Vous êtes sur la page 1sur 7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahaya Kerja

Bahaya (hazard) ialah semua sumber, situasi ataupun aktivitas yang berpotensi menimbulkan
cedera (kecelakaan kerja) dan atau penyakit akibat kerja (OHSAS 18001, 2007). Bahaya diartikan sebagai
potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian. Jika
salah satu bagian dari rantai kejadian hilang, maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya terdapat
dimana-mana baik di tempat kerja atau di lingkungan, namun bahaya hanya akan menimbulkan efek jika
terjadi sebuah kontak atau eksposur (Tranter, 1999). Dalam terminology keselamatan dan kesehatan kerja
(K3), bahaya diklasifikasikan menjadi 2 (Ratnasari, 2009) yaitu:

1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard) Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada
timbulnya kecelakaan yang dapat menyebabkan luka (injury) hingga kematian, serta kerusakan property
perusahaan. Dampaknya bersifat akut. Jenis bahaya keselamatan antara lain: a. Bahaya Mekanik,
disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset. b.
Bahaya elektrik, disebabkan oleh peralatan yang mengandung arus listrik c. Bahaya kebakaran,
disebabkan oleh substansi kimia yang bersifat flammable (mudah terbakar). d. Bahaya peledakan,
disebabkan oleh substansi kimia yang sifatnya explosive
2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard) Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada
kesehatan, menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja. Dampaknya bersifat kronis. Jenis
bahaya kesehatan antara lain: a. Bahaya Fisik, antara lain kebisingan, getaran, radiasi ion dan non
pengion, suhu ekstrem dan pencahayaan. b. Bahaya Kimia, antara lain yang berkaitan dengan material
atau bahan seperti antiseptik, aerosol, insektisida, dust, mist, fumes, gas, vapor. c. Bahaya Ergonomi,
antara lain repetitive movement, static posture, manual handling dan postur janggal. d. Bahaya Biologi,
antara lain yang berkaitan dengan makhluk hidup yang berada di lingkungan kerja yaitu bakteri, virus,
protozoa, dan fungi (jamur) yang bersifat patogen. e. Bahaya Psikologi, antara lain beban kerja yang
terlalu berat, hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman

2.2 Proses Manajemen Bahaya Kerja


Manajemen ancaman bahaya kerja adalah suatu proses interaksi yang digunakan oleh organisasi
tempat kerja untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, dan menanggulangi bahaya di tempatnya guna
mengurangi risiko akibat bahaya tersebut. Jadi, manajemen bahaya kerja merupakan suatu alat yang bila
digunakan dengan benar akan menghasilkan lingkungan kerja yang aman, bebas dari ancaman bahaya di
tempat kerja (Haryanto, 2010). Tahapan manajemen bahaya kerja, antara lain :

1. Identifikasi bahaya kerja


2. Evaluasi bahaya kerja
3. Penilaian hasil evaluasi bahaya kerja
4. Pengendalian dan pemantauan bahaya kerja (strategi manajemen bahaya kerja)

2.3 Risiko
Kata risiko dipercaya berasal dari bahasa arab yaitu “rizk” yang berarti “Hadiah yang tidak
terduga dari surga”. Sedangkan kamus webster memberikan pengertian negatif yaitu “Kemungkinan
kehilangan, luka, kerugian atau kerusakan”. Dalam IEC/TC56 (AS/NZS 3931) Analisis Risiko Sistem
Teknologi, mengartikan risiko sebagai “kombinasi dari frekuensi, atau probabilitas munculnya, dan
konsekuensi dari suatu kejadian berbahaya yang spesifik” (Cross, 1998). Pengertian risiko menurut
AS/NZS 4360:2004 adalah sebagai peluang munculnya suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek
terhadap suatu objek. Risiko diukur berdasarkan nilai likelihood (kemungkinan munculnya sebuah
peristiwa) dan consequence (dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa tersebut). Risiko dapat dinilai
secara kualitatif, semi-kualitatif atau kuantitatif. Dalam buku Risk Assesment and Management
Handbook:For Environmental, Health, and Safety Profesional, risiko dibagi menjadi 5 (lima) macam
(kolluru, 1995) antara lain:
1. Risiko Keselamatan (Safety Risk)

Risiko ini secara umum memiliki ciri-ciri antara lain probabilitas rendah (low probability),
tingkat pemaparan yang tinggi (high-level exposure), tingkat konsekuensi kecelakaan yang tinggi (high
consequence accident), bersifat akut, dan menimbulkan efek secara langsung. Tindakan pengendalian
yang harus dilakukan dalam respon tanggap darurat adalah dengan mengetahui penyebabnya secara jelas
dan lebih fokus pada keselamatan manusia dan pencegahan timbulnya kerugian terutama pada area
tempat kerja.

