Vous êtes sur la page 1sur 16

Step 1

Tuberculosis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh M.Tuberculosis melewati


saluran pernafasan , saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit. ( Price , 2006 )

Leukositosis adalah penngkatan jumlah leukosit dalam darah untuk sementara waktu.
Normalnya timbul akibat olahraga berat dan pada keadaan patologis timbul menyertai
perdarahan , demam , infeksi atau peradangan. (Dorland , 2010 )

Efusi pleura adalah akumulasi cairan yang abnormal pada rongga pleura ( kamus
kesehatan , 2012 )

Step 7

TBC Relaps

EPIDEMIOLOGI

Penyakit TB paru dapat terkena pada semua umur dan jenis kelamin. Paling
sering terkena adalah laki-laki. Penderita TB paru dengan kasus kambuh (relaps)
biasa pada usia 15-55 tahun (umur produktif). WHO menyatakan bahwa 1/3
penduduk dunia telaah terinfeksi kuman TB. Setiap tahunnya diseluruh dunia
didapatka sekitar 4 juta penderita baru TB menular, ditambah dengan jumlah yang
sama TB yang tidak menular dan sekitar 3 juta meniggal setiap tahunnya. Saat ini
negara maju diperkirakan setiap tahun terdapat 10-20 kasus baru setiap 100.000
penduduk dengan kematian 1-5 per 100.000 penduduk. Sedang di negara berkembang
angkanya masih tinggi. Di Afrika setiap tahun muncul 165 penderita TB paru
menular setiap 100.000 penduduk.

Di Indonesia , TB paru menduduki urutan ke-4 untuk angka kesakitan


sedangkan sebagai penyebab kematian menduduki urutan ke-5; menyerang sebagian
besar kelompok usia produktif dari kelompok sosioekonomi lemah . Walau upaya
memberantas TB telah dilakukan, tetapi angka insiden maupun prevalensi TB paru di
Indonesia tidak pernah turun. Dengan bertambahnya penduduk, bertambah pula
jumalah penderita TB paru, dan kini Indonesia adalah negara peringkat ke-3
terbanayak di dunia dengan jumlah penderita TB paru. Dengan meningkatnya infeksi
HIV/AIDS di Indonesia, penderita TB akan meningkat pula. ( USU , 2011 )

ETIOLOGI

Penyebab TB paru adalah Mycobacterium tuberkulosis, sejenis kuman


berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4 μm dan tebal 0,3-0,6 μm. Spesies yang
dapat menginfeksi manusia adalah Mycobacterium bovis, Mycobacterium kansasii,
dan Mycobacterium intrasellulare. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak
(lipid). Lipid ini yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lemak serta
gangguan kimia dan fisik. Sifat kuman ini adalah aerob, mudah mati pada air
mendidih ( 5 menit pada suhu 80° C, 20 menit pada suhu 60° C atau pasteurisasi),
mudah mati dengan sinar matahari, tahan hidup berbulan-bulan pada suhu kamar
yang lembab. Kuman lebih menyenangi jarigan yang tinggi kandungan oksigennya. (
WHO , 2008 )

FAKTOR RESIKO

1) umur : TB paru dapat terjadi pada semua golongan umur, baik pada bayi atau
anak-anak, orang dewasa maupun manula. Kecenderungan penderita TB terdapat
pada kelompok umur produktif (15-55 tahun).

2) Jenis kelamin : Beberapa penelitian menunjukkan bahwa laki-laki lebih serig


terkena TB paru dibandingka perempuan. Hal ini terjadi karena aktivitas laki-laki
lebih tinggi dibandingkan perempuan sehingga kemungkinan terpapar lebih besar
pada laki-laki.

3) Pekerjaan lingkungan kerja mempengaruhi seseorang untuk terserang suatu


penyakit atau tidak. Seseorang yang bekerja pada lingkungan kerja yang buruk
seperti supir, tukang becak, orang yang sering terpapar debu, polusi asap, dan
lain-lain lebih gampang untuk terkena TB paru dibandingkan dengan orang yang
sehari-hari beerja di kantor.
4) Sosial Ekonomi

Masyarakat dari golongan sosial ekonomi lemah lebih sering terinfeksi TB paru.
Keadaan kemiskinan mengarah kepada perumahan yang terlampau padat dan
kondisi kerja yang buruk serta terjadinya malnutrisi dapat menurunkan daya tahan
tubuh, sehingga mudah tertular oleh penyakit.

