Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
No. Absen : 03
A. Akhlak Tercela
Akhlak tercela atau akhlak mazmumah adalah perilaku yang dilarang oleh Allah
SWT dan tidak sesuai dengan ajaran syari’at islam dan jika dilakukan akan mendapat
dosa besar. Akhlak tercela dalam pembahasan kali ini mengenai mabuk-mabukan, judi,
zina, mencuri, dan mengkonsumsi narkoba.
1) Mabuk-mabukkan
Atau biasa disebut mengonsumsi khamr. Disebut khamr dikarenakan minuman
keras memunyai pengaruh negatif yang dapat menutup atau melenyapkan akal
pikiran. Jenis khamr ada 3, yaitu bir, brendy, dan vodka. Riwayat imam muslim yang
mengharamkan khamr ialah :
Artinya : “Semua yang memabukkan adalah khamr dan semua khamr adalah
haram.” (HR. Muslim)
Pengharaman khmar selain dikarenakan banyaknya mudharat juga
dikarenakan timbul hilang akal nalar seseorang, dan adanya keburukan yang bersifat
ekonomi, kesehatan dan sosial yang timbul.
2) Judi
Judi merupakan kegiatan pertaruhan untuk memperoleh keuntungan dari hasil
perundingan atau permainan yang tidak dapat diduga sebelumnya. Larangan judi
sendiri telah dipaparkan dalam Q.S. Al-Maidah ayat 90 :
ب رواَملرمزرلكم كرمج م
س كممن رعرمكل اَلششمي ر
طاَكن رفاَمجترنككبوُهك ريِاَ أرلُيِرهاَ اَلشكذيِرن آررمكنوُاَ إكنشرماَ اَملرخممكر رواَملرمميكسكر رواَملرمن ر
صاَ ك
لررعلشككمم تكمفلككحوُرن
4) Mencuri
Mencuri merupakan kegiatan mengambil barang orang lain atau hak orang lain
tanpa meminta izin atau sembunyi-sembunyi. Menurut hukum syara’, mencuri
mendapat hukuman had potong tangan. Larangan mencuri sendiri dipaparkan dalam
Q.S. Al-Baqarah ayat 188 :
B. Akhlak Terpuji
Akhlak terpuji atau disebut juga akhlak mahmudah ialah perbuatan atau perilaku
yang sesuai dengan syariat islam. Pembahasan kali ini meliputi akhlak berpakaian,
berhias, perjalanan, bertamu, dan menerima tamu.
1) Akhlak berpakaian
Dalam syariat islam, cara berpakaian sangat diatur untuk melindungi diri.
Dalam pandangan islam, bentuk pakaian dibagi menjadi 2, yaitu : Pertama, pakaian
untuk menutupi aurat tubuh sebagai realisasi perintah dari Allah SWT. Kedua, pakaian
merupakan perhiasan yang menyatakan identitas diri sebagai konsekuensi
perkembangan peradaban manusia.
2) Akhlak berhias
Banyak di dunia ini mengikuti tren perkembangan zaman dalam berhias. Tren
seperti itulah yang dapat menyebabkan kita jatuh kedalam neraka. Pada dasarnya,
seseorang berhias dirimerupakan hal yang wajib bagi seorang muslim sebagai
ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Namun, dalam berhias, seorang muslim
harus mengetahui batasan-batasannya. Tidak boleh berhias diri terlalu berlebihan
sehingga menimbulkan gunjingan dan syahwat lawan jenis.
3) Akhlak perjalanan
Akhlak dalam melakukan perjalanan sendiri yaitu dengan meluruskan niat
karena Allah SWT, meninggalkan rumah dengan membaca do’a, menaiki kendaraan
dengan membaca do’a, sampai ditempat yang dituju mengucap hamdalah, dan
gunakan masa dalam perjalanan untuk selalu berzikir.
4) Akhlak bertamu dan menerima tamu
Dalam bertamu, tak lepas dari akhlak terpuji yang ditunjukkan. Akhlak
bertamu antara lain dengan mengucapkan salam ketika bertamu, memakai pakaian
yang sopan, mengutarakan tujuan bertamu yang jelas, dilarang mengintip,
memperkenalkan diri, dan masuk serta duduk dengan sopan. Sebaliknya kita sebagai
tuan rumah juga harus memiliki akhlak terpuji. Misalnya : berpakaian yang pantas,
menjawab salam, segera membuka pintu, menjamu tamu sesuai kemampuan, antarkan
tamu pulang sampai didepan pintu bila pulang, dan memiliki sikap bersahabat dengan
tamu.
C. Meneladani Kisah
a) Fatimah Az-Zahra
Fatimah merupakan anak dari Rasulullah SAW dengan khadijah yang lahir
pada tanggal 20 Jumadil Akhir. Fatimah adalah seorang yang agung, seorang ahli
hukum islam. Beliaulah tokoh perempuan dalam bidang kemasyarakatan dengan sifat
sabar, bersahaja, dan berwibawa.
Fatimah merupakan seorang wanita yang rendah hati, sabar, dan penyayang. Ia
juga merupakan seorang istri yang sederhana dan tidak pernah menuntut banyak pada
suaminya.
b) Uwais al-Qarni
Uwais al-Qarni merupakan seseorang penduduk Yaman yang hidup bersama
ibunya karena ayahnya telah tiada. Uwais merupakan orang yang sederhana dan tidak
bergelimang harta. Ia pernah mengidap penyakit kusta, namun dengan ketabahannya
dan kerja kerasnya, ia selalu berdo’a kepada Allah SWT hingga penyakit tersebut
sembuh. Namun sayang, masih ada bekas kusta sebesar dirham di lengannya.