2. Risiko Kesehatan ( Health Risk)

Risiko ini secara umum memiliki ciri-ciri antara lain memiliki probabilitas tinggi (high
probability), tingkat pemajanan yang rendah (low level exposure), konsekuensi yang rendah (low
consequence), memiliki masa laten yang panjang (long latency), efek tidak langsung terlihat dan bersifat
kronik (delayed effect). Hubungan sebab akibatnya tidak mudah ditentukan. Risiko ini fokus pada
kesehatan manusia terutama yang berada di luar tempat kerja atau fasilitas.

3. Risiko Lingkungan dan Ekologi (Environmental and Ecological Risk) Risiko ini memiliki ciri-
ciri antara lain melibatkan interaksi yang beragam antara populasi dan komunitas ekosistem pada tingkat
mikro maupun makro, ada ketidakpastian yang tinggi antara sebab dan akibat, risiko ini fokus pada
habitat dan dampak ekosistem yang mungkin bisa bermanifestasi jauh dari sumber risiko.

4. Risiko Kesejahteraan Masyarakat (Public Welfare/Goodwill Risk) Ciri dari risiko ini lebih
berkaitan dengan presepsi kelompok atau umum tentang performance sebuah organisasi atau produk, nilai
property, estetika, dan penggunaan sumber daya yang terbatas. Fokusnya pada nilai-nilai yang terdapat
dalam masyarakat dan presepsinya.

5. Risiko Keuangan (Financial Risk) Ciri-ciri dari risiko ini antara lain memiliki risiko yang
jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian property, yang terkait dengan perhitungan asuransi,
pengembalian investasi. Risiko ini pada umumnya menjadi pertimbangan utama, khususnya bagi
stakeholder seperti para pemilik perusahaan/pemegang saham dalam setiap pengambilan keputusan dan
kebijakan organisasi, dimana setiap pertimbangan akan selalu berkaitan dengan finansial dan mengacu
pada tingkat efektivitas dan efisiensi.

2.4 Manajemen Risiko

Manajemen risiko merupakan bagian dari sebuah sistem manajemen, merupakan tahap awal dari
proses peningkatan secara berkelanjutan yang diterapkan pada sebuah perusahaan atau organisasi.
Manajemen risiko dapat didefinisikan sebagai proses untuk menghilangkan atau meminimalkan efek
merugikan terhadap risiko yang dimiliki oleh sebuah sistem kerja (Djunaedi, 2005). Manajemen risiko
adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis, banyak terdapat teknik yang digunakan dalam
melakukan manajemen risiko tergantung terhadap tipe risiko, namun sebagian besar memiliki rangkaian
kegiatan yang sama yaitu identifikasi bahaya, evaluasi nilai risiko dan pengendalian. Proses ini dapat
diterapkan pada semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk maupun aset. Manajemen risiko
dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen
risiko dapat dilakukan pada tahap pelaksanaan maupun operasional kegiatan. (Djunaedi, 2005).
Berdasarkan AS/NZS 4360:2004 terdapat beberapa keuntungan yang akan diperoleh oleh perusahaan
jika menerapkan manajemen risiko, antara lain:

1. Fewer Surprise. Pengendalian kejadian yang tidak diinginkan adalah dengan cara identifikasi
dan melakukan usaha untuk menurunkan probabilitas dan mengurangi efek buruk. Meskipun kejadian
tidak dapat dihindari, namun perusahaan telah mampu menghadapi dengan perencanaan dan persiapan.

2. Exploitation of Opportunity. Sikap pencarian kemungkinan akan meningkat jika seseorang


memiliki kepercayaan diri akan pengetahuan mereka tentang risiko dan memiliki kemampuan untuk
mengendalikannya.

3. Improved planning, performance and effectiveness. Akses terhadap informasi strategis tentang
organisasi, proses serta lingkungan membuka kesempatan untuk muncul ide baru dan perencanaan yang
lebih efektif. Hal ini dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memperbesar opportunity,
mengurangi hasil negatif dan mencapai performa yang lebih baik.

4. Economy and Efficiency. Keuntungan dalam hal ekonomi dan efisiensi akan tercapai dengan
lebih fokus pada sumber daya, perlindungan aset, dan menghindari biaya kesehatan.

