Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
JURUSAN SIYASAH II C
T/A :2017/2018
BAB II
PEMBAHASAN
Kata tasawuf memiliki banyak pendapat tentang asal katanya. Berikut akan
dipaparkan tentang pendapat menegenai asal kata tasawuf
a. Kata tasawuf berasal dari kata “shuffatul masjid” yang artinya “serambi
masjid”. Hal ini berhubungan dengan kebiasaan orang fakir islam yang
tidak mempunyai keluarga dan tempat perlindungan, yang mana mereka
memilih tempat diserambi mesjid di Madinah untuk meninggalkan
amal, menyempurnahkan batin dan jiwa, mereka tidak mengambil
ketempat pertanian, perniagaan, dan rasulullah mendorong manusia
untuk menolong mereka, memberi makan mereka dan duduk bersama
mereka.1
1
M.iqbal irham,M.ag.membangun moral bangsa melalui akhlak tasawuf.penerbit pustka Al-insan
komp. Ditjen Haji al-mabrur,jl.Masjid al-mabrur
b. Kata tasawuf dalam bahasa Arab berkaitan erat dengan kata shophia
yang artinya kebijaksanaan dalam bahasa yunani. Dan umumnya kaum
orientalist mendukung pendapat ini dengan mengatakan bahwa ilmu
tasawuf dalam dunia islam belum berkembang sebelum
dimasukipengaruh filfasat yunani, tetapi pendapat ini ditolak oleh
ulama-ulama tasawuf.2
c. Sebagian berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafa yang
berarti kesucian3. Hal ini dihubungkan dengan kebiasaan dan prinsip
sufi yang senantiasa ingin suci. Jauh dari segala bentuk yang haram,
yang kotor supaya dapat lebih dekat dengan sang pencipta.
d. Ulama lain berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari kata shaf yang
artinya barisan saat shalat. Hal ini dihubungkan dengan kebiasaan
orang-orang sufi pada setiap salat berjamaah dimasjid.
e. Dan sebagian ulama lagi berpendapat bahwa kata tasawuf berasal dari
kata shuf yang artinya bulu domba . Hal ini dihubungkan dengan.
kebiasaan orang sufi masa dulu memakai kain wol (terbuat dari bulu
domba) sebagai perlamang prinsip kehidupan mereka yang
mengutamakan kesederhanaan dan menjauhi kemewahan.
Dari beberapa uraian mengenai pendapat akar kata tasawuf diatas jelas terlihat
pebedaan penggunaan kata tasawuf.4 Terlepas dari pendapat tersebut, yang jelas
praktik tasawuf muncul dalam masyarakat islam karena Al-quran dan hadits
mengajarkan kedekatan manusia dengan Allah. Disamping itu, banyak diantara
sahabat yang melakukan praktik tasawuf misalnya Abdullah ibn umar, Abu Dzarr
al- Ghifarri dan lainnya. Namun mereka belum disebut sebagai sufi/zahid (orang
yang memilih jalan hidup dengan mengutamakan aspek kerohanian dan
2
Muhammad As- Sayyid Al galind,tasawuf,dalam pandangan Al-qur’an dan as-sunnah,
terj.Muhammad Abdullah al- Amiry,(jakarta:cendakia,2003)43
3
Muhammad Sholikhin menanggapi tasawuf adalah kesucian(2009 Mystscisn)
4
ibit
meninggalkan kesenangan didunia). Kehidupan semacam ini juga dilakukan oleh
sebagian tabi’in dan bahkan sejak masa tabi’in inilah muncul istilah zahid yang
pertama muncul di bashrah dan kufah.5
Jadi kata tasawuf berasal dari bahasa Arab tashawwafa yatashawwaku yang
artinya bersih, murni, jernih. Kata tasawuf mengacu kepada dimensi batin (esoteric)
manusia, sebagai lawan dari dimensi lahir (exateric) manusia. Dengan 2 dimensi ini
terdapat dua keseimbangan antara dimensi lahir dan dimensi batin. Jika dua dimensi
ini diperbandingkan dengan yang lainnya dalam panduan tasawuf ternyata dimensi
batin lebih utama. Hal ini sejalan dengan hadits yang berbunyi :6
(رواه ابن مبا ر ك.إن هللا ال ينظر إلى أجسك مكم وال إلى صوركم ولكن ينظر إلى قلو بكم وأعما لكم
))
Artinya
Sesungguhnya Allah tidak akan menilai kepada jasad dan rupamu tetapi
Allah akan menilai hati dan amal perbuatan kamu sekalian (HR.Ibnu Mubarak)
B. Defenisi Tasawuf
Tasawuf adalah salah satu cabang ilmu islam yang menekankan dimensi atau
aspek spritual dari islam. Spritual ini dapat mengambil bentuk yang beraneka
didalamnya. Dalam kaitannya dalam manusia, tasawuf lebih menekankan aspek
rohaninya ketimbang aspek jasmaninya, dalam kaitannya dengan kehidupan, ia
lebih menekankan kehidupan akhirat ketimbang kehidupan dunia yang fana
sedangkan dalam kaitannya dengan pemahaman keagamaan, ia lebih menekankan
5
Asmaran ,pengantar ilmu tasawuf ,Pt.Raja grafindo persada jakarta,1994.
6
Haadis tentang tasawuf tasawuf berasal dari bahasa arab.
7
Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hlm.179.
aspek esoterik ketimbang eksoterik, lebih menekankan penafsiran batini ketimbang
penafsiran lahiriah.8
Selain dari pendapat yang sebelumnya dijelaskan pada materi akar kata tasawuf,
masih ada pendapat yang mengutarakan masing-masing tentang tasawuf,
diantaranya yaitu :
8
Mulyadhi Kartanegara, Menyelami Tasawuf. (Erlangga: Jakarta.2002) hal 2-5
9
Pengetahuan tentang tasawuf secara terminologi materi pendidikan 23 jan 2018
10
Dahlan Tamrin, Tasawuf Irfani. (Maliki Press: Malang.2010) hal 3
11
Ja’far, Gerbang Tasawuf. (PerdanPublihing:Medan.2016) hal 19
1. istilah tasawuf berasal dari kata al-shuf , yaitu wol. Disebut sufi karena
kaum sufi mengenakan jubah yang terbuat dari bulu domba.
2. istilah tasawuf berasal dari kata al-shaf, yaitu barisan pertama yang
bermakna bahwa kaum sufi berada pada barisan pertama di depan Tuhan,
karena besarnya keinginan mereka terhadap Tuhan, kecenderungan hati
mereka terhadap-Nya dan tinggalnya bagian-bagian rahasia dalam diri
mereka di hadapan-Nya.
3. istilah tasawuf berasal dari kata ahl al-shuffah karena para sufi mengaku
sebagai golomgan ahl al suffah yang diridai Allah.
4. istilah tasawuf berasal dari kata al-shafa yang artinya kesucian, sebagai
makna bahwa para sufi telah menyucikan akhlak mereka dari noda-noda
bawaan dan karena kemurnian hati dan kebersihan tindakan mereka.12
Harun Nasution mengatakan bahwa, teori yang banyak diterima adalah istilah
itu berasal dari suf yaitu wol. Orang sufi ingin hidup sederhana dan ingin menjauhi
hidup keduniawian dan kesenangan jasmani, dan untuk itu mereka hidup sebagai
orang-orang miskin dengan memekai wol kasar. Beliau juga menyebutkan lima
istilah yang berkenaan dengan tasawuf, yaitu al-suffah (orang yang ikut pindah
dengan Nabi dari Mekkah ke Maduinah), saf (barisan), sufi (suci), sophos (bahasa
Yunani: hikmat), dan suf (kain wol).14
C. Tujuan Tasawuf
12
JA’FAR. Gerbang Tasawuf.(PerdanPublihing:Medan.2016)Hal.18
13
M. Iqbal Irham. Membangun moral bangsa melalui akhlak tasawuf. Ciputat : Pustaka al-Ihsan.
2013. Hal . 16
14
Nata Abuddin, Akhlak Tasawuf, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), hlm.179.
Beberapa tujuan tasawuf dijelaskan oleh para ahli. Diantaranya A. Rivay
Siregar, menurutnya, secara umum tujuan terpenting dari sufi adalah berada
sedekat mungkin dengan Allah.15
a. Fu-Nasr as sorraj :
1. Tobat
2. Wara’
3. Zuhud
15
Munir Amin,Samsul. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah, 2012.
4. Fakir
5. Sabar
6. Tawakal
7. Ridha
16
(Q.S.Al-Hasyr:9)
17
Q.S. An-nazi’at:40-41
18
ibit
3. Tujuan tasawuf falsafi, yaitu tampaknya mengarah kepada satu tujuan
tasawuf yang merupakan kelanjutan dari tasawuf amali . hanya satu tujuan ini telah
melangkah kepada suatu pengenalan terhadap Tuhan secara filosofis, dalam upaya
memahami garis hubungan antara Tuhan dengan alam (makhluq), khususnya
manusia dengan Tuhan. Dengan kata lain, dalam tasawuf yang bercorak falsafi ini
, para sufi berupaya mencapai tujuan-tujuan tertentu sehingga terkadang mereka
merasa hilang keasadaran terhadap dirinya sendiri, sehinnga di kalangan sufi
dikenal istilah fana, hulul, ittihad, dan wihdat alwujud.19 Dengan demikian,
setidaknya ada empat tujuan tasawuf pada kaum sufi. Pertama , untuk
membersihkan hati agar dapat mendekatkan diri kepada Allah. Kedua , untuk
membina akhlak mulia, (akhlak al-karimah). Ketiga , untuk memperoleh ma;rifah
(pengetahuan sejati tentang Tuhan ). Keempat , untuk memperoleh ilmuilmu
hakikat (‘ilm al-ladunni). Karena tujuan-tujuan inilah para sufi melakukan sejumlah
praktik/perjalanan spiritual.20
2. DASAR-DASAR TASAWUF.
Dewasa inni kajian tasawuf semakin banyak diminati orang. Buku yang
membahas tasawuf banyak kita temui di perpustakaan 21, terutama dinegara-
negara penduduk muslim dan negara barat yang mayoritas penduduknya
nonmuslim. Ini menjadi salah satu bukti betapa tingginya minat masyarakat
terhadap tasawuf.
19
Mrtadha Muthyahhari,”introduction to irfan “: di terj:mengenal irfan ;meniti makam – makam
kearifan (jakarta ilman dean hikmahb2002),72:73
20
Ja’far . Orisinalitas Tasawuf.
21
ibit
spiritual atau rohani.. kesejukan dan kedamaian hati merupakan salah satu
kebutuhan yang ingin mereka penuhi lewat sentuhan spiritual.22 Hal ini
sebagaimana diungkapkan oleh Barmawie Umarie bahwa setiap rohani manusia
senantiasa rindu hendak kembali ketempat asal , selalu rindu kepada kekasinya
yang tunggal.
1.Dasar Alquran.
22
M. Mujeb , the india muslim,cahfter CVI-XVI sufis dan sufisme(LONDON : george Allen end
Untom Altac),114
23
Ibrahim Basyunu, nas’yah al tasawuf al –islami,193
24
ibit
25
Abu bakar nMhammad al-kalabazi,al-taa,ruf li mazhab ahl al –tasawuf (kairo:al –kuliyat al-
azhariyah,1969
Alquran dan assunah adalah nash . setiap muslim kapan dan dimana pun
dibebani tanggung jawab untuk memahami dan melaksanakan kandungan nya
dalam bentuk amalan yang nyata.. pemahaman dalam nash tanpa pengalaman
akan menimbulkan kesenjangan . ketika ditanya tentang akhlak Rasulullah SAW
, aisyah menjawab “alquran “ para sahabat terkenal sebagi orang-orang yang
menghapal isi alquran dan kemudian menyebarkannya kepada orang lain dengan
disertai pengalaman dan penjiwaan terhadap isinya mreka berusah menerapkan
akhlak atau perilaku mereka dengan mencontoh akhlak rasulullah ,yakni akhlak
alquran.
26
ibit
27
Q.S.AL-an-biya:21:8
dalam kehidupan nabi dan sahabatnya. Alquran antara lain berbicara tentang
kemungkinan manuusia dapat saling mencintai (mahabbah) dengan tuhan .28
) و لللة ا لمثر ق و ا لمغر ب فا يننما تو لو فثم وجه ا هلل لن ا هلل و ا سح عليم (ا لبقره
Artinya: “dan kepunyaan allah-lah timur dan barat , maka kemana pun kamu
menghadap , disitulah wajah allah ,sesungguhnya Allah mahaluas (rahmatnya lagi
maha mengetahui).29
2.Dasar Hadis.
Artinya: “brang siapa yang mengenal dirinya sendiri , maka akan mengenal
tuhannya”30.
Hadis diatas member petunjuk bahwa manusia dan tuhan dapat bersatu .
diri manusia dapat melebur dalam dalam diri tuhan , yang selanjutnya dikenal
dengan istilah fana’, yaitu fana’-nya makhluk yang sebagai mencintai kepada
tuhan sebagai yang dicintainya. Namun , istilah “lebur” atau fana’ ini menurut
kami harus dipertegas bahwa antara tuhan dan manusia tetap aja jarak atau
28
Q.S thaha,20:88
29
Q.S Al-baqarah,2:247
30
Ibn,Arabi, al-futuhat al –makkiyah,juz II,69.
pemisah , sehingga tetap berada antara tuhan dengan hambanya. Disini hanya
menunjukan keakraban antara makhluk dan khaliqnya..
1.Rasulullah bersabda:
Artinya: “Demi Allah , aku memohon ampuanan kepada allah dalam sebari
semalam tak kurang dari tujuh puluh kali”.
[HR. Al-Bukhari]
2.Rasulullah bersabda:
Artinya:
“zhudlah tehadap dunia maka allah akan mencintaimu. Zuhudlah pada apa
yang ada ditangan orang lain maka mereka kan mencintaimu.
31
Kartini bkartono,psikologi Umum (Bandung;Alumni,1984),53-54
32
Rosihun anwar:ilmu tasawuf:bandung CV.pustaka setia 2004
33
Ibn Qayyim,Kitab al-Ruh,212-214
[H.R Ibnu Majah]
Uraian tasawuf diatas , bail alquran dan hadis , maupun suri tauladan dari
para sahabat , ternyata merupakan benih-benih tasawuf dalam keduduknnya
sebagai ilmu tentang tingkatan dan keadaan. Dengan kata lain kata moral dan
tingkah laku manusia terdapat rujukannya dalam alquran , dari sini jelaslah
pertumbuhan pertamannya , tasawuf ternyata di timba dari sumber alquran itu
sendiri.
34
Munir amin,Samsul ,ilmu tasawuf ,Jakarta :Amzah,2012
35
Pertama respon terhadap tujuan makrifat yang terancam punah.
Ekspansi luar biasa islam melalui berbagai penaklukkan atas sejumlah kawasan
didunia telah memasukan berjuta-juta orang kedalam lingkup mayoritas itu. Hal
inni dalam gilirannya menciptakan kebutuhan untuk melakukan kodifikasi segala
segala hal yang diperlukan untuk mempertahankan iman.
Pada periode yang telah melewati masa ekstensi islam selama stu abad ini,
enam atau tujuh imam telah datang dan berlalu dalam dunia syiah. Paham syariah
menyatakan bahwa para imamnya bukan hanya terpelihara dari kesalahn-
kesalahan politik dan agama , melainkan juga menjadi pelindung agama yang
tentunya mereduksi otoritas setiap orang ke batas fungsi yang tak bearti , bahkan
termasuk pula para guru thariqah. Untuk memastikan bahwa tidak ada seorang
pun yang mencampuradukan jaln itu dengan konsepsi syiah mengenai imam
mereka, dan untuk menyakinkan bahwa eksatensi tariqah sama sekali tidak
tergantung kepada para imam saja, tasawuf menampilkan dirinya , dengan
memaklumatkan bahwa ia memiliki pesan spiritual wahyu yang sempurna dan
bahwa para gurunya sama sekali tidak membutuhkan keberadaan terus-
menerus.para imam syi’ah..
36
Said Aqli siroj, Tasawuf Sebagai kritik sosial, jakarta selatan 2006
Keempat respon terhadap bangkitnya aliran filsafat islam . kebangkitan
terhadap berbagai aliran filsafat islam juga berperan dalam mengangkat tasawuf .
penerjemahan naskah-naskah filsafat yunani kedalam bahasa arab meningkatkan
perhatian kepada filasafat yunani dan ini pada gilirannya menciptakan sebuah pola
pemikiran rasional mengenai jaran-ajaran agama itu, yang kita lihat dikalangan
teologi muktazilah pada permulaan masa dinasti ‘abbasiyah . sebagai jalan yang
memiliki realisasi makrifat bagi tujannya , tasawuf juga mesti membedakan dari
mazhab-mazhab rasionalistis pada masa itu, entah mazhab itu muktazilah atau
mazhab murni bersifat filosofis , seperti neo-platonisme filosof arab ak-kindi pada
abad ke-3 H/M .
Moral dalam istilah adalah suatu istilah yang digunakan untuk menemukan
batas – batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara
layak dapat dikatakan benar, salah, baik dan buruk.37
37
Abuddin Nata. Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2000. hal 90
A. Perasaan wajib atau keharusan untuk melakukan tindakan yang bermoral.
Perasaan ini telah ada dalam setiap hati nurani manusia, siapapun, dimanapun dan
kapanpun. Orang yang memiliki kesadaran moral dalam bentuk perasaan wajib
tersebut akan senantiasa mau berusaha menegakkan kebenaran, kejujuran, keadilan,
dan kesamaan walaupun tidak ada orang lain yang menyuruhnya.
B. Kesadaran moral dapat juga terwujud rasional dan obyektif yaitu suatu
perbuatan yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Sebagai hal yang
obyektif dan dapat diberlakukan secara universal, artinya dapat disetujui, berlaku
pada setiap waktu dan tempat bagi setiap orang yang berada dalam situasi yang
sejenis.
C. Kesadaran moral dapat pula muncul dalam bentuk kebebasan. Atas kesadaran
moralnya seseorang bebas untuk mentaatinya. Bebas dalam menentukan
perilakunya dan di dalam penentuan itu sekaligus terpampang nilai manusia itu
sendiri.38
38
chmad Charris Zubair. Kuliah Etika. Jakarta: Rajawali Pers. 1980
39
ibit
40
ibit
layak disembah, dan juga karena ibadah itu sendiri berarti berhubungan baik
dengan-nya, bukannya karena tamak pahala ataupun takut pada siksa.
Selanjutnya dari literatur yang diberikan tentang ma`rifah sebagai dikatakan Harun
Nasution, ma`rifah berarti mengetahui Tuhan dari dekat, sehingga hati-sanubari
dapat melihat Tuhan. Oleh karena itu orang-orang sufi mengatakan :
1. Kalau mata yang terdapat dalam hati sanubari manusia terbuka,mata kepalanya
akan tertutup, dan ketika itu yang dilihatnya hanya Allah.
2. Ma`rifah adalah cermin, kalau seorang arif melihat ke cermin itu yang akan
dilihatnya hanyalah Allah.
3. Yang dilihat orang arif baik sewaktu tidur maupun sewaktu bangun hanya Allah.
41
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf,(Jakarta: Rajawali Pers,1996),hlm.219.
42
Ibid.hlm 220
43
Harun Nasution, Falsafah dan Mirisisme dalam Islam,(Jakarta:Bulan Bintang,1983),hlm75-76.
44
Abdul halim mahmud,tasawuf di dunia islam,22.
tujuan yang ingin dicapai ma`rifah ini adalah mengetahui rahasia-rahasia yang
terdapat pada diri Tuhan.
B. Musyahada
1. Tingkatan Musyahadah
Hal Musyahadah ini dapat dikatakan merupakan tujuan akhir dari tasawuf,
yakni menemukan puncak pengalaman rohani kedekatan seorang hamba dengan
Allah. Menurut Al sarraj ahli Musyahadah terbagi atas tiga tingkatan:
45
Muhammad kamal ibrahim ja’far,At-tahauf tharikan wa tajribatan wa mazhaban.Penjelasan
nurshomad kamba. Kuliah ilmu tasawuf Medan:Paskasarjana IAIN-SU,1998) Tidak di terbikan.
46
H.A. Rivay Siregar, Tasawuf : dari Sufisme Klasik ke Neo-Sufisme, 1999, Jakarta : Raja Grafindo
Persada, hlm. 138.
47
Nurcholis Madjid,pintu-pintu menuju tuhan .(jakarta:pramadina,1997)
- Tingkat ketiga seperti yang diterangkan Al Makki, hati kaum arifin ketika
menyaksikan Allah sesungguhnya menyaksikan dengan kesaksian yang
kokoh.
48
Abdul mujib, keberibadian dalam pisikologi islam(jakarta:Ptraja grafindo persada, 20076)
49
Mulyadi kertanegara, ‘’seketsa ruhani insani:akal,jiwa hati dan ruh’’Dalam C. Ramil Bihar
Anwar(ed),Menyinari relung- relung ruhani:Mengembangkan EQ dan SQ cara sufi (jakarta :ILMAN
dan HIKMAH , Maret 20020,27.
kata nafs dalam alquran tidak disebutkan untuk substansinya sendiri yakni terikat
oleh badan . nafs bersifat seperti tanah (al-thiniyyah) dan api (nariyyah).
Nafs merupakan sinar horizontal , artinya cahaya (nur) tuhan yang telah
menyatu pada tubuh manusia yang bersifat (kemanusiaan) dan menimbulkan
tingkah laku.
Jiwa merupakan gabungan dari dua sisi tersebut , ia bukan murni cahaya,
bukan pula murni kegelapan , namun lebih merupakan tengah-tengah antara cahaya
dan kegelapan. Al-qadhi abu bakar ibn baqillani menjelaskan bahwa nafs itu adalah
nyawa yang terdapar pada jiwa manusia.50 Apabila ia keluar maka jadilah “nafas”.
3.Ruh
Anasir ketiga dalam diri manusia adalah ruh yyang disebutkan dlam alquran
sebanyak 12kali. Ruh dapat bearti amin al-wahiy51, rasia tuhan yang menjadkan
tubuh manusia hidup, juga termasuk rahasia yang tidak seorang pun yang
mengetahui hakikatnya. Ruh adalah urusan allah dan hakikatnya hanya dia sendiri
yang mengetahui.
Ruh adalah jawhar ruhani (substansi yang bersifat ruhani, tidak tersusun
dari materi) ia abstrak dan dapat menagkap beberapa bentuk sekaligus. Ibn arabiy
menegaskan dalam syairnya:
”ruh adalah cahaya dan alam adalah kegelapan , masing-masing pada dirinya adalah
dua hal yang berlawanan”. Ruh yang menurut alquran berasal dari nafas tuhan ,
adalah kesederhanaan , yakni realitas non senyawa yang secara bawaan memiliki
semua sifat tuhan . oleh karena itu , sudah menjadi sifat alaminya dia bersinar,
hidup, mengetahui, berkuasa, berkehendak dan seterusnya.
50
QS alo- araf,:7:148;dan Thaha,20:88
51
ibit
52
M. Qusyair Shihab dkk.,Ensiklopedia Al-qur’an,390
memerlukan pembelajaran tertentu. Rasa ini hadir dalam setiap diri tanpa harus ada
yang mengajari atau memberikan pelajaran.
Diantara contoh rasa jasmani ini misalnya rasa lapar, kenyang, haus, puas,sejuk,
dingin,sakit,sehat dan sebagainya.53
2.rasa nafsani.
Rasa kedua yang ada pada diri manusia adalah rasa nafsani yakni sesuatu yang
dirasakan oleh jiwa nafs dalam hubungannya dengan limgkungan sekitar, baik
manusia, hewan, tumbuhan,bebatuan dan alam secara luas. Rasa ini tumbuh dalam
jiwa karena terjadinya interaksi seseorang dengan seseorang atau sesuatu
(makhluk) yang lainnya.
Diantara contoh rasa nafsani adalah rasa bahagia, sedih,
senang,benci,sombong,pemurah,berani, perhatian. Dalam alquran dan hadits ,
bnyak nash yang menjelaskan tentang rasa nafsani pada manusia.
Diantaranyaadalah: katakanlah:54
“Tidak sama yang buruk dengan yang baik meskipun banyak yang buruk itu
menarik hatimu, maka bertakwalah kepada allah hai orang-orang berakal , agar
kamu mendapat kebahagiaan".
3.rasa ruhani
Rasa ketiga yang ada diri manusia adalah rasa ruhani (spiritual) yakiN
sesuatu yang dirasakan oleh ruh melalui qalb(hati) yang bersifat ruhani,55. Rasa ini
tumbuh dari dalam diri melalui kesadaran yang tertinggi untuk mengembalikan ruh
pada asalnya, yakni tuhan yang rahman , melalui rasa ini manusia diingatkan bahwa
53
ibit
54
(Bandung mijan 1992,)54
55
Ibnu Qayyim,Kitab al-ruh,212-214.
sesungguhnya ia adalah makhluk spiritual yang menempati fisik jasmani . ia datang
dari allah ia akan pulang kepada allah.
Diantara contoh rasa ruhani adalah tawadhu’ ,iman,, taubat, sabar, ikhlas,
syukur, tawakal, dan ridha. Didalamnya alquran disebutkan: “berdoalah kepada
tuhanmu dengan berendah hati dan suara yang lembutt. Sesungguhnya allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas”.56
Kesadaran berasal dari kata sadar yang mendapat imbuhan ke dan an.
Kesadaran dalam konteks bahasa ini memiliki beberapa karakteristik.
Kedua, perhatian. Orang yang sadar memiliki perhatian cukup untuk semua hal
yang terjadi di sekelilingnya.
Ketiga, aktif. Orang yang sadar menyadari apa dan siapa dirinya.
Keempat, terencana. Orang yang sadar mampu melihat ke depan. Sehingga dia
menginginkan dan menyusun rencana apa yang ingin diraihnya.
Kelima, siap dengan semua. Orang sadar tahu akibat baik atau buruk sebuah
tindakan. Orang sadar merencanakan sebuah tindakan sehingga dia siap dengan
hasil bertindak ketika tindakan itu dilaksanakan dengan atau tidak sesuatu prosedur.
56
Sesuai dengan QS.al- Hijr,12;29
57
Ibn ‘Arabi, Al-futuhat Al-makkiyah (lebanon :Dra al –kutub AL –ilmiyah,2006.jilid II,568.
Menurut ibn arabi kesadaran adalah salah satu dari sifat kemalaikatan, selain
pencahayaan, kelembutan dan kesatuan.58Kesadaran diri adalah keadaan dimana
seseorang dapat memahami dirinya sendiri dengan setepat-tepatnya. Kesadaran diri
merupakan sesuatu yang perlu di upgrade secara terus menerus.
C. Tingkatan-tingkatan Kesadaran
1.kesadaran fisikal
59
E.Halawa, kesadaran, dalam fisikal(14 februari 2007).
60
ibit
61
Filsafat .modren ;machiavelli sampai Nieatzasche,229-231
62
William C. Chittik,’’ibn al- arabi ‘s(yogykarta:penerbit Qalam ,Maret 2007),70.
Kesadaran emosional adalah kesadaran yang lebih tinggi dari kesadaran
fisikal . pada tingkat ini seseorang sudah memiliki kemampuan untuk mengenali
perasaan diri sendiri dan orang lain. Lebih dari itu, ia mampu mengelolah emosi
dengan baik dari diri, dan dalam hubungannya dengan orang lain , atau
menunjukan empati pada orang lain. Ia mampu menempatkan emosinya pada
posisi yang tepat.64
3.kesadaran spiritual
Kesadaran ini adalah kesadaran yang paling tinggi diantaranya dua
kesadaran sebelumnya yakni kesadaran fisikal dan emosional . kesadaran spiritual
dalah nama lain dari kesadaran sejati yang tidak dapat dicapai lewat alat-alat
inderawi (pancaindera) yang oleh sebagian kalangan dianggap sebagai sumber
pengetahuan.65
A. ciri-ciri kesadaran.
64
Al-r4asikh,mengaktifkan indra ke enam Untuk Mlihat allah SWT lembar jumat Al-rasikh(19
februari 2008).
65
ibit
Silang berpendapat tentang asal-usul tasawuf dari segi sumber
perkembangannya , ternyata tidak hanya terjadi dikalangan para orientalis , namun
juga terjadi dikalangan ulam yang mengkaji dibidang ini. Silang pendapy ini
kemudian memunculkan pro dan kontra 66,baik dikalangan muslim maupun non
muslim. Pada umaumnya mereka yang pro menafikan adanya unsure lain Dallam
tasawuf selain alquran dan perilaku hidup rasulullah.. akan halnya kesamaan yang
ada dengan tata laku tokoh-tokoh dari agama lain., mereka menyatakan bahwa
kontak sosial yang terjadi antara umat beragama adalah sebuah keniscayaan yang
tak terbantahkan namu hal ini tidak bearti bahwa kaum suffi menggambil dasar-
dasar tasawufnya dari luar islam . lebih jauh mereka menyebutkan bahwah
kesamaan dapat terjadi karena nilai-nilai spiritual memang sudah diberikan oleh
tuhan pada setiap manusia . bukankah ruh-ruh manusia juga berasal dari-Nya?
66
James Fadiman dan Robeth Frager al- jerarrahi (ed),”essential Sufism’’terj. Helmi mustofa,
indahnya menjadi sufi(Yogyakarta pustaka sufi,1999),74-78.
67
ibit
68
ibit
mereka berusaha untuk dapat mengembalikan kehidupan ruhani sufi dalam islam
pada sumber-sumber asing, disamping alquran dan kehidupan rasulullah . menurut
mereka tasawuf tumbuh karena terpengaruha oleh ajaran luar islam, antara lain
ajaran agama hindu , agama Persia, ajaran agama masehi, peikiran filsafat yunani ,
dan ajaran Neoplatonisme.
ada argumentasi yang kerap dijadikan sebagai dasar pijakan oleh pakar
yang mengatakan bahwa tasawuf sesungguhnya berasal dari unsure Nasrani .
pertama , adanya interaksi antara orang arab dan kaum nasrani pada masa
jahiliyah maupun jaman islam . kedua adanya segi-segi kesamaan antara
kehidupan pada sufi dalam hal cara mereka melatih jiwa (riyadhah) dan
mengasingkan diri (khalwat) ,69 dengan kehidupan al-masih dan ajaran-ajaran nya,
serta dengan tata laku para rahib ketika sembahyang dan berpakaian.
Mnurut Von Kromyer , tasawuf adalah buah yang dipetik dari ajaran dan
pengalaman kenasraniaan pada zaman jahiliyah. Ignas Goldziher mengatakan
bahwa sikap faqir dalam tasawuf , misalnya berpangkal pada ajaran agama
Nasrani . pakain wol kasar (shuf) yang dipakai para zahid / suffi adalah milik
agama Nasrani. Halini juga diperkuat oleh pendapat Noldicker yang mengatakan
hal yang sama . bagi Nicholson , istilah-istilah dalam tasawuf banyak yang berasal
dari agama Nasrani , sesuai dengan kisah dialog nabi isa dengan kelompok
manusia yang bertemu dengannya. Mereka bertanyaa tentang cinta kepada allah ,
isa menjawab : “kamu adalah manusia yang paling dekat dengan tuhan”.
69
Simuh,tasawuf dan perkembangan nya Dalam islam(jakarta:PT Raja grafindo Persada,1997).
Selanjutnya Ignas Goldziher berpendapat bahwa tasawuf mempunyai dua
aliran . pertama , asketisme (zuhud) yang penuh dengan semangat islam ,
70
sekalipun terlihat di dalamnya ada pengaruh askitisme masehi . kedua, tasawuf
dalam pengertian yang lebih luas , termasuk dalam ucapan yang berkaitan dengan
pengenalan kepada allah (makrifah), keadaan ruhaniyah (hal) dan rasa (dzahud).
1. Sikap fakir , karena nabi isa adalah orang kafir dan kitab injil disampaikan
kepada orang fakir sebagaimana beliau pernah berucap dalam injil matius:
“beruntunglah kalian orang-orang miskin karena bagi kalianlah kerajaan allah.
Beruntunglah kalian orang-orang yang lapar karena kalian akan kenyang”.72
2. Sikap tawakal , karena para pendeta telah mengamalkannya dalam sejarah
hidup mereka sebagaimana di katakana dalam injil :”perhatikanlah burung-burung
dilangit ,, ia tidak menanam , ia tidak mengetam , tetapi tidak pernah berduka cita
pada waktu susah . bapak kamu dilangit member kekuatan kepadanya. Bukanlkah
kamu lebih mulia daripada burung?”.
70
ibit
71
Harun nasution,Filsafat Mistisme Dalam islam (jakarta :Bulan Bintang,1963),cet III
72
ibit
3. Fungsi syekh , mursyid tau guru. Syekh dalam ajaran tasawuf menyerupai
pungsi pendete dalam ajaran agama nasrani , hanya saja bedanya , pendeta
mempunyai wewenang untuk menghapuskan dosa, sedangkan syekh tidak.
4. Selibasi , yaitu menahan diri untuk tidak kawin. Perkawinan dianggap
sebagai penghalang dan bahkan bisa mengalihkan perhatian terhadap tuhan , karena
bagi orang sufi sesaat saja lupa kepada allah merupakan dosa.
73
Asmaran AS.pengantar ilmu tasawuf ( jakartaPT. Raja garafindo 1996).
74
ibit
Banyak umat islam yang akrab dengan nama Plotinus, yang biasa disebut
dengan “Empu Yunani” (the greek Naster , al-syekh al-yunani) tetapi sejak orang-
orang araab memperoleh ppengetahuan pertamannya tentang aristoteles dari
komentator Neo platonisme ,maka system yang kemudian mereka akrabi adalah
dari porphyry dan Proclus . inilah yang kemudian disebut dengan teologi dari
aristoteles , yang versi dalam bahasa arabnya muncul pada abad ke-9 M dan
merupakan pedoman (manual) bagi Neo platonisme.
Menurut Nicholson , selain ada tradisi sastra , masih ada saluran-saluran
lain , sehingga dokterin-dokterin seperti emanasi ,iluminasi, gnosis dan ekstase
menyebar luas . kendati kemikian cukup dinyatakan bahwa gagasan mistik yunani
memang cukup tersebar seingga mudah ditemui dan diserap oleh umat islam yang
tinggal dimesir , asia barat. Dimana ahli teosofi yang sufi temui tersebut
bentuknya yang pertama. Salah seorang yang menjadi bagian penting dari
perkembangan ini dalah zu al-nun al-misri yang dikenal sebagai filosof dan ahli
kimia , seorang pengikut helenistik75 . seandainya dugaan ini benar , maka dapat
dikatakan bahwa Neo platonisme telah memberikan pengaruh yang cukupk kuat
terhadap tasawuf islam , sebagaimana halnya pada mistik nasrani.
Menurut Annemarie schimmel bayak sarjana terkemuka terutama sekali
diinggris raya , yang menekankan pentingnya pengaruh fillsafat Neo platonisme
dalam perkembangan tasawuf . Plotinus , sebaga aliran filsafat neo platonisme ,
dikenal sebagai penmbawa paham filsafat emanisasi. filsafat emanasi Plotinus ini
mengatakan bahwa wujud ini memancarkan dari zat Tuhan yang Maha Esa, ruh
yang berasala dari tuhan dan akan kembali kepada tuhan. Tetapi dengan
masuknya kealam materi ,, ruh menjadi kotor , dan untuk dapat kembali ketempat
asalnya , ruh harus terleibih dahulu di bersihkan . pensucian ruh ialah dengan
meninggal kan dunia dan mendekati tuhan sedekat-dekatnya . bahkan kalau bisa
bersatu (ittihad) dengan tuhan.76
Menurut o’leary , sejak abad ke-3 hijrah dan seretusnya , para sufi banyak
menimbah sumber dari yunani . disamping itu ,RA .Nicholson berpendapat bahwa
tasawuf filsafi adalah salah satu dampak dari pikiran yunani . karenaiu harus
75
ibit
76
Abu bakar Aceh,pengantar ilmu Tasawuf (Semarang :CV.Rahmadani 1979)>
diakui bahwa dalam tasawuf terdapat perpaduan pikiran yunani dengan agama
timur , tidak terkecualii Neo platonisme , agama manu dan Gnotisme.
77
Nicholson,the mayticts of islam 16.
d.PengaruhUnsur Persia
sebenarnya antara arab dan Persia itu sudah ada hubungannya dalam
bidang politik pemikiran , kemasyarakatan dan sastra . akan tetapi belum
ditemukan alasan kuat yang menyatakan bahwa kehidupan ruhani Persia telah
masuk ke tanah arab . hal yang jelas adalah kehidupan keruhanian arab rmasuk ke
Persia melalui ahli-ahli tasawuf didunia ini. Namun demikian ada barang kali
persamaan antara istilah zuhud diarab dengan dengan zuhud menurut agama
manu dan mazdaq78 . demikian juga antara konsep hakikat muhammadiyah
menyerupai paham harmuz (Tuhan kebaikan ) dalam agama Zarathustra.
Duzy’ , orientalis barat penyusun buku Essai sur L’ histoire de’I
islamisme, menyebutkan bahwa tasawuf dikenal oleh kaum muslimin lewat
orang-orang Persia yang telah berkembang disana karena diajarakan oleh orang-
orang india sebelum kedatangan agama islam . ditambahknnya sejak masa purba
di Persia telah hidup suatu gagasan yang menganggap bahwa asal-usul munculnya
segala sesuatu itu adalah dari tuhan79 . alam semesta initidak mempunyai wujud
tersendiri, dan wujud sebenarnya adalah tuhan . pendapat seperti ini juga terdapat
dalam tasawuf ,80 khususnya tasawuf yang beraliran wujudiyah . memang menurut
78
Abuddin Nata,Akhlak Tasawuf (jakarta:PT;raja grafindo persada,2000),180
79
Utsman as-said, pengntar ilmu tasawuf(Medan :institut Agama negri SU,Maret 1983),27
80
ibit
filosofis. Sebaliknya, argumentasi naqli merupakan corak pemberian argumentasi
denga mengendepankan dalil-dalil dari al-qur’an maupun sunnah.81
Ilmu tauhid merupakan pokok ajaran syari’at islam, karena didalamnya
dibahas masalah ketuhanan. Seseorang tidak dinamakan beragama kalau tidak
bertuhan. Masalah ketuhanan atau ilahiyat adalah masalah yang pertama harus
dipelajari oleh orang yang mengaku menganut suatu agama. Tauhid (mengesakan
Allah) adalah masalah yang membedakan antara kafir dengan mukmin. Seseorang
tidak dinamakan mukmin kalau dia mengingkari adanya Allah SWT. Orang yang
mengingkari adanya Allah disebut kafir. Tetapi bila ia mengakui adanya Allah
tetapi ia sekutukan dengan sesuatu yang lain, orang yang demikian itu dinamakan
musyrik.82
Kajian ilmu kalam akan lebih terasa maknanya jika diisi dengan ilmu
tasawuf. Sebaliknya, ilmu kalam pun dapat berfungsi sebagai pengendali tasawuf.
