Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
A. Arti Urgensi
Urgensi Dalam Islam
Dari segi tingkatan kebudayaan , agama merupakan universal cultural. Salah stu prinsip
fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi pasti akan lenyap dengan
sendirinya. Karenanya agama islam dari dulu hingga sekarang dengan tangguh menyatakan
eksistensinya. Hali ini berarti bahwa agama mempunyai dan memerankan sejumlah peradan
fungsinya di masyarakat. Oleh karena itu , study islam dituntut untuk membuka dirinyaagar
studi islam mampu berkembang dan beradaptasi dengan dunia modern serta menjawab
tantangan kehidupan dunia dan mudaya modern.
Adapun urgensi dalam islam dapat dipahami sebagai berikut:
1. Umat islam saat ini berada dalam kondisi problematic
Umat islam pada saat ini berada pada masa yang lemah dalam segala aspek
kehidupan social budaya yang mana harus berhadapan dengan dunia modern yang
serba psraktis dan maju. Oleh karena itu, umat islam tidak boleh terjebak pada
romantisme, artinya menyibukkan diri untuk membesar-besarkan kejayaan masa lalu
yang terwujud dalam sejarah islam, sementara saat ini islam masih silau menghadapi
masa depannya. umat islam memang berada dalam suasana problematic. Jika sekarang
umat islam masih berpegang teguh pada ajaran-ajaran islam hasil penafsiran ulama
terdahulu yang dianggap sebagai ajaran yang mapan dan sempurna serta paten, berarti
mereka memiliki intelektual sebatas itu saja yang pada akhirnya menghadapi masa
depan suram.
Oleh karena itu, disinilah pentingnya studi islam yang dapat mengarahkan dan
bertujuan untuk mengadakan usaha-usaha pembaharuan dan pemikiran kembali ajaran-
ajaran agama islam yang merupakan warisan ajaran yang turun temurun agar mampu
beradaptasi dan menjawab tantangan serta tuntutan zaman dan dunia modern dengan
tetap berpegang pada sumber ajaran islam yang murni dan asli, yaitu al-quran dan As
sunnah. Studi islam juga dapat diharapkan mampu memberikan pedoman dan pegangan
hidup bagi umat islam agar tetap menjadi seorang muslim sejati yang hidup dalam dan
mampu menjawab tantangan serta tuntutan zaman modern maupun era global sekarang.
Dan Dalam satu hadistnya Rosulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya bani Israil ( kaum yahudi dan nasrani )telah berpecah belah menjadi 72
aliran,dan umatku akan berpecah belah menjadi 73 aliran.Mereka semua akan masuk
neraka kecuali satu aliran saja.Para sahabat bertanya,”Siapakah dia itu wahai
Rosulullah?” Beliau menjawb, “siapa yang mengikuti jejakku dan para sahabatku.”
(HR.tirmidzi al-Hakim dan al-Aajurri,diharuskan oleh al-Albani)
Dari hadist di atas kita tahu bahwa sejak jauh-jauh hari rosulullah telah
menginformasikan (mensinyalir) tentang adanya perpecahan umat hadist diatas
bukanlah isapan jempol belaka.di Indonesia saja ,telah muncul beberapa aliran agama
baru yang muncul dari suatu agama -- terutama islam -- sejak puluhan tahun yang
lalu.pada umumnya, pelopor sekaligus pemimpinnya mengaku sebagai ”orang pilihan”
yang diutus oleh Tuhan sebagai juru selamat atau penyempurna suatu agama bagi umat
manusia.
Maraknya aliran-aliran baru tersebut mengindikasikan adanya kebutuhan besar
terhadap agama yang benar-benar bisa memenuhi kebutuhan rohaniah perubahan
masyarakat akibat modernisme, globalisme dan tahap era post industri yang
menyebabkan krisis kemanusiaan serta kurangnya pengetahuan tentang agamalah yang
menjadi pangkal pangkal utama munculnya berbagai macam aliran tersebut.
Penyimpangan-penyimpangan tersebut tidak akan terjadi jika manusia
khususnya umat islam memahami dan menguasai metodelogi studi agama,yang dalam
hal ini adalah metodologi studi islam.
