Vous êtes sur la page 1sur 71

EFEKTIVITAS BP4 DAN PERANANNYA DALAM

MEMBERIKAN PENATARAN ATAU BIMBINGAN


PADA CALON PENGANTIN
(Studi Pada BP4 KUA Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat)

Oleh:

AHMAD FAISAL
NIM: 102044124987

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA


PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007 M / 1428 H
EFEKTIVITAS BP4 DAN PERANANNYA DALAM
MEMBERIKAN PENATARAN ATAU BIMBINGAN
PADA CALON PENGANTIN
(Studi Pada BP4 KUA Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat)

SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Hukum Islam

Oleh:

AHMAD FAISAL
NIM: 102044124987

Pembimbing:

Drs. H. ASEP SYARIFUDDIN HIDAYAT, S. H., M. H


NIP: 150 268 783

KONSENTRASI PERADILAN AGAMA


PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARI'AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2007 M / 1428 H
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "EFEKTIVITAS BP4 DAN PERANANNYA


DALAM MEMBERIKAN PENATARAN ATAU BIMBINGAN PADA CALON
PENGANTIN" (Studi Pada BP4 KUA Kecamatan Kembangan, Kotamadya
Jakarta Barat) telah diujikan dalam Sidang Munaqasyah Fakultas Syari'ah dan
Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tanggal 07
Maret 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I) pada Jurusan Ahwal Syakhsiyyah.

Jakarta, 07 Maret 2007


Mengesahkan
Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S. H., M. A., M. M.


NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, M. A (………………...)


NIP. 150 169 102

Sekretaris : Kamarusdiana, S. Ag. M. H (………………...)


NIP. 150 285 972

Pembimbing : Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S. H., M. H (………………...)


NIP: 150 268 783

Penguji I : Drs. H. A. Basiq Djalil, M. A (………………...)


NIP. 150 169 102

Penguji II : Kamarusdiana, S. Ag. M. H (………………...)


NIP. 150 285 972
‫ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ‬
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah dalam
bentuk skripsi ini, yang dipersiapkan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi akhir pada Jurusan Akhwal Syakhsyiyah (Peradilan Agama) Fakultas Syari'ah
dan Hukum dan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam dari Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Efektifitas BP4 dan Peranannya

dalam memberikan Bimbingan Pada Calon Pengantin (Studi Kasus di BP4 KUA

Kecamatan Kembangan)” ini, banyak pihak yang membantu penulis. Semua

bantuan tersebut hanya dapat penulis balas dengan ucapan terimakasih. Di antara

pihak yang telah membantu, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dra. Basiq Djalil dan Bapak Kamarusdiana, M. H., selaku Ketua Jurusan

dan Sekjur Akhwal Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum yang selalu

memberikan bimbingan spirit kepada penulis dalam menyelesaikan kuliah di

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. H. Asep Syarifuddin Hidayat, S. H., M. H., selaku pembimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Banyak ilmu dan pemikiran beliau yang

dapat bermanfaat bagi penulis. Merupakan suatu kehormatan dan kebanggaan

tersendiri berada dalam bimbingan bapak.


4. Bapak dan Ibu Dosen serta staf tata usaha Fakultas Syariah dan Hukum yang telah

membantu penulis selama menjalani perkuliahan.

5. Bapak Drs. H. Ismail Idris selaku kepala BP4 KUA Kecamatan Kembangan yang

telah membentu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan seluruh staf KUA

Kecamatan Kembangan yang rela menyediakan data-data yang penulis butuhkan.

6. Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis

yang tercinta, Ayahanda Bapak Muhammad Syukri dan Ibunda Siti Naimah yang

selalu memberikan doa dan memberikan kasih sayangnya untuk penulis, sehingga

menjadi semangat penulis untuk mencoba memberikan yang terbaik untuk

mereka.

7. Dan juga untuk my brother (Siti Badriyah, Hanafi, Hambali, Iwan, Bahirah, Siti

Hidayati) dan keponakanku yang lucu-lucu (Arman, Fajri, Akmal, Hilyah) yang

selalu memberikan yang terbaik untuk penulis.

8. Bapak KH. Mahfudz Asirun selaku Mudir Pondok Pesantren Al-Itqon serta

seluruh staf pengajar atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

9. Untuk seluruh kawanku khususnya anak-anak kelas A Peradilan Agama angkatan

2002 yang telah banyak mengisi kehidupanku dikampus yang akan menjadi

bagian yang tidak akan terlupakan yang lebih khususnya lagi buat orang-orang

yang selalu memberikan kasih sayangnya kepadaku (Widia, Mala, Neng gelis,

Di2n, Arifin, Banni, Acan, Be2q, Jhon, Marwanih, Husnul) terimakasih kawan

atas kenangannya baik suka maupun duka. Terimakasih khususnya untuk

Dhonny, Dj Iqbal, Ya2h, Hidaytullah, Rois, atas kebersamaannya dalam


menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih untuk Tohir, Rober, Rosyid yang mau

menemani saya dalam mencari data tambahan dilapangan. Serta kepada kawan-

kawan Bodrex Tiem (Futhau, Bokli, Alday, Bofel, Botel, Bentul) yang telah

mengisi hari-hari penulis menjadi enjoy. Serta kawan-kawan yang lain atas doa

dan semangat yang diberikan kepadaku. Banyak kebahagiaan yang didapat

bersama kawan-kawan yang akan menjadi cerita menyenangkan untuk masa

depan nanti. Tidak ada yang bisa penulis lakukan untuk membalas budi baik

kawan-kawan selain doa semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan untuk

kalian semua.

Selain itu, tidak lupa penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini

terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan, karena penulis sadar bahwa tulisan ini

masih jauh daripada kesempurnaan. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan.

Akhirnya, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT dan mudah-mudahan semua

yang telah penulis lakukan mendapat ridha Allah SWT, semoga skripsi ini

bermanfaan. Amin.

Jakarta, Maret 2007 M


Shafar 1428 H
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………………. iv

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1

A. Latar Belakang Masalah……………………………………….. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah………………………...... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian …...…………………………… 8

D. Metodologi Penelitian dan Tujuannya…………………………. 8

E. Sistematika Penulisan………………………………………….. 10

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN PENASEHATAN

PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN

(BP4)……………………………………………………………..... 12

A. Pengertian BP4………………………………..………………. 12

B. Sejarah Singkat berdirinya BP4……………………………...... 13

C. BP4 KUA Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat… 31

BAB III PERMASALAHAN DAN PERANAN BP4 DALAM

MEMBERIKAN BIMBINGAN ………………………………… 41

A. Fungsi dan Peranan BP4 …………….………………………... 41

B. Upaya Peningkatan Mutu BP4 Dalam Memberikan Bimbingan.. 46

C. Efektifitas BP4 dan Peranannya Dalam Memberikan

Bimbingan Pada Calon Pengantin…………………………….. 53


BAB IV PENUTUP……………………………………………………….. 58

A. Kesimpulan…………………………………………………… 58

B. Saran-saran…………………………………………………… 60

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 62

LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………… 65
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah swt telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

sayang sebagai sebuah rahmat dari-Nya. Dimana semua itu bertujuan agar manusia

dapat saling berkasih sayang, antara laki-laki dan perempuan sebagai makhluk-Nya,

dan juga merupakan cara untuk mengembangkan keturunan yang bisa meneruskan

perjuangan mereka. Sebagaimana telah diabadikan oleh firman Allah swt dalam al-

Qur'an:


Artinya: "Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berfikir" (Q.S. al-Ruum; 21)1

Seperti mahkluk lainnya, manusia juga bebas mengikuti nalurinya dalam

berhubungan dengan lawan jenisnya. Tetapi, untuk membedakan antara manusia

1
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Indah Press, 1995), h.
644
dengan hewan ataupun mahkluk lainnya serta demi menjaga martabat dan

kehormatan manusia, maka Allah swt mengadakan hukum sesuai dengan martabat

tersebut. Dengan demikian, hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara

terhormat berdasarkan kerelaan suatu ikatan perkawinan.

Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh masyarakat sejak zaman

dahulu, sekarang dan masa yang akan datang sampai akhir zaman. Perkawinan juga

merupakan pertemuan dua hati yang berbeda yang akan saling melingkapi satu sama

lain dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang. Ia adalah suatu cara atau solusi

yang tepat dalam upaya mengembangkan keturunan yang didasarkan pada agama.

Dalam hukum positif, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan, disebutkan bahwa:

"perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa".2

Pada dasarnya, setiap pasangan calon suami-istri yang akan melangsungkan

perkawinan atau akan membentuk keluarga senantiasa bertujuan atau ingin

menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah serta kekal untuk selama-

lamanya. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 3 disebutkan tujuan daripada

perkawinan, yaitu "Perkawinan Bertujuan untuk mewujudkan kehiduan rumah

tangga yang sakinah, mawaddah, warrahmah".3

2
Depertemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan
Peradilan Agama, UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Jakarta: Depag RI, 2001), h. 131
3
Ibid.
Oleh karena itu, keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan sejahtera lahir

dan batin serta selamat dunia dan akhirat adalah impian bagi setiap orang yang akan

memasuki gerbang kehidupan keluarga melalui perkawinan. Karena keluarga adalah

komunitas terkecil atau bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu

yang terkait oleh suatu keturunan, yakni kesatuan antara ayah, ibu dan anak yang

merupakan kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat yang akan

mempengaruhi citra-cita dan tujuan pembangunan nasional. Apabila setiap keluarga

atau masyarakat tersebut hidup bahagia, makmur serta rukun, maka urusan negara

pun akan terfokus.

Untuk itu, maka suami-istri yang memegang peranan utama dalam

mewujudkan cita-cita dan tujuan tersebut, perlu mendapatkan dan meningkatkan

pengetahuan serta pengertian tentang bagaimana membina kehidupan keluarga sesuai

dengan tuntunan agama dan ketentuan dalam hidup bermasyarakat. Dengan begitu,

diharapkan setiap anggota keluarga, khususnya suami-istri, mampu menciptakan

stabilitas kehidupan rumah tangga yang penuh dengan ketentraman dan kedamaian.

Pengetahuan dan pengertian inilah yang menjadi tonggak bagi pembinaan keluarga

bahagia dan sejahtera.

