Vous êtes sur la page 1sur 13

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

VERTIGO

DISUSUN OLEH:

1. CINDY NILASARI
2. DIMAS BIMAYAKTI
3. CANDRA IRIYANTO

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami


dan menjadi masalah bagi sebagian besar manusia. Umumnya keluhan
vertigo menyerang sebentar saja; hari ini terjadi, besok hilang, namun ada
kalanya vertigo yang kambuh lagi setelah beberapa bulan atau beberapa
tahun. Penyebab vertigo umumnya terjadi disebabkan oleh stress, mata lelah,
dan makan atau minum tertentu. Selain itu, vertigo bisa bersifat fungsional
dan tidak ada hubunganya dengan perubahan - perubahan organ di dalam
otak. Otak sendiri sebenarnya tidak peka terhadap nyeri. Pada umumnya
vertigo tidak disebabkan kerusakan di dalam otak. Namun, dapat
menyebabkan ketegangan atau tekanan pada selaput otak atau pembuluh
darah besar, dan di dalam kepala dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat
dan ketika seorang yang mengidap vertigo tidak berada pada tempat yang
aman ketika gejalanya timbul maka dapat mengakibatkan terjadinya cedera
(Junaidi, 2013).
Vertigo diangap bukan merupakan suatu penyakit, melainkan gejala
dari penyakit penyebabnya. Salah satu gejala vertigo ialah ilusi bergerak,
penderita merasakan atau melihat lingkungannya bergerak, padahal
lingkungannya diam, atau penderita merasakan dirinya bergerak, padahal
tidak. Penyebab gangguan keseimbangan dapat merupakan suatu kondisi
anatomis atau suatu reaksi fisiologis sederhana yang dapat menganggu
kehidupan seorang penderita vertigo (Wreksoatmodjo, 2004; Dewanto, 2009).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari vertigo ?
2. Apa etiologi dari vertigo ?
3. Bagaimana patofisiologi dari vertigo ?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari vertigo ?
5. Apa pemeriksaan penunjang dari vertigo?
6. Apa penatalaksanaan dari vertigo
7. Bagaimana WOC dari vertigo ?
8. Bagaimana askep vertigo ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengatahui apa definisi dari vertigo ?
2. Untuk mengatahui apa etiologi dari vertigo ?
3. Untuk mengatahui bagaimana patofisiologi dari vertigo ?
4. Untuk mengatahui bagaimana manifestasi klinis dari vertigo ?
5. Untuk mengatahui apa pemeriksaan penunjang dari vertigo?
6. Untuk mengatahui apa penatalaksanaan dari vertigo
7. Untuk mengatahui bagaimana WOC dari vertigo ?
8. Untuk mengatahui bagaimana askep vertigo ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Vertigo merupakan sensasi berputar dan bergeraknya penglihatan


baik secara subjektif maupun objektif, Vertigo dengan perasaan subjektif
terjadi bila seseorang mengalami bahwa dirinya merasa bergerak, sedangkan
vertigo dengan perasaan objektif bila orang tersebut merasa bahwa di sekitar
orang tersebut bergerak.

Vertigo sering terjadi pada orang tua. Penyebab vertigo yaitu Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV), Acute Vestibular Neuronitis (AVN),
dan penyakit Meniere.

B. ETIOLOGI

Menurut Mohammad Maqbool, terdapat beberapa penyabab vertigo.


Penyebab vertigo terdiri dari:

1. Vascular

Penyebab vertigo dari gangguan vaskular terdiri atas insufisiensi


vertebrobasiler, stroke, migrain, hipotensi, anemia, hipoglikemia, dan
penyakit Meniere

2. Receiving any treatment

Beberapa obat-obatan seperti antibiotik, obat jantung,


antihipertensi, obat sedatif, dan aspirin dapat menyebabkan gangguan
vertigo

3. Tumour or Trauma or Tyroid

• Tumor
Adanya tumor seperti neuroma, glioma, dan tumor
intraventrikular dapat menyebabkan gangguan vertigo

• Trauma

Adanya trauma pada daerah tulang temporal dan trauma servikal


dapat menyebabkan gejala vertigo

• Tiroid

Adanya penurunan fungsi tiroid dapat menyebabkan gejala


vertigo

4. Infection
Apabila terjadi infeksi pada daerah keseimbangan seperti
labirinitis maupun vestibular neuronitis dapat menyebabkan gangguan
vertigo.