5) Gizi : Keadaan malnutrisi dapat mempengaruhi daya tahan tubuh sehingga akan
menurunkan resistensi terhadap berbagai penyakit termasuk TB paru.

6) Faktor toksik : merokok dan banyak minum alkohol dapat menurunkan daya
tahan tubuh. Selain itu, obat-obatan kortikosteroid dan imunosupresan juga dapat
menurunkan kekebalan tubuh.

7) Penyakit lain : seperti adanya kuman TB yang dormant, AIDS.

( WHO , 2008 )

GEJALA KLINIK

Keluhan yang dapat dirasakan penderita antara lain :

1. Demam. Demam biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi


kadang-kadang panas badan mencapai 40-41° C. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar, tetapi kemudian dapat timbul kembali.

2. Batuk/batuk darah. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
diperlukan untuk membuang produk-produk radang luar. Sifat batuk dimulai dari
batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah batuk darah karena
terdapat pembuluh darah yang pecah.

3. Sesak napas. Sesak napas ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang
inflitrasinya meliputi setengah bagian paru-paru.
4. Nyeri dada. Timbul bila inflitrasi radang sudah sampai ke pleura sehingga
menimbulkan pleuritis.

5. Malaise. Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia tidak ada nafsu
makan, badan makin kurus,sakit kepala,meriang,nyeri otot,keringat malam, dan
lain-lain.

Menurut ISTC standar 1 menyatakan setiap individu dengan batuk produktif selama
2-3 minggu atau lebih yang tidak dapat dipastikan penyebabnya harus dievaluasi
untuk tuberkulosis. ( DEPKES , 2002 )

ANAMNESIS

Keluhan utama : Batuk yang tidak kunjung sembuh selama 4 bulan dengan dahak
putih kental disertai bercak darah saat batuk pada 3 hari lalu.

Keluhan tambahan : Pasien semakin kurus dalam 3 bulan terakhir disertai demam dan
adanya riwayat pengobatan paru selama 6 bulan.

Cara melakukan anamnesis :

 Pendekatan umum : perkenalan diri anda,ciptakan hubungan yang baik


 Nilai keluhan utama dan riwayatnya : misalnya tentang riwayat batuk serta
konsistensinya
 Tanyakan riwayat penyakit dahulu
 Tanyakan mengenai kebiasaan merokok,minum minuman beralkohol, obat-obatan
 Tanyakan mengenai riwayat sosial/pekerjaan : adanya perjalanan ke daerah yang
beresiko terhadap TB, kontak dengan penderita TB.
 Tanyakan mengenai riwayat keluarga2

PEMERIKSAAN

● Fisik
Pemeriksaan tanda vital terhadap pasien berupa :

- Suhu badan : 37,2 ° C

- Tekanan darah : 13/90 mmHg

- Frekuensi nafas : 20x/menit

- Frekuensi nadi : 78x/menit

Pada pemeriksaan fisik pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan terutama
pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinflitrasi secara asimptomatik. Penyakit
baru dicurigai dengan didapatkannya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan
rutin atau uji tuberculin yang positif.

a. inspeksi : inspeksi keadaan umum pasien,mungkin ditemukan konjungtiva


mata atau kulit yang pucat karena anemia,demam,badan kurus atau berat
badan menurun.

b. Palpasi : sulit menilai dari palpasi dinding dada. Palpasi pada paru dapat di
periksa secara statis dan dinamis, yakni :

● statis : memeriksa adanya nyeri tekan dan kelainan dinding dada


(massa,tumor,krepitasi)

● dinamis : dengan melakukan fremitus taktil, dengan penilaian melemah,


mengeras, atau normal.

c. Perkusi : tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian
apeks(pucak paru),bila dicurigai ada infiltrate yang agak luas,maka di
dapatkan perkusi yang redup. Adanya cairan dalam pleura juga dapat
memerikan suara redup. Bila terdapat kavitas yang cukup besar,perkusi
memberikan suara hipersonor atau timfani. Bila tuberculosis mengenai
pleura,terjadi efusi pleura, pada perkusi terdengar suara beda.
d. Auskultasi : TB paru yang menimbulkan infiltrat yang luas didapatkan
aukultasi suara napas bronchial, didapatkan juga suara napas tambahan berupa
ronki basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrate diliputi oleh penebalan
pleura, suara napas menjadi vesikuler melemah. Pada efusi pleura akibat TB
paru menimbulkan suara napas yang melemah sampai tidak terdengar sama
sekali pada auskultasi toraks.