Forum-forum remaja yang ada disetiap mushola-mushola atau masjid-masjid

di tiap-tiap tingkat RT/RW/Desa/Kelurahan, merupakan wadah yang tepat guna

menerima pengetahuan atau bimbingan dan juga pengertian tentang bagaimana

membentuk keluarga yang sesuai dengan tujuan dan tuntunan agama serta ketentuan

hidup di masyarakat. Karena para remaja, dimana gejolak jiwa muda yang ada dalam
dirinya sangatlah labil serta saat dimana remaja berada dalam posisi pencarian

identitas diri, perlu mendapatkan bimbingan sehingga diharapkan pada saat mereka

telah siap untuk memasuki jenjang perkawinan cita-cita dan tujuan daripada

perkawinan itu akan tercapai tanpa mengalami perselisihan yang pada akhirnya dapat

menyebabkan perceraian diantara keduanya.

Dengan demikian, diharapkan juga efektivitas pemberian bimbingan dan

pengajaran sesuai pada sasaran. Karena disamping memberikan batasan pergaulan

remaja, juga memberikan arah ke depan bagi cita-cita keluarga yang harmonis.

Kemudian, kembali pada apa yang telah dipaparkan di atas, dimana dikatakan

bahwa perkawinan merupakan pertemuan dua hati yang berbeda, maka tentu saja

seiring dengan berjalannya waktu dan adanya masalah yang pasti akan dihadapi

memungkinkan akan terjadinya perselisihan yang disebabakan oleh adanya perbedaan

karakter dan keinginan antara suami-isteri. Bapak Ichtijanto S. A. mengatakan,

diantara masalah yang dihadapi oleh keluarga dewasa ini antara lain adalah:

Pertama renggangnya hubungan keluarga sebagai akibat individualisme yang


acap kali menimbulkan kesenjangan hubungan antara suami-istri, antara orang
tua dan akan-anaknya (terutama remaja). Kedua, berkurangnya peran dan
fungsi orang tua dalam membimbing dan mengawasi. Ketiga, berubahnya
pengahayatan terhadap norma-norma agama dan sosial budaya yang biasa
berlaku dalam keluarga sehingga muncul kecenderungan beralihnya sistem
kekeluargaan, dari keluarga besar (extended family) kepada keluarga inti
(nuclear family). Hubungan antara anggota keluarga besar menjadi renggang
dan retak. Fungsi keluarga tidak dapat ditunaikan. Kebanyakan anak-anak
nakal atau perlaku kejahatan berasal dari keluarga yang berantakan (broken
home).4

4
Ichtijanto S. A., "Keluarga Bahagia Sejahtera dalam Era Globalisasi", (Majalah Nasehat
Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1995), edisi Pebruari No. 272, h. 16
Renggangnya hubungan keluarga, berkurangnya peran dan fungsi orang tua

dalam membimbing keluarga dan kesejangan yang lainnya, menandakan bahwa

dewasa ini menjaga citra keluarga sudah tidak menjadi hal yang urgen. Jika

perselisihan yang terjadi dalam keluarga atau rumah tangga antara suami-istri tersebut

tidak dapat diatasi, maka tidak menutup kemungkinan akan berujung pada perceraian

yang merupakan alternatif terkhir apabila keduanya (suami-istri) tidak dapat

didamaikan atau disatukan lagi dalam kehidupan keluarga yang harmonis. Dan tentu,

sebagaimana telah kita pahami bersama bahwa konsekuensi dari perceaian itu tidak

hanya berdampak negatif pada pasangan suami-istri semata, akan tetapi juga akan

berakibat negatif bagi perkembangan dan pertumbuhan anak-anak mereka.

Berawal dari permasalahan-permasalahan di atas, yakni sering terjadinya

perselisishan dalam sebuah keluarga atau rumah tangga yang mempunyai

kensekuensi pada perceraian apabila keduanya (suami-istri) tidak dapat didamaikan

kembali, maka dalam kehidupan masyarakat yang heterogen ini dibutuhkan suatu

badan atau lembaga yang menangani dan berusaha memberika bimbingan dan

penataran kepada calon pasangan suami-istri yang akan melangsungkan perkawinan

dan memasuki pintu gerbang keluarga atau rumah tangga, yang diharapkan dapat

memberikan kontribusi yang cukup besar dan berarti untuk dapat terwujudnya

keutamaan dan keharmonisan suatu keluarga.

Berbicara mengenai badan atau lembaga yang berperan dan berkiprah seperti

halnya di atas, maka diharapkan pula bahwa keberadaan badan atau lembaga itu

adalah suatu wadah yang dapat dijadikan sarana atau tempat untuk mendapatkan
pendidikan, pengetahuan, bimbingan dan juga penataran sebagai gambaran atau

pengajaran bagi calon pasangan suami-istri untuk bekal rumah tangganya yang akan

mereka bina dan hadapi bersama sebagai anggoa masyarakat baru.

Di dalam kehidupan bermasyarakat kita, terdapat suatu badan atau lembaga

yang oleh pemerintah diberi wewenang untuk ikut andil menyelesaikan persoalan-

persoalan 'kerumahtanggaan' dari masyarkat muslim yang kita kenal dengan istilah

Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), yang diharapakan

badan tersebut dapat memberikan bantuan kepada pemerintah dalam rangka

mewujudkan cita-cita dari sebuah perkawinan yaitu untuk membentuk keluarga yang

bahagia, sejahtera dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Badan Penasihat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) merupakan

badan atau lembaga yang salah satu tugas dan fungsinya adalah mendamaikan suami-

istri yang bersengketa atau berselisih dan memberikan nasehat atau bimbingan

sebelumnya bagi calon pasangan suami-istri yang akan melangsungkan perkawinan.

Badan ini telah mendapatkan pengakuan resmi dari pemerintah dengan

dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Menteri Agama Nomor 85 Tahun 1961, yang

menetapkan BP4 sebagai satu-satunya badan atau lembaga yang berusaha pada

bidang penasehatan perkawinan dan pencegahan terjadinya perceraian.5

Sebagai konsultasi penasehatan keluarga, tentu saja tantangan yang dihadapi

oleh BP4 sala satunya adalah bagaimana memberikan dan memahami persoalan-

5
Zubaidah Muchtar, "Fungsi dan Tugas BP4", (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga),
(Jakarta: BP4 Pusat, 1993), edisi Maret No. 221, h. 36
persoalan yang dihadapi oleh suami-istri atau menggunakan tenaga-tenaga yang

professional dalam bidang konsultasi dan bimbingan penyuluhan keluarga dan

perkawinan, sehingga mampu berjalan efektif dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Dari permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan, dan dengan adanya

pengamatan penulis mengenai permasalahan di atas, maka penulis merasa tertarik

untuk membahas serta mengungkapkan dan mengangkatnya dalam bentuk skripsi

yang berjudul: "EFEKTIVITAS BP4 DAN PERANANNYA DALAM

MEMBERIKAN BIMBINGAN ATAU PENATARAN KEPADA CALON

PENGANTIN" (Studi Pada BP4 KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya

Jakarta Barat).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Untuk mempermudah penelitian dan memperjelas pokok-pokok masalah yang

akan dibahas dan diuraikan dalam skripsi ini, maka penulis membatasi masalah

tersebut pada efektivitas BP4 dan peranannya dalam memberikan bimbingan atau

penataran pada calon pengantin di KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta

Barat, serta upaya-upaya yang dilakukannya dalam memberikan bimbingan pada

calon pengantin pada tahun 2006.

Dari penjelasan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

akan muncul beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana fungsi dan peranan BP4 KUA Kecamatan Kembangan dalam

memberikan bimbingan pada calon pengantin?


2. Upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh BP4 KUA Kecamatan Kembangan

dalam memberikan bimbingan kepada calon pengantin di wilayah KUA

Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat?

3. Bagaimana tingkat efektifitas BP4 KUA Kecamatan Kotamadya Jakarta Barat

dalam peranannya memberikan bimbingan pada calon pengantin?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sebagai sebuah lembaga atau badan yang ditunjuk sebagai konsultan

permasalahan keluarga dan pembinaan serta pelestarian perkawinan, BP4 diharapkan

efektif memberikan bimbingan dan pembinaan kepada calon pengantin guna

memperkecil perselisihan rumah tangga nantinya. Maka, tujuan dilaksankannya

penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui fungsi dan peranan BP4 KUA Kecamatan Kembangan dalam

memberikan bimbingan pada calon pengantin.

2. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh BP4 KUA

Kecamatan Kembangan dalam memberikan bimbingan kepada calon pengantin di

wilayah KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat.

3. Untuk mengetahui tingkat efektifitas atau keberhasilan BP4 KUA Kecamatan

Kotamadya Jakarta Barat dalam peranannya memberikan bimbingan pada calon

pengantin.

D. Metodologi Penelitian
Agar penelitian ini tepat pada sasarannya, maka peneliti memfokuskan atau

mengambil sasaran kepada badan aau lembaga BP4, khususnya BP4 KUA

Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat.

Penelitian ini pada dasarnya bersifat kuantitatif. Untuk itu, dalam rangka

mendukung penelitian ini dan untuk memperoleh data yang lengkap serta objektif,

maka penelitia melakukan beberapa langkah metode penelitian, diantaranya:

a. Penelitian Kepustakaan (library reseach), yaitu penelitian dengan cara

mengumpulkan dan menelaah dari beberapa literatur buku-buku ilmiah dan

sumber-sumber lainnya yang memiliki relevansi dengan objek penelitian ini,

sebagai faktor penunjang yang melandasi dasar-dasar teoritis (sebagai data

sekunder) dan kamus-kamus atau buku ensiklopedia dan lain sebagainya (sebagai

data tersier).

b. Penelitian lapangan (field reseach), yaitu dengan cara peneliti terjun dan

mengamati langsung ke BP4 KUA Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta

Batat (sebagai data primer).

