektif. terhambat, kecewa karena ketidaknyamanan,
Analisis nyeri akut teratasi. Planning RT gangguan pola tidur, dan bahkan bila nyeri
dihentikan. berkepanjangan akan meningkatkan risiko post
partum blues (Bobak, 2005). Kebutuhan yang
lain meliputi kebutuhan cairan dan nutrisi,
PEMBAHASAN perawatan diri, persiapan menjalankan peran
Evidence based pada kasus yang sesuai ibu-ayah, dan kebutuhan belajar tentang ASI,
dengan teori antara lain: posisi tubuh yang laktasi, program keluarga berencana, seksual
dipertahankan, gerakan hati-hati, dan ekpresi paska melahirkan, perawatan diri dan bayi.
wajah tegang. Sedangkan tekanan darah, Kebutuhan perubahan ini sesuai dengan
nadi, pernapasan tidak mengalami perubahan, konsep perawatan ibu post partum yang
diaforesis tidak terjadi. Lokasi dan luas menekanakan pada pemulihan fisik psikologis,
penyebaran nyeri pada umumnya terjadi meningkatkan kemampuan ibu merawat diri,
pada saat kontraksi uterus dan dirasakan di dan meningkatkan kemampuan ibu merawat
punggung, tetapi pada evidence based dirasakan bayi. Selain itu perawat diharapkan dapat
pada bahu, hal ini diduga karena faktor menyiapkan alih tanggung jawab dari perawat
immobilitas paska bedah. Immobilitas paska pada keluarga, sehingga peran perawat disini
bedah dapat berlangsung singkat, tetapi pada bukan hanya pemberi pelayanan tetapi lebih
Evidence based didapatkan riwayat persalinan kepada pengajar, pemberi semangat dan
yang lebih dari 24 jam. Posisi tubuh pada saat dukungan.
periode pra bedah yang sedang mengalami Intervensi nyeri non invasive yang
nyeri dalam skala berat (his pembukaan) ditetapkan adalah masase pada wajah dan bahu
pada umumnya juga berada pada posisi yang serta interaksi dengan bayi. Masase bertujuan
dipertahankan (kaku), hal ini dapat berdampak untuk menstimulasi produksi endhorpin dan
pada mobilisasi pra dan paska bedah (Bobak, dinorpin yang berfungsi untuk memblokade
2005; Rochmat, 2008). Ibu post partum dengan tranmisi nyeri melalui system control desenden.
riwayat persalinan lama menyebabkan nyeri Sedangkan interaksi dengan bayi merupakan
yang berkepanjangan. Sensasi nyeri menjadi media distraksi yang bermaksud untuk
penyebab seseorang mengurangi atau bahkan mendominasi impuls yang masuk dalam system
206
Manajemen Nyeri Non Invasive pada Ibu Post Partum (Nikmatur Rohmah)
control asenden sehingga dapat menutup pintu adalah area yang dikeluhkan sebagai area nyeri.
gerbang penghantar nyeri. Dua intervensi ini (Hamilton, 1998; Bobak, 2005; Strong, et all,
diharapkan dapat secara sinergis menurunkan 2002). Media distraksi yang digunakan adalah
nyeri, karena hilangnya nyeri post partum dapat interaksi dengan bayi, media ini mempunyai
dipercepat jika menggunakan lebih dari satu banyak manfaat, selain untuk mengalihkan
tehnik (Hamilton 1998: Carpenito, 2000; Bobak pusat perhatian dari nyeri media ini juga dapat
2005; Potter dan Perry, 2006; Rochmat, 2008; dipakai untuk meningkatkan pembentukan
Adams, White, dan Beckett, 2010). Prinsip bonding attachment.
pelaksanaan manajemen nyeri pada evidence Nyeri dan ketidaknyamanan pada
based sesuai dengan konsep teori yaitu prinsip umumnya akan selalu ada, tetapi kehadiran
stimulasi kutaneus dan distraksi (Carpenito, orang-orang yang dicintai, orang terdekat, orang
2000; Potter dan Perry, 2006; Adams, White, kepercayaan akan membantu meminimalkan
dan Beckett, 2010). Namun pada evidence kesepian dan ketakutan, sehingga dapat
based terdapat perbedaan pada area masase mempengaruhi persepsi nyeri (Carpenito, 2000).
