Vous êtes sur la page 1sur 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI ; HALUSINASI

POKOK BAHASAN : HALUSINASI


SASARAN : KLIEN DENGAN HALUSINASI
WAKTU : 15 MENIT

A. TUJUAN
1. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah dilakukan penyuluhan tentang kesehatan jiwa (halusinasi) selama 15 menit diharapkan
klien mampu memahami tentang gangguan persepsi (halusinasi).
2. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan jiwa selama 15 menit diharapkan klien mampu :
a. Menjelaskan pengertian ganguan persepsi (halusinasi)
b. Menyebutkan tingkatan halusinasi
c. Menyebutkan penyebab-penyebab halusinasi
d. Menyebutkan jenis-jenis halusinasi
e. Menyebutkan tanda-tanda penderita halusinasi
f. Menjelaskan cara perawatan penderita halusinasi
C. MATERI
Terlampir
D. SASARAN PENYULUHAN
Klien dengan halusinasi
E. STRATEGI PENYULUHAN
Dengan memberikan pendidikan kesehatan jiwa kepada keluarga pasien.
F. METODE
Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah ceramah dan tanya jawab.
G. PELAKSANAAN
Hari/ Tanggal :
Pukul :
Tempat : Yayasan Aulia Rahma
H. MEDIA DAN SUMBER BAHAN
1. Media : Leaflet
2. Sumber Bahan

I. RENCANA PENYULUHAN
No. Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan Audiens
1. Pembukaan 5 menit Menjawab salam
a. Salam Mendengarkan
b. Memperkenalkan diri Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan

2. Isi
a. Menjelaskan materi tentang : 25 menit Mendengarkan
1. Pengertian ganguan persepsi (halusinasi) memperhatikan
2. Tingkatan halusinasi Bertanya
3. Penyebab-penyebab halusinasi
4. Jenis-jenis halusinasi
5. Tanda-tanda penderita halusinasi
6. ara perawatan penderita halusinasi
b. Memberi kesempatan untuk bertanya
c. Menjawaban pertanyaan

3. Penutup 15 menit Mendengarkan


a. Memberikan kesimpulan memperhatikan
b. Mengevaluasi hasil penyuluhan Mendengarkan
c. Salam Menjawab
J. RENCANA EVALUASI
Evaluasi penyuluhan akan dilakukan dengan memberikan 5 pertanyaan tentang materi yang telah
disampaikan keluarga.

K. PENILAIAN KEBERHASILAN
Penilaian keberhasilan dari penyuluhan adalah dengan memberikan 4 pertanyaan kepada
keluarga dengan kriteria penyuluhan berhasil apabila keluarga mampu menjawab 4-5 pertanyaan
dengan benar. Penyuluhan dikatakan kurang berhasil apabila keluarga mampu menjawab 2-3
pertanyaan dengan benar. Sedangkan penyuluhan dikatakan tidak berhasil apabila keluarga
hanya mampu menjawab 1 pertanyaan dengan benar.
Lampiran : Materi

HALUSINASI
A. Pengertian
Halusinasi adalah pengalaman sensori yang terjadi tanpa stimulus dari luar
B. Tingkatan Halusinasi
Menurut Moller dan Murphy dalam Stuart dan Sudden (1997), tingkatan halusinasi dibagi menjadi 4
tingkatan yaitu :
1. Tahap I : Comforting
Tingkat cemas sedang, halusinasi secara umum adalah sesuatu yang menyenangkan. Pengalaman
halusinasi karena emosi yang meningkat seperti cemas, kesepian, rasa bersalah, takut serta
mencoba untuk berfokus pada pikiran yang nyaman untuk melepaskan cemas. Individu mengenal
bahwa pikiran dan pengalaman sensori dalam control kesadaran jika cemas dapat dikelola.
Nonpsykotik. Tingkah laku yang dapat diobservasi :
a) Meringis atau tertawa pada tempat yang tidak tepat.
b) Menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara.
c) Pergerakan mata yang cepat.
d) Respon verbal pelan seperti jika sedang asyik.
e) Diam dan tampak asyik.
2. Tahap II
Pengalaman sensori dari beberapa identifikasi indera terhadap hal yang menjijikkan dan
menakutkan. Halusinator mulai kehilangan control dan ada usaha untuk menjauhkan diri dari
sumber stimulus yang diterima . Individu mungkin merasa malu dengan adanya pengalaman
sensori dan menarik diri dari orang lain. Non psychotic. Tingkah laku yang dapat diobservasi :
a) Meningkatnya system syaraf otonom, tanda dan gejala dari cemas seperti meningkatnya
nadi, pernafasan dan tekanan darah.
b) Lapang perhatian menjadi sempit
c) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi atau realitas.
3. Tahap III
Controlling tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori menjadi hal yang menguasai.
Halusinator mencoba memberi perintah , isi halusinasi mungkin menjadi sangat menarik bagi
individu. Individu mungkin mengalami kesepian , jika sensori yang diberikan berhenti. Psychotic.

