Vous êtes sur la page 1sur 47

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


TRAUMA ABDOMEN & LUKA BAKAR

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6- A2 /SEMESTER VIII
1. RILLA AYU SUITARI (055 STYC 15 )
2. SRI KURNIAWATI (071 STYC 15 )
3. RANI KOMALASARI (052 STYC 15 )
4. RINDI PUTRI FEBRIANA (056 STYC 15)
5. SAHRIL RAMDANI (064 STYC 15)
6. NURJAITUN (049 STYC15)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG S1
MATARAM
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga sampai sekarang kita bisa beraktivitas
dalam rangka beribadah kepada-Nya dengan salah satu cara menuntut ilmu.
Shalawat serta salam tidak lupa penulis senandungkan kepada tauladan semua
umat Nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan ilmu pengetahuan
melalui Al-Qur’an dan Sunnah, serta semoga kesejahteraan tetap tercurahkan
kepada keluarga beliau, para sahabat-sahabatnya dan kaum muslimin yang tetap
berpegang teguh kepada agama Islam.
Penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata
Kuliah Keperawatan Gawat Darurat yang telah memberikan bimbingan dan
masukan sehingga Makalah “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Trauma
Abdomen & Luka Bakar” ini dapat tersusun sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan. Semoga amal baik yang beliau berikan akan mendapat balasan yang
setimpal dari Allah S.W.T.
Akhir kata semoga Makalah ini senantiasa bermanfaat pada semua pihak
untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Mataram,5 April 2019

Penulis

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) ii


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2
1.3 Tujuan .................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ................................................................................................. 3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Trauma Abdomen & Luka Bakar ............................................ 4
2.2 Etiologi Trauma Abdomen & Luka Bakar ............................................ 5
2.3 Klasifikasi Trauma Abdomen & Luka Bakar ....................................... 6
2.4 Manifestasi Klinis Trauma Abdomen & Luka Bakar ......................... 10
2.5 Patofisiologi Trauma Abdomen & Luka Bakar .................................. 12
2.6 WOC Trauma Abdomen & Luka Bakar ............................................. 14
2.7 Pemeriksaan Penunjang Trauma Abdomen & Luka Bakar ................ 15
2.8 Komplikasi Trauma Abdomen & Luka Bakar .................................... 21
2.9 Penatalaksanaan Trauma Abdomen & Luka Bakar ............................ 23
BAB III KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian Trauma Abdomen & Luka Bakar ..................................... 27
3.2 Diagnosa Keperawatan Trauma Abdomen & Luka Bakar .................. 30
3.3 Intervensi Keperawatan Trauma Abdomen & Luka Bakar ................. 30
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan ......................................................................................... 41
4.2 Saran .................................................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 43

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) iii


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abdomen adalah sebuah rongga besar yang dilingkupi oleh otot-otot perut
pada bagian ventral dan lateral, serta adanya kolumna spinalis di sebelah
dorsal.Bagian atas abdomen berbatasan dengan tulang iga atau costae.Cavitas
abdomninalis berbatasan dengan cavitas toraks atau rongga dada melalui otot
diafragma dan sebelah bawah dengan cavitas pelvis atau rongga panggul.
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan
klinik akibat kegawatan di rongga abdomen yang biasanya timbul mendadak
dengan nyeri sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan beda, misalnya pada
obstruksi, perforasi atau perdarahan, infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan
cerna dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga
perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Luka bakar adalah luka yang paling sering dialami oleh manusia
dibandingkan dengan luka lain. Luka bakar dapat terjadi karena adanya kontak
dengan sumber panas ataupun suhu yang sangat rendah, zat kimia, listrik, radiasi
dan cahaya.Berbagai aktifitas sehari-hari yang dilakukanpun dapat menjadi
penyebab terjadinya luka bakar misalnya kecelakaan yang menyebabkan
meledaknya kendaraan, memegang peralatan dalam keadaan panas sewaktu
memasak, tersengat arus listrik ataupun karena sebab lainnya (Azhari, 2012).
Luka bakar telah menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang
bertanggung jawab terhadap kematian sekitar 195.000 orang per tahun.
Berdasarkan angka kejadian di Amerika Serikat luka bakar menjadi penyebab
kematian terbesar yang setiap tahunnya sejumlah 2,5 juta orang mengalami luka
bakar dan sekitar 12.000 orang meninggal dunia yang disertai cedera inhalasi.
Menurut World Fire Statistics Centre pada tahun 2003 sampai 2005 mengenai
terjadinya luka bakar negara dengan prevalensi terendah yaitu Singapura dengan
persentase 0,12% per 100.000 orang. Dan yang tertinggi adalah Hongaria
dengan persentase 1,98% (Artawan, 2013 dan Adhy dkk, 2014).

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 1


1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi Trauma Abdomen & Luka Bakar?
2. Bagaimana etiologi Trauma Abdomen & Luka Bakar?
3. Bagaimana klasifikasi Trauma Abdomen & Luka Bakar?
4. Bagaimana manifestasi klinis Trauma Abdomen & Luka Bakar?
5. Bagaimana patofisiologi Trauma Abdomen & Luka Bakar ?
6. Bagaimana WOC Trauma Abdomen & Luka Bakar ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang Trauma Abdomen & Luka Bakar ?
8. Bagaimana komplikasi Trauma Abdomen & Luka Bakar ?
9. Bagaimana penatalaksanaan dari Trauma Abdomen & Luka Bakar ?
10. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen & Luka
Bakar ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Dibuatnya makalah ini bertujuan agar para mahasiswa keperawatan
memahami tentang konsep dasar penyakit dan konsep keperawatan
Trauma Abdomen & Luka Bakar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tentang definisi Trauma Abdomen & Luka Bakar
2. Untuk mengetahui tentang etiologi dari Trauma Abdomen & Luka
Bakar
3. Untuk mengetahui tentangklasifikasi dari Trauma Abdomen & Luka
Bakar
4. Untuk mengetahui tentang manifestasi klinis Trauma Abdomen &
Luka Bakar
5. Untuk mengetahui tentangpatofisiologi dari Trauma Abdomen &
Luka Bakar
6. Untuk mengetahui tentangWOC dari Trauma Abdomen & Luka
Bakar
7. Untuk mengetahui tentangpemeriksaan penunjang dari Trauma
Abdomen & Luka Bakar
8. Untuk mengetahui tentang komplikasi Trauma Abdomen & Luka
Bakar

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 2


9. Untuk mengetahui tentangpenatalaksanaan Trauma Abdomen & Luka
Bakar
10. Untuk mengathui tentang asuhan keperawatansecara teoritis dari
Trauma Abdomen & Luka Bakar
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat makalah “Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen & Luka Bakar”
ini untuk memudahkan para pembaca khususnya mahasiswa perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan yang benar sesuai dengan tanda dan gejala
yang di perlihatkan oleh seseorang agar tidak terjadi kesalahan dalam pemberian
tindakan keperawatan kepada pasien.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 3


BAB II
PEMBAHASAN
(KONSEP DASAR TEORI)
2.1 DEFINISI
1) Definisi Trauma Abdomen
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001 dalam Brunner & Suddarth, 2013).
Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi, dan gangguan faal berbagai
organ.
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap struktur
yang terletak di antara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh luka
tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006 dalam
Brunner & Suddarth, 2013).
Organ yang terdapat pada intra abdomen yaitu hepar, lie gaster, usus
halus, dan sebagian besar usus besar (kolon), sedangkan organ yang
terdapat pada ekstra abdomen adalah kedua ginjal dan ureter, pankareas,
duodenum, sebagian kecil kolon (terutama rektum) serta buli-buli (vesika
urinaria) dan uterus (Krisanty dkk., 2013).
2) Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi (Artawan, 2013).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas dan suhu sangat rendah
(Adhy dkk, 2014).
Luka bakar adalah salah satu cedera yang paling luas yang
berkembang di dunia. Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan
jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis
trauma dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Pitoyo, 2013).

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 4


2.2 ETIOLOGI
1) Etiologi Trauma Abdomen
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya
banyak diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan
bermotor, kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan
kekuatan yang menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir
mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak
yang menyebabkan kerusakan yang besar di dalam abdomen. Selain luka
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan
tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ internal di
abdomen. Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 (dua) kekuatan yang
merusak, yaitu:
a. Paksaan/Benda Tumpul
Paksaan/benda tumpul merupakan trauma abdomen tanpa
penetrasi ke dalam rongga peritoneum. Luka tumpul pada abdomen
bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan
kendaraan bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan,
deselarasi, kompresi atau sabuk pengaman. Lebih dari 50%
disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
b. Trauma Tembus
Trauma tembus merupakan trauma abdomen dengan penetrasi
ke dalam rongga peritoneum. Disebabkan oleh luka tembak yang
menyebabkan kerusakan yang besar di dalam abdomen. Selain luka
tembak, trauma abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk,
akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ
internal di abdomen (Musliha, 2010).
2) Etiologi Luka Bakar
Etiologi luka bakar antara lain adalah sebagai berikut:
1. Luka bakar suhu tinggi (thermal burn) yang disebabkan oleh karena
terpapar atau kontak dengan api, cairan panas dan bahan padat. Luka
bakar api berhubungan dengan asap atau cedera inhalasi.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 5


2. Luka bakar bahan kimia (chemical burn) disebabkan oleh kontaknya
jaringan kulit dengan asam atau basa yang kuat. Konsentrasi zat
kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar
menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini. Luka bakar kimia
dapat terjadibmisalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang
sering digunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat
kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer.
Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkan
luka bakar kimia.
3. Luka bakar sengatan listrik (electrical burn) disebabkan karena
lewatnya tenaga listrik bervoltase tinggi melalui jaringan
menyebabkan perubahan menjadi tenaga panas, ia menimbulkan luka
bakar yang tidak hanya mengenai kulit dan jaringan subkutis, tetapi
juga semua jaringan pada jalur arus listrik tersebut. Luka bakar listrik
biasanya disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltase
tinggi. Anggota gerak merupakan kontak yang terlazim, dengan
tangan dan tangan yang lebih sering cedera daripada tungkai dan kaki.
Kontak sering menyebabkan gangguan jantung dan atau pernafasan,
dan resusitasi kardiopulmonal sering diperlukan pada saat kecelakaan
tersebut terjadi. Luka pada daerah masuknya listrik biasanya gosong
dan tampak cekung.
4. luka bakar radiasi (radiasi injury) disebabkan oleh terpapar dengan
sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan
penggunaan radiasi ion pada industri atau sumber dari radiasi untuk
keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terpapar oleh sinar
matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu
tipe luka bakar radiasi (Musliha, 2010).
2.3 KLASIFIKASI
1) Klasifikasi Trauma Abdomen
Berdasarkan mekanisme trauma, dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Trauma Tumpul (Blunt Injury)
Suatu pukulan langsung, misalkan terbentur stir ataupun
bagian pintu mobil yang melesak ke dalam karena tabrakan, bisa

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 6


menyebabkan trauma kompresi ataupun crush injury terhadap organ
viscera. Hal ini dapat merusak organ padat maupun organ berongga,
dan bisa mengakibatkan ruptur, terutama organ-organ yang distensi
(misalnya uterus ibu hamil), dan mengakibatkan perdarahan maupun
peritonitis. Trauma tarikan (shearing injury) terhadap organ viscera
sebenarnya adalah crush injury yang terjadi bila suatu alat pengaman
(misalnya seat belt jenis lap belt ataupun komponen pengaman bahu)
tidak digunakan dengan benar. Pasien yang cedera pada suatu
tabrakan motor bisa mengalami trauma decelerasi dimana terjadi
pergerakan yang tidak sama antara suatu bagian yang terfiksir dan
bagian yang bergerak, seperti ruptur lien ataupun ruptur hepar (organ
yang bergerak) di bagian ligamennya (organ yang terfiksir).
Pemakaian air-bag tidak mencegah orang mengalami trauma
abdomen. Pada pasien-pasien yang mengalami laparotomi karena
trauma tumpul, organ yang paling sering kena adalah lien (40-55%),
hepar (35-45%), dan usus (5-10%). Sebagai tambahan, 15%-nya
mengalami hematoma retroperitoneal.
b. Trauma Tajam (Penetration Injury)
Luka tusuk ataupun luka tembak (kecepatan rendah) akan
mengakibatkan kerusakan jaringan karena laserasi ataupun terpotong.
Luka tembak dengan kecepatan tinggi akan menyebabkan transfer
energi kinetik yang lebih besar terhadap organ viscera, dengan adanya
efek tambahan berupa temporary cavitation, dan bisa pecah menjadi
fragmen yang mengakibatkan kerusakan lainnya. Luka tusuk tersering
mengenai hepar (40%), usus halus (30%), diafragma (20%), dan
colon (15%). Luka tembak menyebabkan kerusakan yang lebih besar,
yang ditentukan oleh jauhnya perjalanan peluru, dan berapa besar
energi kinetiknya maupun kemungkinan pantulan peluru oleh organ
tulang, maupun efek pecahan tulangnya. Luka tembak paling sering
mengenai usus halus (50%), colon (40%), hepar (30%), dan
pembuluh darah abdominal (25%).
Trauma pada abdomen dibagi lagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a. Trauma Pada Dinding Abdomen

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 7


Trauma dinding abdomen dibagi menjadi kontusio dan laserasi.
1) Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra
abdomen, kemungkinan terjadi ekimosis atau penimbunan
darah dalam jaringan lunak dan massa darah dapat menyerupai
tumor.
2) Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang
menembus rongga abdomen harus dieksplorasi
(Sjamsuhidayat, 1997 dalam Umboh, 2016) atau terjadi karena
trauma penetrasi.
b. Trauma Pada Isi Abdomen
Sedangkan trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Brunner
& Suddarth (2002) terdiri dari:
1) Perforasi organ visceral intraperitoneum.
Cedera pada isi abdomen mungkin disertai oleh bukti adanya
cedera pada dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen.
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan
diagnostik ahli bedah.
3) Cedera toraks abdomen.
Setiap luka pada toraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi
(Sjamsuhidayat, 1998 dalam Umboh, 2016).
2) Klasifikasi Luka Bakar
Macam-macam luka bakar antara lain yaitu:
1. Berdasarkan kedalaman luka:
a. Derajat 1 (superficial)luka bakar akan sembuh dalam waktu singkat,
paling lambat satu minggu tanpa dilakukannya pengobatan atau dapat
diberikan analgetik apabila merasa kesakitan dan berikan obat-obatan
topikal pada kulit yang tampak kemerahan tanpa ada kerusakan
jaringan kulit.
b. Derajat 2 (partial thickness) terdiri dari superfisial (superficial partial
thickness) dan dalam (deep partial thickness). Pada luka derajat 2

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 8


superfisial kulit berwarna merah dan adanya bula (gelembung), organ
kulit seperti kelenjar sebasea dan kelenjar kulit masih utuh. Pada luka
bakar ini terjadi keruskan epidermis yang ditandai rasa nyeri dan akan
sembuh dalam waktu 10 sampai dengan 14 hari dan dapat dilakukan
kompres dengan menggunakan NaCl. Untuk luka bakar derajat 2
dalam kulit menjadi kemerahan disertai adanya jaringan yang
terkelupas (kerusakan dermis dan epidermis), organ-organ kulit
seperti kelenjar keringat folikel rambut, kelenjar sebasea sebagian
besar masih utuh, proses penyembuhan pada luka derajat 2 dalam
biasanya memerlukan waktu penyembuhan yang lama tergantung
jaringan epitel yang masih tersisa.
c. Derajat 3 (full thickness)ditandai dengan seluruh dermis dan
epidermis mengalami kerusakan, tidak dijumpai rasa nyeri dan
kehilangan sensasi karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami
kerusakan/kematian bahkan bisa merusak jaringan lemak dan otot
walaupun jaringan tersebut tidak mengalami nekrosis. Proses
penyembuhan terjadi lama karena tidak terbentuk epitelisasi jaringan
dari dasar luka yang spontan. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu
dan pucat. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang
dikenal sebagai eskar.
d. Derajat 4 (fourth degree)semua jaringan sudah terjadi kerusakan
bahkan dapat menimbulkan jaringan nekrotik.
2. Berdasarkan ukuran luas luka Rule Of Nine menunjukkan persentase luas
luka bakar yaitu: Kepala dan leher 9%, Dada depan dan belakang 18%,
Abdomen depan dan belakang 18%, Tangan kanan dan kiri 18%, Paha
kanan dan kiri 18%, Kaki kanan dan kiri 18%, Genitalia 1%.
3. Berdasarkan diagram penentuan luas luka dijelaskan dengan diagram
Lund dan Bowder pada orang dewasa yaitu sebagai berikut: kepala 7,
leher 2, dada dan perut 13, punggung 13, pantat kiri 2,5, pantat kanan 2,5,
kelamin 1, lengan atas kanan 4, lengan atas kiri 4, lengan bawah kanan 3,
lengan bawah kiri 3, tangan kanan 2,5, tangan kiri 2,5, paha kanan 9,5,
paha kiri 9,5, tungkai bawah kanan 7, tungkai bawah kiri 7, kaki kanan
3,5 dan kaki kiri 3,5 (Musliha, 2010: 208).