dan media distraksi. Area masase dipilih pada Seseorang yang memfokuskan perhatiannya
wajah dan bahu dengan pertimbangan adanya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi
pemetaan nyeri yaitu area 1, 2, 3, 4, dan 5. Area nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri
1 dan 2 adalah area wajah yang merupakan area akan meningkatkan nyeri. Upaya pengalihan
yang selalu mengalami ketegangan pada saat (distraksi) dapat menurunkan respon nyeri.
nyeri berlangsung, dengan melakukan masase Interaksi dengan bayi merupakan media
pada daerah ini diharapkan dapat menjadi bonding. Bonding didefinisikan sebagai suatu
rileks sehingga dapat memutuskan mata rantai ketertarikan mutual pertama antar individu,
siklus takut-tegang-nyeri. Sedangkan area 3,4,5 misalnya antara orangtua dan anak, saat
NYERI
Melepaskan serotonin,
endorphin, dinorphin di dorsal
medula spinalis Impuls yang masuk didominasi oleh
serabut A. betha
Nyeri menurun
207
Jurnal Ners Vol. 6 No. 2 Oktober 2011: 201–209
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang efek interaksi ibu-bayi terhadap
Gambar 2. Pemetaan area nyeri (Strong, et al., penurunan nyeri post partum, perlu dilakukan
2002) penelitian tentang nyeri akibat sensasi nyeri
paska bedah dengan indikasi bedah umum
pertama kali mereka bertemu. Attachment berdasarkan pemetaan area nyeri
terjadi pada periode kritis seperti pada kelahiran
(Bobak, 2005). Hal ini menjelaskan suatu
KEPUSTAKAAN
perasaan saling menyayangi atau loyalitas
yang mengikat individu dengan individu lain Adams, White, dan Beckett, 2010. The
yang bersifat unik, spesifik, dan bertahan lama. Effects of Massage Therapy on Pain
Proses kasih sayang dijelaskan sebagai sebagai Management in the Acute Care Setting.
International Journal of Therapeutic
sesuatu yang linear, dimulai saat ibu hamil,
Massage And Bodywork., 3(1): 4–11.
semakin menguat pada periode pasca partum,
Bobak, Lowdwermilk, and Jensen, 2005.
dan begitu terbentuk akan menjadi konstan
Maternity Nursing. (Fourth Edition),
dan konsisten. Ikatan ini sangat penting bagi diterjemahkan oleh: Wijayarini. Buku
kesehatan fisik dan mental sepanjang rentang Ajar Keperawatan Maternitas. (Edisi4),
kehidupan. Jakarta: EGC.
Bekti, Y., 2007. Evidence Based Practice.
Makalah Disajikan dalam Pelatihan
SIMPULAN DAN SARAN
Nasional Fasilitator Klinik, FIKES
Simpulan UNMUH Jember.
Evidence based pada kasus yang sesuai Carpenito, L.J., 2000. Diagnosa Keperawatan
dengan teori antara lain posisi tubuh yang Aplikasi pada Praktik Klinis., Jakarta.
dipertahankan, gerakan hati-hati, dan ekpresi EGC.
Doengoes, M.E., dan Moorhause, M.F., 2001.
wajah tegang. Sedangkan tekanan darah,
Rencana Perawatan Maternal/Bayi
nadi, pernafasan tidak mengalami perubahan,
Pedoman untuk Perencanaan dan
diaforesis tidak terjadi. Lokasi dan luas Dokumentasi Keperawatan Klien. Ed.
penyebaran nyeri pada umumnya terjadi 2, Jakarta: EGC.
pada saat kontraksi uterus dan dirasakan di Eny, 2006. Efektivitas Pemberian Teknik Masase
punggung, tetapi pada evidence based dirasakan Eflurasi pada Punggung Ibu Bersalin
pada bahu, kebutuhan perubahan yang prioritas Primigravida terhadap Penurunan Skala
pada evidence based adalah nyeri, intervensi Nyeri pada Kala I, Karya Tulis Ilmiah
nyeri non invasive yang ditetapkan berdasarkan Tidak Dipubilkasikan, Banyuwangi:
evidence based adalah masase pada wajah dan STIKES Banyuwangi.
bahu dengan pertimbangan pemetaan area nyeri Hamilton, P.M., 1998. Dasar-Dasar Kep.
serta interaksi dengan bayi, prinsip pelaksanaan Maternitas. Ed. VI. Jakarta: EGC.
208
Manajemen Nyeri Non Invasive pada Ibu Post Partum (Nikmatur Rohmah)
209