5. Improved Stakeholder Realtionship. Manajemen risiko mendorong komunikasi antara


organisasi dengan stakeholder mengenai alasan pengambilan suatu keputusan sehingga tercipta
komunikasi dua arah

2.5 Stope and Pillar

Open stope dengan breast stoping (stope and pillar).- pada metoda ini pembongkaran bijih
dilakukan secara maju (advancing) terhadap bijih yang terletak horizontal dengan tinggi kurang dari 3 m,
dimana kondisi ini tidak memungkinkan dilakukan dari atas kebawah. Penyangga atap(roof) pada breast
stoping biasanya secara permanent atau semi permanent pillar yang terdiri dari bijih itu sendiri. Untuk
cebakan yang lebih tebal maka bijih ditambang secara berjenjang metode ini digunakan untuk cebakan
sampai ketebalan 3 m. pillar yang dibuat kadang-kadang diperkuat dengan semen sekelilingnya. pada
cebakan yang datar dengan ketebalan kurang dari 4-5m, metoda dilakukan dengan menggali bijih sehingga
terbentuk "wide diift" dan secara sistematis dengan interval teratur ditinggalkan bijih sebagai pillar.
Pembongkaran dilakukan secara maju (advancing) terhadap bijih horisontal kurang 3 meter, dimana kondisi
tersebut tidak memungkinkan penambangan underhand maupun overhand. adapun unjuk kerja penerapan
metode ini, antaralain:

- Endapan yang lebih tebal dari 3 meter, maka dilakukan berjenjang, dengan tebal maksimum 13

meter.

- Penyanggaan atap dilakukan secara pemanen atau semi permanen (pillar) dari bijih itu sendiri yang

kadang-kadang diperkuat dengan semen disekelilingnya (spray cement, pouring cement).

Aplikasi penerapan metode ini, antaralain :

1. Cebakan tidak bernilai tinggi, sejumlah bijih ditinggal sebagai pillar.

2. Ketebalan tidak lebih dari 7 meter.

3. Ketebalan diatas 7 meter akan mengakibatkan mining recovery semakin kecil dan bahaya

runtuhan atap.

4. Cebakan mendatar sampai kemiringan 20'-50' (moderately steep).

a. Horizontal mining: stope and pillar untuk bijih mendatar atau hamper mendatar.

b. Iinclined mining: stope and pillar untuk kemiringan 20'-30', penambangan searah dip, tidak

memungkinkan memakai mobile equipment.

c. Step mining: stope and pillar untuk kemiringan 30'-50', dibentuk daerah kerja sedemikian rupa

sehingga memungkinkan penggunaan mobile equipment.

5. Batuan atap dan lantai kompeten, untuk meminimalkan pemakaian pillar.

6. Bijih kompeten untuk mengurangi lebar pillar.

7. Kedalaman tidak terlalu besar untuk menggurangi beban yang harus disangga pillar.

Keuntungan penerapan metode ini, antaralain:

1. Biaya penambangan rendah.

2. Memungkinkan sortasi dalam stope, dan waste ditinggal pada ruang kosong yang ada.

3. Memungkinkan mekanisasi dari drilling.


Sedangkan kerugian penerapan metode ini, antaralain :

1. Losses sebagai pillar mencapai 40%, dengan pillar robbing yang efektip menjadi 20%.

2. Bahaya runtuhan dari hangging wall, khususnya bila mempunyai joint dan cracks yang sejajar.

3. Daerah yang harus diatur ventilasinya sangat luas.

Metode dapat dimasukkan dalam stope and pillar (bukan room and pillar) apabila memenuhi dua dari tiga
hal, antaralain:

1. Pillar tidak teratur dan terletak acak.

a. Kadar rendah atau waste sebagai pillar

b. Bukan untuk memperoleh bentuk atau perencanaan tambang yang sistimatis, ttp. sekedar

menyangga atap.

c. Penyusun pillar adalah batuan, maka relatif kuat dan berdimensi kecil.

2. Ketebalan cebakan lebih besar 6 meter.

a. Tebal tetapi aman secara teknik, maka dilakukan tidak berjenjang.

b. Tebal dan tidak aman secara teknik, maka dilakukan berjenjang.

3. Komoditas yang ditambang adalah mineral, bukan batubara

a. Batubara dapat ditambang secara room and pillar.

b. Tidak ada cebakan batubara ditambang secara stope and pillar.

c. Rule of tumb: room and pillar untuk coal, dan stope and pillar untuk non-coal.