Sedangkan teknik pengumpulan data untuk menunjang penelitian ini,

penulis menggunakan beberapa metode, diantaranya:

a. Interview atau wawancara, penulis menggunakan teknik ini karena teknik

interview sebagai teknik tanya jawab secara lisan yang berpedoman pada

daftar pertanyaan terbuka. Dengan demikian, dapat diperoleh dari jawaban

responden sedalam-dalamnya tanpa ada unsur keterpaksaan, dan teknik ini

penulis tujukan kepada Ketua BP4 KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya


Jakarta Barat juga para pihak yang mengetahui serta berkecimpung langsung

pada BP4 yang dimaksud.

b. Observasi (Pengamatan), yaitu dengan cara melihat dari dekat mekanisme

BP4 dalam memberikan bimbingan atau penataran pada calon pengantin.

c. Dokumentasi, teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi data yang penulis

butuhkan, yaitu dengan melihat dokumen dan arsip-arsip yang ada di BP4

KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat.

c. Analisis Data

Setelah data diperoleh, selanjutnya data tersebut akan dianalisis. Dalam

menganalisis data, pendekatan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif

yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dengan menggunakan metode

induktif, yaitu penulis menggunakan data yang bersifat khusus untuk kemudian

ditarik atau disimpulkan pada data yang bersifat umum. Disamping itu, penulis

juga menggunakan analisis kualitatif. Data kualitatif ini penulis peroleh dari

metode wawancara yang kemudian penulis kuatkan dengan teori-teori yang ada.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari empat bab

dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan, yang mengemukakan Latar Belakang Masalah,

Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian,

Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.


BAB II: Gambaran Umum Tentang BP4, yang terdiri dari: Pertama, Pengertian

BP4. Kedua, Sejarah Singkat Berdirinya BP4, yang meliputi:

Landasan Hukum Berdirinya BP4, Struktur Organisasi BP4 dan Tugas

dan Wewenang BP4. Ketiga, BP4 KUA Kecamatan Kembangan, yang

meliputi: Letak Geografis BP4 KUA Kecamatan Kembangan

Kotamadya Jakarta Barat dan Struktur Organisasi dan Kepengurusan

BP4 KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat.

BAB III: Permasalahan dan Peranan BP4 Dalam Memberikan Bimbingan, yang

terdiri dari: Fungsi dan Peranan BP4 KUA Kecamatan Kembangan

Dalam Memberikan Bimbingan Pada Calon Pengantin, Upaya

Peningkatan Mutu BP4 Dalam Memberikan Bimbingan serta

Efektivitas BP4 KUA Kecamatan Kembangan dan Peranannya

Memberikan Bimbingan Pada Calon Pengantin.

BAB IV: Penutup, yang terdiri dari: Kesimpulan dan Saran-saran serta akan

dilengkapi dengan Daftar Pustaka dan Lampiran-lampiran yang

dianggap penting.
BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN

DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4)

A. Pengertian BP4

Upaya pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas dan nilai perkawinan


dalam suatu keluarga ialah dengan mendirikan atau membentuk suatu lembaga
penasehat perkawinan yang dapat mencarikan jalan keluar bagi permasalahan-
permasalahan yang kerapkali timbul dalam keluarga, lembaga penasehat perkawinan
tersebut sekarang lebih akrab kita kenal dengan nama Badan Penasehatan Pembinaan
dan Pelestarian Perkawinan (BP4).
BP4 (Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) adalah,

badan atau lembaga atau juga organisasi semi resmi yang bernaung di bawah

Departemen Agama yang bergerak dalam bidang pemberian nasehat perkawinan,

perselisihan dan perceraian”.6

Seperti yang telah di sebut sebelumnya bahwa Badan Penasehatan Pembinaan

dan Pelestarian Perkawinan (BP4) merupakan organisasi atau badan yang salah satu

tugas dan fungsinya yaitu memberi nasehat mendamaikan suami-istri yang

bersengketa atau berselisih atau juga dalam hal-hal tertentu memberi nasehat bagi

calon pasangan yang akan melangsungkan perkawinan. Badan ini telah mendapat

pengakuan resmi dari pemerintah, yaitu dengan dikeluarkannya Surat Keputusan

Menteri Agama Republik Indonesia No. 85 tahun 1961, yang menetapkan BP4

6
Harun Nasution, et. al., Ensiklopedi Islam, "Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan
Penyelesaian Perceraian", (Jakarta: Departemen Agama RI, 1993), cet. Ke-1, Jilid 1, h. 212
sebagai satu-satunya badan yang berusaha pada bidang penasehatan perkawinan,

perselisihan rumah tangga dan perceraian.7

Jadi, BP4 adalah sebagai lembaga konsultan yang memusatkan perhatian dan

kegiatannya pada pembinaan keluarga dan mempunyai kedudukan yang sangat

penting, terutama dalam situasi masyarakat kita di mana pergeseran nilai nampak

semakin merata. Sering sekali dampak dari pergeseran nilai itu terjadi dalam

kehidupan rumah tangga atau keluarga.

Oleh karena itu, sebagai lembaga konsultan penasehat keluarga, BP4

mempunyai kewajiban agar mampu memerankan atau memperkecil angka

perceraian, juga mampu mensosialisasikan keberadaan dan kualitasnya pada

masyarakat.

B. Sejarah Singkat Berdirinya BP4

Kementerian Agama atau yang kemudian di kenal dengan Departemen Agama

dibentuk di Indonesia oleh pemerintah menjelang usia lima bulan kemerdekaan

Republik Indonesia, tepatnya tanggal 3 Januari 1946. Tugas pokok Kementerian

Agama sebagaimana dijelaskan oleh Menteri Agama yang pertama yaitu Bapak H. M.

Rasyidi sebagai berikut: “Pemerintah RI mengadakan kementerian agama sendiri

ialah untuk memenuhi kewajiban pemerintah terhadap pelaksanaan UUD 1945 pasal

29 yang berbunyi: Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk

7
Zubaidah Muchtar, Fungsi dan Tugas BP4, (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga),
(Jakarta: BP4 Pusat, 1993), edisi Maret No. 221, h. 36
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya

itu”.8

Yang menjadi salah satu tugas kementerian Agama pada saat itu adalah

“melaksanakan Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1946 tentang

pengawasan dan pencatatan nikah, talak dan rujuk yang dilakukan menurut agama

Islam”.9

Tugas kementerian Agama sebagaimana tercantum dalam undang-undang


tersebut di atas adalah:
“Hanya mengawasi dan mencatat peristiwa penikahan, talak dan rujuk tidak
termasuk bagaimana upaya untuk memelihara dan merawat serta menjaga
kelestarian pernikahan yang telah dilaksanakan oleh masyarakat, sehingga hal
itu terserah pasangan masing-masing bagaimana melakukan hal tersebut.
Dengan kata lain bahwa kementerian Agama (Departemen Agama) tidak
mempunyai tugas langsung untuk menangani dan mencarikan pemecahannya
terhadap kasus–kasus yang terjadi dalam keluarga”.10

Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan nilai perkawinan dalam suatu
keluarga maka beberapa pejabat yang berada di lingkungan kementerian Agama dan
para tokoh masyarakat memandang perlu untuk mendirikan suatu lembaga penasehat
perkawinan yang dapat mencarikan jalan keluar bagi permasalahan-permasalahan
yang kerapkali timbul dalam keluarga, lembaga penasehat perkawinan itu di kenal
dengan nama BP4 (Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian).
BP4 sebagai badan yang memusatkan perhatian dan kegiatannya pada
pembinaan “keluarga”, mempunyai kedudukan yang sangat penting terutama dalam
situasi masyarakat kita, dimana pergeseran nilai daripada norma-norma yang ada
semakin merata. Dalam keadaan yang seperti ini, maka keluarga akan merasakan
akibatnya. Sebab pergeseran nilai daripada norma-norma itu lebih terlihat dalam
kehidupan para remaja atau generasi muda pada khususnya. Apabila orang tua kurang
menyadari gejala ini dan tidak berusaha menyelami kehidupan para remaja atau anak-
anaknya, maka pergeseran ini bisa menjadi perbenturan nilai yang mewujudkan apa

8
Zamhari Hasan, Problematika BP4 Dalam Menurunkan Angka Perceraian, (Majalah
Nasehat Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1997), edisi Juni No. 301, h, 39
9
Ibid.
10
BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan, (Majalah Nasehat Perkawinan dan
keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1997), h. 14.
yang disebut “generation gap”. Dan dalam keadaan seperti ini, secara eksistensi
keluarga menghadapi bencana”.11
Selain fakta-fakta yang terjadi di atas, kemudian antara tahun 1950 sampai
1954 dilakukan penilaian terhadap statistik Nikah, Talak dan Rujuk (NTR) seluruh
Indonesia ditemukan pula fakta-fakta yang menunjukan labilnya perkawinan di
Indonesia. Dari data statistik pernikahan di seluruh Indonesia, angka cerai dan talak
mencapai 60 % sampai 70 % (rata-rata 1300-1400 kasus perceraian per hari), bahkan
angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan angka pernikahan yang terjadi pada
waktu itu. Almarhum H.S.M. Nasaruddin Latief pernah menyatakan, sebagaimana di
kutip kembali oleh M. Fuad Nasar, bahwa:
“Memperhatikan tingginya angka perceraian di Indonesia jika diadakan
pemilihan juara mengenai tingginya angka perceraian di seluruh dunia,
Indonesia kalau tidak menggondol juara nomor satu sekurangnya akan
mendapat juara dua. Akibat tingginya angka perceraian itu dan banyak terjadi
secara sewenang-wenang kaum wanitalah (para janda) yang banyak
menderita, hidup tersia-sia dan anak terlantar. Semuanya tidak saja
mengguncangkan sendi-sendi kehidupan bangsa, bahkan secara nyata juga
menyebabkan runtuhnya kepribadian dan moral, serta meluasnya
pelacuran”.12

Sementara hal itu terjadi pada lima puluh tahun yang lalu, angka perceraian di
Indonesia mencapai rengking pertama atau kedua di dunia. Bila kita tarik waktunya
sampai sekarang tentu sudah lebih banyak lagi kasus perceraian yang terjadi.
Jangankan dikalangan masyarakat bawah atau pelosok yang sulit untuk di
identifikasi, para selebritis yang kini marak menyelenggarakan perceraian massal pun
adalah merupakan bukti pergeseran nilai perkawinan sudah tidak lagi dihiraukan. Hal
inilah yang menuntut BP4 untuk aktif memberikan kontribusinya bagi masyarakat.
Pada waktu itu, Abraham Stone, salah seorang pakar penasehatan perkawinan
dari Amerika Serikat, pernah mengunjungi Seksi Penasehatan Perkawinan yang
berdiri di Jakarta dan beliau terkesan dengan pilot project dalam usaha menstabilkan
perkawinan yang dirintis di Indonesia, sehingga mengundang H. M. Nasaruddin Latif
yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kotapraja
Jakarta Raya untuk melawat dan melakukan studi perbandingan serta saling tukar

11
Departemen Agama RI, Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan,
Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen
Agama, 2001), h. 54
12
M. Fuad Nasar, Peranan BP4 dalam Pembinaan Keluarga, (Majalah Nasehat Perkawinan
dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1996), edisi Januari No. 283, h.18.
pengalaman di bidang marriage counselling antara Indonesia dengan Amerika
Serikat.13
Dari permasalahan di atas inilah yang mendorong H.S.M. Nasaruddin Latief
untuk menggerakkan lahirnya organisasi penasehat perkawinan yang dianggap
semacam “dokter” perkawinan suami isteri yang mengalami krisis dalam
perkawinannya. Sebagai Kepala Kantor Urusan Agama Kota Praja Jakarta Raya lebih
dahulu dirintis ke arah itu adalah:
“Dengan membentuk SPP (Seksi Penasehat Perkawinan) pada kantor–kantor
Urusan Agama se-Jakarta Raya mulai April 1954, yang kemudian pada tahun
1956 memjelma menjadi P5 (Panitia Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian
Perceraian) sebagai organisasi masyarakat yang bergerak di bidang usaha
mengurangi perceraian, mempertinggi nilai perkawinan dengan memberikan
nasehat bagi mereka yang mengalami kegoncangan dalam rumah tangganya.
Usaha P5 ini mendapat sambutan luas dari masyarakat dan pemerintah
(Departemen Agama) sehingga kemudian meluas ke Jawa Timur, Kalimantan,
Lampung dan Sumatera selatan”.14

Bersamaan dengan itu pada tahun yang sama, tanggal 3 Oktober 1954, di
Bandung didirikan suatu badan yang sejenis, dengan nama BP4 (Badan Penasehat
Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian), organisasi ini didirikan atas prakarsa
Bapak Abdur Rauf Hamidy atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Pak Arharta”,
yang pada waktu itu menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Agama propinsi Jawa
Barat yang didukung oleh organisasi-organisasi wanita dan pemuka-pemuka
masyarakat. Pada saat itu, BP4 ini cepat berkembang di Jawa Barat, bahkan meluas
ke Jawa Tengah pada tahun 1957, Daerah Istimewa Yogyakarta mengikuti gerakan
yang serupa dengan mendirikan organisasi sejenis dengan nama BKRT (Badan
Kesejahteraan Rumah Tangga)”.15
Ketiga organisasi di atas, berjalan dengan tujuan yang serupa yaitu
“menyelamatkan setiap rumah tangga dari keruntuhan sambil menunggu lahirnya
undang-undang perkawinan yang diharapkan akan mengatur perkawinan menjadi
lebih stabil serta menciptakan keluarga atau rumah tangga yang bahagia sejahtera dan
kekal.”
Sehingga sampai waktunya, pada tanggal 3 Januari 1960, disepakati gagasan
peleburan organisasi-organisasi penasehatan perkawinan yang bersifat lokal itu
menjadi badan tingkat nasional yang diberi nama Badan Penasehatan Perkawinan dan

13
Muchtar Zarkasyi, Peningkatan Peran BP4 Menjelang Era Tinggal Landas, (Majalah
Nasehat Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1992), edisi Januari No. 235, h. 4
14
BP4 Pusat, Kiprah BP4 Dalam Meningkatkan Mutu Perkawinan dan keluarga, (Majalah
Nasehat Perkawinan dan keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1992), edisi januari No. 235, h. 8
15
Ibid.
Penyelesaian Perceraian atau disingkat menjadi BP4. Hal tersebut adalah merupakan
hasil musyawarah wakil-wakil ketiga organisasi tersebut pada tanggal 3 Januari
1960.”16
Berdirinya BP4 ini di sambut gembira oleh para peserta konferensi
Departemen Agama ke VII yang berlangsung pada tanggal 25-30 Januari 1961 di
Cipayung, Bogor. Organisasi ini kemudian memperoleh pengakuan resmi dari
pemerintah. Pada tahun itu juga oleh Menteri Agama RI, BP4 dikukuhkan berdirinya
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 85 tahun 1961.
Dinyatakan dengan Surat Keputusan (SK) tersebut, bahwa BP4 merupakan satu-
satunya badam semi resmi yang bergerak dalam bidang usaha penasehatan
perkawinan dan mengurangi perceraian dalam rangka melaksanakan ketetapan
Menteri Agama RI Nomor 53 tahun 1958, Organisasi BP4 ini berpusat di Jakarta
dengan cabang–cabang di seluruh Indonesia”.17
Menurut Zubaidah Muchtar, setidaknya ada beberapa hal yang mendorong
berdirinya BP4 antara lain adalah: “tingginya angka perceraian, banyaknya
perkawinan di bawah umur dan praktek poligami yang tidak sehat serta sewenang-
wenang”. Hal demikian terbukti dengan tingginya angka perceraian yang terjadi pada
tahun lima puluhan seperti yang disebutkan pada awal pembahasan. Dan lebih tegas
lagi, Zubaidah Muchtar juga menyatakan bahwa “dalam perceraian ini banyaklah
anak–anak yang menjadi korban dan para isteri yang tidak menentu nasibnya karena
tidak di cerai dan tidak di beri nafkah karena di sebabkan suami meninggalkan
keluarganya tanpa pesan dan kesan apapun”.18
Sejak awal berdirinya BP4 sebagai badan semi resmi yang bergerak dalam
penasehatan perkawinan, telah mempunyai peranan yang sangat berarti yaitu salah
satunya dalam usaha melahirkan undang–undang perkawinan. Menurut Arso
Sostroatmodjo dan A. Wasit Aulawi dalam buku Hukum perkawinan di Indonesia
bahwa:
“Di jaman penjajahan Belanda, hukum tertulis untuk golongan-golongan
tertentu (keturunan asing dan orang Kristen) sudah ada Undang-undangnya
(kitab undang-undangnya adalah kitab undang-undang Hukum Perdata atau
Burgerlijk Wet Boek), Ordonansi perkawinan bagi orang Indonesia Kristen di
Jawa, Minahasa, Amboina yaitu diatur dengan ordonansi 15 Februari 1993 (S.
33-74 jo. 36-247 dan 607, 1938-264, 1939-288, dan 1946-336. Yakni

16
BP4 Pusat, Tantangan baru BP4 Setelah 37 tahun Berkiprah, (Majalah Nasehat
Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1997), edisi Januari No. 295, h. 12-13.
17
Ibid.
18
Ibid.
Howelijk Ordonantie Cristien Indonesiers Java, Minahasa en Amboina
dengan singkatan H.O.C.I”.19

Akan tetapi, untuk sebagian besar penduduk Indonesia yang beragama

Islam belum ada undang-undang yang mengatur tentang hukum perkawinan

mereka. Hal inilah yang mendorong dilaksanakannya kongres perempuan

Indonesia pada tahun 1968 yang membahas tentang keburukan-keburukan

yang terjadi dalam perkawinan umat Islam, sebagainama yang telah disebutkan

di atas. Pembahasan tersebut terjadi bukan dikarenakan tidak adanya

peraturan-peraturan dalam Islam yang mengatur tentang masalah perkawinan,

akan tetapi dikarenakan banyak orang yang tidak mentaati "rambu-rambu"

dalam perkawinan disebabkan belum adanya Undang-undang perkawinan yang

memberikan sanksi atau hukuman bagi mereka yang melanggar”.

Mengenai hal ini, Arso Sostroatmodjo dan A. Wasit Aulawi memberikan

penjelasan:

“Pada hal sebelum terlahirnya Undang-undang perkawinan, bagi umat Islam


sudah ada UU No. 22 tahun 1946 tentang pencatatan nikah, talak dan rujuk
yang dilakukan menurut agama Islam, Undang-undang ini mulanya hanya
berlaku untuk Jawa dan Madura, kemudian dengan UU No. 32 tahun 1954
ditetapkan berlaku untuk seluruh Indonesia. Namun Undang-undang tersebut
belum mengatur materi perkawinan yang sesuai dengan kehendak umat Islam,
tetapi hanya mengatur pencatatannya (NTR) sebagai pengganti Huwelijk
Ordonantie S. 1929-348 jo. S. 1931 No. 467 dan Vorsten Lands Huwelijk
Ordonantie S. 1933- 48, yang juga kelanjutan S. 1895-198”.20

19
Arso Sasrtroatmodjo dan A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1981), cet. Ke- 3, h. 17.
20
Ibid.
Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa undang-
undang yang ada pada waktu itu adalah undang-undang yang hanya mencatat
pelaksanaan Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk (NTCR) semata, bukan undang-undang
yang mengatur stabil perkawinan dan merawatnya agar perkawinan menjadi sakinah,
mawaddah warrahmah.
Selanjutnya, dengan tidak menguraikan secara terperinci mengenai

proses terlahirnya undang-undang tentang perkawinan bagi masyarakat

Indonesia yang beragama Islam, akhirnya dengan perjuangan yang cukup

panjang dan juga melelahkan maka terbentuklah undang-undang tentang

perkawinan bagi bangsa Indonesia yang beragama Islam, yang dikenal dengan

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan,

yang dianggap sebagai karya besar yang telah disumbangkan oleh BP4 pada

permulaan berdirinya.

