Vous êtes sur la page 1sur 47

Askep

Fraktur

Stikes
Muhammadiyah
Klaten

Romeo.dhani@gmail.com
Pengertian fraktur
• Adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa
• Adalah rusaknya kontinuitas tulang yang
disebabkan tekanan eksternal yang datang
lebih besar dari yang dapat diserap oleh
tulang
Etiologi
• Trauma :
– Langsung
– Tak langsung
• Stress (tekanan yang berulang)
berulang
• Pathologis/penyakit
– Radang (osteomyelitis,, TBC dll)
– Tumor (osteosarkoma)
– Degeneratif (osteoporosis/disuse)
Klasifikasi brdsar sifat fraktur
• Faktur Tertutup (Closed)
– Bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar,
luar disebut juga fraktur
bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
• Fraktur Terbuka (Open/Compound)
– Bila terdapat hubungan antara hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya
perlukaan kulit.
Klasifikasi brdsrkan komplit/tdk
• Fraktur Komplit
– Bila garis patah melalui seluruh
penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti
terlihat pada foto.
• Fraktru Inkomplit
– bila garis patah tidak melalui
seluruh penampang tulang seperti:
seperti
• Hair Line Fraktur (patah seperti garis
rambut)
• Buckle atau Torus Fraktur, bila
terjadi lipatan dari satu korteks
dengan kompresi tulang spongiosa
di bawahnya.
• Green Stick Fraktur, mengenai satu
korteks dengan angulasi korteks
lainnya yang terjadi pada tulang
panjang
Tipe fraktur lanjutan…..
Klasifikasi Brdsrkan bentuk garis patah
dan mekanisme trauma
• Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada
tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau
langsung.
• Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk
sudut terhadap sumbu tulang dan merupakan akibat
trauma angulasijuga.
• Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk
spiral yang disebabkan trauma rotasi.
• Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial
fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
• Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma
tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.
Tipe fraktur lanjutan…..
Klasifikasi brdsrkn jumlah garis patah
• Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah
lebih dari satu dan saling berhubungan.
• Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah
lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
• Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah
lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang
sama
Tipe fraktur
Klasifikasi brdsrkn pergeseran fragmen
tulang
tulang.
• Fraktur Undisplaced (tidak
tidak bergeser): garis patah
lengkap tetapi kedua fragmen tidak bergeser dan
periosteum nasih utuh.
• Fraktur Displaced (bergeser
bergeser): terjadi pergeseran
fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen,
terbagi atas:
– Dislokai ad longitudinam cum contractionum
(pergeseran searah sumbu dan overlapping).
– Dislokasi ad axim (pergeseran
pergeseran yang membentuk
sudut).
– Dislokasi ad latus (pergeseran
pergeseran dimana kedua fragmen
saling menjauh
Klasifikasi lain
• Fraktur Kelelahan: fraktur akibat tekanan yang
berulang-ulang.
• Fraktur Patologis: fraktur yang diakibatkan
karena proses patologis tulang.
Fraktur tertutup ada klasifikasi
brdsrkan kead jaringan lunak skitar
trauma
• Tingkat 0:
– Fraktur biasa dengan sedikit atau tanpa cedera jaringan
lunak sekitarnya.
• Tingkat 1:
– Fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan
jaringan subkutan.
• Tingkat 2:
– Fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak
bagian dalam dan pembengkakan.
pembengkakan
• Tingkat 3:
– Cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata
dan ancaman sindroma kompartement.
kompartement
Tanda klasik fraktur :
•Nyeri
•Perubahan bentuk
•Bengkak
•Peningkatan
temperatur lokal
•Pergerakan
abnormal.
•Krepitasi
•Kehilangan fungsi
Tahap-tahap penyembuhan tulang
• Stadium Pembentukan hematom
• Stadium proliferasi Sel
• Stadium pembentukan kallus.
• Stadium Konsolidasi (Kalsifikasi
Kalsifikasi)
• Stadium Remodelling
Stadium Pembentukan hematom
• Hematom terbentuk dari darah yang mengalir
yang berasal dari pembuluh darah yang robek.
• Hematom dibungkus oleh jaringan lunak
sekitarnya (periosteum
periosteum dan otot)
• Terjadi pada 1 - 2 X 24 Jam.
Stadium proliferasi Sel
• Sel-sel berperoliferasi dari lapisan dalam
periosteum, disekitar lokasi fraktur.
• Sel-sel ini prekursor osteoblas.
osteoblas
• Sel-sel ini aktif tumbuh kearah fragmen
tulang.
• Terjadi setelah hari ke dua
Stadium pembentukan kallus
• Osteoblast membentuk tulang lunak ( kallus ).
• Kallus memberikan rigiditas pada fraktur.
• Terlihat massa kallus pada X Ray  fraktur
telah menyatu.
• Terjadi 6 - 10 hari setelah kecelakaan
Stadium Konsolidasi (Kalsifikasi)
• Kallus mengeras dan terjadi proses
konsolidasi, fraktur teraba telah menyatu.
• Secara bertahap menjadi tulang mature
• Terjadi pada minggu ke 3 - 10 setelah
kecelakaan
Stadium Remodelling
• Lapisan bulbous mengelilingi tulang
khususnya pada lokasi bekas fraktur.
• Tulang yang berlebihan dibuang oleh
osteoklast
• Pada anak - anak remodelling dapat
sempurna, dewasa masih ada tanda
penebalan
Penyembuhan fraktur
Remodeling
Penanganan Fraktur
• Imediate
– Imobilisasi sendi diatas dna di bawah fraktur (pasang bidai)
– Jangan berusaha mngembaliakn posisi tulang yang fraktur
– Bila ada luka terbuka , tutup dengan kain bersih/steril
– Perdarahan dihentikan dengan cara menekan
– Kompres dingin dapat diguankan untuk menguyrangi nyeri dan
pembengkakan
– Tidurkan pasien, jaga agar tetap tenang, dna berikan
selimut/penghangat
– Seger berikan obat penghilang nyeri dan relaksan otot.
– Pertahankan imobilisais bagian yang fraktue selama memindahkan
pasien, tempatkan pada papan yang keras
– Atasi aedanya cidera dibagian lain sebelum mengangkut pasien
(terutama ABC)
Reduksi Dan Fiksasi
• Reduksi : mendekatkan ujung--ujung
tulang yang fraktur, mengembalikan
posisi normal (alighment), untuk
penyembuhan
– Tertutup
– Terbuka
• Fiksasi : memeprtahankan
(imobilisasi) hasil reduksi
– Internal : plat, pen
• Menguatkan tulang
• Meningkatkan miobilasisi tubuh
• Mengurangi pembebanan pada bagian
yang fraktur
– Eksternal : gibs, traksi
• Mengurangi nyeri , mengurangi