Tingkah laku yang dapat diobservasi :


a) Perintah langsung oleh halusinasi dapat diikuti.
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
c) Lapang perhatian hanya beberapa detik aau menit.
d) Gejala fisik dan cemas berat seperti berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti
perintah.

4. Tahap IV
Conquering, tingkat cemas, panik, umumnya halusinasi menjadi terperinci dan khayalan tampak
seperti kenyataan. Pengalaman sensori mungkin mengancam jika individu tidak mengikuti
perintah. Halusinasi mungkin memburuk dalam 4 jam atau sehari atau sehari jika tidak ada
intervensi terapeutik.
Tingkah laku yang dapat diobservasi :
a) Teror keras pada tingkah laku seperti panic.
b) Potensial kuat untuk bunuh diri.
c) Aktivitas fisik yang menggambarkan isi dai halusinasi seperti kekerasan, agitasi, menarik diri
atau katatonia.
d) Tidak dapat berespon pada perintah yang kompleks.
e) Tidak dapat berespon pada lebih satu orang.

C. Penyebab
1. Keturunan 4. Tekanan jiwa
2. Pola asuh 5. Penyakit fisik
3. Maladapsi

D. Jenis-jenis halusinasi
 Halusinasi lihat
 Halusinasi dengar
 Halsinasi penciuman
 Halusinasi citarasa
 Halsinasi singgungan

E. Tanda-tanda halusinasi:
 Suka bicara sendiri
 Tertawa sendiri
 Komunikasi lambat
 Mengamuk, gelisah, suka menyendiri
 Mengatakan mendengarkan bisikan atau melihat hal-hal aneh
 Berkeringat, gemetar, suka melawan
 Potensial untuk perilaku bunuh diri
F. Cara perawatan pasien dengan halsinasi
 Menunjukkan bahwa anda tidak mengalami stimulus yang sama
 Hindari mendebat klien tentang halusinasinya
 Dianjurkan untuk tidak merespon halusinasi
 Memberikan aktivitas yang terjadwal
 Jika halusinasi datang, usahakan cerita dengan anggot keluarga atau teman
 Terapi obat
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN HALUSINASI

1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan
dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus
eksteren: persepsi palsu (Maramis, 2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

2. Halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik)
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang, biasanya klien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual)
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan seperti : darah,
urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor,
kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat. Contoh
: merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan, merasa
mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena atau
arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
3. Tanda dan gelaja Halusinasi
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk terpaku dengan
pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau berbicara sendiri, secara tiba-tiba
marah atau menyerang orang lain, gelisah, melakukan gerakan seperti sedang menikmati
sesuatu. Juga keterangan dari pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang
dilihat, didengar atau dirasakan).

Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi (Budi Anna Keliat, 1999) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan

b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan


Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata

c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan


Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti petunjuk).

d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan


Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
4. Cara Merawat Pasien Halusinasi
a. Jangan biarkan pasien sendiri
b. Anjurkan untuk terlibat dalam kegiatan rumah (buat jadwal)
c. Bantu klien untuk berlatih cara menghentikan halusinasi
d. Motivasi keluarga untuk awasi klien minum obat
e. Jika pasien terlihat bicara sendiri atau tertawa sendiri maka segera disapa atau ajak bicara
f. Motivasi keluarga untuk mengontrol keadaan klien
g. Beri pujian positif pada klien dan keluarga jika mampu melakukan apa yang dianjurkan
h. Segera bawa ke Rumah Sakit jika halusinasi berlanjut dan beresiko mencederai diri dan orang
lain.

5. Pemberian aktivitas kepada pasien


Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya berolah raga,
bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu mengarahkan pasien ke
kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal
kegiatan dan memilih kegiatan yang sesuai.
REFERENSI :

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University Press.
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Edisi 3, EGC, Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi