Vous êtes sur la page 1sur 9

PERAN ORANGTUA DALAM MENINGKATKAN

PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI DALAM


KELUARGA

Edi Widianto
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah FIP
Universitas Negeri Malang
email: edi.widianto.fip@um.ac.id

Abstract : The Role of Parents in Improving The Character of Early Childhood Education in
The Family. Parents play an important role to develop their potential. parents are educators first
and foremost in a family environment, parents need to be aware that the child has great potential at
birth. The importance of early childhood education because of the period of child development
goes more rapidly. At that time was the right time to lay the foundations of character education in
accordance with its development. To achieve this, the required maximum effort from parents to
educate children in all aspects of development and enhancing the role of parents as educators in
the family. This study aimed to describe the role of parents in improving the character education in
early childhood in the family. Research design used in this study is qualitative. the results of this
study indicate that: 1) The value-character value given by parents to children in a family
environment, among others: parents exercise self-discipline in children, train perseverance,
responsible from an early age, an attitude of humility toward others, cultivate governance manners,
uphold the values of honesty, love of God with worship familiarize timely; 2) The role of parents
in transmitting the character education of children despite not run optimally, but parents continue
to strive to improve it; 3) Barriers experienced by parents in implementing character education in
the family is heavily influenced by factors outside the home environment.

Key Words: Parents, Character Education, Early Childhood, Family

Abstrak : Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Dalam Keluarga. Orangtua memegang peranan penting untuk mengembangkan potensi anaknya.
Orangtua merupakan pendidik pertama dan utama dalam lingkungan keluarga, orang tua perlu
sadar bahwa anak memiliki potensi besar saat dilahirkan. Pentingnya pendidikan anak usia dini
karena pada periode tersebut perkembangan anak berjalan semakin pesat. Pada masa tersebut
merupakan masa yang tepat untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan karakter yang sesuai dengan
perkembangannya. Untuk mencapai hal tesebut, maka diperlukan usaha yang maksimal dari
orangtua untuk mendidik anak dalam seluruh aspek pengembangannya dan meningkatkan peranan
orangtua sebagai pendidik dalam keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran
orangtua dalam meningkatkan pendidikan karakter pada anak usia dini dalam keluarga. Rancangan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa: 1) nilai-nilai karakter yang diberikan orangtua kepada anak dalam lingkungan keluarga
antara lain: orangtua melatih kedisiplin diri pada anak, melatih ketekunan, bertanggung jawab
sejak usia dini, sikap rendah hati terhadap sesama, membudayakan tata krama, menjunjung nilai-
nilai kejujuran, cinta kepada Allah dengan membiasakan beribadah tepat waktu; 2) peran orangtua
dalam menularkan pendidikan karakter kepada anak meskipun belum berjalan secara optimal
namun orangtua terus berupaya memperbaikinya, 3) hambatan yang dialami orangtua dalam
menerapkan pendidikan karakter dalam keluarga banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan luar
rumah.

Kata Kunci: Orangtua, Pendidikan Karakter, Anak Usia Dini, Keluarga.

31
32 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal 1-75

Tujuan pendidikan adalah untuk menciptaan kehilangan nilai-nilai luhur kemanusiaan.