Jika ada teori-teori dalam ilmu tasawuf yang tidak sesuai dengan kajian ilmu kalam
tentang Tuhan yang didasarkan pada Al-Quran dan Al-Hadis, hal ini mesti
dibetulkan. Demikian terlihat hubungan timbal balik di antara ilmu tasawuf dan
ilmu kalam.83
81
Tiswani,akhlak tasawuf, Bina Pratama, Jakarta,2007,hlm. 94.
82
Yunasril ali,pengantar ilmu tasawuf,Pedoman ilmu jaya,Jakarta,1987,hlm. 35.
83
Rozak, Filsafat Tasawuf., hlm 83.
oleh jasad terhadap roh. Pengaruh-pengaruh ini akhirnya memunculkan kebutuhan-
kebutuhan jasad yang dibangun roh.84
Dan dapat disimpulkan bahwa, filsafat lebih bersifat teoritis, sementara tasawuf
lebih bersifat praktis. Artinya, antara filsafat islam dan tasawuf sama-sama
berupaya untuk mengantarkan manusia agar memahami keberadaan Allah. Jadi,
tujuan belajar filsafat islam adalah mencapai wilayah tasawuf.85
C. Hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu jiwa agama( transpersonal)
Dengan melihat pengertian psikolog dan agama serta objek yang
dikaji,diambil pengertian bahwa pisikolog agama adalah cabang dari psikolog yang
meneliti dan menelah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari
seberapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta
keadaan hidup pada umumnya. Pembahasan ilmu akhlak meliputi tingkah laku
manusia, lalu dinilai tingkah laku tersebut apakah baik atau buruk. Persamaan
antara keduanya adalah sama-sama membahas tingkah laku manusia, dan
perbedaannya adalah bahwa ilmu akhlak memberikan penilaian sedangkan ilmu
jiwa tidak demikian.86
Tasawuf dapat dijadikan pijakan jiwa alternative dalam menghadapi
problem kehidupan yang semakin kompleks. Setiap orang membutuhkan pijakan
dalam hidupnya untuk menyelesaikan berbagai problem kehidupan yang
berimplikasi pada psikologi pada orang tersebut. Tasawuf dijadikan pijakan karena
tasawuf lebih dekat dengan disiplin ilmu psikologi. Akan tetapi sering kedua kajian
tersebut seakan terpisahkan, padahal objek kajian tasawuf, psikologi agama, dan
kesehatan mental berurusan dengan soal yang sama, yakni soal jiwa.87
Pembahasan tentang jiwa dan badan ini dikonsepsikan para sufi dalam
rangka melihat sejauh mana hubungan perilaku yang dipraktikan manusia dengan
dorongan yang dimunculkan jiwanya sehingga perbuatan itu dapat terjadi. Dari sini,
baru muncul kategori-kategori perbuatan manusia, apakah dikategorikan sebagai
perbuatan jelek atau perbuatan baik. Jika perbuatan yang ditampilkan seseorang
84
Rosihan Anwar, ilmu tasawuf, pustaka setia, bandung,2007,hlm. 92.
85
Rozak, Filsafat Tasawuf., hlm 57.
86
Mahjuddin, Akhlak Tasawuf, (Radar Jaya Offset: Jakarta, 2010), hlm 6
87
Sudirman Tebba, Tasawuf Positif, (Kencana: Jakarta, 2003), hlm 61.
baik, ia disebut orang yang berakhlak baik. Sebaliknya, jika perbuatan
yang ditampilkannya jelek, ia disebut sebagai orang yang berakhlak jelek.88
Ruang lingkup psikologi modern terbatas pada tiga dimensi, yaitu fisik-biologi,
kejiwaan dan sosio-kultural, maka ruang lingkup psikologi islam disamping tiga hal
ini juga mencakup dimensi kerohanian dan spiritual, suatu wilayah yang belum
pernah disentuh oleh psikologi modern.89
MAQAMAT BAGIAN I
A.Makamat
Secara harfiah, maqamat merupakan jamak dari kata maqam yang berarti
tempat berpijak atau pangkat mulia. Sedangkan dalam ilmu Tasawuf, maqamat
berarti kedudukan hamba dalam pandangan Allah berdasarkan apa yang telah
diusahakan, baik melalui riyadhah, ibadah, maupun mujahadah. Di samping itu,
maqamat berarti jalan panjang atau fase-fase yang harus ditempuh oleh seorang sufi
untuk berada sedekat mungkin dengan Allah. Seorang hamba tidak akan mencapai
maqam berikutnya sebelum menyempurnakan maqam sebelumnya.90
Secara harfiah maqomat berasal dari bahasa Arab, yang berarti tempat orang
berdiri atau pangkal mulia. Istilah ini selanjutnya digunakan sebagai jalan panjang
yang harus di tempuh oleh seorang sufi untuk berada di dekat Allah. Dalam bahasa
inggris, maqomat dikenal dengan istilhah stage, yang berarti tangga. Jumlah tangga,
88
Ibid, hlm 63
89
Ibid, hlm 67
90
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: IAIN SA Press, 2011),
hlm243
station atau maqomat yang harus ditempuh oleha seorang sufi untuk sampai kepada
Tuhan.91
Kutipan tersebut memperlihatkan keadaan variasi penyebutan maqamat yang
berbeda-beda, namun ada maqamat yang oleh mereka disepakati, yaitu al-taubah,
al-zuhud, al-wara, al-faqr, al-shabr, al-tawakkal dan al-ridla. Sedangkan al-
tawaddlu, al-mahabbah, dan al-ma’rifah oleh mereka tidak disepakati sebagai
maqamat. Terhadap tiga istilah yang disebut terakhir itu (al-tawaddlu, al-mahabbah
dan al-ma’rifah) terkadang para ahli tasawuf menyebutnya sebagai maqamat, dan
terkadang menyebutnya sebagai hal dan ittihad (tercapainya kesatuan wujud
rohaniah dengan Tuhan). Untuk itu dalam uraian ini, maqamat yang akan dijelaskan
lebih lanjut adalah maqamat yang disepakati oleh mereka, yaitu al-taubah, al-zuhud,
al-wara’, al-faqr, al-shabr, al-tawakkal, dan al-ridla. Penjelasan atas masing-
masing istilah tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:92
1.Al-zuhud
Secara etimologis, zuhud berarti ragaba ‘ansyai’in wa tarakahu, artinya
tidak tertarik terhadap sesuatu dan meninggalkannya. Zuhada fi al-dunya, berarti
mengosongkan diri dari kesenangan dunia untuk ibadah.93
Untuk lebih memperjelas pengertian pengertian dan rumusan zuhd di atas, masih
dirasa perlu untuk mencantumkan beberapa pengertian lagi. Zuhd menurut Ibn
Qudamah al-Muqaddasi ialah “pengalihan keinginan dari sesuatu kepada sesuatu
yang lebih baik.” Menurut Imam Al-Ghazali, “zuhd ialah mengurangi keinginan
kepada dunia dan menjauh daripadanya dengan penuh kesadaran dan dalam hal
yang mungkin dilakukan.” Imam al-Qusyairi mengatakan, “zuhd ialah tidak merasa
bangga dengan kemewahan dunia yang telah ada di tangannya dan tidak merasa
bersedih dengan hilangnya kemewahan tadi dari tangannya.94
2. Al- Wara’
Secara harfiah, berarti saleh, menjauhkan diri dari perbuatan dosa atau maksiat.
Sedangkan pengertian wara’ dalam pandangan sufi adalah meninggalkan segala
91
Amin Mansyur, tasawuf kontekstual, pustaka pelajar, 2003 ,hlm 22
92
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm 193
93
Amin Syukur, Zuhud di Abad Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), hlm 1
94
Asmaran As, Pengantar Studi Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 114
sesuatu yang tidak jelas hukumnya, baik yang menyangkut makanan, pakaian,
maupun persoalan lainnya. Menurut Qamar Kailani yang dikutip oleh Rivay A.
Siregar, wara’ dibagi menjadi dua: wara’ lahiriyah dan wara’ batiniyah. Wara’
lahiriyah adalah tidak mempergunakan segala yang masih diragukan dan
meninggalkan kemewahan, sedangkan wara’ batiniyah adalah tidak menempatkan
atau mengisi hati kecuali dengan mengingat Allah. Dalam kitab Al-Luma’
dijelaskan bahwa orang-orang wara’ dibagi menjadi tiga tingkatan. Pertama, wara’
orang yang menjauhkan diri dari syubhat. Kedua, wara’ orang yang menjauhkan
diri dari sesuatu yang menjadi keraguan hati dan ganjalan di dada. Ketiga, wara’
orang arif yang sanggup menghayati dengan hati nurani.95
3.Al-Taubah
Taubat menurut Dzun Nun al-Misri dibedakan menjadi tiga tingkatan: (1)
orang yang bertaubat dari dosa dan keburukan, (2) orang yang bertaubat dari
kelalaian mengingat Allah dan (3) orang yang bertaubat karena memandang
kebaikan dan ketaatannya.
Sedangkan taubat sunnah adalah taubat karena menyesali perbuatan meninggalkan
perkara-perkara sunnah, atau karena menyesali perbuatan melakukan perkara-
perkara makruh. Berkaitan dengan dua macam taubat ini, Ibnu Taimiyah
menjelaskan tingkatan/derajat orang yang bertaubat menjadi dua. Pertama, al-abrar
al-muqtashidun (orang-orang yang berbakti lagi pertengahan), yaitu orang-orang
yang melakukan jenis taubat yang pertama, yaitu taubat wajib. Kedua, as-sabiqun
al-awwalun. Mereka adalah orang yang melakukan jenis taubat wajib dan taubat
sunnah.96
Banyak pula taubat itu disebut dengan makna penyesalan saja. Ilmu akan dosa itu
dijadikan sebagai permulaan, sedangkan meninggalkan perbuatan dosa itu sebagai
buah dan konsekwensi dari ilmu itu. Dari itu dapat dipahami sabda Rasulullah Saw
: " Penyesalan adalah taubat" (Hafizh al 'Iraqi dalam takhrij hadits-hadits Ihya
95
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Akhlak tasawuf, hlm.252
96
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Akhlak tasawuf, hlm 244
Ulumuddin berkata: hadits ini ditakhrijkan oleh Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan al
Hakim. Serta ia mensahihkan sanadnya dari hadits Ibnu Mas'ud.97
4.Sabar (Al-sabr)
Sabar, secara harfiah , berarti tabah hati. Secara terminologi, sabar adalah
suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil dan konsekuen dalam pendirian. Sedangkan
menurut pandangan Dzun Nun al-Misri, sabar berarti menjauhkan diri dari hal-hal
yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetap tenang ketika mendapat cobaan
dan menampakkan sikap cukup, walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran.
Oleh sebab itu, sikap sabar tidak bisa terwujud begitu saja, akan tetapi harus melalui
latihan yang sungguh-sungguh.98
Sabar, menurut Al-Ghazali, jika dipandang sebagai pengekangan tuntutan nafsu dan
amarah, dinamakan sebagai kesabaran jiwa (ash-shabr an-nafs), sedangkan
menahan terhadap penyakit fisik, disebut sebagai sabar badani (ash-shabr al-
badani). Kesabaran jiwa sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek. Misalnya, untuk
menahan nafsu makan dan seks yang berlebihan.99
Dikalangan sufi di artikan sabar dalam menjalan kan perintah-perintah
Allah,dalam menjahui segala hubungannya dan dalam menerima segala cobaan
(percobaan-percobaan) yang ditimpakan nya pada diri kita sabar dalam menunggu
dtang nya pertolongan Tuhan.sabar dalam menjalani cobaan dan tidak menunggu-
nunggu datang nya pertolongan.
Sikap sabar sangat di ajar kan dalam ajaran Al-qur,an Allah berfirman:
َ س ِل َو َال تَ ْستَ ْع ِج ْل لَ ُه ْم ۚ كَأ َن ُه ْم َي ْو َم يَ َر ْونَ َما يُو َعدُونَ لَ ْم يَ ْل َبثُوا ِإال
سا َعةً ِم ْن ُّ َصبَ َر أُولُو ْال َع ْز ِم ِمن
ُ الر ْ فَا
َ ص ِب ْر َك َما
َغ ۚ فَ َه ْل يُ ْهلَكُ ِإال ْالقَ ْو ُم ْالفَا ِسقُون
ٌ ار ۚ َب ََل
ٍ نَ َه
Artinya
Maka bersabar lah kamu seperti orang-orang yang mempunyai ke teguhan hati dari
rasul-rasul dan jangan lah kamu meminta di segerakan (azab)bsgi mereka (Q.S.Al-
Ahkaf[46]:35)100
Menurut Ali Bin Abi Thalib bahwa sabar itu adalah bagian dari iman
sebagaimana kepala yang kedudukan nya lebih tinggi dari jasad.Hal ini
97
Ibid, hlm 245
98
Ibid, hlm 248
99
Rosibon Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2004),hlm 72
100
Qs. Al-Ahkaf (46):35
menunjukkan bahwa sabar sangat memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia.
MAQAMAT BAGIAN II
5. Shabr
Sabar (As-Shabar) adalah sikap yang dimiliki seseorang untuk menjalankan
perintah-perintah allah. Menjauhi segala laranganya dan bersedia cobaan-cobaan
yang diberikan oleh Allah SWT, dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan
suatu kesabaran memang dibutuhkan oleh seseorang, terutama seorang sufi yang
ingin mencapai tujuannya. Namun demikian, Kara Al-Ghazali kesabaran itu dapat
timbul apabila adanya iman yang kuat sebab itu, menurut Al-Ghazali sabar itu
merupakan kondisi jiwa yang timbul karena dorongan iman.101
Sabar, secara harfiah , berarti tabah hati. Secara terminologi, sabar adalah
suatu keadaan jiwa yang kokoh, stabil dan konsekuen dalam pendirian. Sedangkan
menurut pandangan Dzun Nun al-Misri, sabar berarti menjauhkan diri dari hal-hal
yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetap tenang ketika mendapat cobaan
dan menampakkan sikap cukup, walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran.
Berdasarkan pengertian di atas, maka sabar erat hubungannya dengan pengendalian
diri, pengendalian sikap dan pengendalian emosi. Oleh sebab itu, sikap sabar tidak
bisa terwujud begitu saja, akan tetapi harus melalui latihan yang sungguh-
sungguh.102
Sabar, menurut Al-Ghazali, jika dipandang sebagai pengekangan tuntutan
nafsu dan amarah, dinamakan sebagai kesabaran jiwa (ash-shabr an-nafs),
sedangkan menahan terhadap penyakit fisik, disebut sebagai sabar badani (ash-
shabr al-badani). Kesabaran jiwa sangat dibutuhkan dalam berbagai aspek.
Misalnya, untuk menahan nafsu makan dan seks yang berlebihan.103
101
Iqbal Irham, Akhlak Tasawuf,Pustaka Al-Ihsan,hlm 139.
102
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Akhlak Tasawuf hlm 251
103
Rosibon Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2004),hlm72
6. Tawakal
Tawakkal (at-tawakkal) diartikan sebagai kepasrahan secara penuh kepada
Allah setelah melakukan suatu usaha. Bagi sufi segala rencana dan usaha
melakukan suatu itu tidak dapat dipastikan, namun harus diserahkan kepada Allah
untuk berhasil atau tidak. Dalam kaitkan ini, Al Ghazali pernah mengungkapkan
bahwa manusia hanya;ah merencanakan dan mengusahakan, tetapi Tuhanlah yang
menentukan hasilnya.104
Secara harfiah, tawakkal berarti menyerahkan diri. Secara umum pengertian
tawakkal adalah pasrah secara bulat kepada Allah Swt setelah melaksanakan suatu
rencana dan usaha. Tidak boleh mematikan terhadap suatu rencana yang telah
disusun. Tetapi harus bersifat menyerah hanya kepada Allah. Manusia hanya bisa
merencanakan dan mengsahakan tetapi Tuhan yang menentukan hasilnya. “
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertakwalah kepada Allah
Swt menyukai orang-orang yang bertakwa kepadanya” (Q.S. Ali Imran 3:121)
َ ُئ ْال ُمؤْ ِمنِينَ َمقَا ِعدَ ِل ْل ِقتَا ِل ۗ َوّللا
س ِمي ٌع َع ِلي ٌم ُ َو ِإذْ َغدَ ْوتَ ِم ْن أ َ ْهلِكَ ت ُ َب ِو
Akan tetapi bagi kaum sufi pengertian tawakkal itu tidak cukup kalau hanya sekedar
menyerahkan diri. Secara umum pengertian tawakkal adalah pasrah secara bulat
kepada Allah setelah melaksanakan sesuatu rencana dan usaha.105
Pengertian tawakkal yang demikian itu sejalan pula dengan yang dikemukakan
Harun Nasution. Ia mengatakan tawakkal adalah menyerahkan diri kepada qada dan
keputusan Allah. Selamanya dalam keadaan tenteram, jika mendapat pemberian
berterima kasih, jika mendapat apa-apa bersikap sabar dan menyerah kepada qada
dan qadar Tuhan. Tidak memikirkan hari esok, cukup dengan apa yang ada untuk
hari ini. Tidak mau makan, jika ada orang lain yang lebih berhajat pada makanan
tersebut daripada dirinya. Percaya kepada janji Allah. Menyerah kepada Allah
dengan Allah dan karena Allah.106
104
Iqbal Irham, Akhlak Tasawuf,Pustaka Al-Ihsan,hlm 140
105
Ibid,hlm 140
106
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm 202
7. Ridh
Secara harfiah ridha artinya rela, senang atau suka. Harun Nasution menyatakan
ridha berarti tidak berusaha untuk menantang qadha dan qadar Tuhan. Menerima
qadha dan qadar dengan hati yang senang. Mengeluarkan perasaan benci dan hati
sehingga yang tinggal didalamnya hanya perasaan senang dan gembira.
Pengertian ridha ini merupakan perpaduan antara sabar dan tawakkal sehingga
melahirkam sikap mental yang merasa senang dan tenang menerima segala situasi
dan kondisi.Apabila seorang sufi telah mencapai maqam ridha ini maka berarti ia
telah mencapai satu tahap yang menghantarkan kepada sikap yang mendekati.107
Menurut Abdullah bin Khafif, ridha dibagi menjadi dua macam: ridha
dengan Allah dan ridha terhadap apa yang datang dari Allah. Ridha dengan Allah
berarti bahwa seorang hamba rela terhadap Allah sebagai pengatur jagad raya
seisinya, sedangkan ridha terhadap apa yang datang dari Allah yaitu rela terhadap
apa saja yang telah menjadi ketetapan Allah Swt.108
Pada dasarnya beberapa ulama mengemukakan konsep ridha secara
berbeda. Seperti halnya ulama Irak dan Khurasan yang berbeda mengenai konsep
ini, apakah ia termasuk bagian dari maqam atau hal. Maqam ridha adalah ajaran
untuk menanggapi dan mengubah segala bentuk penderitaan, kesengsaraan menjadi
kegembiraan dan kenikmatan.. Menurut Imam al-Gazali ridha merupakan buah dari
mahabbah. Dalam perspektif tasawuf ridha berarti sebuah sikap menerima dengan
lapang dada dan senang terhadap apapun keputusan Allah kepada seorang hamba,
meskipun hal tersebut menyenangkan atau tidak. Sikap ridha merupakan buah dari
kesungguhan seseorang dalam menahan hawa nafsunya.109
107
Iqbal Irham, Akhlak Tasawuf,Pustaka Al-Ihsan,hlm 141.