A. Pengertian Muamalah
Sebagai makhluk social, manusia tidak bisa lepas untuk berhubungan dengan orang
lain dalam kerangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia sangat
beragam, sehingga terkadang secara pribadi ia tidak mampu untuk memenuhinya, dan
harus berhubungan dengan orang lain. Hubungan antara satu manusia dengan manusia
lain dalam memenuhi kebutuhan, harus terdapat aturan yang menjelaskan hak dan
kewajiban keduanya berdasarkan kesepakatan. Proses untuk membuat kesepakatan
dalam kerangka memenuhi kebutuhan keduanya, lazim disebut dengan proses untuk
berakad atau melakukan kontrak. Hubungan ini merupakah fitrah yang sudah
ditakdirkan oleh Allah. karena itu ia merupakan kebutuhan sosial sejak manusia mulai
mengenal arti hak milik. Islam sebagai agama yang komprehensif dan universal
memberikan aturan yang cukup jelas dalam akad untuk dapat diimplementasikan
dalamsetiapmasa.
Dalam pembahasan fiqih, akad atau kontrak yang dapat digunakan bertransaksi
sangat beragam, sesuai dengan karakteristik dan spesifikasi kebutuhan yang ada.
Sebelum membahas lebih lanjut tentang pembagian atau macam-macam akad secara
spesifik, akan dijelaskan teori akad secara umum yang nantinya akan dijadikan sebagai
dasar untuk melakukan akad-akad lainnya secara khusus . Maka dari itu, dalam makalah
ini saya akan mencoba untuk menguraikan mengenai berbagai hal yang terkait dengan
akad dalam pelaksanaan muamalah di dalam kehidupan kita sehari-hari.
A. Pengertian fiqih muamalah.
Sumber-sumber fiqih muamalah berasal dari dua sumber utama yaitu dalil naqly
yang berupa Al-quran dan Al-hadist dan dalil aqly yang berupa akal (ijtihad).
Penerapan sumber fiqih islam kedalam tiga sumber,yaitu Al-quran,Al-hadist dan ijtihad.
1. Al-quran.
Al-quran adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
dengan bahasa arab yang memiliki tujuan kebaikan dan perbaikan manusia,yang
berlaku didunia dan akhirat.Al-quran merupakan referensi utama umat
islan,termasuk didalamnya masalah hukum dan perundang-undangan.Sebagai
sumber hukum yang utama.Al-quran merupakan patokan utama yang digunakan
oleh umat islam dalam menemukan dan menarik hukum suatu perkara dalam
kehidupan.
2. Al-hadist.
Al-hadist adalah segala yang disandarkan kepada Rasulullah SAW,baik berupa
perkataan,perbuatan maupun ketetapan.Al-hadist merupakan sumber fiqih yang
kedua setelah Al-quran yang berlaku dan mengikat bagi umat islam.
Ijma’ adalah kesepakatan para mujtahid terhadap suatu hukum syar’i dalam suatu
masa setelah wafatnya Rasulullah SAW.Suatu hukum syar’i agar bisa dikatakan sebagai
ijma’,maka penetapan kesepakatan tersebut harus dilakukan oleh semua mujtahid,walau
ada pendapat lain yang menyatakan bahwa ijma’ bisa dibentuk hanya dengan
kesepakatan mayoritas para mujtahid saja.Sedangkan Qiyas adalah kiat untuk
menetapkan hukum pada kasus baru yang tidak terdapat didalam nash (Al-quran
maupun Al-hadist) dengan cara menyamakan pada kasus baru yang ada didalam nash.
2. Prinsip umum.
(a).Ta’awun (tolong-menolong).
(b).Niat/itikad baik.
(c).Al-muawanah/kemitraan.
(d).Adanya kepastian hukum.