pribadi-pribadi yang memiliki idealisme yang Padahal, pendidikan seharusnya memberikan
tinggi. Pribadi seperti itu berkewajiban pencerahan terhadap nilai-nilai luhur
menjadikan akhlak dan moral sebagai ikatan. kemanusiaan tersebut.
Melalui pendidikan simpul-simpul norma dan
nilai dapat ditegakkan, jika masing-masing Pada masa era global yang semakin
pribadi mematuhi tata aturan dalam mengedepankan ilmu pengetahuan dan
kehidupannya, melaksanakan norma-norma teknologi yang canggih tanpa disadari
dalam masyarakat, dan memperbaiki membawa ekses negatif yang besar pula.
pemahaman berdasarkan landasan yang benar. Dampak negatif yang terasa saat ini antara
Inilah tugas berat yang harus dipikul bersama lain: kebangkrutan moral bangsa, perilaku seks
oleh semua komponen masyarakat. bebas, pembunuhan, maraknya tindak
kekerasan, perilaku sosial yang menyimpang
Pendidikan memiliki landasan yang dari tuntunan nilai moral, inkoherensi politisi
selalu disesuaikan dengan orientasi yang ada atas retorika politik, maka pendidikan karakter
pada masyarakat. Bagi masyarakat komunis, yang menekankan dimensi etis-religius
landasan pendidikan terpusat pada menjadi sebuah pilihan yang relevan untuk
materealisme, menafikan spiritualitas, dan diterapkan.
memutuskan hubungan manusia dengan
Tuhannya. Bagi beberapa negara, landasan Orangtua di dalam keluarga dan
pendidikan terpusat pada budaya materealistik, lingkungan sosial masyarakat merupakan
pengagungan individualisme, dan dekonstuksi tempat belajar seorang anak untuk pertama
budaya moral. Sementara bagi itu ada pula kalinya. Oleh karena itu, seorang anak
yang menggunakan landasan pendidikannya membutuhkan stimulasi yang tepat agar anak
didasarkan pada pembentukkan akidah yang dapat tumbuh dan berkembang dengan
benar, percaya diri, dan etika luhur yang optimal. Bloom (dalam Siskandar, 2003: 22)
mencerminkan hubungan kasih sayang antara menyatakan perkembangan intelegensi,
manusia dengan Tuhannya, antara manusia kepribadian dan tingkah laku sosial
dengan sesamanya, dan jalinan hubungan berkembang pesat ketika anak berada mada
dengan keluarganya. masa usia dini. Pada masa itulah peran
orangtua sangat dominan dalam meningkatkan
Etika sebuah negara akan menentukan pendidikan karakter bagi anak usia dini.
semangat kemandirian dan kerja keras mereka. Berdasarkan kajian neurologi, pada saat lahir
Menurut Davidson & Rees-Mogg (1997) otak bayi mengandung sekitar 100 milyar
menyatakan all strong societies have a strong neuron yang siap melakukan sambungan antar
moral basis. Any study of the history of sel. Selama tahun pertama, otak bayi
economic development shows the close berkembang sangat pesat dan menghasilkan
relationship between moral and economic bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron
factors. Countries and groups that achieve yang banyaknya melebihi kebutuhan.
successful development do so partly because Sambungan ini harus diperkuat melalui
they have an ethic that encourages the berbagai rangsangan psikososial, karena
economic virtues of self-reliance, hard work, sambungan yang tidak diperkuat akan
family and social responsibility, high savings, mengalami atrofi atau penyusutan (Jalal, 2002:
and honesty. Dunia pendidikan di Indonesia 6). Jika orangtua memahami arti pentinganya
dinilai belum mendorong pembangunan pengetahuan tersebut, maka sudah selayaknya
karakter bangsa yang kuat meskipun sudah orangtua mengimbanginya dengan
banyak lembaga pendidikan dari jenjang memberikan stimulasi penguatan pendidikan
prasekolah sampai ke jenjang pendidikan karakter yang baik khususnya pada anak 0-6
tinggi. Hal ini disebabkan karena ukuran- tahun tersebut.
ukuran dalam pendidikan tidak dikembalikan
pada karakter peserta didik, tetapi Tanggung jawab mendidik anak perlu
dikembalikan pada perkembangan pasar. Pada disadari oleh berbagai pihak. Orangtua harus
akhirnya pendidikan nasional pun belum menyadari bahwa penanaman pendidikan
mampu memberikan dampak mencerahkan karakter yang baik akan menentukan
bagi bangsa ini. Pendidikan kita seolah-olah perkembangan masa depan anak. Pemerintah
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal 1-75 33