Tanda-tanda fisik yang dapat terlihat pada pasien yang menderita TB paru :

- Keadaan umum. Kadang-kadang keadaan pasien baik,meskipun penyakitnya


sudah lanjut. Akan tetapi, mungkin pasien jelas kelihatan sakit. Ia mungkin sangat
kurus dengan turunnya berat badan yang jelas. Ia mungkin tamapak pucat atau
tampak kemeraham akibat demam.

- Demam. Bisa bermacam-macam jenis. Mungkin hanya kenaikan suhu ringan pada
malam hari. Suhu mungkin tinggi atau tidak teratur. Seringkali tidak ada demam

- Nadi pada umumnya meningkat seiring dengan demam

- Jari-jari tubuh. Anda bisa menemukan ini, khususnya pada pasien dengan
penyakit yang luas. Ingatlah bahwa jari tubuh ini biasa terdapat pada kanker paru.

- Dada. Seringkali tiada tanda-tanda abnormal. Yang paling umum adalah krepitasi
halus di bagian atas pada satu atau kedua paru. Suara ini terdengar khususnya
ketika menarik napas dalam,sesudah batuk. Kemudian mungkin terdapat perkusi
pekak atau pernapasan bronkial pada bagian atas kedua paru. Kadang-kadang
terdapat wheezing terlokalisasi disebabkan oleh bronkitis tuberkulosis atau
tekanan kelenjar limfe pada bronkus. Pada tuberkulosis kronis dengan banyak
fibrosis (jaringan parut), jaringan parut itu mungkin menarik trakea atau jantung
ke salah satu sisi. Pada setiap tahapan juga mungkin terdapat tanda-tanda fisik
akibat cairan pleura. Akan tetapi, sering sekali anda tidak akan menemukan
kelainan pada dada.
● Penunjang

a. Pemeriksaan Bakteriologis

- Pemeriksaan dahak mikroskopik

Cara yang paling dapat diandalkan untuk menegakkan diagnosis adalah


menemukan TB pada pemeriksaan dahak pada sediaan langsung.
Pemeriksaan dilakukan dengan metode pewarnaan Ziehl-Neelsen (ZN)
atau di pusat-pusat kesehatan yang lebih lengkap dengan menggunakkan
fluoroskopi modern menggunakan sinar ultraviolet. Untuk pemeriksaan
TB paru, semua pasien suspek TB diperiksa 3 spesimen dahak dalam
waktu 2 hari, yaitu :4

1. dahak setempat pertama : dahak dikumpulkan pada saat suspek TB


datang berkunjung pertama kali.

2. dahak pagi hari : dahak diumpulkan di umah pada pagi hari kedua,
segera setelah bangun tidur atau terkumpul selama 1-2 jam pertama.

3. dahak setempat kedua : ketika pasien kembali membawa dahak pagi


hari.

Bila kuman BTA dijumpai 2 kali dari 3 kali pemeriksaan penderita disebut
BTA + menular. Jumlah kuman yang ditemukan merupakan informasi
yang sangat penting karena berhubungan dengan derajat penularan
penderita maupun dengan beratnya penyakit.

Pencatatan hasil pembaca berdasarkan skala IUATLD (International


Union Against Tuberculosis and Lung Disease) tahun 2000 adalah sebagai
berikut :5

1. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut negatif

2. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, hasilnya meragukan


3. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + atau (1+)

4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut ++ atau (2+)

5. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut +++ atau (3+)

- Pemeriksaan biakan (kultur TB)

Tanda pasti penderita TB paru ditetapkan dengan pemeriksaan kultur yang


membutuhkan waktu sekitar 6-8 minggu. Pembiakan dapat dilakukan pada
medium Lowenstein-Jensen atau Middlebrook (M.tbc tumbuh lambat 2-3
minggu).

- Tes resistensi dan sensitivitas obat

Tes ini dapat dilakukan di laboratorium khusus. Pada kebanyakan negara


berkembang tes ini sebaiknya digunakkan untuk mempelajari pola
resistensi obat di dalam masyarakat. Seharusnya jangan terbiasa gunakan
pembiakan untuk membantu pengobatan pasien secara individual. Indikasi
kultur TB padada uji resistensi OAT :

1. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis

2. Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak

3. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.

b. Pemeriksaan Radiologis

Dalam menegakkan diagnosis pasti, kita tidak dapat hanya dengan


pemeriksaan radiologis pada penyakit tuberkulosis. Karena pada penyakit-
penyakit lainnya sering sangat mirip dengan tuberkulosis. Oleh karena itu,
harus dengan melakukan pemeriksaan dahak.

