Vous êtes sur la page 1sur 5

Diet Mediterania Kontrol Kadar Glukosa Darah Pada Diabetes Melitus Tipe 2

Kelompok 15 : Ida Bagus Krisna Suardana ( 1870121049 ),


Kadek Ayu Trishanti Devi ( 1870121058 ).
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Warmadewa

ABSTRACT
The global epidemic of Diabetes Mellitus will challenge our generation to develop novel
strategies to prevent and treat this life-long condition. Which is, Diabetes Mellitus is a
chronic disease caused by inherited or acquired deficiency in production of insulin by the
pancreas. The Type 2 Diabetes Mellitus (T2DM) formerly named non-insulin dependent,
which result from the body’s inability to respond properly to the action of insulin produced
by the pancreas. T2DM is much more common for around 90% of all diabetes cases
worldwide based on IDF, 2017. Most of the T2DM patient must get more attention about
their life style, especially about their dietary habit. Mediterranean diet is one of dietary
habit, which work to decreasing blood sugar level and increase sensitivity of our body with
insulin. The purpose of writing this topic as literature review is to understand how each
food in Mediterranean diet works on decreasing blood sugar level in T2DM patient. This
diet has the characteristics of the consumption of fruits, vegetables, legumes, and cereals
as main meals, consumption of olive oil as the only source of fat, moderate consumption
of red wine during meals, also low consumption of red meat. So, the T2DM patient still
can eat food in the Mediterranean diet list and also get healthy at the same time.

Keywords : Blood Sugar Level, Mediterranean Diet, Type 2 Diabetes Mellitus.

PENDAHULUAN
Dewasa ini, prevalensi penyakit metabolik kian meningkat. Salah satu penyakit metabolik
yang sudah tidak asing di khalayak, yaitu Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM)
merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya peningkatan kadar gula darah pada
tubuh (hiperglikemia) dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dikaitkan dengan gangguan sekresi hormon insulin atau rendahnya efektifitas tubuh dalam
menggunakan hormon insulin. Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas,
berfungsi untuk mengatur keseimbangan kadar gula darah (glukosa) pada tubuh. Penderita
Diabetes Melitus akan ditemukan dengan berbagai gejala klinis, seperti mengalami kondisi
poliuria (peningkatan intensitas berkemih), polidipsia (banyak minum), dan polifagia
(banyak makan) disertai penurunan berat badan. (Labibah, 2016).
Diabetes Melitus terbagi atas 2 kategori utama, yaitu Diabetes Melitus Tipe 1 dan
Diabetes Melitus Tipe 2. Perbedaan antara Diabetes Melitus Tipe 1 dengan Tipe 2, yaitu
Diabetes Melitus Tipe 1 disebabkan karena terjadinya kerusakan organ pankreas sehingga
dapat mengakibatkan berkurangnya produksi insulin. Sedangkan pada Diabetes Melitus
Tipe 2, diakibatkan oleh resistensi insulin sehingga terjadi hiperglikemia. Dilansir dari situs
resmi International Diabetes Federation ( IDF ) pada tahun 2017 angka kejadian penderita
Diabetes Melitus di dunia mencapai 425 juta jiwa. Dimana 95% nya merupakan penderita
Diabetes Melitus Tipe 2. (IDF, 2017). Negara Indonesia menduduki posisi ke-6 di dunia,
dengan persentase penderita Diabetes Melitus mencapai 8,5% pada tahun 2018
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018. ( Riskesdas, 2018).