pusat maupun pemerintahan daerah melalui merupakan jembatan bagi anak dalam belajar.
lembaga-lembaga yang terkait telah melakukan Kegiatan bermain merupakan suatu aktivitas
upaya-upaya menumbuhkan potensi dan yang membantu anak mencapai perkembangan
optimalisasi pendidikan karakter pada anak. yang utuh secara fisik, intelektual, sosial,
Sedangkan dalam lingkup yang lebih luas, moral, dan emosional.
semua negara-negara di dunia telah bersepakat
dalam hal pentingnya usaha untuk Pendidikan karakter harus berkaitan
meningkatkan kesejahteraan dan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Jangan
pemberdayaan potensi anak-anak. Bahkan sampai orangtua mengajari anak-anaknya
PBB dalam badan-badan khususnya seperti tentang karakter akhlak, budi pekerti, maupun
UNICEF, UNESCO, dan WHO telah kejujuran dengan menekankan pada aspek otak
menunjukkan upaya-upaya tersebut. kiri melalui hafalan atau hanya sekedar tahu.
Pada hal pembentukan karakter harus
Pendidikan karakter bertujuan untuk dilakukan secara sistematis dan
memperkuat pondasi dasar anak sebagai berkesinambungan yang melibatkan aspek
persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan knowledge, feeling, loving dan acting.
diri dengan lingkungannya. Kohlberg (1975) Sedangkan menurut Bohlin, dkk (2001) cara
menyatakan bahwa anak pada usia bayi belum menumbuhkan karakter adalah dengan cara
mengerti tentang moral, sehingga belum mengkaitkan antara the habits of mind, heart,
mengerti arti baik dan buruk. Di sinilah letak dan action.
peran orangtua sangat besar untuk memberikan
pondasi moral yang kuat kepada anak. Namun, Inilah yang menjadi dasar pemikiran
tidak semua anak usia dini dapat merasakan peneliti untuk mengkaji lebih mendalam
pendidikan di lembaga prasekolah karena tentang peran yang harus dilakukan oleh
masih ada sekitar 28 juta anak usia 0-6 tahun orangtua selaku pendidik dalam keluarga untuk
yang tidak terlayani dalam program pendidikan meningkatkan pendidikan karakter anak usia
prasekolah (Susanti, 2007). Faktor-faktor dini. Menyiapkan perkembangan karakter
penyebabnya antara lain masih rendahnya sejak awal kepada anak adalah sebuah strategi
pemahaman orangtua tentang pentingnya investasi manusia yang sangat tepat.
pendidikan anak usia dini, alasan keterbatasan
dana dari orangtua, dan kurangnya sarana dan Tujuan Penelitian ini adalah: 1)
prasarana dalam mendidik anak. mendeskripsikan pendidikan karakter dalam
lingkungan keluarga, 2) mendeskripsikan
Tidak semua orangtua menyadari bahwa peran orangtua dalam meningkatkan
mengoptimalkan karakter anak sebenarnya pendidikan karakter pada anak usia dini dalam
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Salah keluarga, 3) mendeskripsikan hambatan dalam
satunya melalui kegiatan bermain, melalui meningkatkan pendidikan karakter pada anak
kegiatan bermain anak dapat belajar tentang usia dini dalam keluarga.
dirinya dan lingkungan sekitar. Bermain
merupakan suatu kebutuhan bagi anak. Oleh
karena itu, orangtua perlu didorong agar METODE
kegiatan bermain dapat dijadikan sebagai
sarana bagi anak untuk mengoptimalkan Penelitian ini dilakukan pada kelompok
potensinya. Peran yang dilakukan orangtua keluarga di kelurahan Karangbesuki
untuk anak tidak sekedar berorientasi pada Kecamatan Klojen Kota Malang. Pendekatan
anak saja, tetapi juga pada upaya orangtua yang digunakan dalam penelitian ini adalah
untuk meningkatkan ketrampilan dan kualitatif deskriptif yang dirancang dalam
pengetahuan sebagai pendidik dalam keluarga. bentuk studi kasus tunggal (one case study).
Alasan yang mendasari penggunaan
Peran orangtua yang dilakukan untuk pendekatan kualitatif adalah untuk
meningkatkan pendidikan karakter anak usia mendapatkan gambaran yang utuh guna
dini dapat dilakukan dengan memberi memfokuskan pada proses penemuan makna
rangsangan-rangsangan, memberikan dari fenomena yang ada pada subjek
permainan yang sesuai dengan tahap-tahap penelitian.
perkembangan anak. Karena bermain
34 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal 1-75