Lokasi lesi tuberculosis biasanya di apeks paru (segmen apikal lobus


atau segmen apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah
(bagian inferior) atau di derah hilus menyerupai tumor paru ( misalnya pada
tuberkulosis endobronkial).

Gambaran rontagen yang memberi kesan kuat tentang adanya tuberkulosis


adalah : 4

1) bagian atas paru menunjukkan bayangan berupa bercak atau bernoduler


(pada satu atau kedua sisi)

2) Kavitas (lubang) khususnya bila tedapat lebih dari satu lubang

3) bayangan dengan pekapuran dapat menyebabkan kesulitan dalam


diagnosis. Ingat bahwa keadaan ini belum merupakan diagnosis yang
lengkap. Dapat terjadi pneumoni dan tumor paru di tempat-tempat yang
dulunya terdapat tuberkulosis yang sudah sembuh lalu mengapur.
Beberapa tumor jinak dapat berisi pekapuran.

4) Bayangan-bayangan lain yang mungkin berkaitan dengan tuberkulosis


adalah :

- bayangan bentuk oval atau bundar soliter (tuberkuoma)

- kelainan pada hilus dan mediastinum disebabkan oleh pembesaran


kelenjar limfe (kompleks primer yang bertahan)

- bayangan titik-titik kecil yang tersebar (tuberkulosis milier)

Jika ada kecurigaan adanya tuberkulosis pada rontagen toraks dengan


dahak negatif, berikan antibiotia non-tuberkulosis (misalnya ampisilin,
oksitetrasiklin) selama 7-10 hari dan ulangi pemeriksaan rontagen. Bayangan
pneumoni akut akan meunjukkan perbaikan. Namun, dapat juga berhubungan
dengan kolaps bagian paru.

c. Pemeriksaan Tuberkulin
Teknik standar (tes Mantoux) adalah dengan menyuntikkan tuberkulin (PPD)
sebanyak 0,1 ml yang mengandung 5 unit (TU) tuberkulin secara intrakutan,
pada sepertiga atas permukaan volar atau dorsal lengan bawah setelah kulit
dibersihkan dengan alkohol. Untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimum
diperlukan waktu antara 48-72 jam sesudah penyuntika dan reaksi harus
dibaca dalam periode tesebut, yaitu dalam cahaya terang dan posisi lengan
bawah sedikit ditekuk. Yang harus dicatat dari reaksi ini adalah diameter
indurasi dalam satuan milimeter, pengukuran harus dilakukan melintang
terhadap sumbu panjang lengan bawah. Hanya indurasi (pembengkakan yang
teraba ) dan bukan eritema yang bernilai. Indurasi dapat ditentukan dengan
inspeksi dan palpasi (meraba daerah tersebut dengan jari tangan). Tidak
adanya idurasi sebaiknya dicatat sebagai ”0 mm” bukan negatif. Reaksi positif
terhadap tes tuberkulin mengindikasikan adanya infeksi tetapi belum tentu
terdapat penyakit secara klinis.

Interpretasi tes kulit menunjukkan adanya berbagai tipe reaksi :

Klasifiksi Tes Mantoux Intradermal Reaksi Tuberkulin (Tuberkulin dengan TU PPD)

INDURASI KLASIFIKASI KETERANGAN

≥ 5 mm (+) Orang HIV, baru kontak dengan orang penderita TB,


adanya perubahan fibrotik pada radiografi dada
sesuai dengan gambaran TB lama yang sudah
sembuh, pasien yang mengalami transplantasi organ,
dan pasien yang menggunakan penekan imunitas.

≥ 10 mm (+) Adanya riwayat perjalanan pada negara yang


bervalensi tinggi TB, pemakai obat yang disuntikan,
penduduk atau pekerja pada ingkungan yang beresiko
tinggi, pegawai laboratorium mikrobakterilogi, anak-
anak di bawah usia 4 tahun atau anak-anak remaja
yang terpajan dengan kelompok orang yang bersiko
tinggi.

≥ 15 mm (+) Orang dengan faktor resiko TB yang tidak diketahui

d. Pemeriksaan darah dan lainnya

Pemeriksaan darah rutin kurang spesifik. Pemeriksaan darah kurang mendapat


perhatian karena hasilya kadang meragukan. Pada saat TB aktif, akan
didapatkan jumlah leukosit yang meninggi dengan diferensiasi pergeseran ke
kiri . Jumlah limfosit masih dibawah normal. LED penting sebagai indikator
kestabilan penyakit sehingga dapat digunakan untuk evaluasi penyembuhan.