Dengan dibentuknya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1

tahun 1974 tentang Perkawinan tersebut, yang mempunyai beberapa prinsip,

yang antara lain adalah mempersulit perceraian, karena perceraian adalah

sesuatu yang sangat tidak disenangi oleh Allah swt. Dalam hal ini Arso

Sastroatmodjo dan A. Wasit Aulawi mengatakan bahwa:

“Perceraian adalah bagaikan pintu darurat di pesawat udara yang tidak perlu
digunakan kecuali dalam keadaan darurat untuk mengatasi suatu krisis.
Penggunaan cerai tanpa kendali akan merugikan bukan saja kedua belah pihak
tetapi terutama anak-anak dan masyarakat pada umumnya. Banyaknya broken
home telah membawa akibat langsung timbulnya dan tambahnya problem
anak–anak nakal (Juvenil Deliquency). Hingga kini angka perceraian makin
tinggi. Hal ini karena penggunaan hak cerai secara sewenang-wenang dengan
dalil hak suami. Maka untuk itu, undang-undang tersebut membuat suatu
ketentuan untuk memungkinkan terjadinya suatu perceraian harus ada alasan-
alasan tertentu serta harus dilakukan di depan sidang pengadilan”.21

Prinsip perkawinan menurut Undang-Undang ini juga adalah poligami


dibatasi secara ketat, jadi perkawinan menurut Undang–Undang ini adalah prinsip
monogami, hanya apabila di kehendaki oleh yang bersangkutan, karena hukum dan
agama yang bersangkutan mengizinkannya, seorang suami dapat beristeri lebih dari
satu orang. Namun demikian, perkawinan lebih dari seorang isteri, meskipun di
kendaki oleh orang–orang yang bersangkutan hanya dapat dilakukan dengan
memenuhi beberapa syarat tertentu yang diputuskan pengadilan. Sedangkan prinsip
yang lainnya adalah “kematangan calon mempelai bahwa calon suami-isteri harus
sudah matang, baiak jasmani maupun rohaninya untuk melangsungkan perkawinan
agar supaya dapat memenuhi tujuan luhur dari perkawinan dan mendapat keturunan
yang baik, selanjutnya dalam undang–undang tersebut ditetapkan bahwa batas
minimal usia calon pengantin adalah 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-
laki”.
Ketiga prinsip yang terdapat dalam Undang–Undang Republik Indonesia

Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan tersebut adalah termasuk beberapa

hal yang mendorong berdirinya BP4. Dengan berlakunya Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan maka keluarga

dapat terlindungi dari perceraian yang sewenang-wenang dan juga problem-

problem yang lain yang lebih besar konsekuensinya. Dari hal-hal di atas, dapat

disimpulkan BP4 mempunyai peranan yang cukup besar khususnya pada

perkawinan umat Islam, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama

Republik Indonesia Nomor 30 tahun 1970 kepanjangan BP4 yang semula adalah

Badan Penasehat Perkawinan, Penyelesaian dan Perceraian disempurnakan

menjadi Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian”.22

21
Ibid., h. 36-37.
22
Zubaidah Muchtar, op. cit., h. 38
1. Landasan Hukum berdirinya BP4

Beberapa alasan yang menjadi “background filsafat” berdirinya BP4 di

cantumkan dalam mukaddimah Anggaran Dasar BP4 adalah sebagai berikut:

Pertama adalah firman Allah SWT dalam surat Ar-Ruum ayat 21,

seperti yang telah disebutkan dibagian pendahuluan, yaitu:


Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


ister-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan saying.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.”(Q.S. Ar-Ruum/30: 21)23

Kesimpulan yang dapat di ambil dari ayat di atas adalah pertama, bahwa

manusia dianjurkan membentuk keluarga dimana Allah SWT menciptakan pria dan

wanita. Dalam hubungan kekeluargaan atau perkawinan Allah SWT menumbuhkan

ketentraman dan kasih sayang satu dengan yang lainnya”.24 Dengan demikian,

ketentraman, rasa kasih sayang adalah tiga serangkai yang harus tumbuh dalam

23
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Indah Press, 1995),
h. 644
24
Sumarta, Keberadaan BP4 sebagai Lembaga Penasehatan, (Majalah Nasehat Perkawinan
dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1995), edisi Mei No. 275, h. 12-13
perkawinan. Dan BP4 ingin memelihara hidup suburnya nilai–nilai tersebut.25 Kedua,

bahwa terwujudnya rumah tangga sejahtera dan bahagia diperlukan adanya

bimbingan yang terus menerus dan tiada hentinya dari para korps penasehat. Ketiga,

diperlukan adanya korps penasehat perkawinan yang berakhlak tinggi, berbudi dan

berhati nurani yang bersih, sehingga mampu melaksanakan tugas dengan baik.

Ketiga alasan di atas, merupakan motivasi daripada berdirinya BP4. oleh

karena itu, diharapkan seluruh aparat dan pelaksana BP4 dalam tiap

kesempatan tugas harus dapat menjiwai dan menghayati ketiga motivasi ini dan

memberi arah dalam suatu susunan organisasi yang dilengkapi sejumlah

ketentuan, sehingga diharapkan keteraturan dalam pelaksanaan tugas yang

lebih baik.

2. Struktur Organisasi BP4

25
Djazuli Wangsa Saputra, et. al., Peran BP4 dan Lembaga Konsultasi Perkawinan dan
Keluarga, (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1998), edisi Januari No.
187, h. 8
Daerah organisasi BP4 sesuai dengan fungsi organisasi bersifat nasional

adalah seluruh wilayah Republik Indonesia dengan susunan yang menandakan

jenjang dan tingkatan, yaitu:26

a. Pengurus pusat yang berada di Ibu Kota Negara

b. Pengurus di tingkat provinsi

c. Pengurus di tingkat Kabupaten/Kotamadya

d. Pengurus di tingkat Kecamatan

Kemudian untuk mengefektifkan peran dan fungsinya dalam “Keputusan

Musyawarah Nasional BP4 X diamanatkan untuk mengadakan BP4 sampai pada

tingkat desa, bahkan sampai RW, RT, dusun dan setingkatnya.

Pada organisasi di tingkat pusat BP4 mempunyai bidang-bidang sebagai

berikut:

1) Bidang Pembinaan Keluarga, Perselisihan dan Perceraian

2) Bidang Penerangan

3) Bidang Penasehatan dan Perkawinan

4) Bidang Pendidikan dan Latihan

5) Bidang Pemilihan Ibu Teladan /Keluarga Teladan

6) Penelitian dan Pengembangan

7) Bidang dana.

26
BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional BP4 X dan Pemilihan Ibu Teladan Tingkat
Nasional VII, (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta : BP4 Pusat, 1995), edisi Juli No.
277, h. 17.
Sedangkan organisasi pada tingkat propinsi sampai kecamatan mempunyai

bagian-bagian sebagai berikut:

a) Bagian Penasehatan Perkawinan dan Pembinaan Keluarga Sakinah

b) Bagian Pendidikan dan Penerangan

c) Bagian Konsultasi Hukum dan Perkawinan

d) Bagian Konsultasi Agama

e) Bagian Ibu Teladan27

Dari bagian-bagian yang telah disebutkan di atas, masih dimungkinkan ada

bagian-bagian lain yang dianggap perlu dan penting sesuai dengan tuntutan setempat

dan dimungkinkan pula diadakan perampingan dalam hal struktur organisasi yang

telah ada. Pada bidang organisasi Hasil Musyawarah Nasional BP4 dan Pemilihan Ibu

Teladan Tingkat Nasional VII diadakan penyempurnaan AD dan ART, juga

diupayakan untuk lebih profesional dalam aktifitasnya, dengan bagian-bagiannya

adalah sebagai berikut:

(1). Bagian penasehatan perkawinan dan konsultasi keluarga

(2). Bagian pendidikan dan penerangan

(3). Bagian ibu teladan

(4). Pada tingkat pusat terdapat bagian penelitian dan pengembangan serta anggota

ahli.

27
Ibid.
Dengan menetapkan bagian-bagian di atas, struktur yang ada sekarang semua

fungsi diharapkan dapat terwadahi.

Maka dari penjelasan di atas, penulis berkesimpulan bahwa mengenai struktur

organisasi dalam BP4 itu bersifat fleksibel sesuai dengan tuntutan setempat dan juga

keadaan.

Berkenaan dengan kepengurusan BP4, pengurus BP4 terdiri dari pejabat di

lingkungan Departemen Agama, tenaga yang berasal dari organisasi wanita, tenaga

ahli, pemuka dan tokoh masyarakat. Ketentuan menetapkan pejabat Departemen

Agama secara Ex-Officio (otomatis karena jabatannya) merupakan konsekuensi logis

karena pengelolaan BP4 tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab Departemen

Agama”.28

Sedangkan susunan kepengurusan BP4 sebagaimana tercantum dalam

Anggaran Dasar pasal 7 ayat (2) yang disahkan pada Musyawarah Nasional BP4 X

pada tanggal 23 Juni 1995 di Jakarta sebagai penyempurnaan terhadap Anggaran

Dasar Musyawarah Nasional IX pada tanggal 8 Januari 1992 di Jakarta, adalah

sebagai berikut :

a. Pengurus BP4 pusat terdiri dari ketua umum, ketua, sekretaris umum, sekretaris,

bendahara, wakil bendahara dan bidang-bidang.

28
Zubaidah Muchtar, op. cit., h. 39
b. Pengurus BP4 daerah terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris,

bendahara, wakil bendahara dan bagian-bagian.29

3. Tugas dan Wewenang BP4

Upaya penurunan angka perceraian dan peningkatan mutu keluarga sakinah

adalah merupakan sebagian tugas dan wewenang dari BP4. Secara historis tugas

tersebut setidak-tidaknya telah melekat pada BP4 sejak tahun 1960-an, yaitu dengan

dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No. 85 Tahun

1961.30

Dalam Anggaran Dasar BP4 disebutkan bahwa organisasi ini bertujuan untuk

mempertinggi nilai perkawinan dan terwujudnya rumah tangga bahagia sejahtera

menurut tuntunan Islam.

Pada umumnya dalam mencari jodoh, masing-masing mencari teman

hidupnya dengan teliti, baik pemilihan itu dilakukan dengan sendiri atau oleh orang

lain. Dan mereka telah menggambarkan akan hidup berumah tangga dengan rukun,

damai, dan saling menghormati. Namun demikian, masih banyak yang gagal dalam

mencapai kebahagiaan rumah tangga.

29
BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional BP4 X dan Pemilihan Ibu Teladan Tingkat
Nasional VII, op. cit., h. 18
30
Mustoha, Kerjasama Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian dengan
Peradilan Agama, (Makalah Loka Karya), (Jakarta: Kantor BP4 Pusat, 27 Maret 1997), h. 2
Kasus–kasus yang telah didapat oleh BP4 selama ini, menunjukan bahwa

kurangnya pengertian antara suami–isteri sering menimbulkan perselisihan dan

ketegangan yang sulit untuk diatasi, umumnya diakhiri dengan perceraian yang

akibatnya sangat menyedihkan.