spasmus otot
Tatalaksana
lanjut....
• Immobilisasi, untuk
mempertahankan posisi
reduksi dan memfasilitasi
union (eksternal  gips,
gips
traksi, fiksasi eksternal.
eksternal
Internal  nail & plate).
• Rehabilitasi,
mengembalikan ke fungsi
semula
• R
Komplikasi fraktur
• Komplikasi Awal
– Kerusakan Arteri
• Bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun,
cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin
pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan
reduksi, dan pembedahan
– Kompartement Syndrom
• Terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh
darah dalam jaringan parut.
parut Ini disebabkan oleh oedema
atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh
darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan
pembebatan yang terlalu kuat
Komplikasi awal lanjutan………
• Fat Embolism Syndrom
– Terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan bone
marrow kuning masuk ke aliran darah dan
menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah
yang ditandai dengan gangguan pernafasan,
tachykardi, hypertensi,, tachypnea, demam
• Infeksi
– System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma
pada jaringan
Komplikasi awal lanjutan………
• Avaskuler Nekrosis
– Terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis
tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s
Ischemia
• Shock
– Karena kehilangan banyak darah dan
meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa
menyebabkan menurunnya oksigenasi
Komplikasi Dalam Waktu Lama
• Delayed Union
– Kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu
yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini
disebabkan karena penurunan supai darah ke tulang
• Nonunion
– Kegagalan fraktur berkonsolidasi dan memproduksi
sambungan yang lengkap,
lengkap kuat, dan stabil setelah 6-9
bulan. Nonunion ditandai dengan adanya pergerakan
yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk sendi
palsu atau pseudoarthrosis.
pseudoarthrosis Ini juga disebabkan
karena aliran darah yang kurang
Komplikasi Dalam Waktu Lama
lanjutan
lanjutan…….
• Malunion
– Ditandai dengan meningkatnya tingkat kekuatan
dan perubahan bentuk (deformitas). Malunion
dilakukan dengan pembedahan dan reimobilisasi
yang baik
Prosedur diagnostik
• Roentgenography ( X - ray ) :
– Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan
kedudukan tulang yang sulit
• CT Scan :
– Menggambarkan potongan secara transversal dari tulang
dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak
• Myelografi:
– Menggambarkan cabang-cabang
cabang saraf spinal dan pembuluh
darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan
akibat traumaMRI (magnetic Resonance Imaging)
• EMG (Elektro MyoGraphy) :
– Terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur
Pemeriksaan penunjang lanjutan…
• Pemeriksaan Laboratorium
– Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada
tahap penyembuhan tulang.
tulang
– Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang
dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam
membentuk tulang.
– Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat
Dehidrogenase (LDH-5), 5), Aspartat Amino
Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada
tahap penyembuhan tulang
Px penunjang lanjutan……
• Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan test
sensitivitas: didapatkan mikroorganisme
penyebab infeksi
• Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang
rusak atau sobek karena trauma yang
berlebihan
• MRI: menggambarkan semua kerusakan
akibat fraktur.
PENGKAJIAN SISTEM
MUSKULOSKELETAL
• Data biologis, Umur, jenis kelamin, pekerjaan.
• Pengkajian dapat difokuskan pada adanya
nyeri, kekakuan, kram,, sakit pinggang,
kemerahan, deformitas,
deformitas terbatasnya
pergerakan (ROM), gangguan sensasi dan
faktor lain yang mempengaruhi aktivitas
sehari-hari.
Lanjutan
Lanjutan…….
• Cara PQRST :
– Provokatif / palliatif : apa penyebabnya dan apa yang
membuat keluhan bertambah ringan atau bertambah
berat.
– Quality / Quantity : bagaimana rasanya, kelihatannya
dan seberapa besar.
– Region / Radiation : dimana dan apakah menyebar.
– Severity : apakah mengganggu aktifitas sehari-hari
atau seberapa parah pada skala 1 - 10.
– Timing : kapan mulainya,
mulainya seberapa sering hal ini
dirasakan dan apakah munculnya tiba-tiba atau
seketika.
Pengkajian Lokal
• Look (inspeksi)
– Perhatikan apa yang dapat dilihat
antara lain:
– Cictriks (jaringan parut baik yang
alami maupun buatan seperti bekas
operasi).
– Cape au lait spot (birth mark).
– Fistulae.
– Warna kemerahan atau kebiruan
(livide) atau hyperpigmentasi.
hyperpigmentasi
– Benjolan, pembengkakan, atau
cekungan dengan hal-hal yang tidak
biasa (abnormal).
– Posisi dan bentuk dari ekstrimitas
(deformitas)
– Posisi jalan (gait, waktu masuk ke
kamar periksa)
Lokal lanjutan………..
lanjutan
• Feel (palpasi)
• Yang perlu dicatat adalah:
adalah
– Perubahan suhu disekitar trauma (hangat) dan
kelembaban kulit.
– Apabila ada pembengkakan,
pembengkakan apakah terdapat
fluktuasi atau oedema terutama disekitar
persendian.
– Nyeri tekan (tenderness), krepitasi, catat letak
kelainan (1/3 proksimal,tengah,
proksimal,tengah atau distal)
Lokal lanjutan………
lanjutan
• Move (pergeraka terutama lingkup gerak)
– Gerakan sendi dicatat dengan ukuran derajat, dari
tiap arah pergerakan mulai dari titik 0 (posisi
netral) atau dalam ukuran metrik
– Pemeriksaan ini menentukan apakah ada
gangguan gerak (mobilitas
mobilitas) atau tidak.
– Pergerakan yang dilihat adalah gerakan aktif dan
pasif.
Data obyektif :
• Pengkajian fisik sistematik
• Inspeksi dan palpasi ROM dan kekuatan otot.
• Pengukuran kekuatan otot 0 - 5.
• Duduk, berdiri dan berjalan
• Kelemahan otot, deformitas
Diagnosa Keperawatan
• Gangguan perfusi perifer b.d berkurangnya
aliran darah akibat adanya trauma
jaringan/tulang
• Nyeri sehubungan dengan
geseran/pergerakan fragmen tulang.
• Keterbatasan aktifitas pemenuhan kebutuhan
sehari-hari b.d immobilisasi,
immobilisasi kerusakan
neuromuskuler, nyeri.
• Resiko infeksi b.d adanya luka fraktur terbuka.
Gangguan perfusi perifer b.d
berkurangnya aliran darah akibat
adanya trauma jaringan/tulang