Salah satu strategi penting untuk mengobati penyakit Diabetes Melitus Tipe 2, yaitu dengan
mengontrol kadar glukosa postprandial (postrprandial hyperglycaemia). Penghambatan
enzim α-glukosidase dapat digunakan untuk mengontrol kadar glukosa postprandial.
Dengan penghambatan enzim α-glukosidase, dapat membatasi kadar gula darah dengan
memperlambat proses hidrolisis dan absorbsi karbohidrat. Sehingga dapat mencegah
terjadinya hiperglikemia. (Sari, 2018).
Pengobatan Diabetes Melitus dapat dilakukan melalui injeksi insulin atau dengan
mengkonsumsi obat modern antidiabetes oral. Dimana pada kasus Diabetes Melitus Tipe
2, umumnya dengan penggunaan obat antidiabetes oral, contohnya Arkabose. Mekanisme
kerja Arkabose yaitu dengan menghambat aktivitas α-glukosidase yang berperan dalam
konversi karbohidrat menjadi glukosa. Tetapi, penggunaan obat konvensional seperti
Arkabose dalam jangka panjang dapat memberikan efek samping pada gastrointestinal.
Dengan adanya efek samping yang ditimbulkan tersebut, menjadi dasar untuk munculnya
berbagai penelitian dalam upaya menemukan terapi alternatif terhadap Diabetes Melitus
Tipe 2, khususnya melalui pengambatan enzim α-glukosidase. (Sami, 2017).
Penghambatan enzim α-glukosidase dapat melalui pengaturan pola makan atau diet.
Pola makan menjadi hal yang krusial dalam kasus penyakit Diabetes Melitus Tipe 2.
Dimana asupan energi yang baik untuk menjaga berat badan tetap ideal merupakan salah
satu faktor yang sangat penting untuk menurunkan resiko komplikasi Diabetes Melitus
Tipe 2. Asupan energi ditentukan oleh pola konsumsi makanan, jadi harus disesuaikan
dengan angka kebutuhan gizi agar tidak terjadi malnutrisi baik kurang gizi ataupun gizi
yang berlebih. Pola makan yang tidak sehat tentunya dapat memicu terjadinya keadaan
dimana tingginya kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia), sebagai akibat dari
abnormalitas penggunaan insulin dalam tubuh. Sehingga glukosa darah tidak dapat masuk
ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi. Akibatnya, glukosa darah akan
menumpuk di peredaran darah. Oleh karena penyandang penyakit Diabetes Melitus sangat
penting untuk menjalani diet. Adapun diet yang dapat dilakukan dikenal sebagai “Diet
Mediterania”. (Dernini, 2015).
Diet Mediterania merupakan diet tradisional yang awalnya berkembang di kalangan
masyarakat Eropa yang berada di wilayah mediterania. Dimana diet mediterania memiliki
karakteristik tinggi minyak zaitun, buah, kacang-kacangan, sayur-sayuran, sereal, cukup
ikan dan daging unggas, rendah produk susu, daging merah, daging olahan, makanan manis
(permen, gula-gula, kue kering), dan konsumsi wine dengan intensitas sedang dan disertai
dengan makanan. (Sleiman, 2015).
Tujuan pemilihan topik literature review ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan terkait pengaturan pola makan (diet) yang dapat digunakan untuk penyandang
Diabetes Melitus Tipe 2. Sehingga penyandang Diabetes Melitus Tipe 2 dapat tetap
mengontrol kadar glukosa darahnya, diimbangi dengan gizi yang baik untuk tubuhnya,
Serta dapat meningkatkan peluang hidup bagi penyandang Diabetes Melitus Tipe 2.

METODE
Metode kepustakaan yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah “literature
review” atau tinjauan literature. Sumber untuk melakukan tinjauan literature ini yaitu
meliputi studi pencarian sistematis database terkomputerisasi, seperti Google Scholar,
PubMed dan NCBI . Dimana pada tahap awal pencarian artikel jurnal diperoleh 4.370
jurnal dari tahun 2014 sampai tahun 2019 menggunakan kata kunci “Diet Mediterranean
for Type 2 Diebetes Melitus” dan “Manfaat Diet Mediterania Untuk Mengatur Kadar
Glukosa Darah”. Dengan mengambil 10 jurnal yang berkaitan dengan judul dari literature
review ini sebagai referensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil dari beberapa jurnal yang telah dikumpulkan, dianalisis, dan
ditelaah oleh penulis didapatkan bahwa menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sandro Dernini dan Elliot M. Berry pada tahun 2015, dalam jurnal nya “Mediterranean
Diet: From a Healthy Diet to a Sustainable Dietary Pattern” yang dijelaskan bahwa diet
mediterania dapat menjadi pola pengaturan makan yang baik dalam mengontrol kadar
glukosa darah pada tubuh khususnya bagi penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
Penelitian dari Zulfa Labibah pada tahun 2016, terdapat suatu pedoman umum yang
digunakan dalam menjalani diet mediterania bagi penyandang Diabetes Melitus ipe 2.
Dimana pedoman tersebut berisikan jenis-jenis makanan dan minuman yang akan
dikonsumsi dalam menjalani diet mediterania, serta terdapat ketentuan dalam
mengkonsumsi setiap makanan dan minumam tersebut dalam skala perhari maupun
perminggu.