Permasalahan yang hendak dipecahkan HASIL DAN PEMBAHASAN


melalui rancangan studi kasus ini adalah
mendeskripsikan pendidikan karakter dalam Pendidikan Karakter dalam Lingkungan
perspektif keluarga, mengetahui peran Keluarga
orangtua dalam meningkatkan pendidikan
karakter, mengidentifikasi hambatan dalam Pendidikan karakter adalah gerakan
implementasi pendidikan karakter pada anak nasional untuk menciptakan generasi yang
usia dini dalam keluarga. Orangtua dijadikan beretika, bertanggung jawab, dan perduli
informan utama dalam penelitian ini karena melalui pemodelan dan mengajarkan karakter
peran ayah dan ibu terkait langsung dengan baik dengan penekanan pada nilai universal
pendidikan karakter anak usia dini. yang disepakati bersama. Langkah-langkah ini
sangat baik, khususnya untuk menanamkan
Subjek penelitian adalah orangtua yang budi pekerti yang baik pada anak dalam
memiliki anak usia 0-6 tahun. Peneliti keluarga. Jika anak dibiasakan sejak kecil
melakukan serangkaian pengumpulan data dengan pembiasaan-pembiasaan pada nilai
secara intensif tentang latar belakang, interaksi etika, menghargai diri sendiri dan orang lain,
antara anak dan orangtua di lingkungan bertanggung jawab, integritas, dan disiplin diri,
keluarga, dan unit-unit sosial yang menjadi maka hal ini akan membekas sampai usia
subjek penelitian. dewasa. Memang bukan persoalan yang mudah
dan cepat untuk mencapai hal itu semua.
Teknik pengumpulan data dilakukan Pendidikan karakter bukanlah suatu ‗obat
melalui wawancara mendalam, observasi, dan penyembuh secara singkat‘. Hasil pendidikan
studi dokumentasi. Teknik analisis data karakter akan membawa dampak dalam jangka
dilakukan sebelum turun ke lapangan dan panjang pada moral dan etika anak.
selama di lapangan dengan menggunakan
interactive analysis models (Miles & Hasil temuan menunjukkan bahwa
Huberman, 1994: 12). Teknik analisis data pendidikan karakter dalam keluarga dapat
dilakukan melalui tahapan: 1) kegiatan ditafsirkan sebagai sebuah langkah orangtua
pengumpulan data (data collection) yang kepada anak agar anak usia dini dapat
sudah dilaksanakan yaitu melakukan bertumbuh dan menghayati nilai-nilai moral
pencatatan dan perekaman data. Data yang guna menyiapkan kehidupannya dengan tujuan
berhasil dikumpulkan antara lain dokumen untuk membentuk pribadi yang berakhlak
(data statistik penduduk kelurahan mulia. Pendidikan karakter dalam keluarga
Karangbesuki, RPJM kelurahan, peta wilayah, yang diajarkan orangtua kepada anak
data jumlah anak usia dini), data hasil dilakukan melalui: 1) diajarkan melalui
observasi (lokasi penelitian, data keluarga pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari,
yang hendak diobservasi), dan hasil orangtua berperan sebagai role model,
wawancara dengan informan (orangtua); 2) dilakukan dalam setting informal; 2)
kegiatan reduksi data (data reduction) bersumber utama dari keluarga, lingkungan,
dilakukan dengan mengklasifikasikan data dan sekolah; 3) lebih mudah ditularkan melalui
sesuai dengan kelompoknya. Kegiatan reduksi pembiasaan daripada diajarkan dalam bentuk
data akan mempermudah menyimpulkan pelajaran; orangtua mengajarkan karakter
masalah dan melakukan pengumpulan data kepada anak didasari budaya dan adat-istiadat
selanjutnya; 3) pada tahap penyajian data yang melekat di sekitarnya.
(display data). Manfaat yang diperoleh pada
kegiatan ini, peneliti lebih memahami proses Beberapa nilai-nilai karakter yang
pendidikan karakter yang dilakukan orangtua; diberikan orangtua kepada anak dalam
4) selama proses penarikan kesimpulan lingkungan keluarga antara lain: 1) Disiplin
(conclusion: drawing/verification), hasil data diri. Karakter ini menjadi perhatian yang besr
di lapangan seringkali belum sesuai dengan bagi orangtua ketika mereka diwawancarai
kesimpulan yang dihasilkan. oleh peneliti. Disiplin diri menjadi prioritas
dari sebagian besar narasumber karena
menurut mereka disiplin ini akan berpengaruh
terhadap kerja keras, komitmen pada tujuan,
melatih diri agar mandiri, dan juga
menghindari perilaku tidak baik. 2) Ketekunan.
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal 1-75 35