• Tujuan : Perfusi perifer dapat dipertahankan.

• Kriteria :
– HR. 60 - 100 x per menit..
– Kulit hangat sensori normal.
– Sistolik 100 - 140 mmHg.
– RR. 16 - 24 x per menit.
– Urine out put 30 - 50 cc per jam.
– Pengisian kapiler 3 - 5 detik.
detik
Intervensi
• Observasi ada/tidak kualitas nadi perifer dan bandingkan
dengan pulses normal.
• Kaji adanya gangguan perubahan motorik/sensorik.
• Pertahankan posisi daerah yang fraktur lebih tinggi kecuali
bila ada kontra indikasi untuk meningkatkan aliran vena dan
menghilangkan udema.
• Observasi adanya tanda iskemia daerah tungkai seperti,
penurunan suhu, dingin dan peningkatan rasa sakit.
• Dorong klien untuk melakukan mobilisasi secepatnya sesuai
indikasi untuk meningkatkan sirkulasi, mengurangi
terjadinya trombus terutama pada ektremitas bagian
bawah
Intervensi lanjutan……..
lanjutan
• Observasi tanda vital, catat dan laporkan bila
ada gejala sianosis, dingin pada kulit dan
gejala perubahan status mental.
• Kerja sama dengan Tim kesehatan :
– Pemeriksaan laboratorium ; Hb, Ht
– Pemberian cairan paren-tral,
paren tranfusi darah bila
perlu.
– Pemberian obat.
– Persiapan operasi bila perlu.
perlu
Sekian dulu
Intervensi lain silahkan baca……..

Vous aimerez peut-être aussi