2.6 Kriteria Risiko


Dalam dunia ketenagakerjaan, analisis dan penanganann risiko yang berkaitan dengan
kegiatan operasi pada suatu perusahaan tentu sangatlah penting. Ada dua istilah mendasar yang
harus dipahami sebelum melangkah lebih jauh mengenai analisa dari suatu risiko dan
penanganannya, yaitu bahaya dan risiko. Bahaya merupakan segala sesuatu yang bisa mencelakai
sedangkan risiko merupakan peluang terjadinya suatu bahaya atau dengan kata lain saat orang
tersebut ditempatkan pada suatu bahaya. Contoh bahaya adalah lantai basah dan licin maka risiko
yang ditimbulkan dari lantai basah tersebut adalah orang yang berjalan di atas lantai bisa tergelincir
dan cedera.
Pentingnya mengenai risiko maka mendorong peruhaan-perusahaan untuk membentuk
suatu manajemen risiko. Manajemen risiko merupakan suatu terminologi yang dipakai terhadap
metode logika dan sistematik dari sekumpulan proses yang berkaitan dengan aktivitas, fungsi atau
proses dalam sebuah sistem sehingga Perusahaan dapat mengurangi kehilangan dan meningkatkan
peluang positif. Dalam manajemen risiko terdapat perlakuan risiko. Perlakuan risiko ialah bagian
dari menejemen risiko yang melibatkan implementasi kebijakan, standard, prosedur dan perubahan
fisik untuk menghilangkan atau meminimumkan risiko buruk yang mungkin terjadi. Beberapa
manfaat/ keguanaan yang bisa diperoleh dari suatu manajemen risiko, anatara lain:
 Pemahaman yang konsisten terhadap risiko
 Membuat keputusan berdasarkan analisa risikoyang sesuai
 Fokus dan memahami prioritas dari aktivitas
 Memastikan bahwa risiko dapat dikelola secara memadaidan ekonomis
 Budaya risiko yang memadai
 Meminimalisasi dampak dari semua ancaman utama& peningkatan kualitas
corporate governance
 Tidak ada kejutan yang dapat merugikan
Prinsip-prinsip manajemen risiko diatur dalam ISO 31000:2009. Ada 2 hal penting yang
harus diperhatikan dalam manajemen dan perlakuan risiko, yaitu konsekuensi/dampak dan peluang
(kemungkinan) kejadian. Impact atau konsekuensi merupakan besarnya kerugian atau kerusakan
yang ditimbulkan oleh suatu kejadian yang akan datang dan ramalan ini dibuat berdasarkan
pengalaman historis dan ekspektasi di masa depan. Terdapat 5 tingkatan dalam kriteria
dampak/konsekuensi sebagai berikut.

Tingkat Deskripsi Penjelasan


1 Catastrophic Menimbulkan KORBAN.

2 Major Cedera serius (menimbulkan cacat anggota atau sebagian


anggota tubuh).

3 Moderate Cedera memerlukan perawatan medis (tidak dapat melakukan


kegiatan).

4 Minor Cedera memerlukan perawatan medis (bisa melakukan


kegiatan).

5 Insignificant Cedera hanya memerlukan pengobatan P3K.

Peluang (likelihood) merupakan tingkat probabilitas suatu risiko dapat terjadi dalam hal ini
berbicara tentang seberapa sering (frekuensi) suatu kejadian dapat terjadi. Hal ini diprediksi
berdasarkan pada pengalaman historis dan juga ekspektasi kedepan. Terdapat 5 tingkatan
mengenai kriteria likelihood, antara lain:
Tingkat Deskripsi Penjelasan
A Almost certain Sangat mungkin terjadi risiko.
B Likely Kemungkinan terjadi risiko pada suatu keadaan tertentu.
C Possible Kemungkinan terjadi risiko kecil atau merupakan suatu
kebetulan.

D Unlikely Biasanya risiko tidak terjadi namun keumngkinan terjadi


masih tetap ada.

E Rare Kemungkinan terjadi risiko sangat kecil atau pada keadaan


luar biasa.

Setelah menentukan impact dan likelihood dari suatu kejadian maka dapat ditentukan
tingkatan risiko. Kriteria dalam mengukur tingkatan risiko adalah menggunakan persamaan
berikut ini.

Secara umum terdapat 4 tingkatan risiko yng biasa digunakan oleh perusahaan-perusahaan,
antara lain:
Tingkat Deskripsi Penjelasan
H High risk penelitian rinci dan perencanaan manajemen yang dibutuhkan
di tingkat senior

S Significant risk perhatian manajemen senior dibutuhkan


M Moderate risk tanggung jawab manajemen harus ditentukan
L Low risk kelola dengan prosedur rutin

DI bawah ini disajikan contoh matriks dalam penentuan/pengukuran kriteria tingkat risiko.
Konsekuensi
Peluang Kejadian Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
1 2 3 4 5
A (almost certain) S S H H H
B (likely) M S S H H
C (moderate) L M S H H
D (unlikely) L L M S H
E (rare) L L M S S

Vous aimerez peut-être aussi