Ketekunan di sini adalah tekun belajar usia dini justru orangtua akan menghadapi
meskipun banyak kendala. Dengan diberikan kesulitan di belakang hari. Adapun peran yang
nilai-nilai ketekunan, maka secara tidak dilakukan orangtua dalam menebar virus
langsung akan melatih kesabaran anak dan karakter kepada anak dilakukan dengan cara
berani mencoba hal-hal baru. 3) Tanggung sebagai berikut: 1) Menanamkan nilai
jawab. Anak diberi kebebasan dalam kebaikan kepada anak. Menanamkan konsep
menjalankan kewajiban dan tugas, dapat diri pada anak secara alami kepada anak tanpa
diandalkan, konsisten dalam perkataan dan harus direncanakan terlebih dahulu. Misalnya,
perbuatan, dan dapat dipercaya ketika diberi orangtua menanamkan konsep diri tentang
tugas orangtua. 4) Sikap rendah hati. Dalam kegigihan pada anak, maka maka orangtua
pergaulan sosial anak dapat membawa diri dan tinggal mengintaegrasikan konsep tersebut
tidak membanggakan diri. Sikap yang terlalu dalam perilaku, tanpa banyak memberi definisi
menyombongkan diri akan merugikan diri teori. Hasil nilai karakter yang muncul bukan
sendiri. Manusia yang berlebihan dan berupa pemahaman, tetapi berupa sikap gigih.
mengunggulkan diri, biasanya lalu bersikap Sehingga dalam diri anak terbentuk sikap yang
merendahkan (meremehkan) orang lain. gigih, bersemangat, pantang menyerah, dan
Padahal, setiap orang memiliki kelemahan dan suka bekerja keras. 2) Menggunakan cara yang
kekuatannya masing-masing. 5) Tata krama. membuat anak memiliki keinginan untuk
Karakter yang ditanamkan sejak usia dini berbuat baik. Peran yang dilakukan orangtua
adalah membentuk ‗unggah-ungguh’ dan dilakukan dengan cara memberikan beberapa
tatakrama yang baik dan benar. Anak diajari contoh kepada anak mengenai karakter yang
agar dapat memilah da memilih mana tindakan sedang dibangun. Misalnya, orangtua bercerita
yang baik dan tindakan yang tidak baik. Tata atau mendongeng tentang tokoh-tokoh yang
krama ini termasuk hal yang penting dalam mudah dipahami oleh si anak. Pemilihan tokoh
hubungan kemasyarakatan. 6) Kejujuran. Anak dalam cerita tentu saja harus dikontraskan
dibiasakan hidup jujur sejak kecil. Misalnya antara tokoh yang baik dan tokoh yang jahat
jika menemukan barang yang bukan miliknya, agar dalam benak anak dapat membedakan
maka anak diajarkan untuk tidak mana sikap dan perilaku yang boleh ditiru dan
mengambilnya. 7). Cinta kepada Allah. mana perilaku yang tidak tepat unuk ditiru. Hal
Orangtua mengajarkan nilai-nilai religi kepada ini akan mempermudah anak untuk melakukan
anak dengan membawa anak ke kegiatan- sesuatu hal karena ada alasan yang tepat untuk
kegiatan pengajian, mendorong anak untuk melakukan hal tersebut. Selain itu, anak juga
belajar beribadah mengikuti oarangtuanya, dan diberitahu tentang manfaat atau alasan
menanamkan nilai-nilai kebajikan. mengapa harus melakukan perbuatan itu.
Dengan demikian, apa yang dilakukan oleh
Peran Orangtua dalam Meningkatkan anak memiliki tujuan yang positif. 3)
Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Mengembangkan sikap mencintai perbuatan
Dalam Keluarga yang baik. Supaya anak mengembangkan
karakter yang baik, maka perlu ada
Tantangan terbesar yang sedang penghargaan bagi anak yang membiasakan
dihadapi Indonesia saat ini adalah menghadapi melakukan kebaikan. Begitu pula dengan anak
Masyarakat Ekonomi Asia (MEA), tantangan yang melakukan pelanggaran, supaya diberi
tersebut merupakan peluang sekaligus hukuman yang bersifat mendidik. 4)
ancaman yang akan dihadapi oleh seluruh Melaksanakan perbuatan baik. Karakter yang
bangsa Indonesia. Kunci sukses dalam sudah mulai dibangun melalui konsep
menghadapi tantangan itu terletak pada diaplikasikan dalam proses pembelajaran
kualitas sumberdaya manusia (SDM) informal dalam keluarga. Selain itu, orangtua
Indonesia yang handal dan berbudaya. Oleh juga tetap memantau perkembangan anak
karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dalam praktik pembangunan karakter di
dini merupakan langkah penting yang harus rumah. Orangtua bagi si anak akan dianggap
disiapkan secara serius. model. Segala tingkah laku orangtua akan
Memang bukan hal mudah untuk diadopsi oleh si anak. Apa yang dilakukan oleh
mengajarkan nilai-nilai karakter yang baik orangtua, bisa jadi dianggap benar oleh anak.
kepada anak, namun jika tidak dimulai sejak Untuk itulah, orangtua harus mampu
memberikan contoh yang positif.
36 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal 1-75