Kepastian hukum merupakan pertanyaan yang hanya biasanya dijawab secara
normatif,bukan sosiologis.Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu
peraturan dibuat,diterapkan dan dijadikan sebagai pedoman secara pasti dan mengatur
secara jelas dan logis masalah yang akan diatur.Jelas dalam arti tidak menimbulkan
keragu-raguan dan logis dalam artian ia menjadi suatu sistem norma yang sejalan
dengan norma lain sehingga tidak berbenturan atau menimbulkan konflik norma
Kerja sama dalam usaha yang sesuai dengan prinsip-prinsip Syariah pada dasarnya
dapat dikelompokkan ke dalam:
(a). Bekerja sama dalam kegiatan dapat menjadi pemberi pembiayaan usaha, dalam hal
ini salah satu pihak dimana atas manfaat yang diperoleh yang timbul dari pembiayaan
tersebut dapat dilakukan bagi hasil.Kerja sama ini dapat berupa pembiayaan usaha
100% melalui akad mudharabah maupun pembiayaan usaha bersama melalui akad
musyarakah.
(b). Kerja sama dalam perdagangan,di mana untuk perdagangan dapat diberikan
fasilitas-fasilitas tertentu meningkatkan dalam pembayaran maupun penyerahan
obyek.Karena pihak yang mendapat fasilitas akan memperoleh manfaat,maka pihak
pemberi fasilitas berhak untuk mendapatkan bagi hasil (keuntungan) yang dapat
berbentuk harga yang berbeda dengan harga tunai.
(c).Kerja sama dalam penyewaan aset dimana obyek transaksi adalah manfaat dari
penggunaan asset. Hubungan manusia dengan manusia (muamalah) dalam bidang
ekonomi menurut Syariah harus memenuhi rukun dan syarat tertentu. Rukun adalah
sesuatu yang wajib ada dan menjadi dasar terjadinya sesuatu, yang secara bersama-sama
akan mengakibatkan keabsahan. Rukun transaksi ekonomi Syariah adalah:
2. Adanya barang (maal) atau jasa (amal) yang menjadi obyek transaksi.
Disamping itu harus pula dipenuhi syarat atau segala sesuatu yang
keberadaannya menjadi pelengkap dari rukun yang bersangkutan.Contohnya:syarat
pihak yang melakukan transaksi adalah cakap hukum,syarat obyek transaksi adalah
spesifik atau tertentu,jelas sifat-sifatnya,jelas ukurannya,bermanfaat dan jelas nilainya.
Obyek transaksi menurut Syariah dapat meliputi barang (maal) atau jasa,bahkan
jasa dapat juga termasuk jasa dari pemanfaatan binatang. Pada prinsipnya obyek
transaksi dapat dibedakan kedalam:
1. Obyek yang sudah pasti (ayn),yaitu obyek yang sudah jelas keberadaannya atau
segera dapat diperoleh manfaatnya.
2. Obyek yang masih merupakan kewajiban (dayn), yaitu obyek yang timbul akibat
suatu transaksi yang tidak tunai.
Secara garis besar aqad dalam fiqih muamalah adalah sebagai berikut :
1. Aqad mudharabah Ikatan atau aqad Mudharabah pada hakikatnya adalah ikatan
penggabungan atau pencampuran berupa hubungan kerja sama antara Pemilik
Usaha dengan Pemilik Harta.
2. Aqad musyarakah Ikatan atau aqad Musyarakah pada hakekatnya adalah ikatan
penggabungan atau pencampuran antara para pihak yang bersama-sama menjadi
Pemilik Usaha.
3. Aqad perdagangan Aqad Fasilitas Perdagangan adalah perjanjian pertukaran
yang bersifat keuangan atas suatu transaksi jual-beli dimana salah satu pihak
memberikan fasilitas penundaan pembayaran atau penyerahan obyek sehingga
pembayaran atau penyerahan tersebut tidak dilakukan secara tunai atau seketika
pada saat transaksi.
4. Aqad ijarah.
Aqad Ijarah adalah aqad pemberian hak untuk memanfaatkan Obyek melalui
penguasaan sementara atau peminjaman Obyek dgn Manfaat tertentu dengan
membayar imbalan kepada pemilik Obyek.Ijara mirip dengan leasing namun
tidak sepenuhnya sama dengan leasing, karena Ijara dilandasi adanya
perpindahan manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan. (Muhammad
Hafizh)
2) Ada norma antara (tussen norm, generelle norm, law in books) yang dipakai sebagai
3) Ada norma konkrit (concrete norm), sebagai hasil penerapan norma antara atau
penegakannya di Pengadilan.
A. Kedudukan Muamalah dalam Islam
Secara garis besar ajaran Islam membagi kedalam dua bagian yaitu ibadah dan
muamalah. Kaidah fiqih ibadah :
Artinya: “ Hukum asal dalam ibadah adalah menunggu dan mengikuti tuntunan” 38, 37
Ah. Azharudin, Op.Cit, hal. 6-7, 38. Ibnu Taimiyah, Juz II, hal. 306, 35
Artinya:” Hukum Asal dalam ibadah mahdhah adalah batal sampai ada dalil yang
memerintahkannya”
Dari kedua kaidah diatas dapat kita simpulkan bahwa dalam bidang ibadah itu
tidak boleh dikerjakan sebelum ada dalil yang memerintahkannya, contohnya
pada dasarnya sholat dilarang untuk dilakukan akan tetapi ada dalil, hadisnya dan
bahkan dicontohkan oleh Rasullah untuk mengerjakan sholat makan umat Islam
wajib mendirikan sholat. Sedangkan Kaidah fiqih muamalah :
Artinya: “ Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan kecuali
ada dalil yang mengharamkannya” 39
Maksud kaidah ini adalah bahwa dalam setiap muamalah dalam transaksi pada dasarnya
boleh, seperti jual beli, sewa menyewa, gadai, kerja sama, mudharabah atau
musyarakah, perwakilan dan lain-lain, kecuali tegas-tegas diharamkan seperti
mengakibatkan kemudharatan, tipuan, judi dan riba.
Kedudukan aqad dalam fiqh muamalah adalah penting ditinjau dari fungsi dan
pengaruhnya. Sehingga suatu muamalah (transaksi) dapat dikatakan sah jika akad yang
dilaksanakan itu terpenuhi syarat dan rukunnya. Pengaruh-pengaruh umum yang
berlaku pada semua akad transaksi muamalah terbagi dua yaitu :
Kedua, Ilzam. Ini menimbulkan kewajiban (iltizam) bagi salah satu 'aqid kepada
'aqid yang lain atau objek masing-masing dan syarat-syarat yang disepakati untuk
berakad dan ikatan ini tidak dapat dibatalkan oleh salah satu pihak tanpa disetujui oleh
pihak lain yang bersangkutan. Disebut juga luzum. Contoh iltizam adalah kewajiban
menyerahkan barang yang telah dijual, membayar harga barang sesuai kesepakatan,
tidak menjual barang titipan (wadi'ah) dan lain-lain. Para ulama berbeda pendapat
tentang kapan akad tidak memiliki sifat luzum. Menurut Mazhab Syafi'i dan Hambali
sifat luzum dikenai setelah majelis akad bubar. Sebelum mereka berpisah, maka
masing-masing 'aqid boleh mencabut akadnya atau disebut dengan istilah khiyar.
Pendapat ini berdasarkan hadist, "penjual dan pembeli boleh berkhiyar, selama mereka
belum berpisah." Sedangkan ulama Hanafiyah dan Malikiyah berpendapat bahwa akad
dipandang sah dan berlaku serta tidak dapat diganggu gugat lagi setelah terjadinya ijab
qabul. Dalam 'adamulluzum ini ada sembilan transaksi muamalah yang terbagi tiga
kelompok, yaitu:
1. 'Ida (penitipan). Muwaddi (yang menyimpan barang) maupun wadi' (yang bertugas
memelihara barang) berhak membatalkan akad 'ida secara sepihak.
2. I'arah, yaitu mendapat manfaat dari barang yang dipinjam secara cuma- cuma.
Musta'ir (yang meminjam) boleh tidak jadi mengambil manfaat dari barang yang
dipinjamkan atau mengembalikannya kepada mu'ir (yang meminjamkan) dan mu'ir
boleh meminta kembali kapan saja dia mau.
3. Syirkah dan mudharabah atau perkongsian antara dua. pihak dengan ketentuan bahwa
modal dipikul oleh salah seorang, sedangkan usaha dilakukan oleh seseorang lagi. Maka
masing-masing pihak dapat membatalkan akadnya dan meminta perhitungan
Akad-akad yang hukum asalnya tidak lazim (luzum), tetapi bisa menjadi lazim dalam
sebagian keadaan.
3. Washiyat. Washi (yang memberi wasiat) dapat membatalkan dan mencabut kembali
wasiatnya sebelum ia meninggal. Sesudah ia meninggal, para ahli warisnya tidak dapat
mencabut wasiat itu.
4. Hibah. Hibah dapat dicabut kembali selama tidak ada halangan, yaitu al-mauhubu
laha (yang menerima hibah), suami (zuaj) dari yang memberi hibah, atau kerabatnya
yang mahram.
Akad-akad yang hukum asalnya luzum, tetapi pada sifatnya ada sesuatu yang membawa
kepada tidak luzum dalam suasana-suasana tertentu, yaitu antara lain :
o AIqdu Ijarah. Hukum asalnya adalah luzum. Namun jika muj'ir (yang menyewa)
kedatangan uzur di kemudian hari, maka dapatlah membatalkan atau tidak meneruskan
akad. Namun ia tetap harus mengganti kerugian-kerugian pihak kedua yang timbul
akibat pembatalan tersebut. Seperti menyewa ahli masak untuk walimah, tetapi karena
ada udzur dan tidak jadi mengadakan walimah, maka ia harus mengganti kerugian si
ahli masak seperti bahan-bahan keperluan yang telah dibelinya.
'Aqad Muzara'ah, yaitu berkongsi memanfaatkan/ menanami tanah yang dimiliki satu
pihak dan pihak lain yang lagi berusaha. Maka bila bibit telah ditanam, muzara'ah
menjadi lazim tidak dapat dibatalkan lagi. Pembatalan dalam akad-akad yang ghaira
lazimah ini tidak memiliki daya surut. Maka pencabutan kuasa tidak merusak apa yang
telah dilakukan sebelumnya. Penarikan kembali hibah tidaklah mengharuskan si
mauhub 'alih menyerahkan hasil-hasil yang diperoleh dari hadiah tersebut. Dalam
tataran operasional akad-akad syari’ah tersebut memiliki standar-standar istilah yang
dideduksikan dari Al- Qur’an dan Al-Sunnah, yakni :
• Bai’ al-murabahah;
• Bai’ al-salam;
• Bai’ al-Istishna;
• Al-ijarah;
• Al-Musyarakah;
• Al-Kafalah;
• Al-Wakalah;
• Hiwalah;
• Dhaman;
• Rahn;
1. Gharar/Taghrir
4. Riba
4. Bathil,
5. Ghabn
6. Tadlis/Tahfif/Ghusy.
7. Iktinaz
1. Ucapan
2. Tulisan
Isyarat yang jelas pada orang bisu, sama dengan keterangan lisan
2. Akad tijarah
1. Murabahah
2. Salam,
4. Istisna
5. Ijarah dan
6. Ijaraj Muntahiyah
7. Bit Tamlik
1. Musyarakah
2. Mudharabah
3. Muzara’ah
4. Musaqah
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Studi keislaman atau islamic studies adalah usaha untuk mempelajari hal-hal
yang berhubungan dengan islam secara empiris dan ajaran-ajarannya. Pengertian
semakna adalah usaha-usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan
memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk dan hal-hal
yang berhubungan dengan ajaran islam dalam ajaran, sejarah maupun praktek
pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
2. Arah studi islam adalah fenomena agama dengan berbagai pandangan dan bukan
untuk mempersempit makna agama pada persoalan ketuhanan, kepercayaan,
kredo dan ibadah. Pendekatan studi yang digunakan adalah disiplin keilmuan
yang bersifat historis empiris bukan doktrinal normatif-historis. Perkembangan
studi agama mendorong peluang pesat munculnya cabang keilmuan keagamaan
seperti sejarah agama, psikologi agama, antropologi agama, dan lain-lain
3. Lemahnya penguasaan metodologi studi agama serta kelengahan umat islam
menyebabkan menjamurnya aliran-aliran baru yang dianggap ‘sesat’ baik dari
dalam islam sendiri maupun agama-agama lain.
4. Cara pandang yang keliru mengenai islam akan menimbulkan sebuah pandangan
dan pengertian yang keliru pula tentang islam.
5. Islam selain sebagai agama yang sesuai dengan fitrah manusia, juga sebagai
faktor penunjang maju pesatnya ilmu pengetahuan, karena Al Qur’an adalah
sumber ilmu pengetahuan yang tertinggi.
6. Tingkat pemahaman yang bervariatif cenderung membawa pola perilaku yang
berbeda. Hal ini menunjukkan memberi daya umat yang baik namun tidak
ditunjang oleh penguasaan keilmuan keislaman, lemah dalam penguasaan
metodologi, tidak terorganisasi dan tersistematik dalam struktur
pengetahuannya. Dampaknya berupa kualitas pemahaman agama dan
keberagaman yang belum responsif terhadap berbagai persoalan yang universal.
7. Adapun arah dan tujuan studi Islam dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Untuk
mempelajari secara mendalam tentang apa sebenarnya (hakikat)agama Islam itu,
dan bagaimana posisi serta hubungannya dengan agama-agama lain dalam
kehidupan budaya manusia; 2) Untuk mempelajari secara mendalam pokok-
pokok isi ajaran agama Islam yang asli, dan bagaimana penjabaran serta
operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan
peradaban Islam sepanjang sejarahnya; 3) Untuk mempelajari secara mendalam
sumber dasar ajaran agama islam yang tetap abadi dan dinamis, dan bagaimana
aktualisasinya; 4) Untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nili-
nilai dasar ajaran agama Islam, dan bagaimana realisasinya dalam membimbing
dan mengarahkan serta mengontrol perkembangan budaya dan peradaban
manusia pada zaman modern ini.
8. Selanjutnya dengan tujuan-tujuan tersebut diharapkan agar studi Islam akan
bermanfaat bagi peningkatan usaha pembaruan dan pengembangan kurikulum
pendidikan Islam pada umumnya, dalam usaha transformasi kehidupan sosial
budaya serta agama umat Islam sekarang ini, menuju kehidupan sosial-budaya
modern pada generasi-generasi mendatang, sehingga misi Islam sebagai rahmah
lil ‘alamin dapat terwujud dalam kehidupan nyata di dunia global.
9. Dari berbagai penjelasan di atas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan dahwa Fiqih
Muamalah merupakan ilmu yang mempelajari segala perilaku manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dengan tujuan memperoleh falah (kedamaian dan
kesejahteraan dunia akhirat). Perilaku manusia di sini berkaitan dengan landasan-
landasan syariah sebagai rujukan berperilaku dan kecenderungan-kecenderungan dari
fitrah manusia. Kedua hal tersebut berinteraksi dengan porsinya masing-masing
sehingga terbentuk sebuah mekanisme ekonomi (muamalah) yang khas dengan dasar-
dasar nilai ilahiyah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amin. 2002. Studi Agama ; normativitas atau historisitas. Yogyakarta : Pustaka
pelajar
Abdullah, Yatimin. 2006. Studi Islam Kontenporer. Jakarta : Amzah.
Nata, Abuddin. 2005. Metodologi Studi Islam. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Prof. DR. Rosihon Anwar, M.Ag.,DKK, Pengantar Study Islam,Pustaka Setia,
Bandung, 2009, Hal. 25
Mas’adi, Ghufron. 2002. Fikih Muamalah Kontekstual. Pt. Raja Grafindo Persada :
Jakarta
Adi, Ghufron. 2002. Fikih Muamalah Kontekstual. Pt. Raja Grafindo Persada : Jakarta,
hal 12
Drs. M. Yatimin Abdullah, MA, Studi Islam Kontemporer, Cet I, Amzah, Jakarta, Hal.
157