Justru karena itulah, maka BP4 yang bertujuan mempertinggi nilai

perkawinan dan terwujudnya rumah tangga yang bahagia menurut ajaran Islam,

adalah tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta sejalan dengan rencana

pembangunan materiel dan spirituil yang harus kita laksanakan.31

Sebagaimana dikatakan oleh Ali Akbar, bahwa kita harus menyempurnakan

dan memperkuat BP4 untuk dapat lebih efisien dan baik dalam melaksanakan tugas

membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah serta mencegah perceraian,

penyakit rumah tangga, guna membentuk rumah tangga yang mempunyai akhlak

yang mulia sesuai ajaran Islam.32

Keluarga yang akan di bentuk oleh BP4 adalah berdasarkan firman Allah

SWT dalam surat Ar – Ruum ayat 21 yaitu:

31
Mukhtar Natsir, Tugas dan Fungsi BP4, (Majalah Nasehat Perkawinan dan keluarga),
(Jakarta: BP4 Pusat, 1995), edisi Mei No. 275, h. 9
32
Ali Akbar, “Meningkatkan Usaha BP4 Dalam Penasehatan”, Problem Pelaksanaan
Undang-Undang Perkawinan dan Pembinaan Keluarga, (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga),
(Jakarta : BP4 Pusat, 1996), edisi Januari No. 283, h.17

Artinya: “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu


isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya apa yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda
bagi kaum yang berfikir.” (Q.S.Ar-Ruum/30: 21)

Bertolak dari ayat di atas, sebagai acuan dalam membentuk sebuah rumah tangga,

BP4 sebagai suatu badan yang bergerak dalam penasehatan perkawinan dan

pencegahan perceraian berusaha semaksimal mungkin untuk menjunjung tinggi nilai

sebuah perkawinan.

BP4 ingin merealisir maksud inti Surah Ar-Ruum ayat 21 sehingga setiap

perkawinan didasari oleh ayat tadi dengan niat yang suci dan ikhlas, penuh

tanggungjawab untuk membangun keluarga muslim. Dengan kata lain, perkawinan

yang dilakukan secara Islam harus dapat membangun keluarga muslim.33

Upaya-upaya BP4 senantiasa difokuskan pada bagaimana meningkatkan mutu

perkawinan dan berusaha menekan perceraian semaksimal mungkin. Sampai saat ini

dan sampai kapan pun perceraian tetap dijadikan sebagai suatu perbuatan yang sangat

dibenci oleh Allah SWT, walaupun statusnya halal. Kata “dibenci” itu adalah kata

majaz yang maksudnya tidak mendapat pahala, tidak ada pendekatan diri kepada

Allah SWT dalam perbuatan hal ini. Hal ini, sebagai dalil bahwa sesungguhnya baik

sekali menghindari talak itu selama masih ada jalan keluarnya.

33
Mukhtar Natsir, op. cit., h. 10
Salah satu dari misi BP4 yang saat ini perlu mendapat perhatian dan dijadikan

prioritas utama adalah mengantisipasi dan menanggulangi kasus yang dapat

mengancam keutuhan dan ketahanan keluarga. Dengan demikian, partisipasi aktif

BP4 benar-benar memberikan dukungan kongkrit pada Gerakan Nasional

Pembangunan Keluarga Sejahtera yang dicanangkan oleh pemerintah. Salah satu

wujud nyata dari upaya ke arah itu adalah dengan adanya kegiatan “Pemilihan Ibu

Teladan” yang diselenggarakan oleh BP4 mulai dari tingkat kecamatan sampai

tingkat nasional saat ini.

Diharapkan dengan kegiatan tersebut para ibu mampu menjadi pelopor dan

penggerak terwujudnya keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan hidup material

dan spirituil yang layak, bertahan serta memiliki hubungan yang serasi dan selaras

serta seimbang.

C. BP4 KUA Kecamatan Kembangan, Kotamadya Jakarta Barat

1. Letak Geografis

Kecamatan Kembangan adalah salah satu Kecamatan dari 8 (delapan)


Kecamatan yang ada di wilayah Kotamadya Jakarta Barat berdasarkan SK Gubernur
DKI Nomor. 1227/1989 tanggal 18 September 1989. KUA Kecamatan merupakan
instansi terdepan Departemen Agama dalam melaksanakan tugas dalam bidang
urusan Agama Islam di tingkat Kecamatan.
KUA Kecamatan dalam melaksanakan tidak tertumpu pada pencatatan nikah
dan rujuk saja, tetapi juga pembinaan kehidupan beragama Islam baik secara vertikal
maupun lintas sektoral di bawah koordinasi Camat sebagai kepala wilayah.
Sebagai aparatur pemerintah, Kantor Urusan Agama Kecamatan merupakan
Aparatur Pemerintah Daerah yang bertugas membantu pelaksanaan pembinaan
kehidupan umat beragama secara terpadu dengan pemerintah daerah dalam hal ini
Camat sebagai pimpinan wilayah sesuai dengan Undang-undang Pokok Pemerintah
Daerah Nomor 5 tahun 1974.34
Kantor Urusan Agama Kecamatan Kembangan merupakan salah satu kantor
pemerintah yang berada di wilayah Kecamatan Kembangan berdasarkan keputusan
Gubernur DKI Jakarta Nomor: 1227 tahun 1989 tanggal 8 September 1989, letak
geografis Kecamatan Kembangan yaitu :
1. Sebelah Utara : Kecamatan Cengkareng

2. Sebelah Timur : Kecamatan Kebon jeruk

3. Sebelah Selatan : Kecamatan Pesangrahan


4. Sebelah Barat : Kecamatan Cipondoh
Dan wilayah Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat mempunyai
luas wilayah 2.463,17 Ha, yang terdiri dari 6 (enam) Kelurahan, diantaranya:
1. Kelurahan Kembangan Selatan : 360,59 Ha
2. Kelurahan Meruya Utara : 562,68 Ha
3. Kelurahan Meruya Selatan : 281,35 Ha
4. Kelurahan Srengseng : 406,90 Ha
5. Kelurahan Joglo : 591,00 Ha
6. Kelurahan Kembangan Utara : 451,50 Ha
Dan terdiri dari 38 RW, 421 RT, dengan tingkat kepadatan penduduk kurang lebih
berjumlah 137.096 jiwa.
Adapun tugas pokok dan fungsi (TUPOKSI) daripada Kantor Urusan Agama
Kecamatan Kembangan sesuai Keputusan Menteri Agama Nomor: 373 tahun 2002
tgl. 16–08–2002 adalah sebagai berikut:
1. TUGAS POKOK

Melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kotamadya Jakarta


Barat di bidang Urusan Agama Islam dalam Wilayah Kecamatan.
2. FUNGSI

a. Merumuskan visi, misi, dan kebijaksanaan teknis di bidang pelayanan dan

bimbingan kehidupan beragama kepada masyarakat di Kecamatan


34
Profil KUA Kembangan
b. Bimbingan pelayanan dan bimbingan masyarakat Islam bidang Nikah, Rujuk,

Zakat, Wakaf, dan Masjid

c. Pembinaan keluarga sakinah

d. Pembinaan bidang produk halal

e. Pembinaan Kemitraan umat Islam

f. Pembinaan lembaga dan ibadah sosial.

Dan adapun visi dan misi KUA Kecamatan Kembangan adalah sebagai
berikut:
VISI : Handal dibidang pelayanan dan partisipatif dalam pembangunan
MISI : 1. Melaksanakan pelayanan pencatatan pernikahan dan rujuk
2. Membina kemasjidan, zakat, dan wakaf
3. Melaksanakan penasehatan dan perkawinan

4. Membina organisasi sosial keagamaan

5. Membina lembaga–lembaga dakwah dan ormas Islam

6. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat

Dalam rangka melaksanakan tugas Kantor Urusan Agama Kecamatan


Kembangan, secara garis besar terbagi sebagai berikut:
a. Melaksanakan tertib administrasi

b. Meningkatkan di siplin dan kemampuan kerja pegawai

c. Mendinamisir pelaksanaan tugas–tugas rutin

d. Sosialisasi Undang–undang perkawinan Nomor 1 tahun 1974 dan Kompilasi

Hukum Islam

e. Meningkatkan peran BP4 dan BKM yang pelaksanaan secara terpadu dengan

puskesmas, PKK, PLKB Kecamatan Kembangan


f. Mengadakan kursus calon pengantin (SUSCATIN) 2 kali sebulan. SUSCATIN

yang diadakan ada yang bersifat klasikal dan ada yang personal (face to face)

g. Meningkatkan kerjasama dengan pemerintah Daerah dan Instansi terkait

Jadi, KUA Kecamatan Kembangan dalam melaksanakan tugasnya mengacu


kepada kebijaksanaan pemerintah dan tugas yang diembannya ada yang bersifat
sektoral dan ada yang bersifat lintas sektoral.

2. Struktur Organisasi dan Kepengurusan BP4


Organisasi BP4 disusun sesuai dengan jenjang administrasi pemerintah mulai dari pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan dan tingkat Desa/Kelurahan. Organisasi ditingkat Provinsi sampai tingkat Desa/Kelurahan mempunyai bagian-
bagian sebagai berikut:35

1) Pendidikan keluarga sakinah dan pengembangan sumber daya manusia

2) Konsultasi hukum dan perkawinan

3) Komunikasi dan imformasi

4) Penelitian dan pengembangan

5) Penasehatan perkawinan sakinah

6) Pembinaan keluarga sakinah

7) Upaya jaringan kerja

8) Bidang pemuda, remaja dan wanita

Mulai dari BP4 Pusat sampai tingkat Desa/Kelurahan, dimasing-masing

tingkatan memiliki petugas korps penasehatan perkawinan dan keluarga. Dimana

angota pengurus BP4 terdiri dari muslim dan muslimah dari instansi, LSM Agama,

lembaga dan organisasi profesi, tenaga ahli, pemuka Agama dan tokoh masyarakat.

35
BP4 Pusat, “AD BP4 pasal 7”, Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan
Nasional keluarga Sakinah, (Jakarta : BP4 Pusat, 2001), h. 96
Adapun masa bakti pengurus di semua tingkat adalah 5 tahun, dan anggota pengurus

lama dapat di angkat kembali.

Pengurus BP4 Pusat ditetapkan oleh Menteri Agama RI atas usul

Musyawarah Nasional BP4, sedangkan pengurus di tingkat provinsi,

Kabupaten/Kota, Kecamatan dan Desa/Kelurahan ditetapkan oleh Ketua BP4 yang

setingkat lebih tinggi atas usul Musyawarah Daerah setempat. Ditingkat

Kelurahan/Desa perwakilan BP4 biasa di sebut “Amil” atau “PPPN” yang tugasnya

yaitu mewakili BP4 tingkat Kecamatan untuk di tingkat Kelurahan. Jadi, sebetulnya

tugasnya tidak hanya memberikan laporan adanya warga yang akan menikah saja,

tetapi diharapkan mampu memberikan peranan dan kontribusi yang lebih dalam hal

sosialisasi program BP4 di masyarakat.