Selama proses pendidikan karakter dewasa. Hal itulah yang membuat anak jaman
dijalankan oleh orangtua di rumah, maka sekarang mudah menirukan dan
orangtua tetap berkewajiban memantau mempraktekkan kepada kawan-kawannya yang
perkembangan anak secara terus-menerus. lain dan akhirnya menyebar kepada kawan-
Pemantauan secara kontinyu merupakan wujud kawannya di sekolah bahkan kawan
dari pelaksanaan pembangunan karakter. sepermainan. Tanpa disadari, tindakan anak
Beberapa hal yang perlu dipantau antara lain: yang seperti itu juga bisa menjadi dampak
kedisiplinan mulai dari bagun tidur di pagi negatif bagi anak-anak yang lain.
hari, pembiasaan jam berangkat ke sekolah
(jika anak sudah memasuki usia prasekolah), Perkembangan media masa kini sangat
pembiasaan berdoa sebelum makan, pesat. Namun, tentunya ada dampak positif
pembiasaan dalam berbicara (sopan santun dan negatifnya. Media televisi, koran, internet,
berbicara), maupun etika bertemu dengan hiburan di lingkungan sekitar yang mudah
oranglain. Jika anak sudah melakukan diakses dan tanpa adanya filter yang mampu
pembiasaan berbuat baik, maka perlu diberikan menyaring tanyangan tersebut juga turut
muatan reward misalnya pujian, orangtua berkontribusi dalam perkembangan karakter
memenuhi janji kepada anak, memberikan anak. Dari pengalaman orangtua menjelaskan
apresiasi dan penghargaan kepada anak. Tetapi bahhwa keberadaan tayangan televisi saat ini
bagi anak yang belum bisa melakukan lebih intensif jika dibandingkan pengamanan
pembiasaan berbuat baik atau masih sering dari orangtua.
melakukan aktivitas di luar aturan, maka perlu
langkah persuasif agar bisa melakukan Dalam lingkungan luar rumah, seorang
pembiasaan yang positif. anak memiliki banyak teman dan ruang gerak
yang berbeda jika dibandingkan ketika anak
Orangtua memiliki peranan yang sangat berada di rumah. Perbedaan yang mencolok
besar dalam membangun karakter anak. Waktu tersebut akan memicu tingkah laku yang unik
anak di rumah lebih banyak dibandingkan di dari anak. Banyak anak yang menjadi
sekolah. Apalagi, sekolah merupakan hiperaktif ketika berada di dekat teman
lingkungan yang dikendalikan. Anak bisa saja sebayanya, bahkan cenderung meniru sikap
hanya takut pada aturan yang dibuat. teman-temannya, tanpa bisa membedakan
Sementara, rumah merupakan lingkungan mana yang baik dan buruk.
sebenarnya yang dihadapi anak. Rumah adalah
tempat pertama anak berkomunikasi dan Hambatan lain yang dialami oleh
bersosialisasi dengan lingkungannya. orangtua adalah kebiasaan berperilaku sopan-
santun yang sudah mulai luntur. Kebiasaan ini
Hambatan dalam Meningkatkan Pendidikan sudah tergantikan dengan kebiasaan yang
Karakter Pada Anak Usia Dini Dalam konon katanya disebut ‗modern‘. Bahasa yang
Keluarga digunakan pun sudah jauh dari definisi sopan
dan santun. Anak lebih mudah menirukan
Selain di rumah, aspek yang dominan kebiasaan seperti ini dari lingkungan sekitar.
dalam membentuk perkembangan karakter
anak juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pembahasan
Mudahnya anak jaman sekarang dalam
mengakses hiburan yang seharusnya menjadi Lahirnya pendidikan karakter bisa
hiburan orang dewasa menjadi kekhawatiran dikatakan sebagai sebuah usaha untuk
yang tinggi pada kalangan tertentu. Hasil menghidupkan kembali pedagogi ideal-
temuan di lapangan menunjukkan bahwa spiritual yang sempat hilang diterjang oleh
orangtua merasa tidak berdaya ketika pengaruh gelombang positivisme. Dalam sejarah
lingkungan yang bersifat destruktif sudah perkembangannya memang manusia tunduk
merasuki dalam benak anak-anak. Anak jaman pada hukum-hukum alami, namun kebebasan
sekarang suka melihat dan menirukan lagu- yang dimiliki manusia memungkinkan dia
lagu dangdutan, apalagi didi rumah sering menghayati kebebasan dan pertumbuhannya
menonton video dangdutan yang tidak mengatasi sekadar tuntutan fisik dan psikis
senonoh, perkelahian oleh orang dewasa, semata. Manusia tidak semata-mata taat pada
bicara kotor yang dicontohkan oleh orang aturan alamiah. Melainkan kebebasan itu
dihayati dalam tata aturan yang sifatnya
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal 1-75 37