108
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Akhlak Tasawuf, hlm 258.
109
Ibrahim Basyuniy, Nasy’ah al-Taswuf al-Islamiy, Dar al-Ma’arif: Mesir, 1119 H, hlm 139.
pendapat dukalangna sufi.dalam buku ini akan hanya di uraikan yang terdapat
dikenal umum di kalangan sufi.
Adapula yang datang dan pergi kondisi mental itu dalam tempo yang panjang dan
lama,ini di sebut ‘’bawaidh’’.dan apabila kondisi mental itu secara terus menerus
dan menjadi keperibadian,itulah yang disebut ‘’al-hal’’,menurut al-qusyairi,al-hal
itu selalu bergerak naik sesingkat demi sesingkat sampai kettik kulminasi,yaitu
puncak kesempurnaan rohai.110
1.Muraqabah
Muraqabah merupakan pangkal kebaikan,ia tidak dapat di capai setelah
melakukan muhasabah,seorang akan mengatahui kelebihan dan kekurangan dirinya
untuk kemudian kemudaian memperbaiki diri dengan tuhannya.demikian
ingatannya seklalu tertuju kepada Allah dan Allah selalu memperhatikan apa yang
perbuatnya,mendengar apa yang dikatakannya.
Muraqabah adalah salah satu sikap mental yang tinggi yang mengandung adanya
kesadaran diri selalu berhadapan dengan Allah dan keadaan diawasinya.
Kehati-hatian (mawas diri) adalah kesadaran. Kesadaran ini makin terpelihara
dalam diri seseorang hamba jika meyakini bahwa Allah SWT senantiasa melihat
dirinya.111
Syeikh Ahmad bin Muhammad Ibnu Al Husain Al Jurairy mengatakan, “Jalan
kesuksesan itu dibangun di atas dua bagian. Pertama, hendaknya engkau memaksa
jiwamu muraqabah (merasa diawasi) oleh Allah SWT. Kedua, hendaknya ilmu
yang engkau miliki tampak di dalam perilaku lahiriahmu sehari-hari.112
2. Khauf
Al-khauf menurut sufi adalah suatu sikap mental merasa takut pada Allah
karena kurang sempurna pengamdiannya.takut dan khawatir kalau tidak senang
keadanya. Karena adanya perasaan seperti itu ,maka selalu berusaha untuk
memperbaiki dan lebih meni ngkatkan amal dan perbuatannya dan jangan sampai
mnyimpang dari apa yang dikehendaki oleh Allah.perasaan khauf ini timbul karena
pengenalan dan rasa kecintaan kepada Allah sudah mendalam sehingga iya
110
M.iqbal irham,akhlak tasawuf,pustaka al-ihsan,2012 hlm 142
111
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.202
112
Jafar, GERBANG TASAWUF: Dimensi Teoritis Dan Praktis Ajaran Kaum Sufi, 2016 hlm. 85
khawatir ia kalau yang dicintainya itu melupakannya atau takut kepada siksa
Allah.113
AL-khauf adalah suatu perasaan takut kepada Allah yang dimiliki oleh
seprang sufi,sehingga dikatan oleh seorang sufi yang kha’if,memiliki persaan takut
akan dirinya jika tidak diperhatikan oleh Allah melebi tautnya kepada musuh-
musuhnya.114
Khauf adalah suatu sikap mental yang merasa takut kepada Allah karena kurang
sempurna pengabdianya. Takut dan kawatir kalau Allah tidak senang kepadanya.
Menurut Ghozali Khauf adalah rasa sakit dalam hati karena khawatir akan terjadi
sesuatu yang tidak disenagi dimasa sekarang.
Khauf menurut ahli sufi bararti suatu sikap mental takut kepada allah karena
khawatir kurang sempurna pengabdian. Takut dan khawatir kalau Allah tidak
senang kepadanya. Oleh karena adanya perasaan seperti itu, maka ia selalu berusaha
untuk memperbaiki dan lebih meningkatkan amal perbuatannya dan jangan sampai
menyimpang dari apa yang dikehendaki oleh Allah. Perasaan khauf ini timbul
karena pengenalan dan rasa kecintaan kepada Allah sudah mendalam sehingga ia
khawatir kalau yang dicintainya itu melupakannya.115
Menurut al Ghozali Khauf terdiri dari tiga tingkatan atau tiga derajat, diantaranya
adalah:
a. Tingkatan Qashir (pendek), Yaitu khauf seperti
kelembutan perasaan yang dimiliki wanita, perasaan ini
seringkali dirasakan tatkala mendengarkan ayat-ayat
Allah dibaca.
b. Tingkatan Mufrith (yang berlebihan), yaitu khauf yang
sangat kuat dan melewati batas kewajaran dan
menyebabkan kelemahan dan putus asa, khauf tingkat ini
menyebabkan hilangya kendali akal dan bahkan
kematian, khauf ini dicela karena karena membuat
manusia tidak bisa beramal.
113
M. Iqbal irham,akhlak tasawuf,pustaka al-ihsan,2013 hlm 145
114
Al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al-Karim, hlm 315
115
Miswar, AKHLAK TASAWUF: Membangun Karakter Islam, (Perdana Publishing: 2016), hlm 183
c. Tingkatan Mu’tadil (sedang), yaitu tingkatan yang
sangat terpuji, ia berada pada khauf qashir dan
mufrith.116
firman Allah SWT: Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan
melaksanakan apa yang diperintahkan (QS. an-Nahl [16]: 50). Yakni, mereka tidak
berbuat maksiat kepada Allah sekejap mata pun.117
3.Raja’
Al-raja’ yang arti dasarnya mengharap, oleh para sufi dimaknakan sebagai
suatu sikap mental yang optimis dalam memperoleh serta berharap pada karunia
dan nikmat Allah yang di sediakan bagi hamba hambanya yang shaleh.
Orang yang harapan dan penantianya menjadikanya berbuat ketaatan dan
mencegahnya dari kemaksiatan, berarti harapanya besar, Sebaliknya, jika
kemaksiatan, harapanya sia-sia dan percuma.118
Harapan penting lainnya adalah berupa di terimanya amal perbuatan yang
dilakuannya oleh karena itu Allah pengasih ,maha pengampun dan maha
penyayang, maka seorang hamba yang taat ,merasa optimis akan memperoleh
limpahan karunia ilahi, jiwanya penuh pengharapan akan mendapat ampunan,
merasa lapang dada penuh gairah menanti rahmat dan kasih sayang Allah. Raja’
dapat berarti berharap atau optimisme, yaitu perasaan senang hati karena menanti
sesuatu yang diinginkan dan disenangi. Raja’ atau optimisme ini telah ditegaskan
dalam al-Qur’an:119
َ ُّللا
ٌ ُغف
ور َر ِحي ٌم َّ َّللاِ أُو َٰلَ ِئكَ َي ْر ُجونَ َرحْ َمت
َّ ّللاِ ۚ َو َ ِإنَّ الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوالَّ ِذينَ َهاج َُروا َوجَا َهدُوا ِفي
َّ س ِبي ِل
Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan
berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.(Al-Baqarah: 218).120)121
116
Rosibon Anwar dan Mukhtar Solihin, Ilmu tasawuf,hlm.75-76
117
Ali anwar Yusuf, Studi Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi, (Bandung: Pustaka Setia, 2003),
h.200
118
Sholihin, dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf,Bandung: CV Pustaka Setia,2008, hlm 85.
119
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.193-194
120
Al-Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al-Qur’an al-Karim, hlm 296
121
Qs. Al-Baqarah 218
121
M.iqbal irham,akhlak tasawuf,pustaka al-ihsan,2012 hlm 148
Orang yang harapan dan penantiannya mendorongnya untuk berbuat ketaatan dan
mencegahnya dari kemaksiatan, berarti harapannya benar. Sebaliknya, jika
harapannya hanya angan-angan, semenatara ia sendiri tenggelam dalam lembah
kemaksiatan, harapannya sia-sia.
Raja’ menurut tiga perkara, yaitu:
a. Cinta kepada apa yang diharapkannya.
b. Takut bila harapannya hilang.
c. Berusaha untuk mencapainya.
raja’ yang tidak dibarengi dengan tiga perkara itu hanyalah ilusi atau hayalan.
Setiap orang yang berharap adalah juga orang yang takut (khauf). Orang yang
berharap untuk sampai di suatu tempat tepat waktunya, tentu ia takut terlambat. Dan
karena takut terlambat, ia mempercepat jalannya. Begitu pula orang yang
mengharap rida atau ampunan Tuhan, diiringi pula dengan rasa takut akan siksaan
Tuhan.
4.Syauq
Al-syauq atau kerinduan adalah kondisi kejiawaan yang menyertai rasa
cinta (mahabbah) memancar dari dalam hati.rasa rindu yang memancar dari dalam
kalbu karena glora cinta yang murni.setiap denyutan jantung,detak kalbu dan desah
nafas,ingatan hanya tertuju kepada Allah.inilah yang di sebut al-syauq.perasaan
rindu yang di tunjukkan kepada Allah ini ,dijadikan sebagi pendorong untuk selalu
bergerola ingin selalu bersama Allah .
Karena itulah timbul kerinduan untuk mengetahuinya dan rindu itu akan
berakhir di hari akherat kelak,hal itu akan berupa ru’yah(melihat
tuhan),liqa,(bertemu Allah)dan musyhadah(menyaksikan Allah).122
Abu Ali Daqaq mengatakan “Syauq adalah dorongan hati untuk bertemu dengan
yang dicintai dan kuatnya dorongan sesuai dengan kuatnya cinta dan cinta baru
berakhir setelah melihat dan bertemu.