C. PATOFISIOLOGI
Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang
disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam
sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus
menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain
yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang
menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III, IV dan VI, susunan
vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis. Informasi yang berguna untuk
keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan
proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu
lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil
kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi
alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan
proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam
keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respons yang muncul
berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan
bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya
terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer
atau sentral dalam kondisi tidak normal/ tidak fisiologis, atau ada rangsang
gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan
terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom; di samping
itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan
abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness, ataksia saat berdiri/
berjalan dan gejala lainnya

D. MANIFESTASI KLINIS
Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala mual, muntah,
rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih
lengket, nadi lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur,
tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah
dengan selaput tipis.

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan fisik :
 Pemeriksaan mata
 Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
 Tes Romberg penderita berdiri dengan kaki yang satu di depan
kaki yang lain(tandem) tumit kaki yang satu berada di depan jari
kaki lainnya. Lengan dilipat pada dada dan mata lalu ditutup
untuk menilai adanya disfungsi vestibular. Pada orang normal
mampu berdiri dalam sikap romberg selama 30 detik atau lebih.

 Tes melangkah di tempat (strepping test) penderita di suruh


jalan di tempat dengan mata tertutup, sebanyak 50 langkah
dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Tes ini dapat
mendeteksi gangguan sistem vestibular. Hasil tes danggap
abnormal bila kedudukan akhir penderita bernajak lebih dari 1 m
dari tempatnya semula, atau badan berputar lebih 30○.
 Salah tunjuk penderita disuruh menyentuh telunjuk pemeriksa
dengan menggunakan tekunjuknya. Pada gangguan vestibular
didapatkan salah tunjuk, demikian juga dengan gangguan
serebral.
 Pemeriksaan neurologic
 Pemeriksaan otologik
 Pemeriksaan fisik umum.
b. Pemeriksaan tambahan :
 Laboratorium
 Radiologik
 EEG, EMG, dan EKG

F. PENATALAKSANAAN
1. Obat-obatan : obat anti vertigo seperti miklisin, betahistin atau fenergen
dapat digunakan sebagai terapi simtomatis sewaktu melakukan latihan atau
jika muncul eksaserbasi atau serangan akut. Obat ini menekan rasa enek
(nausea) dan rasa pusing. Namun ada penderita yang merasa efek samping
obat lebih buruk dari vertigonya sendiri. Jika dokter menyakinkan pasien
bahwa kelainan ini tidak berbahaya dan dapat mereda sendiri maka dengan
membatasi perubahan posisi kepala dapat mengurangi gangguan.
2. untuk meringankan vertigo dapat dilakukan upaya : tirah baring, obat
untuk sedasi, anti muntah dan anti vertigo.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN ( terlampir )

ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM


1 DS: Spasme syaraf resiko tinggi cidera
Pasien mengatakan
pusing berputar putar,
dan hampir terjatuh. Nyeri,sakit kepala

DO:
Wajah pasien tampak Disorientasi
anemis
Pasien tampak
memgangi kepala Kesadaran menurun
Ketika berjalan pasien
nampak sempoyongan
resiko tinggi cidera

2 DS : Spasme syaraf gangguan rasa aman


Pasien mengatakan nyaman
pusing tak tertahankan

DO: Nyeri,sakit kepala


Pasien nampak gelisah
TTV :
TD : 120 / 70
Nadi :84x/menit gangguan rasa aman
RR : 20x/menit nyaman
SaO2 : 98 %
Suhu :36,5 °C

3 DS : Pusing Ketidak seimbangan


Pasien mengatakan nutrisi
pusing, mual, muntah 1x
Gelisah
DO :
Pasien terlihat lemas
Conjungtiva anemnis Peristaltik meningkat