mengatasi individu, dalam tata aturan nilai- menyiapkan strategi mendidik anak dengan
nilai moral. Pedoman nilai merupakan kriteria nilai-nilai moral yang baik adalah sebuah
yang menentukan kualitas tindakan manusia di strategi investasi orangtua yang sangat tepat.
dunia. Pada dasarnya anak yang kualitas karakternya
rendah adalah anak yang tingkat
Berdasarkan hasil analisis data, secara perkembangan emosi–sosialnya juga rendah.
umum dapat diketahui bahwa ada dua macam Akibatnya anak berisiko besar mengalami
paradigma dalam pendidikan karakter. kesulitan dalam belajar, berinteraksi sosial, dan
Pertama, memandang pendidikan karakter tidak mampu mengendalikan diri.
dalam cakupan pemahaman moral yang
sifatnya lebih sempit (narrow scope to moral Mengembangkan karakter lebih
education). Kedua, melihat pendidikan berkaitan erat dengan optimalisasi fungsi otak
karakter dari sudut pandang pemahaman isu- kanan. Jangan sampai orangtua mengajarkan
isu moral yang lebih luas, terutama melihat pendidikan karakter budi pekerti dan agama
keseluruhan peristiwa dalam dunia pendidikan ternyata pada praktiknya lebih menekankan
itu sendiri (educational happenings). pada aspek otak kiri yang berupa hafalan-
hafalan semata. Padahal pembentukan karakter
Lickona (1992) mendefinisikan orang harus dilakukan secara sistematis dan
yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang berkesinambungan yang melibatkan aspek
dalam merespons situasi secara bermoral— knowledge, feeling, loving dan acting.
yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata Megawangi (2004) pembiasan-pembiasaan
melalui tingkah laku yang baik, jujur, yang dapat dikembangkan orangtua dalam
bertanggung jawab, menghormati orang lain keluarga terhadap anak usia dini dapat
dan karakter mulia lainnya. Pengertian ini mengacu pada sembilan karakter berikut: 1)
mirip dengan apa yang diungkapkan oleh cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya,
Aristoteles, bahwa karakter itu erat kaitannya 2) tanggung jawab, kedisplinan, dan
dengan ―habit‖ atau kebiasaan yang terus kemandirian, 3) kejujuran, amanah, diplomatis,
menerus dilakukan. 4) hormat dan santun, 5) kasih sayang,
dermawan,kepedulian, dan kerjasama, 6)
Lebih lanjut lagi Lickona (1992) percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang
menyatakan ada sepuluh tanda-tanda jaman menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, 8)
yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda baik dan rendah hati, 9) toleransi, cinta damai,
ini sudah ada, maka bangsa tersebut sedang dan persatuan.
berada di ambang kehancuran. Tanda-tanda
yang dimaksud adalah: 1) meningkatnya Metode penanaman sembilan pilar
kekerasan di kalangan remaja, 2) penggunaan karakter tersebut dilakukan secara eksplisit dan
bahasa dan kata-kata yang semakin memburuk, sistematis, yaitu dengan knowing the good,
3) pengaruh peer-group yang kuat dalam reasoning the good, feeling the good, dan
tindak kekerasan, 4) meningkatnya perilaku acting the good ternyata telah berhasil
merusak diri, seperti penggunaan narkoba, membangun karakter anak. Dengan knowing
alkohol dan seks bebas, 5) semakin kaburnya the good anak terbiasa berpikir hanya yang
pedoman moral baik dan buruk, 6) baik-baik saja. Reasoning the good juga perlu
menurunnya etos kerja, 7) semakin rendahnya dilakukan supaya anak tahu mengapa dia harus
rasa hormat kepada orang tua dan guru, 8) berbuat baik. Misalnya mengapa anak harus
rendahnya rasa tanggung jawab individu dan jujur dan apa akibatnya kalau anak jujur. Jadi,
warga negara, 9) membudayanya anak tidak hanya menghafal kebaikan tetapi
ketidakjujuran, dan 10) adanya rasa saling juga mengetahui alasannya. Melalui feeling the
curiga dan kebencian di antara sesama. good, orangtua dapat membangun perasaan
Berkaitan dengan hal tersebut, maka sudah anak pada kebaikan. Dalam acting the good,
selayaknya orangtua menyadari pentingnya anak mempraktekkan kebaikan. Jika anak
pendidikan karakter sejak saat ini. terbiasa melakukan knowing, reasoning,
feeling, dan acting the good lama-kelamaan
Setiap orangtua yang memiliki anak usia anak akan terbentuk karakternya.
dini mempunyai pengalaman yang berbeda-
beda dalam menghadapi masalah anak-
anaknya. Namun terlepas dari hal itu,
38 Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal 1-75