122
M.iqbal irham,akhlak tasawuf,pustaka al-ihsan,2012 hlm 148
Setiap denyutan jantung, detak kalbu dan desah nafas, ingatan hanya tertuju kepada
Allah Swt itulah yang disebut Al-Syauq. Perasaan inilah yang menjadi pendorong
sufi agar selalu berada sedekat mungkin dengan Allah.123
Menurut Al Sarraj orang yang merindu itu terbagi atas tiga golongan.
a. pertama adalah mereka yang merindu kepada janji Allah atas para kekasih-Nya
tentang pahala, karamah, keutamaan, dan keridlaan-Nya.
b. Kedua, mereka yang rindu kepada kekasihnya karena cintanya yang mendalam
dan bersemayamnya rindu itu hendak bertemu dengan kekasihnya.
c. Ketiga, mereka yang menyaksikan kedekatan Allah terhadap dirinya, Allah
senantiasa hadir tidak pernah pergi, maka hatinya merasa senang walau hanya
menyebut nama-Nya saja.124
13. Al- AHWAL BAGIAN II
5. Uns (Intimacy)
Al-Uns atau rasa keakraban adalah suatu kondisi mental atau keadaan jiwa
dan seluruh perasaan yang tertuju pada suatu titik sentral, yaitu Allah. Dalam
kondisi ini, hanya Allah saja yang menjadi pusat perhatian, perasaan, harapan dan
ingatan. Tidak ada yang ingin dirasa, tidak ada yang diingat, tidak ada yang
diharapkan kecuali Allah. Segenap jiwa raganya terpusat bulat sehingga ia seakan-
akan tidak menyadari dirinya lagi dan berada dalam situasi hilang ingatan terhadap
alam sekitarnya.
Sedemikian kuatnya rasa Uns ini, Dzu an-Nun al-Mishri menggambarkan
bahwa seandainya seorang sufi itu dilemparkan ke neraka, ia tidak akan merasakan
panasnya. Atau sebagaimana yang digambarkan oleh al-Junaid bahwa bila tubuh
seorang sufi dalam kondisi uns ditusuk dengan pedang, maka ia tidak akan
merasakan sakitnya.125
Seorang hamba yang merasakan Uns dibedakan menjadi tiga kondisi.
Pertama, seorang hamba yang merasakan suka cita berzikir mengingat Allah dan
merasa gelisah di saat lalai. Kedua, seorang hamba yang merasa senang dengan
123
Miswar, AKHLAK TASAWUF: Membangun Karakter Islam, (Perdana Publishing: 2016), h. 184
124
Jafar, GERBANG TASAWUF: Dimensi Teoritis Dan Praktis Ajaran Kaum Sufi, (Perdana
Publishing: 2016), h. 89
125
Iqbal Irham, Akhlak Tasawuf,Pustaka Al-Ihsan,hlm 148.
Allah dan gelisah terhadap bisikan-bisikan hati, pikiran dan segala sesuatu selain
Allah yang akan menghalanginya untuk dekat dengan Allah. Ketiga, yaitu kondisi
yang tidak lagi melihat suka citanya karena adanya wibawa, kedekatan, kemuliaan
dan mengagungkan disertai dengan suka cita.126
Ada orang yang merasa sepi dalam keramaia. Ia adalah orang yang selalu
memikirkan kekasihnya sebab sedang dimabuk cinta, seperti halnya sepasang
pemuda dan pemudi. Ada pula orang yang merasa bising dalam kesepian. Ia adalah
orang yang selalu memikirkan atau merencanakan tugas pekerjaan semata-mata.
Adapun engkau, selalu merasa berteman dengan Allah artinya engkau selalu berada
dalam pemeliharaan-Nya.127
6. Musyahada (Contemplation)
Secara etimologi (harfiah), Al-Musyahadah berarti menyaksikan dengan
mata epala sendiri, sedangkan menurut terminology sikalangan sufi, al-musyahadah
diartikan dengan menyaksikan secra jelas dan sadar apa yang dicarinya itu. Dalam
hubungan ini apa yang dicarinya itu adalah Allah SWT. Jadi, seseorang sufi telah
merasakan berjumpa dengan Allah.
Selanjutnya al-kalabazi mengemukakan bahwa dalam musyahda ini, sering
kali diungkapkan beberapa istilah yang mengandung maksud tertendu atau
bertujuan memberikan penjelasan tentang musyahadah, yaitu istilah muhadhara,
mukasyafa, ghibah, syahwu, dan sakar.128
Perpaduan antara pengetahuan dan rasa cinta yang mendalam lagi dengan
adanya perjumpaan secara langsung, maka tertanamlah dalam qalb perasaan yang
mantap tentang Allah. Perasaan mantapnya pengetahuan yang diperoleh dari
pertemuan secara langsung itulah yang dinamakan al-yaqin. 129
Jadi, al-yaqin berarti perpaduan antara pengetahuan yang luas serta mendalam dan
rasa cinta serta rindu yang mendalam pula sehingga tertanamlah dalam jiwanya
perjumpaan secara langsung dengan Tuhannya. Dalam pandangan al-Junaid, yaqin
adalah tetapnya ilmu di dalam hati, tidak berbalik, tidak berpindah dan tidak
126
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Akhlak Tasawuf,hlm 270.
127
Taufiq,Imam,Tasawuf Krisis,Yogyakarta : Pustaka pelajar,2001.
128
Iqbal Irham, Akhlak Tasawuf,Pustaka Al-Ihsan,hlm 149.
129
Tim penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, Akhlak Tasawuf, hlm 271
berubah. Dengan demikian, yaqin adalah kepercayaan yang kokoh, tak tergoyahkan
tentang kebenaran pengetahuan yang dimiliki.130
7. Thuma’ninah (Tranguillity)
Secara etimologi (harfiah), Thuma’ninah berati tenang, damai dan tentram.
Tidak ada rasa was-was atau khawatir, tidak ada yang dapat mengganggu perasaan
dan pikiran, karna seorang sufi sudah mencapai tingkat kebersihan jiwa yang paling
tinggi. Setelah sekian lama ia berjalan, sekian berat perjuangan yang dihadapi,
akhirnya sampailah ia keujung perjalanan, yaitu berkomunikasi secara langsung
dengan Allah yang dicari, yang dicintai dan dirindui. Ia mampu mengadakan dialog
secara langsung kerena sudah dekat dengan Allah, Karenanya ia merasa tenang
bahagia, damai dan tentram.131
Seseorang yang telahmencapai Thuma’ninah, ia telah kuat akalnya, kuat imanya
dan ilmunya serta bersih ingatanya.
Thuma’ninah dibagi menajadi tingkatan.
a. ketenangan bagi kaum awan.
b. ketenangan bagi orang yang khusus.
c. ketenangan bagi orang-orang yang paling khusus.132
Dalam ibadah, berzikir, salat dan berdoa diperlukan sikap thuma’ninah agar
ibadah yang dilakukan ldapat terfokus dan dapat mencapai ke-khusyu’an.
Sebgaiman yang ditegaskan dalam al-qur’an “ maka kami memperkenankan doanya
dan kami anugrahkan kepadanya Yahya dan kami jadikan istrinya dapat
mengandung. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada
Kami”.133
8. Yaqin (Certainty)
Al-yaqin secara harfiah merupakan keyakinan. Jelas, kepastian suatu
perkara yang jelas, pasti kebenarannya. Di kalangan sufi terdapat ungkapan bahwa
yakin itu adalah perasaan mantapnya pengetahuan yang diperoleh dari pertemuan
130
Ibid,hlm 272.
131
Iqbal Irham, Akhlak Tasawuf,Pustaka Al-Ihsan,hlm 150.
132
Ahmad Budiyono, ”Pengertian dan Tahapan Maqamat dan Ahwal”,hlm 170
133 133
Iqbal Irham, Akhlak Tasawuf,Pustaka Al-Ihsan,hlm 151.
secara langsung dengan Allah. Dengan demikian, al-yaqin adalah kepercayaan yang
kokoh dan tak tergoyahkan tentang kebenaran pengetahuan yang ia miliki, karena
ia sendiri telah menyaksikannya dengan segenap jiwa dan telah merasakannya
dengan seluruh ekspresinya serta dipersaksikan oleh segenap eksistensialnya.
Perpaduan antara pengetahuan yang luas dan mendalam kepada Allah
dengan rasa cinta dan rindu yang bergelora ditambah lagi dengan perjumpaan
secara langsung dengan Allah, maka tertanam dan tumbuhlah perasaan yang
mantap dalam jiwa bahwa dialah yang dicari itu. Perasaan mantapnya pengetahuan
yang diperoleh dari pertemuan secara langsung tersebut, inilah yang disebut al-
yaqin.134
Belum sampai pada satu tingkat keimanan yang meyakinkan sehingga-ketika itu-
masih ada semacam pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak beliau.
Kalaupun ketika itu beliau telah yakin, itu baru sampai pada tingkat ‘Ilm al-Yakin,
belum ‘Ain al-Yakin, apalagi Haqq al-Yakin. Beliau baru sampai pada tingkat
keyakinan yang sempurna setelah malakut as-Samawati wa al-Ardh ditunjukkan
kepadanya oleh Allah, sebagaimana firmannya di atas.135
Seseorang yang ingin mencapai tahap keyakinan harus berusaha menghilangkan
setiap kerancuan yang menyelinap ke dalam benak, dan hatinya. Ini ditempuh
dengan jalan mendekatkan diri kepada Allah, mempelajari hukum-hukum yang
ditetapkannya serta mengamalkannya dan pengetahuan yang terakhir ini mengantar
ia sampai kepada keyakinan, dan ini pada gilirannya mengantar ia dengan mantap
berkata bahwa tidak ada yang lebih baik daripada Allah dalam menetapkan
hukum.136
134
Iqbal Irham, Akhlak Tasawuf,Pustaka Al-Ihsan,hlm 151.
135
Quraisy Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 3, hal 511.
136
Ibid, hlm 146.