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 9


2.4 MANIFESTASI KLINIS
1) Manifestasi Klinis Trauma Abdomen
a. Trauma tembus abdomen (trauma perut dengan penetrasi ke dalam
rongga peritonium):
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ.
2. Respon stres simpatis.
3. Perdarahan dan pembekuan darah.
4. Kontaminasi bakteri.
5. Kematian sel.
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati
sebagian besar rongga abdomen akan sangat rentan untuk
mengalami trauma penetrasi. Secara umum organ-organ padat
berespon terhadap trauma dengan perdarahan. Sedangkan organ
berongga bila pecah mengeluarkan isinya dalam hal ini bila usus
pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam rongga peritoneal
sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi.
b. Trauma tumpul abdomen (trauma perut tanpa penetrasi ke dalam
rongga peritonium) ditandai dengan:
1. Kehilangan darah.
2. Memar/jejas pada dinding perut.
3. Kerusakan organ-organ.
4. Nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas dan kekakuan (rigidity)
dinding perut.
5. Iritasi cairan usus (FKUI, 1995).
Menurut Scheets (2002), secara umum seseorang dengan
trauma abdomen menunjukkan manifestasi sebagai
berikut:Laserasi, memar, ekimosis, Hipotensi, Tidak adanya
bising usus, Hemoperitoneum, Mual dan muntah, Adanya tanda
“bruit” (bunyi abnormal pada auskultasi pembuluh darah,
biasanya pada arteri karotis), Nyeri, Pendarahan, Penurunan
kesadaran, Sesak, Tanda Kehrs adalah nyeri di sebelah kiri yang
disebabkan oleh perdarahan limfe. Tanda ini ada saat pasien
dalam posisi recumbent, Tanda Cullen adalah ekimosis

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 10


periumbulikal pada perdarahan peritoneal, Tanda Grey-Turner
adalah ekimosis pada sisi tubuh (pinggang) pada perdarahan
retroperitoneal, Tanda Coopernail adalah ekimosis pada perineum,
skrotum atau labia pada fraktur pelvis, Tanda Balance adalah
daerah suara tumpul yang menetap pada kuadran kiri atas ketika
dilakukan perkusi pada hematoma limfe.
2) Manifestasi Klinis Luka Bakar
Manifestasi luka bakar antara lain adalah nyeri lokal, eritema,
kemerahan, pucat, menggigil, sakit kepala, mual dan muntah, lepuh berisi
air dan berselaput tipis, area yang rusak berlilin dan putih, perubahan
suara, batuk, mengi, sputum gelap pada luka bakar mukosa (Wolters dkk,
2013).
Manifestasi tentang luka bakar dapat ketahui dengan derajat luka
yang dibagi menjadi 4 derajat yaitu:
1. Grade I dengan kerusakan jaringan hanya terjadi pada epidermis,
nyeri, warna kulit kemerahan, kering, pada tes jarum terdapat
hiperalgesia, lama sembuh ±7 hari kulit menjadi normal.
2. Grade II: terdapat grade II a dimana jaringan yang rusak adalah
sebagian dermis, folikel rambut, dan kelenjar keringat utuh, rasa
nyeri, warna kemerahan pada lesi, adanya cairan pad bula, waktu
sembuh 7-14 hari. Dan pada grade II b dimana jaringan yang rusak
sampai dermis, hanya kelenjar keringat yang utuh, eritema, terkadang
ada sikatrik, waktu sembuh 14-21 hari.
3. Grade III yaitu jaringan yang rusak meliputi seluruh epidermis dan
dermis, kulit kering, kaku, terlihat gosong, terasa nyeri karena ujung
saraf rusak, waktu sembuh lebih dari 21 hari.
4. Grade IV dimana luka bakar mengenai seluruh lapisan kulit, otot
bahkan tulang, penderita tidak akan merasakan nyeri karena
kerusakan saraf, warna kulit menjadi abu-abu, kehitaman, kering dan
mengelupas (Muttaqin dan Kumala, 2011)

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 11


2.5 PATOFISIOLOGI
1) Patofisiologi Trauma Abdomen
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh
dari ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi
antara faktor-faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh.
Berat trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan objek statis
(yang ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena
terjadinya perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan
menimbulkan disrupsi jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan
yang menghentikan tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada
elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah
kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya.
Viskositas adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya
walaupun ada benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung
pada kedua keadaan tersebut. Beratnya trauma yang terjadi tergantung
kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat melewati ketahanan
jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan dalam beratnya
trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan benturan. Hal
tersebut dapat terjadi cedera organ intra abdominal yang disebabkan
beberapa mekanisme:
a. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat
oleh gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman
yang letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari
organ padat maupun organ berongga.
b. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior
dan vertebrae atau struktur tulang dinding toraks.
c. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat
menyebabkan gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler.
2) Patofisiologi Luka Bakar
Jaringan lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu diatas 1150F
(460C). Luasnya kerusakan bergantung pada suhu permukaan dan lama
kontak. Sebagai contoh pada kasus luka bakar tersiram air panas pada

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 12


orang dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari shower
dengan suhu 68,90C dapat menimbulkan luka bakar yang merusak
epidermis dan dermis sehingga terjadi cedera derajat tiga (full-thickness
injury). Sebagai manifestasi dari cedera luka bakar panas, kulit akan
melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan pembentukan
oksigen reaktif dan menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan
menyebabkan penurunan tekanan onkotik. Hal ini menyebabkan
kehilangan cairan serta viskositas plasma meningkat dengan
menghasilkan suatu formasi mikrotrombus. Cedera luka bakar dapat
menyebabkan keadaan hipermetabolik yang dimanifestasikan dengan
adanya demam, peningkatan laju metabolisme, peningkatan ventilasi,
peningkatan curah jantung, peningkatan glukoneogenesis, serta
meningkatkan katabolisme otot viseral dan rangka. Adanya luka pada
sistem pernafasan misalnya pada wajah yang merusak mukosa sehingga
terjadi udema pada laring dapat menimbulkan obstruksi jalan nafas dan
menyebabkan ketidakefektifan pola nafas. Terjebak kebakaran dalam
ruangan tertutup juga dapat menyebabkan cedera inhalasi sehingga terjadi
cedera alveolar yang ditandai dengan adanya sputum berkarbon yang
memunculkan diagnosa ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang
diakibatkan karena keracunan gas (PCO2 yang meningkat sedangkan PO2
turun). Keracunan gas tersebut dan sebagai akibat dari peningkatan
permeabilitas kapiler akan menyebabkan adanya penurunan cairan
intravaskuler sehingga terjadi hipovolemia dan hipoksia jaringan dan
memunculkan diagnosa ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
(Muttaqin & Kumala, 2012, Nurarif dan Hardhi, 2015).
Masalah yang dapat timbul pada luka bakar yang luas yaitu gangguan
pada sistem hormonal dan gangguan keseimbangan cairan elektrolit. Hal
tersebut terjadi akibat kehilangan cairan serta dapat menyebabkan
penurunan jumlah limfosit sehingga luka beresiko mengalami sepsis.
Mediator inflamasi seperti (sitokin, TNF-α dan sel fagosit nekrotik) dan
gangguan metabolisme (protein, karbohidrat dan lemak) dapat muncul
sebagai akibat dari luka bakar yang luasnya >20% . Meningkatnya stress
oksidatif juga dapat menyebabkan peningkatan produksi radikal bebas

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 13


sehingga akan mengganggu fungsi imun (Adhy dkk, 2014, Artawan,
2013).

2.6 WOC
2.6.1 WOC LUKA BAKAR

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 14


2.6.2 WOC TRAUMA ABDOMEN

Trauma
(kecelakaan)

Penetrasi & Non- Penetras

terjadi perforasi lapisan abdomen


(kontusio, laserasi, jejas, hematom

Menekan saraf peritonitis

Terjadi perdarahan jar.lunak dan rongga abdomen → Nyeri

Motilitas usus

Disfungsi usus → Resiko infeksi

Refluks usus output cairan berlebih

Gangguan cairan dan eloktrolit → Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Kelemahan fisik

Gangguan mobilitas fisik


(Sumber : Mansjoer, 2001)

2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1) Pemeriksaan Penunjang Trauma Abdomen
a. Trauma Tumpul
1. Diagnostic Peritoneal Lavage
DPL adalah prosedur invasif yang bisa cepat dikerjakan yang
bermakna merubah rencana untuk pasien berikutnya, dan

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 15


dianggap 98% sensitif untuk perdarahan intraretroperitoneal.
Harus dilaksanakan oleh tim bedah untuk pasien dengan trauma
tumpul multipel dengan hemodinamik yang abnormal, terutama
bila dijumpai:
a) Perubahan sensorium-trauma kapitis, intoksikasi alkohol,
kecanduan obat-obatan.
b) Perubahan sensasi trauma spinal.
c) Cedera organ berdekatan iga bawah, pelvis, vertebra lumbalis.
d) Pemeriksaan diagnostik tidak jelas.
e) Diperkirakan akan ada kehilangan kontak dengan pasien dalam
waktu yang agak lama, pembiusan untuk cedera ekstra
abdominal, pemeriksaan x-ray yang lama misalnya angiografi.
f) Adanya lap-belt sign (kontusio dinding perut) dengan
kecurigaan trauma usus.
DPL juga diindikasikan pada pasien dengan hemodinamik
normal nilai dijumpai hal seperti di atas dan disini tidak memiliiki
fasilitas USG ataupun CT-Scan. Salah satu kontraindikasi untuk
DPL adalah adanya indikasi yang jelas untuk laparatomi.
Kontraindikasi relatif antara lain adanya operasi abdomen
sebelumnya, morbid obesity, serosis yang lanjut, dan adanya
koagulopati sebelumnya. Bisa dipakai teknik terbuka atau tertutup
(Seldinger) di infraumbilikal oleh dokter yang terlatih. Pada
pasien dengan fraktur pelvis atau ibu hamil, lebih baik dilakukan
supraumbilikal untuk mencegah kita mengenai hematoma
pelvisnya ataupun membahayakan uterus yang membesar. Adanya
aspirasi darah segar, isi gastrointestinal, serat sayuran ataupun
empedu yang keluar, melalui tube DPL pada pasien dengan
hemodinamik yang abnormal menunjukkan indikasi kuat untuk
laparatomi. Bila tidak ada darah segar (> 10 cc) ataupun cairan
feses, dilakukan lavase dengan 1000 cc Ringer Laktat (pada anak-
anak 10 cc/kg). Sesudah cairan tercampur dengan cara menekan
maupun melakukan rogg-oll, cairan ditampung kembali dan
diperiksa di laboratorium untuk melihat isi gastrointestinal, serat

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 16


maupun empedu (American College of Surgeon Committee of
Trauma, 2004: 149-150). Test (+) pada trauma tumpul bila 10 ml
atau lebih darah makroskopis (gross) pada aspirasi awal, eritrosit
> 100.000 mm3, leukosit > 500/mm3 atau pengecatan gram (+)
untuk bakteri atau serat. Sedangkan bila DPL (+) pada trauma
tajam bila 10 ml atau lebih darah makroskopis (gross) pada
aspirasi awal, sel darah merah 5000/mm3 atau lebih. (Scheets,
2002:279-280).
2. FAST (Focused Assesment Sonography in Trauma)
Individu yang terlatih dengan baik dapat menggunakan USG
untuk mendeteksi adanya hemoperitoneum. Dengan adanya
peralatan khusus di tangan mereka yang berpengalaman,
ultrasound memliki sensifitas, spesifitas dan ketajaman untuk
mendeteksi adanya cairan intra abdominal yang sebanding dengan
DPL dan CT abdomen. Ultrasound memberikan cara yang tepat,
non-invansif, akurat dan murah untuk mendeteksi
hemoperitorium, dan dapat diulang kapan pun. Ultrasound dapat
digunakan sebagai alat diagnostik bedside di kamar resusitasi,
yang secara bersamaan dengan pelaksanaan beberapa prosedur
diagnostik maupun terapeutik lainnya. Indikasi pemakaiannya
sama dengan indikasi DPL(American College of Surgeon
Committee of Trauma, 2004 dalam Scaglione, 2012).
3. Computed Tomography (CT)
Digunakan untuk memperoleh keterangan mengenai organ
yang mengalami kerusakan dan tingkat kerusakannya, dan juga
bisa untuk mendiagnosa trauma retroperineal maupun pelvis
yang sulit di diagnosa dengan pemeriksaan fisik, FAST, maupun
DPL (American College of Surgeon Committee of Trauma, 2004
dalam Scaglione, 2012).
b. Trauma Tajam
1. Untuk pasien yang asimtomatik dengan kecurigaan pada diafragma
dan struktur abdomen bagian atas diperlukan pemeriksaan fisik

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 17


maupun toraks foto berulang, torakoskopi, laparoskopi maupun
pemeriksaan CT-Scan.
2. Eksplorasi lokal luka dan pemeriksaan serial dibandingkan dengan
DPL pada luka tusuk abdomen depan. Untuk pasien yang relatif
asimtomatik (kecuali rasa nyeri akibat tusukan), opsi pemeriksaan
diagnostik yang tidak invasif adalah pemeriksaan diagnostik serial
dalam 24 jam, DPL maupun laroskopi diagnostik.
3. Pemeriksaan fisik diagnostik serial dibandingkan dengan double
atau triple contrast pada cedera flank maupun punggung. Untuk
pasien yang asimtomatik ada opsi diagnostik antara lain
pemeriksaan fisik serial, CT dengan double atau triple contrast,
maupun DPL. Dengan pemeriksaan diagnostik serial untuk pasien
yang mula-mula asimtomatik kemudian menjadi simtomatik, kita
peroleh ketajaman terutama dalam mendeteksi cedera
retroperineal maupun intraperineal untuk luka di belakang linea
aksilaris anterior (American College of Surgeon Committee of
Trauma, 2004 dalam Scaglione, 2012).
c. Pemeriksaan Radiologi
1. Pemeriksaan X-Ray Untuk Screening Trauma Tumpul
Rontgen untuk screening adalah RO-foto servikal lateral, toraks
AP dan pelvis AP dilakukan pada pasien trauma tumpul dengan
multitrauma. Rontgen foto abdomen tiga posisi (telentang, setengah tegak,
dan lateral dekubitus) berguna untuk melihat adanya udara bebas di bawah
diafragma ataupun udara di luar lumen diretroperitoneum, yang kalau ada
pada keduanya menjadi petunjuk untuk dilakukan laparatomi. Hilangnya
bayangan menunjukkan kemungkinan cedera retroperitoneal.
2. Pemerikasaan X-Ray Untuk Screening Trauma Tajam
Pasien luka tusuk dengan hemodinamik yang abnormal tidak
memerlukan pemeriksaan x-ray pada pasien luka tusuk di atas umbilikus
atau dicurigai dengan cedera torakoabdominal dengan hemodinamik yang
abnormal, rontgen foto toraks tegak bermanfaat untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks, ataupun untuk dokumentasi
adanya udara bebas intraperitoneal. Pada pasien yang hemodinamiknya

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 18


normal, pemasangan klip pada luka masuk maupun keluar dari suatu luka
tembak dapat memperlihatkan jalannya peluru maupun adanya udara
retroperitoneal pada rontgen foto abdomen tidur.
3. Pemeriksaan dengan Kontras yang Khusus
a) Uretrografi
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, harus
dilakukan uretrografi sebelum pemasangan kateter urin bila kita curigai
adanya ruptur uretra. Pemeriksaan uretrografi digunakan dengan
memakai kateter nomor 8-F dengan balon dipompa 1,5-2 cc di fossa
naviculare. Dimasukkan 15-20 cc kontras yang diencerkan. Dilakukan
pengambilan foto dengan proyeksi oblik dengan sedikit tarikan pada
pelvis.
b) Sistografi
Ruptur buli-buli intra ataupun ekstraperitoneal terbaik
ditentukan dengan pemeriksaan sistografi ataupun CT-Scan sistografi.
Dipasang kateter uretra dan kemudian dipasang 300 cc kontras yang
larut dalam air pada kolf setinggi 40 cm di atas pasien dan dibiarkan
kontras mengalir ke dalam buli-buli atau sampai (1) aliran terhenti (2)
pasien secara spontan mengedan, atau (3) pasien merasa sakit. Diambil
foto rontgen AP, oblik dan foto post-voiding. Cara lain adalah dengan
pemeriksaan CT-Scan (CT-Cystogram) yang terutama bermanfaat
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang ginjal maupun tulang
pelvisnya(American College of Surgeon Committee of Trauma, 2004
dalam Scaglione, 2012).
c) CT-Scan/IVP
Bilamana ada fasilitas CT-Scan, maka semua pasien dengan
hematuria dan hemodinamik stabil yang dicurigai mengalami sistem
urinaria bisa diperiksa dengan CT-Scan dengan kontras dan bisa
ditentukan derajat cedera ginjalnya. Bilamana tidak ada fasilitas CT-
Scan, alternatifnya adalah pemeriksaan IVP. Disini dipakai dosis 200
mg J/kgBB kontras ginjal. Dilakukan injeksi bolus 100 cc larutan
iodine 60% (standar 1,5 cc/kg, kalau dipakai 30% 3,0 cc/kg) dengan 2
buah spuit 50 cc yang disuntikkan dalam 30-60 detik. 20 menit sesudah

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 19


injeksi bila akan memperoleh visualisasi calyx pada X-Ray. Bilamana
satu sisi non-visualisasi, kemungkinan adalah agenesis ginjal,
trombosis maupun tertarik putusnya adrenalis, ataupun parenchyma
yang mengalami kerusakan massif. Non-visualisasi keduanya
memerlukan pemeriksaan lanjutan dengan CT-Scan + kontras, ataupun
arteriografi renal atau eksplorasi ginjal; yang mana yang diambil
tergantung fasilitas yang dimiliki.
d) Gastrointestinal
Cedera pada struktur gastrointestinal yang letaknya
retroperitoneal (duodenum, colon ascendens, colon descendens) tidak
akan menyebabkan peritonitis dan bisa tidak terdeteksi dengan DPL.
Bilamana ada kecurigaan, pemeriksaan dengan CT-Scan dengan
kontras ataupun pemeriksaan RO-foto untuk Upper GI Track ataupun
GI Tract bagian bawah dengan kontras harus dilakukan(American
College of Surgeon Committee of Trauma, 2004 dalam Scaglione,
2012).
4. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri.
2) Penurunan hematokrit/hemoglobin.
3) Peningkatan enzim hati: alkaline fosfat, SGPT, SGOT.
4) Koagulasi: PT, PTT.
5) MRI.
6) Angiografi untuk kemungkinan kerusakan vena hepatik.
7) CT-Scan.
8) Radiograf dada mengindikasikan peningkatan diafragma,kemungkinan
pneumotoraks atau fraktur tulang rusuk VIII-X.
9) Scan limfa.
10) Ultrasonogram.
11) Peningkatan serum atau amilase urin.
12) Peningkatan glukosa serum.
13) Peningkatan lipase serum.
14) DPL (+) untuk amilase.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 20


15) Peningkatan WBC.
16) Peningkatan amilase serum.
17) Elektrolit serum.
18) AGD (ENA, 2000: 49-55).
2) Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya
pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari
15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang
meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht
turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya
infeksi atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan
cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan
tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi
karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan
dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada
awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat
terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan
kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan
cairan.
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan
perpindahancairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon
stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada
edema cairan.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 21


9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi
atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera
jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap
efek atau luasnya cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka
bakar.
2.8 KOMPLIKASI
2.8.1 Komplikasi Trauma Abdomen
1. Trombosis vena.
2. Emboli pulmonar.
3. Stres ulserasi dan perdarahan.
4. Pneumonia.
5. Tekanan ulserasi.
6. Atelektasis.
7. Sepsis.
2.8.2 Komplikasi Luka Bakar
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus luka bakar yaitu infeksi
luka yang gejalanya sama dengan proses penyembuhan luka yaitu adanya
eritema, edema, dan nyeri tekan. Demam, malaise, dan gejala yang lebih
buruk dapat menyebabkan sepsis dan kerusakan yang lebih dalam. Luka
bakar juga dapat menyebabkan timbulnya syok, cedera inhalasi apabila
pasien menghirup udara di dalam ruangan tertutup (Lalani, 2013, Pamela,
2011).
Luka bakar terutama dengan luas >20% dapat menyebabkan
gangguan metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Selain itu,
semakin berat kerusakan jaringan maka proses inflamasi juga semakin
lama terjadi dan tidak terkendali. Hal tersebut akan menyebabkan
terjadinya inflamasi sistemik dan penekanan sistem imun yang berbahaya
karena dapat menjadi SIRS dan MODS (Adhy dkk, 2014).

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 22


2.9 PENATALAKSANAAN
2.9.1 Penatalaksanaan Trauma Abdomen
a. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang
mengancam nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi
di lokasi kejadian. Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah
ditemukan luka tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus
segera ditangani, penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada
indikasi. Jika korban tidak berespon, maka segera buka dan
bersihkan jalan napas.
1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakanteknik “head tilt chin lift” atau menengadahkan
kepala dan mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang
dapat mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan,
makanan, darah atau benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan
dengan menggunakan cara “lihat-dengar-rasakan” tidak lebih
dari 10 detik untuk memastikan apakah ada napas atau tidak.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan status respirasi korban
(kecepatan, ritme, dan adekuat tidaknya pernapasan).
3. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban
tersengal-sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat
dilakukan. Jika tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan
resusitasi jantung paru segera. Rasio kompresi dada dan bantuan
napas dalam RJP adalah 30 : 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali
bantuan napas).
a) Penanganan Awal Trauma Non-Penetrasi (Trauma Tumpul)
1) Stop makanan dan minuman.
2) Imobilisasi.
3) Kirim kerumah sakit.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 23


b) Penetrasi (Trauma Tajam)
1) Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda
tajam lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya
tim medis.
2) Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan
melilitkan dengan kain kassa pada daerah antara pisau
untuk memfiksasi pisau sehingga tidak memperparah
luka.
3) Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ
tersebut tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam
tubuh, kemudian organ yang keluar dari dalam tersebut
dibalut kain bersih atau bila ada verban steril.
4) Imobilisasi pasien.
5) Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6) Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
7) Kirim ke rumah sakit.
b. Hospital
1. Trauma Penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen,
seorang ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya
secara lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini
sangat berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang
berdekatan.
a) Screening pemeriksaan rontgen.
b) Foto rontgen toraks tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil
tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara
retroperitoneum.
c) IVP atau Urogram Excretory dan CT-Scanning, dilakukan untuk
mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
d) Uretrografi, dilakukan untuk mengetauhi adanya ruptur uretra.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 24


e) Sistografi, digunakan untuk mengetahui ada tidaknya cedera
pada kandung kencing, contohnya pada:
4) fraktur pelvis;
5) trauma non-penetrasi.
1. Penanganan pada Trauma Benda Tumpul
a) Pengambilan contoh darah dan urin
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan
laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap, potasium,
glukosa, amilase.
b) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita dengan
multi-trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara ekstraluminal
di retroperitoneum atau udara bebas di bawah diafragma, yang
keduanya memerlukan laparotomi segera.
c) Studi kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau descendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2011).
2.9.2 Penatalaksanaan Luka Bakar
Prioritas pertama perawatan pasien luka bakar adalah menghilangkan
sumber panas bila masih ada. Pakaian dan perhiasan yang menghasilkan
panas harus dilepas, dan setiap bahan kimia dalam bentuk bubuk kering harus
disingkirkan dari kulit. Bila sumber luka bakar telah dihilangkan, perhatian
pemberi perawatan beralih pada ABC (Airway, Breathing dan Circulation).
Cedera inhalasi harus dicurigai pada pasien yang berada dalam lingkungan
yang terbakar dalam ruangan tertutup atau pasien yang tampak mengalami
perubahan tingkat kesadaran. Cedera inhalasi mungkin gejalanya tidak
muncul selama beberapa jam setelah waktu cedera. Siapkan untuk intubasi
endotrakea profilaktik kemudian beri oksigen melalui mask face atau
endotracheal tube pada setiap pasien yang menunjukkan mekanika
pernapasan meragukan atau yang mempunyai indikasi klinis adanya cedera
inhalasi yang ditandai dengan hangusnya bulu hidung, suara serak, batuk,

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 25


sputum berkarbon, wheezing, takipne, dispnea, agitasi dan stridor yang
gejalanya mungkin tidak muncul beberapa jam setelah cedera terjadi
(Pamela, 2011).
Luka bakar yang meliputi semua ekstremitas menyebabkan reaksi kulit
yang melepaskan zat vasoaktif yang menimbulkan pembentukan oksigen
reaktif sehingga permeabilitas kapiler meningkat. Kehilangan cairan secara
masif akan terjadi pada 4 jam pertama setelah cedera dengan akumulasi
maksimum edema pada 24 jam pertama setelah luka terjadi sehingga akan
sulit untuk melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital pada pasien. Oleh
karena itu perlu dilakukan pemasangan selang infus dengan diameter besar
untuk resusitasi cairan dan pemasanngan kateter urin sebagai indikator status
sirkulasi yang harus dipantau dan diukur setiap jam. Untuk resusitasi cairan
formula yang sering digunakan yaitu formula Parkland pada 24 jam pertama
cidera. Pada formula tersebut cairan yang digunakan adalah cairan Ringer
Laktat dengan rumus 4ml/kgBB/% luka bakar dimana setengah dari hasil
penjumlahan yang telah dilakukan diberikan dalam 8 jam pertama dan
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya (Muttaqin dan Kumala, 2012,
Nurarif dan Hardhi, 2015).

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 26


BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
LUKA BAKAR
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Pasien
Terdiri atas nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamt,
tnggal MRS, dan informan apabila dalam melakukan pengkajian klita
perlu informasi selain dari klien. Umur seseorang tidak hanya
mempengaruhi hebatnya luka bakar akan tetapi anak dibawah umur 2
tahun dan dewasa diatsa 80 tahun memiliki penilaian tinggi terhadap
jumlah kematian (Lukman F dan Sorensen K.C). data pekerjaan perlu
karena jenis pekerjaan memiliki resiko tinggi terhadap luka bakar agama
dan pendidikan menentukan intervensi ynag tepat dalam pendekatan.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Keluhan utama yang dirasakan oleh klien luka
bakar (Combustio) adalah nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabakna
kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri
harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). sesak nafas
yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka
bakardan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga
timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru
berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru.
2. Riwayat penyakit sekarang
Gambaran keadaan klien mulai tarjadinya luka bakar,
penyabeb lamanya kontak, pertolongan pertama yang dilakuakn serta
keluhan klien selama menjalan perawatan ketika dilakukan
pengkajian. Apabila dirawat meliputi beberapa fase : fase emergency
(±48 jam pertama terjadi perubahan pola bak), fase akut (48 jam
pertama beberapa hari / bulan ), fase rehabilitatif (menjelang klien
pulang)
3. Riwayat penyakit masa lalu

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 27


Merupakan riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita
oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan
meningkat jika klien mempunyai riwaya penyakit kardiovaskuler,
paru, DM, neurologis, atau penyalagunaan obat dan alkohol
4. Riwayat penyakit keluarga
Merupakan gambaran keadaan kesehatan keluarga dan
penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah
anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan
keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit
turunan

3.1.3 Pemeriksaan Fisik


1. keadaan umum
Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh panas
sakit dan gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran
bila luka bakar mencapai derajat cukup berat
2. TTV
Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah
sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam
pertama
3. Pemeriksaan kepala dan leher
 Kepala dan rambut
Catat bentuk kepala, penyebaran rambut, perubahan warna rambut
setalah terkena luka bakar, adanya lesi akibat luka bakar, grade dan
luas luka bakar
 Mata
Catat kesimetrisan dan kelengkapan, edema, kelopak mata, lesi adanya
benda asing yang menyebabkan gangguan penglihatan serta bulu mata
yang rontok kena air panas, bahan kimia akibat luka bakar
 Hidung
Catat adanya perdarahan, mukosa kering, sekret, sumbatan dan bulu
hidung yang rontok.
 Mulut

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 28


Sianosis karena kurangnya supplay darah ke otak, bibir kering karena
intake cairan kurang
 Telinga
Catat bentuk, gangguan pendengaran karena benda asing, perdarahan
dan serumen
 Leher
Catat posisi trakea, denyut nadi karotis mengalami peningkatan
sebagai kompensasi untuk mengataasi kekurangan cairan
4. Pemeriksaan thorak / dada
Inspeksi bentuk thorak, irama parnafasan, ireguler, ekspansi dada tidak
maksimal, vokal fremitus kurang bergetar karena cairan yang masuk
ke paru, auskultasi suara ucapan egoponi, suara nafas tambahan ronchi
5. Abdomen
Inspeksi bentuk perut membuncit karena kembung, palpasi adanya
nyeri pada area epigastrium yang mengidentifikasi adanya gastritis.
6. Urogenital
Kaji kebersihan karena jika ada darah kotor / terdapat lesi
merupakantempat pertumbuhan kuman yang paling nyaman, sehingga
potensi sebagai sumber infeksi dan indikasi untuk pemasangan kateter.
5. Muskuloskletal
Catat adanya atropi, amati kesimetrisan otot, bila terdapat luka baru
pada muskuloskleletal, kekuatan oto menurun karen nyeri
6. Pemeriksaan neurologi
Tingkat kesadaran secara kuantifikasi dinilai dengan GCS. Nilai bisa
menurun bila supplay darah ke otak kurang (syok hipovolemik) dan
nyeri yang hebat (syok neurogenik)
7. Pemeriksaan kulit
Merupakan pemeriksaan pada darah yang mengalami luka bakar (luas
dan kedalaman luka). Prinsip pengukuran prosentase luas uka bakar
menurut kaidah 9 (rule of nine lund and Browder) sebagai berikut :

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 29


BAG TUBUH 1 TH 2 TH DEWASA
Kepala leher 18% 14% 9%
Ekstrimitas atas (kanan dan kiri) 18% 18% 18 %
Badan depan 18% 18% 18%
Badan belakang 18% 18% 18%
Ektrimitas bawah (kanan dan kiri) 27% 31% 30%
Genetalia 1% 1% 1%
Pengkajian kedalaman luka bakar dibagi menjadi 3 derajat
(grade). Grade tersebut ditentukan berdasarkan pada keadaan luka,
rasa nyeri yang dirasanya dan lamanya kesembuhan luka

3.2 Diagnosa
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma
2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute abnormal luka.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik
4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
interupsi aliran darah.
5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi : kecacatan .
3.3 Intervensi
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan traumaKerusakan permukaan
kulit karena destruksi lapisan kulit.
Kriteria Hasil :Menunjukkan regenerasi jaringan, Mencapai penyembuhan
tepat waktu pada area luka bakar.
Intervensi :
1. Kaji atau catat ukuran warna kedalaman luka, perhatikan jaringan
metabolik dan kondisi sekitar luka
Rasional :Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan penanaman
kulit dan kemungkinan petunjuk tentang sirkulasi pada area grafik.
2. Berikan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan control infeksi
Rasional :Menyiapkan jaringan tubuh untuk penanaman dan menurunkan
resiko infeksi.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 30


2. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute abnormal luka.
Kriteria Hasil :Menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan dibuktikan oleh
haluaran urine individu, tanda-tanda vital stabil, membran mukosa lembab.
Intervensi :
1. Awasi tanda-tanda vital, perhatikan pengisian kapiler dan kekuatan nadi
perifer.
Rasional :Memberikan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji
respon kardiovaskuler .
2. Awasi haluaran urine dan berat jenis, observasi warna dan hemates sesuai
indikasi.
Rasional :Secara umum penggantian cairan harus difiltrasi untuk
meyakinkan rata-rata haluaran urine 30-50 ml / jam (pada orang dewasa).
Urine bisa tampak merah sampai hitam pada kerusakan otot massif
sehubungan dengan adanya darah dan keluarnya mioglobin.
3. Perkirakan deranase luka dan kehilangan yang tak tampak
Rasional :Peningkatan permeabilitas kapiler, perpindahan protein, proses
inflamasi dan kehilangan melalui evaporasi besar mempengaruhi volume
sirkulasi dan haluaran urine, khususnya selama 24-72 jam pertama setelah
terbakar.
4. Timbang berat badan tiap hari.
Rasional :Pergantian cairan tergantung pada berat badan pertama dan
perubahan selanjutnya. Peningkatan berat badan 15-20% pada 72 jam
pertama selama pergantian cairan dapat diantisipasi untuk
mengembalikan keberat sebelum terbakar kira-kira 10 hari setelah
terbakar.
5. Selidiki perubahan mental
Rasional :Penyimpangan pada tingkat kesadaran dapat mengindikasikan
ketidakadekuatan volume sirkulasi atau penurunan perfusi serebral.
6. Observasi distensi abdomen, hematemesess, feses hitam, hemates
drainase NG dan feses secara periodik.
Rasional :Stress (curling) ulkus terjadi pada setengah dan semua pasien
pada luka bakar berat (dapat terjadi pada awal minggu pertama).

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 31


7. Kolaborasi kateter urine
Rasional :Memungkinkan observasi ketat fungsi ginjal dan menengah
stasis atau reflek urine, potensi urine dengan produk sel jaringan yang
rusak dapat menimbulkan disfungsi dan infeksi ginjal.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik
Kriteria Hasil :Menunjukkan pemasukan nutrisi adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolik dibuktikan oleh berat badan stabil atau massa otot
terukur, keseimbangan nitrogen positif dan regenerasi jaringan.
Intervensi :
1. Auskultasi bising usus, perhatikan hipoaktif atau tidak ada bunyi
Rasional :Ileus sering berhubungan dengan periode pasca luka bakar
tetapi biasanya dalam 36-48 jam dimana makanan oral dapat dimulai.
2. Pertahankan jumlah kalori berat, timbang BB / hari, kaji ulang persen
area permukaan tubuh terbuka atau luka tiap minggu.
Rasional :Pedoman tepat untuk pemasukan kalori tepat, sesuai
penyembuhan luka, persentase area luka bakar dievaluasi untuk
menghitung bentuk diet yang diberikan dan penilaian yang tepat dibuat.
3. Awasi massa otot atau lemak subkutan sesuai indikasi
Rasional :Mungkin berguna dalam memperkirakan perbaikan tubuh atau
kehilangan dan keefektifan terapi.
4. Berikan makan dan makanan sedikit dan sering.
Rasional :Membantu mencegah distensi gaster atau ketidaknyamanan dan
meningkatkan pemasukan.
4. Resiko tinggi terhadap perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
interupsi aliran darah.
Intervensi :
1. Tinggikan ekstermitas yang sakit dengan tepat
Rasional :Meningkatkan sirkulasi sistematik atau aliran baik vena dan
dapat menurunkan odema atau pengaruh gangguan lain yang
mempengaruhi konstriksi jaringan oedema.
2. Pertahankan penggantian cairan
Rasional : Memaksimalkan volume sirkulasi dan perfusi jaringan

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 32


5. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi : kecacatan .
Kriteria Hasil :Menyatakan kesadaran, perasaan dan menerimanya dengan
cara sehat, Mengatakan ansietas atau ketakutan menurun sampai tingkat yang
dapat ditangani, Menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah, penggunaan
sumber yang efektif.
Intervensi :
1. Berikan penjelasan dengan sering dan informasi tentang prosedur
perawatan
Rasional :Pengetahuan apa yang diharapkan menurunkan ketakutan dan
ansietas, memperjelas kesahalan konsep dan meningkatkan kerjasama.
2. Libatkan pasien atau orang terdekat dalam proses pengambilan keputusan
kapanpun mungkin
Rasional :Meningkatkan rasa kontrol dan kerjasama menurunkan
perasaan tak berdaya atau putus asa
3. Dorong pasien untuk bicara tentang luka bakar bila siap
Rasional :Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus-menerus
untuk membuat beberapa rasa terhadap situasi apa yang menakutkan.
4. Jelaskan pada pasien apa yang terjadi. Berikan kesempatan untuk
bertanya dan berikan jawaban terbuka atau jujur.
Rasional :Pertanyaan kompensasi menunjukkan realitas situasi yang
dapat membantu pasien atau orang terdekat menerima realita dan mulai
menerima apa yang terjadi.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 33


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
TRAUMA ABDOMEN
3.1 Pengkajian
a. Primary Survey
1. Airway
Memastikan kepatenan jalan napas tanpa adanya sumbatan atau
obstruksi.
2. Breathing
Memastikan irama napas normal atau cepat, pola napas teratur,
tidak ada dispnea, tidak ada napas cuping hidung,dan suara napas
vesikuler.
3. Circulation
Nadi lemah atau tidak teraba, cepat > 100 x/menit, tekanan darah
di bawah normal bila terjadi syok, pucat oleh karena perdarahan, sianosis,
kaji jumlah perdarahan dan lokasi, capillary refill> 2 detik apabila ada
perdarahan, penurunan kesadaran.
2. Disability
Kaji tingkat kesadaran sesuai GCS, respon pupil anisokor apabila
adanya diskontinuitas saraf yang berdampak pada medula spinalis.
5. Exposure/Environment
Frakturterbuka di femur dekstra, luka laserasi pada wajah dan
tangan, memar pada abdomen, perut semakin menegang.
b. Secondary Survey
1. Fokus Asessment
a) Kepala
Wajah, kulit kepala dan tulang tengkorak, mata, telinga, dan
mulut. Temuan yang dianggap kritis: pupil tidak simetris, midriasis
tidak ada respon terhadap cahaya, patah tulang tengkorak (depresi/non-
depresi, terbuka/tertutup), robekan/laserasi pada kulit kepala, darah,
muntahan atau kotoran di dalam mulut, cairan serebrospinal di telinga
atau di hidung, battle sign dan racoon eyes.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 34


b) Leher
Lihat bagian depan, trakhea, vena jugularis, otot-otot leher
bagian belakang. Temuan yang dianggap kritis: distensi vena jugularis,
deviasi trakhea atau tugging, emfisema kulit.
c) Dada
Lihat tampilan fisik, tulang rusuk, penggunaan otot-otot
asesoris, pergerakan dada, suara paru. Temuan yang dianggap kritis:
luka terbuka, sucking chest wound, flail chest dengan gerakan dada
paradoksikal, suara paru hilang atau melemah, gerakan dada sangat
lemah dengan pola napas yang tidak adekuat (disertai dengan
penggunaaan otot-otot asesoris).
d) Abdomen
Memar pada abdomen dan tampak semakin tegang, lakukan
auskultasi dan palpasi dan perkusi pada abdomen. Temuan yang
dianggap kritis: ditemukannya penurunan bising usus, nyeri tekan pada
abdomen, bunyi dullness.
e) Pelvis
Daerah pubik, stabilitas pelvis, krepitasi dan nyeri tekan.
Temuan yang dianggap kritis: pelvis yang lunak, nyeri tekan dan tidak
stabil serta pembengkakan di daerah pubik.
f) Ekstremitas
Ditemukan fraktur terbuka di femur dekstra dan luka laserasi
pada tangan. Anggota gerak atas dan bawah, denyut nadi, fungsi
motorik, fungsi sensorik. Temuan yang dianggap kritis: nyeri,
melemah atau menghilangnya denyut nadi, menurun atau
menghilangnya fungsi sensorik dan motorik.
2. Pemeriksaan tanda-tanda vital yang meliputi: suhu, nadi, pernafasan dan
tekanan darah.
3. Pemeriksaan status kesadaran dengan penilaian GCS (Glasgow Coma
Scale):terjadi penurunan kesadaran pada pasien.
4. SAMPLE

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 35


Symptom : Fraktur terbuka di femur dekstra, memar pada
abdomen, perut semakin menegang, penurunan kesadaran, riwayat jatuh
dan terseret mobil.
Allergy : Tidak ada data
Medication : Tidak ada data
Past Medical History : Tidak ada data
Last Meal : Tidak ada data
Event : Seorang laki-laki 34 tahun dibawake UGD 2
jam yang lalu karena kecelakaan, pasien terseret mobil dan terlempar dari
motornya.
5. Pemeriksaan fisik difokuskan pada daerah abdomen:
a) Inspeksi: fraktur terbuka di femur dekstra, luka laserasi pada wajah dan
tangan, memar pada abdomen, perut semakin menegang.
b) Auskultasi: bising usus.
c) Perkusi: bunyi redup bila ada hemoperitoneum.
d) Palpasi: kekuan dan spasme pada perut karena akumulasi darah atau
cairan.

3.2 Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 S: Kerusakan atau robekan PK
O: Fraktur terbuka di vaskuler akibat trauma Perdarahan
femur dekstra, memar
pada abdomen, perut Perdarahan
semakin menegang,
penurunan kesadaran,
riwayat jatuh dan
terseret mobil.
2 S: Spasmeotot, fraktur Nyeri akut
O: Fraktur terbuka,
memar pada abdomen. Pelepasan mediator nyeri

Interpretasi nyeri

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 36


3.3 Diagnosa Keperawatan
a. PK Perdarahan berhubungan dengan kerusakan vaskuler.
b. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

3.4 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Tujuan Rencana Keperawatan


1 PK Perdarahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Shock prevention
berhubungan dengan selama 1 x 10-15 menit, diharapkan 1. Monitoring status sirkulasi (tekanan darah, warna kulit,
kerusakan vaskuler perdarahan berkurang atau teratasi dengan suhu, bunyi jantung, irama dan frekuensi jantung,
kriteria: keberadaan dan kualitas nadi perifer, CRT).
Respiratory Status: Airway Patency 2. Monitoring tanda-tanda inadekuat oksigenasi jaringan.
1. RR dalam batas normal. 3. Monitor perubahan status mental.
2. Irama pernapasan teratur. 4. Monitoring temperatur dan status respiratory.
3. Tidak ada benda asing atau cairan di 5. Monitoring intake dan output.
dalam rongga mulut. 6. Monitoring nilai laboratorium, khususnya hemoglobin dan
hematokrit, clotting profile, AGD, dan nilai elektrolit.
Circulation Status 7. Tes urin untuk darah, glukosa dan protein.
1. Nadi dalam batas normal. 8. Monitoring distensi abdomen.
2. Tekanan vena sentral normal. 9. Monitor respon awal kompensasi kehilangan cairan:

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 38


3. Arteri karotis menguat. peningkatan HR, penurunan TD, ortostatik hipotensi,
4. Saturasi oksigen normal. penurunan urin output, penurunan CRT, pucat dan kulit
5. Urin output dalam batas normal 1-2 dingin, dan diaphoresis.
cc/24 jam. 10. Tempatkan pasien pada posisi supinasi dengan kaki elevasi
untuk meningkatkan preload, sesuai kebutuhan.
Blood Loss Severity
11. Pertahankan kepatenan jalan napas.
1. Perdarahan yang terlihat berkurang
12. Berikan cairan intravena, berikan RBC dan atau plasma jika
atau tidak ada.
diperlukan.
2. Tidak ada distensi abdomen.
13. Berikan oksigen.
3. Tekanan darah dalam batas normal.

Bleeding Reduction
1. Identifikasi penyebab perdarahan.
2. Beri penekanan atau balut daerah yang luka.
3. Monitor jumlah perdarahan yang keluar.
4. Pantau hemoglobin dan hematokrit.
5. Monitor status keseimbangan cairan tubuh.
6. Pasang dan pertahankan akses pemberian cairan
intravena.
7. Kolaborasi pemberian produk darah.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 39


2 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pain Management
berhubungan dengan selama 1 x 30 menit nyeri berkurang atau 1. Kaji nyeri secara komprehensif: lokasi, karakteristik,
terputusnya dapat terkontrol, dengan kriteria: durasi, kualitas, intensitas dan keparahan nyeri.
kontinuitas jaringan Pain Level 2. Observasi ketidaknyamanan non-verbal.
1. Pasien melaporkan nyeri berkurang. 3. Atasi faktor yang dapat meningkatkan nyeri, pasang
2. Pasien tidak meringis kesakitan. bidai.
3. Pasien tenang. 4. Kolaborasi pemberian antinyeri.
4. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 40


BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja.
Kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen, umumnya banyak
diakibatkan oleh trauma tumpul. Pada kecelakaan kendaraan bermotor,
kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang
menyebabkan trauma ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda
tumpul lainnya.
Asuhan keperawatan gawat darurat pada trauma abdomen dimulai dari:
pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
Istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik
akibat kegawatan di rongga abdomen yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri
sebagian keluhan utama. Keadaan ini memerlukan penanggulangan segera yang
sering berupa tindakan beda, misalnya pada obstruksi, perforasi atau perdarahan,
infeksi, obstruksi atau strangulasi jalan cerna dapat menyebabkan perforasi yang
mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna sehingga terjadilah
peritonitis

4.2 Saran
Makalah mengenai“Manajemen Asuhan Keperawatan Gawat Darurat
Trauma Abdomen”ini dapat penulis selesaikan tanpa ada halangan suatu
apapun. Penulis sadari dalam penyusunan masih banyak terdapat kekurangan,
oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan.
Semoga penyusun makalah berikutnya dapat melengkapi dan memberi
referensi baru.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 41 1


Sebagai sumber materi untuk menambah pengetahuan mahasiswa
mengenai asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien luka bakar di
instalasi gawat darurat dengan harapan dapat meningkatkan kualitas
pendidikan sehingga dapat tercipta tenaga keperawatan yang profesional dan
dapat memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif. Untuk menggali
secara lebih dalam dan meningkatkan teori serta penemuan yang mendukung
kasus Luka Bakar

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 42 2


DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth.(2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Vol. 2, Edisi
8. EGC: Jakarta.
Herdman, T. H., dkk. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi.
Edisi 10. Jakarta: EGC.
Hudak & Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi 8
Jakarta: EGC.
Krisanty, P., dkk. (2013). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans
Info Media.
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius FKUI :
Jakarta
Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
dan NIC NOC Jilid 3. Yogyakarta: MediAction.

Scaglione, M., dkk. (2012). Emergency Radiology of the Abdomen: Imaging


Features and Differential Diagnosis for a Timely Management Approach.
Italy: Pineta Grande Medical Center

Umboh T., dkk. (2016). Hubungan Penatalaksanaan Operatif Trauma Abdomen


dan Kejadian Laparotomi Negatif di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou
Manado. Jurnal Biomedik Nomor 2 hlm. S52-S57.

Artawan, IK dkk, 2013, “Efek Ekstrak Gel Daun Pegangan (Centella Asiatica)
dalam Mempercepat Waktu Penyembuhan Luka pada Tikus Putih (Rattus
Norvegicus Strain Wistar)”, Jurnal Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana.
Azhari Nefrianita, 2012, “Hubungan Body Image dengan Mekanisme Koping
yang Digunakan Penderita Luka Bakar yang Pernah Dirawat Di Ruang
Khusus Luka Bakar Bangsal Bedah RSUP Dr.M.Djamil Padang”, Naskah
Publikasi Keperawatan Medikal Bedah Fakultas Keperawatan Universitas
Andalas.
Pitoyo, 2013, “Efektivitas Perawatan Luka Bakar Derajat Dua Dalam Antara
Meggunakan Madu dan Minyak Zaitun pada Punggung Tikus Galur
Wistar”, Naskah Publikasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat. Nusa Medika: Yogyakarta.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 43 1


Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Salemba Medika: Jakarta.
Wolters dkk.2013. Kapita Selekta Penyakit dengan Implikasi. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

Pamela S. Kidd,2011, “Pedoman Keperawatan Emergensi”. Penerbit Buku


Kedokteran EGC: Jakarta.
Adhy A Syuma dkk, 2014, “Manfaat Suplementasi Ekstrak Ikan Gabus Terhadap
Kadar Albumin, MDA pada Luka Bakar Derajat II”, Jurnal JST Kesehatan,
Vol.4 No.4 Oktober: 385 – 393.
Lalani,MD Amina dan Suzan Schneeweiss, MD. 2013. Kegawat daruratan
Pediatri. EGC: Jakarta.

( Trauma Abdomen & Luka Bakar) 44 2

Vous aimerez peut-être aussi