jika hal itu dijalankan terus-menerus, maka


semakin lama akan terbiasa. Dalam melakukan
pola ini orangtua diharapkan tidak lupa untuk
memberikan konsekuensi jika anak melanggar.
Tentunya konsekuensi ini yang bersifat
mendidik dan tidak merusak harga diri anak.
Sebagai contoh misalnya: jika anak melanggar
aturan yang berlaku dalam sebuah keluarga
maka orangtua menyita mainan kesukaan anak
selama dua hari.
Ga
mbar 1 Model Pendidikan Holistik Berbasis Dengan pendidikan karakter yang
Karakter diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan,
(Sumber: Megawangi, 2010) seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.
Keluarga merupakan tempat yang Kecerdasan emosi ini sebagai bekal penting
pertama dan utama ketika seorang anak dididik dalam menyiapkan anak menyongsong masa
oleh orangtuanya. Oleh karena itu, keluarga depan, karena seseorang akan lebih mudah dan
harus berhasil mengajarkan nilai karakter yang berhasil menghadapi segala macam tantangan
baik pada anak. Bennet (1991) menyatakan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil
secara akademis.
The biological, psychological, an
educational well-being of our children
depend on the well-being of the family....the SIMPULAN
family is the original and most effective
Department of Health, Education and Pendidikan karakter adalah sebuah
Welfare. If it fails to each honesty, courage,
desire for excellence, and a host of basic
proses yang tidak tak pernah berhenti.
skills, it is exceedingly difficult for any other Pemerintah boleh berganti, namun pendidikan
agency to make up its failures. karakter tetap harus berjalan terus. Pendidikan
karakter bukanlah proyek yang ada awal dan
Pada dasarnya setiap orangtua dalam ada akhirnya. Pendidikan karakter diperlukan
mengasuh anak usia dini, pada akhirnya akan tiap individu untuk menjadi orang yang lebih
mengantarkan orangtua pada metode baik lagi dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan. Pentingnya pendidikan karakter
pendidikan berbasis karakter tersebut. Jadi,
bagi anak usia dini didasarkan oleh adanya
orangtua akan lebih mengalami rasa periode kritis dalam perkembangan anak.
komprehensif jika proses penanaman karakter
pada anak didahului dengan adanya proses Saran
perubahan yang mendalam dalam diri orangtua Guna lebih meningkatkan kajian
itu sendiri. penelitian ini, maka perlu dikemukakan saran-
saran sebagai berikut: 1) pendidikan karakter
Berkaitan dengan peraturan dan sistem yang yang terjadi di lingkungan keluarga perlu
yang berlaku lingkungan keluarga, maka ditingkatkan menuju ke arah yang lebih baik
peraturan yang ada dalam keluarga seharusnya lagi dengan memegang teguh tingkat
selaras dengan tujuan pendidikan karakter. konsistensi, 2) orangtua perlu memahami
Jadi, dalam pendidikan karakter juga metode mengembangkan karakter pada anak
diperlukan setting lingkungan untuk dengan cara yang menarik dan menyenangkan
mendukung perilaku. Orangtua sebagai role dan tidak membosankan bagi anak, 3) perlunya
model harus benar-benar dapat memfungsikan mengatasi kendala-kendala yang dihadapi
diri sebaik-baiknya. Dengan harapan anak orangtua dalam mengajarkan pendidikan
akan akan terbiasa dengan pola-pola yang karakter kepada anak melalui kegiatan
diterapkan oleh orangtua. Seperti ada pepatah parenting, diskusi dengan sesama orangtua,
‗bisa karena biasa‘. maupun konsultasi dengan pakar pendidikan
anak usia dini.
Manusia adalah makhluk yang mudah
beradaptasi. Memang akan terasa berat, namun
Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo, Volume 2, Nomor 1, April 2015, hal 1-75 39

DAFTAR PUSTAKA

Bennet, W., J. (1991). Moral Literacy and The


Formation of Character. Dalam J.S.
Benninga (Ed). Moral Character, and
Civic Education in The Elementary
School. New York: Teachers Collage
Press.

Bohlin, K., Farmer, D., & Ryan, K. (2001).


Building Character in School: Resource
Guide. California: Jossey-Bass.

Davidson, J., D. & Regg-Mogg. (1997). The


Savereign Individual: How to Survive
and Thrive During the Collapse of the
Welfare State. New York: Simon and
Schuster.

Kohlberg, L. (1975). Moral Stages and


Moralization. Dalam Lickona (Ed).
Moral Development and Behavior:
Theory, Reseach, and Social Issues.
New York: Holt, Rineheart and
Winston.

Lickona, T. (1992). Educating for Character:


How Our Schools Can Teach Respect
and Responsibility. New York: Bantam
Books.

Megawangi, R. (2010). Pengembangan


Program Pendidikan Karakter di
Sekolah: Pengalaman Sekolah Karakter.
Jakarta: Indonesia Heritage Foundation
(IHF).

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter:


Solusi yang Tepat untuk Membangun
Bangsa. Jakarta: BP-Migas, Star
Energy.

Miles, M., B. & Huberman, A., M. (1994).


Qualitative Data Analysis: A
Sourcebook of New Methods. Beverly
Hills, CA: Sage.

Siskandar. (2003). Kurikulum Berbasis


Kompetensi untuk Anak Usia Dini.
Buletin PADU: Jurnal Ilmiah Anak Usia
Dini. Vol 2: (21-22).

Susanti, (2007). Pendidikan Anak Usia Dini.


(Online),
(http://www.fai.umj.ac.id/article.php?sto
ry=20060610220614588, diakses 16
Juni 2007).

Vous aimerez peut-être aussi