Tabel 1. Pedoman Umum Diet Mediterania

Menurut Mongkontida Umphonsathien diet mediterania yang kaya buah, sayuran,


kacang-kacangan, sereal, dengan minyak zaitun sebagai satu-satunya sumber lemak,
konsumsi sedang anggur merah saat makan, dan rendahnya konsumsi daging merah telah
terbukti bermanfaat dalam menurunkan angka kejadian penyakit metabolik di negara
industri maupun non-industri. Dimana diet mediterania memuat dari 4 jenis diet sekaligus
yaitu diet rendah energi, diet tinggi protein, diet rendah karbohidrat katogenik, dan diet
tinggi MUFA (Mono Unsaturated Fatty Acid).
Hasil penelitian dari Jordi Salas Sarvado pada tahun 2015 memuat hal serupa, yaitu
diet mediterania ini merupakan kombinasi dari 4 diet sekaligus yang tentunya dapat
memerikan manfaat yang lebih optimal. Pada diet rendah energi terkait dengan zat gizi
yang dapat menghasilkan energi, seperti karbohidrat, lemak, dan protein yang nantinya di
dalam saluran cerna akan dipecah menjadi substrat atau partikel terkecil seperti
monosakarida, asam lemak, dan asam amino. Substrat tersebut kemudian digunakan
untuk proses anabolisme dan katabolisme. Dimana karbohidrat dapat diperoleh dalam
mengkonsumsi roti dan sereal. Protein dapat diperoleh dari mengkonsumsi daging merah
dan susu. Serta lemak dapat diperoleh dari mengkonsumsi minyak zaitun, biji-bijian dan
kacang-kacangan. Fungsi utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping
membantu pengaturan metabolism protein. Kecukupan karbohidrat dalam diet akan
mencegah penggunaan protein sebagai sumber energi sehingga disebut dengan “sparing
effect” karbohidrat terhadap protein. Diet rendah energi dapat membuat penyandang
Diabetes Melitus Tipe 2 mampu mempertahankan indeks glikemik dan meningkatkan
sensitifitas insulin.
Penelitian lain yang mendukung oleh Citra Windani pada tahun 2018, terkait diet
tinggi protein pada pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Diet tinggi protein sebelum makan
membuat pengosongan lambung menjadi lama, sehingga kadar gula darah menurun pada
pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Karena dapat meningkatkan sekresi peptide seperti
Glucose Like Peptide-1 (GLP-1), Glucose Dependent Insulinotropic Polypeptide (GIP),
dan Cholecystokin (CCK) yang berperan dalam mempercepat pengosongan lambung,
menghambat enzim α-glukosidase, dan menstimulasi sekresi insulin dalam menyerap
makanan. Hal tersebut akan mampu mempertahankan kadar gula darah posprandial
(GPP) dalam kondisi stabil. Pengaplikasiannya dalam diet mediterania yaitu dalam
konsumsi kacang-kacangan dan susu.
Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Raffaele Pilla pada tahun 2018, terkait
dengan manfaat diet rendah karbohidrat ketogenik pada penyandang Diabetes Melitus
Tipe 2. Mekanisme nya dengan penurunan berat badan penyandang Diabetes Melitus
Tipe 2, menjaga gula darah puasa, meningkatkan kebutuhan insulin endogen, dan
meningkatkan sensitivitas insulin yang memperbaiki keseimbangan glukosa darah. Dalam
pelaksanaan diet mediterania, dapat diperoleh dengan mengkonsumsi sayur-sayuran,
buah-buahan, dan wine.
Terkait diet tinggi MUFA (Monounsaturated Fatty Acid) didukung oleh penelitian
dari Frank Qian pada tahun 2016. Dimana pada dasarnya diet mediterania terfokus pada
konsumsi sayur, buah, ikan, gandum, kacang, minyak zaitun, dan produk susu.
Mekanisme kerjanya yaitu dengan mengontrol kadar gula darah puasa, HbA1c, HDLC,
dan insulin.
Berdasarkan yang dilansir oleh Mediterranean Diet Foundation Expert Group pada
tahun 2016, terdapat pengembangan piramida diet yang disesuaikan dengan keadaan
spesifik dan budaya setempat, seperti jumlah porsi dan bahan makanan lokal. Dimana
piramida diet mediterania dapat membantu negara lain dalam mengadopsi gaya hidup
sehat dan berkelanjutan. Sehingga dapat menekan prevalensi penyakit seperti Diabetes
Melitus dan penyakit jantung koroner.
Gambar 1. Piramida Diet Mediterania

Sehingga pelaksanaan diet mediterania ini dapat mengefektifkan pengaplikasian dari


4 jenis diet sekaligus bagi penderita Diabetes Melitus Tipe 2. Terkait dengan
pengontrolan kadar gula darah dan sensitivitas insulin pada tubuh. Selain itu, diet
mediterania juga dapat meningkatkan fungsi kognitif untuk mencegah penyakit
Alzheimer dan Parkinson, meningkatkan kesehatan jantung sehingga mencegah penyakit
jantung koroner, mengelola tekanan darah, melindungi dari kanker, baik untuk otot, dan
membantu dalam memperlambat penuaan dilansir dari Dimitrios Boskou tahun 2016.

KESIMPULAN
Pengobatan bagi penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dapat dilakukan dengan obat
(farmakologi) maupun dengan pengaturan pola hidup yang sehat (nonfarmakologi).
Pengaturan pola hidup yang sehat dapat dimulai dengan pengaturan pola makan yang
baik dan terkontrol melalui diet. Salah satu contoh diet yang beredar di masyarakat yaitu
diet mediterania. Dimana diet mediterania mencakup 4 jenis diet sekaligus yaitu diet
rendah energi, diet tinggi protein, diet rendah karbohidrat ketogenik, dan diet tinggu
MUFA, sehingga dapat mengefektifkan dan mengoptimalkan pelaksanaan diet-diet
tersebut. Pelaksanaan diet mediterania terbukti dapat mengontrol kadar gula darah dan
meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap hormon insulin yang dihasilkan, khususnya
pada penyandang Diabetes Melitus Tipe 2.

Vous aimerez peut-être aussi