Mual muntah

Anoreksia

perubahan nutrisi
kurang dari
Kebutuhan tubuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan disfungsi sensori


2. Gangguan rasa aman nyaman berhubungan dengan nyeri
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nafsu makan menurun

INTERVENSI

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI


KRITERIA HASIL
1 Resiko tinggi cidera Setelah dilakukan 1. Sediakan lingkungan
berhubungan tindakan 1x12 jam yang aman.
dengan disfungsi diharapkan : 2. Pasang siderail tempat
sensori 1. Pasien menganal tidur
tanda gejala yang 3. Batasi pengunjung
mengindikasikan 4. Hindarkan dari
resiko cidera lingkungan berbahaya
2. Pasien dapat
mengetahui
tentang resiko
cidera
2 Gangguan rasa Setelah dilakukan 1. Kaji karakteristik nyeri,
aman nyaman tindakan skala, sifat nyeri, lokasi
berhubungan keperawatan selama dan penyebaran
dengan nyeri 1 x 12 jam pasien 2. Anjurkan teknik
tidak mengalami relaksasi napas dalam
nyeri dengan kriteria 3. Beri posisi yang aman
hasil : dan nyaman
1. Mampu 4. Ukur TTV
mengontrol nyeri 5. Kelola pemberian obat
2. Melaporkan analgesik
bahwa nyeri
berkurang
3. Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang
4. Ttv dalam
rentang normal
3 Ketidakseimbangan Tujuan : setelah 1 Kaji status nutrisi
nutrisi kurang dari dilakukan asuhan pasien
kebutuhan tubuh keperawatan selama 2 Jaga kebersihan
berhubungan 1x12 jam diharapkan mulut,anjurkan untuk
dengan nafsu makan pemenuhan selalu melakukan oral
menurun kebutuhan pasien hygine
tercukupi. 3 Berikan informasi
Kriteria hasil : yang tepat terhadap
1. Intake nutrisi pasien tentang
tercukupi kebutuhan nutrisi yang
2. Asupan makanan tepat dan sesuai
dan ciran 4 Kolaborasi pemberian
tercukupi antiemetik

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


DX
1 15.00 1. Menyediakan lingkungan S : pasien mengatakan bisa
yang aman. berjalan seperti biasanya,
2. Memasang siderail tempat tanpa merasa pusing
tidur
3. Membatasi pengunjung O: pasien berjalan tanpa
4. Menghindarkan dari bantuan
lingkungan berbahaya
A: masalah teratasi

P: intervensi dihentikan
2 15.00 1. Mengkaji karakteristik S: pasien mengatakan nyeri
nyeri, skala, sifat nyeri, kepala sedikit berkurang
lokasi dan penyebaran
2. menganjurkan teknik O : pasien tampak rileks
relaksasi napas dalam tidak memgangi kepalanya
3. memberi posisi yang lagi.
aman dan nyaman
4. mengukur TTV A : masalah teratasi sebagian
5. mengelola pemberian
obat analgesik P : lanjutkan itervensi no 2
dan 5
3 15.00 1. Kaji status nutrisi pasien S: pasien mengatakan masih
2. Berikan informasi yang sedit mual, tapi sudah tidak
tepat terhadap pasien muntah
tentang kebutuhan nutrisi
yang tepat dan sesuai O : pasien sudah tidak
3. Kolaborasi pemberian nampak lemas, conjungtiva
antiemetik tidak anemis

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi no 2
dan 3
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Vertigo merupakan kondisi yang diakibatkan karena adanya gangguan
pada telinga atau pada saraf ocousticus yang mengakibatkan nyeri dan
kelemahan otot leher serta keseimbangan tubuh pasien. Dengan manifestasi
pusing dengn sensasi berputar, dan menimbulkan lemas, mual dan muntah.
Dengan berbagai penyebab antara lain vascular, obat – obatan ataupun
infeksi

Vous aimerez peut-être aussi