Pemeriksaan serologi dilakukan dengan metode ELISSA, Mycodot, PAP.


Teknik lain untuk mengidentifikasi M.tb dengan PCR.

Pemeriksaan histopatologi jaringan, diperoleh melalui transbronchial lung


biopsy, transthoracal biopsy, biopsi paru terbuka, biopsi pleura, biopsi
kelenjar dan oragan lain diluar paru. Diagnosis TB ditegakkan bila jaringan
menunjukkan adanya granuloma dengan perkejuan.

( John C norman , 2002 )


PENATALAKSANAAN

Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut :


● OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengn kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT
tunggal ( monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT)
lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.

● Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan


langsung (DOT= Directly Observed Treatment) oleh seorang pengawas menelan
obat (PMO).

● Pengobatan TB dierikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Pengobatan tuberculosis bertujuan untuk menyembuhkan penderita,


mencegah kematian, mencegah kekambuhan, dan menurunkan tingkat penularan.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan
fase lanjutan 4 atau 7 bulan. Panduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat
utama dan tambahan.

1) Tahap awal (intensif)

● Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat

● Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu

● Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan

2) Tahap Lanjutan

● Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama.

● Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah


terjadinya kekambuhan
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia :

WHO dan IUATLD (Internacional Union Againts Tuberculosis and Lung


Diseases) merekomendasikan paduan OAT standar, yaitu :

a. Kategori−1 (2HRZE/4H3R3)

Tahap intensif terdiri dari Isoniazid (H),Rifampicin (R), Pirazinamid (Z) dan
Ethambutol (E). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan
(2HRZE). Kemudian diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri Isoniazid
(H) dan Rifampicin (R), diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (
4H3R3).

Obat ini diberikan untuk :

i. Penderita baru TB Paru BTA positif

ii. Penderita TB Paru BTA negatif Rontagen positif yang “Sakit Berat”

iii. Penderita TB Ekstra Paru Berat

b. Kategori−2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)

Tahap intensif diberikan selama 3 bulan, yang terdiri dari 2 bulan dengan
Isoniazid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z), Etambutol (E) dan suntikan
streptomicin setiap hari, lanjutkan 1 bulan dengan Isoniazid (H), Rifampicin
(R), Pirazinamid (Z) dan etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan
dengan tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali
dalam seminggu. Obat ini diberikan untuk :

i. Penderita kambuh (relaps)

ii. Penderita Gagal (failure)

iii. Penderita dengan pengobatan setelah lalai (after default)

c. Kategori−3 (2HRZ/4H3R3)
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap 2 bulan (2HRZ) diteruskan
dengan tahap terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3x seminggu (4H3R3)

Obat ini diberikan untuk :

i. Penderita baru BTA negatif dan rontagen positif sakit ringan

ii. Penderita ekstra paru ringan yaitu TB kelenjar limfe (limfadenitis),


pleuritis eksudatif unilateral, TB kulit, TB tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal.

d. OAT Sisipan (HRZE)

Bila pada akhir tahap intensif dari pengobatan kategori 1 atau kategori 2, hasil
pemeriksaan dahak masih tetep BTA positif, diberikan obat sisipan (HRZE)
setiap hari selama 1 bulan.

Terdapat juga obat TB untuk kategori anak : 2HRZ/4HR. Paduan OAT


kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa obat kombinasi
dosis tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini disediakan dalam
bentuk OAT kombipak. Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis
obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan
ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Paket kombipak adalah paket
obat lepas yang terdiri dari Isoniazid,Rifampisin, Pirazinamid dan Etambutol
yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program untuk
digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.

( Dacne J , 2004 )
DAFTAR PUSTAKA

Department Kesehatan Republik Indonesia.( 2002). Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis.

WHO. (2008). Guidelines for The Programmatic Management of Drug


Resistant Tuberculosis. Switzerlad

WHO. (2010). Treatment of Tuberculosis Guidelines 4th Edition. Switzerland

Sylvia A Price, Lorraine M Wilson.(2006) Patofisilogi vol 2. Edisi ke-6. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Dacne J, Kopelmen P.(2004).Buku saku keterampilan klinis.Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC

.John C, Norman H, Fred.(2002) M. Tuberkulosis klinis. Edisi ke-2. Jakarta:


Widya Medika

Vous aimerez peut-être aussi