Perlu diketahui, bahwa setiap anggota PPPN di sebut amil, tetapi tidak semua

amil adalah anggota PPPN (Perwakilan Petugas Pencatat Nikah), sebab pengurus

jenazah pun disebut “amil”.


Adapun susunan organisasi atau kepengurusan BP4 KUA Kecamatan

Kembangan Kodya Jakarta Barat periode 2005-2010 adalah sebagai berikut, yaitu:

Pelindung
Drs. H. Syaiful, M. Si
(Camat Kembangan)

Kepala BP4
Drs. H. Ismail Idris
Wakil Kepala BP4
Kasie, pembedayaan maasyarakat

Sekretaris Bendahara
yulastri Romdoni ,S. Ag

Wakil Sekretaris Bagian Penasehatan dan Keluaurga


Ahmad Dimyati H.M.Mujib Qulyubi, S. Ag
H. Mawardi,S. Ag

Sumber: Profil KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat

Sedangkan bagian-bagian kerja lain, seperti bagian Kerja Lintas Sektoral serta

pendidikan dan penerangan tetap di koordinatori oleh ketua BP4 yang merangkap

juga sebagai Kepala KUA dengan di bantu oleh staf-staf yang berkecimpung di dalam

kantor KUA itu sendiri. Dalam hal ini memang Kepala KUA sering merangkap

jabatan selain dari Kepala KUA sendiri, di antaranya Ketua BP4, Ketua P2A

(Pembinaan dan Pengamalan Ajaran Agama), Ketua BKM, dan Ketua PPAIW.

Adapun para staf yang ada dalam Kantor KUA/BP4 Kecamatan Kembangan

masa jabatan 2005–2010 adalah sebagai berikut:


Tabel 2.1
Daftar Staf Pegawai BP4 KUA Kecamatan Kembangan
Kotamadya Jakarta Barat Periode 2005-2010

NO NAMA P/L GOL PENDIDIKAN JABATAN

1 Drs. H. Ismail Idris L III / c S1 Kepala

2 H. Matali Jaani, S.Ag L III / c S1 Penghulu

Wustho

3 Drs. Pahruroji L III / b S1 Penghulu

Wustho

4 Moh. Soleh L III / a S1 Penghulu

Wustho

5 G. Rusdi Chandra L III / b SMA Staf

6 Yulastri P III / a D III Staf

7 Dasuki Bc. HK L III / a D III Staf

8 Suryati P III / a SMEA Staf

9 Asudin L III / a D II Staf

10 Yayan Mahyani P III / a D II Staf

11 Achmad Dimyati L II / d SMA Staf

12 Siti Rahmah P II / a SMA Staf

13 Romdoni, S.Ag L III / a S1 Staf

14 Intan Fauziah P II / a SMU Staf


15 Nurlailah P II / a SMEA Staf

16 Mawardi, S.Ag L III / a S1 Penyuluh

17 Mujib Qulyubi, S.Ag L III / a S1 Penyuluh

Sumber: Profil KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat

Pada dasarnya BP4 tingkat kecamatan sebagian besar pengurusnya di pegang

oleh Pegawai KUA Kecamatan di tambah oleh tokoh masyarakat dan unsur-unsur

majlis taklim. Akan tetapi dalam teknis pelaksanaan formalnya sering terbentur pada

faktor lain, materi, yang tidak mungkin mendatangkan tokoh masyarakat atau unsur

majlis taklim setempat tanpa ada biaya operasional mereka, kecuali memang dalam

kerja lintas sektoral, BP4 Kecamatan Kembangan sering bekerja sama dengan

Puskesmas setempat dalam pemberian atau penyuluhan kesehatan bagi pasangan

calon pengantin. Dan juga sering bekerja sama dengan instansi-instansi sekolah

terutama SLTA dalam upaya mensosialisasikan Undang-undang Republik Indonesia

No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, kinerja BP4 dan juga penyuluhan perkawinan.

Bagian penasehatan dan konsultasi keluarga dan perkawinan bertugas

memberikan penataran kepada calon pengantin dan mengawasi serta menyelesaikan

setiap persoalan keluarga. Sedangkan bagian pendidikan dan penerangan bertugas

hanya sebatas memberikan penyuluhan ketika penataran calon pengantin saja dan

tidak memberikan penerangan di luar secara luas.


Kepengurusan/Manajemen

Manajemen BP4 Kecamatan Kembangan mengikuti manajemen BP4 Pusat

dalam bidang pelaksanaan tugas penasehatan perkawinan dan kesejahteraan keluarga,

hanya saja teknis dan pelaksaan di lapangan yang berbeda, akan tetapi mempunyai

tujuan yang sama atau searah, yaitu mempertinggi mutu perkawinan dan mencegah

terjadinya perceraian semena-mena. Selain itu juga BP4 Kembangan mengikuti

prosedur dan membantu pelaksanaan tugas KUA Kecamatan Kembangan dalam hal

pendataan bagi pasangan pengantin yang akan menikah, mulai dari data diri,

administrasi sampai pelaksanaan penataran/bimbingan pada calon pengantin selama

satu hari.
Adapun BP4 di tingkat Kelurahan/Desa di dalam wilayah Kecamatan

Kembangan tampak tidak berfungsi efektif dalam hal tugasnya memberikan

sosiolisasi tentang adanya tugas dan peranan BP4 memberikan penataran/bimbingan

pada calon pengantin yang diselenggarakan di BP4 Kecamatan Kembangan

Kotamadya Jakarta.
BAB III

PERMASALAHAN DAN PERANAN BP4


DALAM MEMBERIKAN BIMBINGAN

A. Fungsi dan Peranan BP4

Berbicara mengenai fungsi BP4 dalam memberikan bimbingan pada calon

pengantin, terlebih dahulu kita ketahui tujuan dan usaha BP4 yang secara formil

dirumuskan untuk mempertinggi nilai perkawinan dan terwujudnya rumah tangga

yang sejahtera dan bahagia menurut tuntutan Islam. Hal ini sesuai dengan apa yang

telah ditetapkan di pasal 5 AD BP4, yang berbunyi: “Tujuan BP4 adalah

mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran

Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri,

sejahtera materil dan spirituil.”

Dari tujuan tersebut, menurut Sumarta setidaknya ada dua hal yang saling

berkaitan menjadi tujuan daripada organisasi ini, yaitu diantaranya36:

a. Mempertinggi nilai perkawinan

Tujuan yang pertama ini dapat diartikan bersifat umum, yaitu agar nilai

perkawinan bersifat luhur sesuai dengan norma-norma yang sebenarnya. Dalam

kondisi masyarakat sekarang dimana free sex dan samen leven yaitu hidup

bersama tanpa ikatan perkawinan yang sudah semakin bebas dan mulai meluas,

36
Sumarta, Keberadaan BP4 sebagai Lembaga Penasehatan, (Majalah Nasehat Perkawinan
dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1995), edisi Mei No. 275, h. 12-13
bahkan sudah dianggap suatu hal yang biasa dalam masyarakat, maka tujuan ini

aktual.

b. Terwujudnya rumah tangga sejahtera dan bahagia menurut tuntunan ajaran

Islam

Tujuan kedua bersifat lebih praktis dan individual, yaitu tiap perkawinan harus

sejahtera sifatnya dan bukan sebaliknya. Lembaga keluarga adalah merupakan

kesatuan dari dua, tiga atau empat pribadi (dengan anak-anak) yang masing-

masing sebagai manusia bebas dengan segala sifat dan karakternya. Dalam

keadaan demikian, tanpa bimbingan dan suriteladan akan mudah melahirkan

sengketa sebagai akibat daripada sifat masing-masing pihak yang ingin dominan

atau tidak mau mengikuti atau menghargai pihak lain.

Kedua tujuan tersebut, juga memberikan petunjuk bahwa negara Indonesia

adalah sebuah negara besar yang mempunyai sumber daya manusia yang potensial

dan produktif, bahkan merupakan salah satu modal dasar dan juga faktor dominan

dalam pembangunan nasional.37 Dengan demikian, keberadaan BP4 serta upaya yang

dilakukan dalam peningkatan mutunya berdasarkan kepentingan-kepentingannya

terlebih lagi dalam menghadapi tuntutan dan perkembangan masyarakat dalam proses

moderenisasi serta pembangunan dimasing-masing wilayah Indonesia yang semakin

meningkat.

37
Departemen Agama RI, Modul Pembinaan Keluarga Sakinah, (Jakarta: Depag RI, 2001), h.
14
Untuk mencapai tujuan sebagaimana tersebut pada pasal 5 Anggaran Dasar

BP4, BP4 mempunyai pokok-pokok upaya dan usaha sebagai berikut:38

1. Memberikan bimbingan dan penasehatan serta penerangan mengenai nikah, talak,

cerai dan rujuk kepda masyarakat baik perorangan maupun kelompok.

2. Memberikan bimbingan dan penyuluhan agama, Kompilasi Hukum Islam (KHI),

UU. No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, Undang-undang Republik

Indonesia. Nomor. 17 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan haji dan hal–hal lain

yang berkaitan dengan hukum keluarga dan adat istiadat (akhwalus syakhsiyah).

3. Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan

perselisihan rumah tangga.

4. Menyelenggarakan kursus calon pengantin, penataran/pelatihan, diskusi, seminar

dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga.

5. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan, penghayatan dan

pengamalan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlakul karimah dalam rangka

membina keluarga sakinah.

6. Berperan serta aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina

keluarga sakinah.

7. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga.

38
BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Nasional Keluarga
Sakinah, (Jakarta: BP4 Pusat, 2001), h. 94-95
8. Upaya dan usaha lain yang di pandang bermanfaat untuk kepentingan organisasi

serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga.

Usaha-usaha tersebut telah dijabarkan oleh BP4 dalam bentuk kegiatan-

kegiatan, antara lain39:

1. Membentuk korps penasehatan perkawinan di semua tingkatan (pusat, propinsi,

kabupaten/kota madya, dan kecamatan).

2. Menyelenggarakan penataran bagi anggota korps penasehat perkawinan BP4.

3. Memberikan penasehatan perkawinan bagi calon pengantin.

4. Memberikan buku-buku tentang membina keluarga bahagia

5. Memberikan penasehatan bagi pasangan yang mengajukan gugatan cerai ke

Pengadilan Agama

6. Menerbitkan majalah perkawinan dan keluarga (sekarang diubah menjadi

perkawinan dan keluarga).

