Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusunan makalah keperawatan jiwa yang berjudul “Askep pada klien dengan
Gangguan kecemasan dan kehilangan” dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak, untuk itu dalam kesesmpatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati,
perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya kepada
seluruh pihak yang telah membantu dengan setulus hati dalam penyusunan makalah ini hingga
terselesaikan.
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini sangat jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan mengingat kemampuan kami yang terbatas. Untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak kami harapkan dan kami dan terima kasih dengan senang
hati.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kecemasan adalah hal yang normal di dalam kehidupan karena kecemasan sangat
dibutuhkan sebagai pertanda akan bahaya yang mengancam. Namun ketika
kecemasan terjadi terus-menerus, tidak rasional dan intensitasnya meningkat, maka
kecemasan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan disebut sebagai gangguan
kecemasan (ADAA, 2010). Bahkan pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa
gangguan kecemasan juga merupakan suatu komorbiditas (Luana, et al., 2012).
Gangguan kecemasan adalah salah satu gangguan mental yang umum dengan
prevalensi seumur hidup yaitu 16%-29% (Katz, et al., 2013). Dilaporkan bahwa
perkiraan gangguan kecemasan pada dewasa muda di Amerika adalah sekitar 18,1%
atau sekitar 42 juta orang hidup dengan gangguan kecemasan, seperti gangguan
panik, gangguan obsesiv-kompulsif, gangguan stres pasca trauma, gangguan
kecemasan umum dan fobia (Duckworth, 2013).
1.3 Manfaat
Manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah guna untuk menambah
pengetahuan dan wawasan juga bahan pengajaran bagi pembaca agar dapat
memahami isi dan inti yang ada dalam makalah ini
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 KECEMASAN
2.1.1 Definisi
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi pada
keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi sebagian klien
kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya
kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang di deritanya”
Kecemasan adalah ketegangan rasa tidak aman dan kekhawatiran yang timbul karena
dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak
diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI,1990).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap individu, tetapi
derajat dan frekuensi dengan memanifestasikan berbeda secara luas. Respon masing-masing
individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang memprovokasi kecemasan untuk
merangsang kreativitas atau kemampuan pemecahan masalah, yang lainnya dapat menjadi
bergerak ke tingkat patologis. Perasaan umumnya dikategorikan menjadi empat tingkat untuk
tujuan pengobatan : ringan, sedang, berat, dan panik. Perawat dapat menemukan klien cemas
di mana saja di rumah sakit atau lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik dan
psikologis seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot, napas
pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merahdan pucat,
berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa takut, sulit
konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual di perut dan
sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah
(rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas.
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis
dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta
kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas lainnya
biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan lebih ringan
gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala yang jelas berkaitan
erat dengan stres kehidupan.
2.1.2 Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira (2008 : 11) Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ biologi
adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang
disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah faktor-faktor psikologi
yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang
menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan
1. Faktor Predisposisi
Stresor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbunya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisi perkembangan atau situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri tergantung akan menimbulkan ketidak mampuan individu berfikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupan ancaman terhadap
integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga menangani stress akan mempengaruhi individu
dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping
individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Factor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
1. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal misalnya : hamil.
2. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
1. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
2. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
2.1.3 Rentang Respon Kecemasan
1. Tingkat kecemasan sebagai berikut :
a. Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan
seseorang menjadi waspada dan menghasilkan lahan persepsinya. Kecemasan
dapat memotivasi bekpar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
b. Kecemasan Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain,
lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada
hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
c. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada
hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk menguragi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
d. Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, kekuatan dari orang yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan, panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini
tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang
lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-
apa lagi walaupun sudah di beri pengarahan.
2.1.4 Tanda Dan Gejala Kecemasan
1. Respon fisik :
a. Kardiovaskular
Palpasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi, denyut nadi cepat
b. Pernafasan
Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas dangkal
c. Neuromoskular :
Refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,
kaki goyah, gerakan yang janggal
d. Gastrointestinal :
Anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman pada abdomen
e. Traktur Urinarius :
Sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing
f. Kulit :
Wajah kemerahan, berkeringat, gatal, rasa panas pada kulit
2. Respon kognitif :
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima rangsang luar, berfokus pada
apa yang menjadi perhatiaannya
3. Respon Perilaku :
Gerakan tersentak-sentak,bicara berlebihan dan cepat, perasaan tidak aman
4. Respons Emosi :
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita berlebihan,
ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidakpastian, kekhawatiran
meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan, distressed,
khawatir, prihatin
2.2 KEHILANGAN
2.2.1 Definisi
CONTOH KASUS
Contoh Kasus
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Perawat harus bisa menyelami lebih dalam perasaan pasiennya guna mendapatkan
data-data yang valid nantinya, karena didalam mencari data pasien dibutuhkan
ketelitian dan kejelian, oleh karena itu perawat harus memahami benar-benar konsep
kehilangan dan kecemasan pada pasien.
Daftar Pustaka
Azizah, Lilik Ma’rifatul., Zainuri, Imam., Akbar, Amar. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa-Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta : Indomedia Pustaka
Widiarti, Dwi. (2009). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Psikiatri : Rencana asuhan &
medikasi psikotropik. Jakarta : EGC
Yusuf, Ah., dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika