Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
STEP 1
STEP 2
Infection disease
STEP 3
Infection disease
STEP 7
Pencegahan Sekunder
a. Deteksi dini
Skrining atau penemuan kasus baru yang benar-benar positif TB dengan melakukan
pemerikasaan dahak. melakukan diagnosis TB paru dengan memeriksa semua suspek TB
diperiksa 3 spesimen dahak dalam 2 hari, diagnosis TB ekstra paru dengan gejala dan
keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri
dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superfisialis pada limfadenitis
TB. Diagnosis TB pada Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) 1.TB Paru BTA Positif, yaitu minimal
satu hasil pemeriksaan dahak positif. 2.TB Paru BTA negatif, yaitu hasil pemeriksaan dahak
negatif dan gambaran klinis & radiologis mendukung Tb atau BTA negatif dengan hasil
kultur TB positif. 3.TB Ekstra Paru pada ODHA ditegakkan dengan pemeriksaan klinis, 6
bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh yang terkena
(KEMENKES RI,2011
b. Pengobatan tepat
Pengobatan untuk penyakit TB yaitu mengonsumsi obat kombinasi pada orang dengan TB
aktif, dengan jadwal dosis pada anak-anak dan remaja dengan TB aktif yang tepat, jadwal
dosis pada orang dewasa dengan TB aktif yang tepat, Lama pengobatan pada orang dewasa
dengan TB paru aktif yang benar, Lama pengobatan pada anak-anak dan remaja dengan TB
paru aktif dengan benar, Lama pengobatan pada penderita TB paru aktif dengan benar. 2.3
Pencegahan Tersier
a. Pencegahan ketidakmampuan
Penggunaan kortikosteroid tambahan pada pengobatan TB aktif, Penggunaan operasi
tambahan pada orang dengan TB aktif serta Pengobatan TB aktif pada orang dengan
penyakit penyerta atau kondisi co-ada
b. Rehabilitasi
Pasien paru BTA positif dengan pengobatan ulang kategori 2, bila masih positif TB maka
hentikan pengobatan dan rujuk ke layanan TB-MDR 7 PENUTUP Dari ketiga pencegahan
diatas menurut saya pencegahan primerlah yang paling efektif, dimana pencegahan primer
bisa memotong rantai penyebaran penularan TB dari satu orang ke orang lain, dengan
melakukan vaksin yang meningkatkan kekebalan tubuh dan mengendalikan factor
penyebab serta menggunakan pelindung agar terhindar dari penyakit TB, penyuluhan
dengan melibatkan pasien & masyar
Penyakit tidak menular terjadi akibat interaksi antara agent (Non living agent) dengan host dalam hal
ini manusia (faktor predisposisi, infeksi dll) dan lingkungan sekitar (source and vehicle of agent)
1. Agent
a. Agent dapat berupa (non living agent) :
1) Kimiawi
2) Fisik
3) Mekanik
4) Psikis
b. Agent penyakit tidak menular sangat bervariasi, mulai dari yang paling sederhana sampai yang
komplek (mulai molekul sampai zat-zat yang komplek ikatannya)
c. Suatu penjelasan tentang penyakit tidak menular tidak akan lengkap tanpa mengetahui spesifikasi
dari agent tersebut
d. Suatu agent tidak menular dapat menimbulkan tingkat keparahan yang berbeda-beda (dinyatakan
dalam skala pathogenitas) Pathogenitas Agent : kemampuan / kapasitas agent penyakit untuk dapat
menyebabkan sakit pada host
e. Karakteristik lain dari agent tidak menular yang perlu diperhatikan antara lain :
1) Kemampuan menginvasi / memasuki jaringan
2) Kemampuan merusak jaringan : reversible dan irreversible
3) Kemampuan menimbulkan reaksi hipersensitif
Reservoir
a. Dapat didefinisikan sebagai organisme hidup, benda mati (tanah, udara, air batu dll) dimana agent
dapat hidup, berkembang biak dan tumbuh dengan baik.
b. Pada umumnya untuk penyakit tidak menular, reservoir dari agent adalah benda mati.
c. Pada penyakit tidak menular, orang yang terekspos/terpapar dengan agent tidak berpotensi
sebagai sumber/reservoir tidak ditularkan.
Manusia dalam kedudukannya sebagai reservoir penyakit menular dibagi dalam 3 kategori utama :
1. Reservoir yang umumnya selalu muncul sebagai penderita
2. Reservoir yang dapat sebagai penderita maupun sebagai carrier
3. Reservoir yang umumnya selalu bersifat penderita akan tetapi dapat menularkan langsung
penyakitnya ke pejamu potensial lainnya, tetapi harus melalui perantara hidup