7. Membuka biro konsultasi keluarga di tingkat pusat dan provinsi.

8. Menyelenggarakan pendidikan kerumah tanggaan bagi remaja usia nikah.

9. Membuka penasehatan perkawinan melalui hot line telepon.

10. Menyelenggarakan pemilihan ibu teladan setiap tiga bulan sekali pada setiap

tingkatan.

39
Zamhari Hasan, “Peranan BP4 dalam Menemukan Angka Perceraian”, (Makalah Loka
Karya), (Jakarta : Kantor BP4 Pusat, 27 Maret 1997), h. 3.
11. Menyelenggarakan seminar, loka karya dan sebagainya yang ada relevansinya

dengan pembinaan keluarga bahagia dan sejahtera.

12. Membuka biro konsultasi jodoh.

Adapun pokok-pokok tugas dan fungsi BP4 yang perlu digarap dan harus

mendapat perhatian masyarakat di mana saja dan kapan saja adalah penerangan yang

bersifat memberikan pengertian dan kesadaran pada masyarakat, terutama para orang

tua agar tidak terburu mengawinkan putra atau putrinya dalam usia yang masih muda

dan masih belum cukup matang dan mampu memikul tanggung jawab.

Sedangkan, untuk para remaja putra atau putri usia perkawinan atau bagi

pasangan calon pengantin yang hendak melangsungkan perkawinan diberikan bekal

kepada mereka yang nanti pada saatnya akan melangsungkan perkawinan mereka

dapat memahami dengan benar makna atau arti dari pada kesakralan ikatan

perkawinan. Yang penting dalam penerangan atau penataran (up-grading) bagi para

pasangan usia nikah atau juga bagi calon pengantin yang hendak melaksanakan akad

nikah dikemukakan:

a. Bahwa tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk mencari ketenangan hidup,

membentuk keluarga muslim, di bawah naungan rumah tangga bahagia sejahtera.

b. Untuk menciptakan ketenangan hidup lahir batin, harus dapat mendidik

keluarganya sehingga menjadi keluarga yang taat menjalankan ibadah.


c. Memilih calon ialah pilihlah yang beragama (seagama). Islam memberikan 3

(tiga) pilihan.

d. Tugas suami-isteri yang harus dipenuhi sebagaimana dalam Undang-undang

Perkawinan.

e. Perkawinan harus di pelihara dan di jalin dengan kasih sayang, dibina selama

hayat masih dikandung badan.

D. Upaya Peningkatan Mutu BP4 Dalam Memberikan Bimbingan

1. Pengertian

Secara harfiah bimbingan memiliki arti menunjukan, memberi jalan atau

menuntun orang kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan

masa mendatang. Istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari kata bahasa

Inggris GUIDANCE yang berasal dari kata ‘to guide’ yang berarti menunjuki.40

Bimbingan sebagaimana pengertian di atas, fokusnya kepada orang dan

hubungannya dengan kehidupan. Orang seharusnya bahagia dan tentunya

bermanfaat hidupnya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat baik menunjukan dan

memberi jalan serta menuntun orang kearah tujuan yang membawa kemanfaatan

itu dirasakan oleh diri manusia sebagai makhluk individu tetapi juga bermanfaat

bagi lingkungan seperti keluarga dan masyarakat.

40
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT.
Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 1
i. Upaya BP4 Dalam Memberikan Bimbingan Pada calon Pengantin

Salah satu Kiprah BP4 yang paling menonjol adalah perjuangan dalam

upaya melahirkan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan.

Sesuai dengan anggaran dasar BP4 pasal 4, bahwa BP4 bertujuan mempertinggi

mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga bahagia sejahtera dan kekal menurut

ajaran agama Islam.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka tugas yang dilakukan BP4

sebagaimana diungkapkan oleh Zubaidah Muchtar (Konsultan BP4 Pusat)

mempunyai 11 tugas yaitu:

a. Memberikan nasehat dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai dan rujuk

kepada orang yang akan melakukannya.

b. Mencegah terjadinya perceraian sewenang-wenang, poligami yang tidak

bertanggungjawab, perkawinan di bawah umur dan perkawinan di bawah

tangan.

c. Memberikan bimbingan dan penyuluhan UU Perkawinan dan hukum

Munakahat dan memperjuangkan lahirnya UU Perkawinan No. 1 tahun 1974

dan menyebar luaskan isi dan hakikat UU tersebut.

d. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dalam

rangka membina keluarga. Bahkan dalam ajaran agama Islam dijelaskan

kriteria–kriteria dalam mencari jodoh.

e. Meningkatkan pelaksanaan pedoman penghayatan dan pengamalan pancasila

dalam keluarga.
f. Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan

perselisihan rumah tangga. Karena mempertinggi nilai perkawinan dan

terwujudnya rumah tangga bahagia menurut tuntunan ajaran agama Islam

merupakan 2 indikasi dari tujuan BP4.

g. Menerbitkan majalah dan brosur, buku dan penerbitan lain. Majalah

perkawinan dan keluarga yang menuju keluarga sejahtera merupakan majalah

terbitan BP4 pusat yang kemudian di sebar luaskan ke BP4 daerah.

h. Bekerja sama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki

kesamaan tujuan, baik di dalam maupun di luar negeri. Para pelaksana tugas

BP4 bukan hanya konselor yang berasal dari pakar agama, melainkan juga di

bantu dan di tunjang oleh tenaga ahli dalam bidang psikologi dan seksologi.

i. Menyelenggarakan kursus-kursus, penataran, diskusi, seminar dan kegiatan

yang sejenis penataran atau kursus calon pengantin merupakan strategi

pembekalan pada calon pengantin dan kegiatan pemilihan ibu teladan tingkat

nasional setahun sekali. Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan motivasi

dan inovasi kepada kaum wanita untuk lebih berperan aktif dalam

membangun keluarga sejahtera melalui implementasi nilai-nilai positif yang di

miliki para ibu teladan.

j. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina

keluarga sakinah, bahagia dan sejahtera.

k. Usaha lain yang di pandang perlu dan bermanfaat bagi kebahagiaan dan

kesejahteraan keluarga.
Adapun tugas-tugas pokok BP4 Kecamatan Kembangan adalah sebagai

berikut yaitu diantaranya adalah:

1) Meningkatkan pelayanan penasehatan perkawinan bagi calon pengantin.

2) Melaksanakan Suskaten 2 (dua) kali sebulan yang di hadiri oleh BP4

Kotamadya, Puskesmas, PLKB, dan PKK Kecamatan.

3) Melaksanakan Suscaten terpadu dengan BP4 Kotamadya Jakarta Barat.

4) Bekerjasama dengan BP4 Kotamadya Jakarta Barat dalam melaksanakan

penyuluhan Undang–undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang

Perkawinan kepada siswa/siswi SMU/SMK di Kecamatan Kembangan 2 (dua)

kali selama setahun.

5) Menjajaki terbentuknya kelompok keluarga sakinah di Kecamatan

Kembangan.

Sementara tugas dan tujuan BP4 KUA Kecamatan Kembangan pada

prinsipnya sama dengan tugas dan tujuan BP4 Pusat, sebagaimana yang telah

dijelaskan di atas. Yaitu menekan angka perceraian dengan cara mencegah

perkawinan di bawah umur, dan mengupayakan memberikan bimbingan kepada

para calon pengantin dan masyarakat untuk menciptakan keluarga sejahtera dan

bahagia.

Adapun beberapa upaya yang dilakukan oleh BP4 Kecamatan KUA

Kecamatan Kembangan program kerja 2005-2010 dalam memberikan penataran

atau bimbingan pada calon pengantin diantaranya adalah:


a) Memberikan surat panggilan kepada calon pengantin yang telah mendaftar

untuk mengikuti acara pemberian penataran/bimbingan.

b) Penataran/bimbingan pra-nikah yang dilaksanakan oleh BP4 KUA

Kembangan dilakukan 2 (dua) kali dalam sebulan dan dilaksanakan setiap hari

selasa, yang bertempat di Balai Kantor KUA Kecamatan Kembangan.

c) Melakukan penataran/bimbingan pra-nikah secara personal (face to face) bagi

calon pengantin yang tidak sempat hadir pada waktu yang telah ditentukan.

d) Memberikan buku atau majalah keluarga sejahtera kepada calon pengantin

yang diterbitkan oleh BP4 pusat.

e) Pemberian bimbingan keluarga sejahtera.41

Dalam pemberian bimbingan pra-nikah yang dilaksanakan oleh BP4

Kembangan diberikan materi-materi tentang sosialisasi Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, masalah-masalah kesehatan

keluarga dengan mendatangkan langsung Bidan dari Puskesmas setempat, teknis

pernikahan dan bimbingan menuju keluarga sakinah yang disampaikan oleh

Ketua kelompok kerja bagian kepenghuluan BP4 yang bersangkutan.

Disamping itu, terdapat program kerja lain yang bergerak dalam bidang

lintas sektoral yang dilakukan BP4 Kembangan dalam upaya sosialisasi program

kerja mereka diantaranya adalah:

41
Ismail Idris, Kepala BP4 KUA Kecamatan Kembangan, Wawancara Pribadi, (Kembangan,
12 Oktober 2006)
1. Penyuluhan tentang bahaya nyamuk demam berdarah, bekerja sama langsung

dengan Puskesmas setempat.

2. Penyuluhan Gerakan Keluarga Sejahtera, dengan mengundang sekolah-

sekolah SMU/SLTA yang berda di wilayah Kecamatan Kembangan terutama

pada kelas III SMU/SLTA.

3. Dan program kerja lain yang masih direncanakan.

3. Hambatan–hambatan

Salah satu cita-cita perkawinan adalah untuk membentuk keluarga atau

rumah tangga yang bahagia dan sejahtera serta damai tanpa adanya masalah atau

konflik yang terjadi didalamnya. Namun, untuk mencapai cita-cita tersebut tidak

selalu berjalan lancar tetapi pasti ada saja kendala yang menghambat usaha

seseorang tersebut yang mau tidak mau harus dihilangkan terlebih demi

tercapainya cita-cita atau tujuan tersebut.

Begitu pun dalam usaha mensosialisasikan dan memberikan bimbingan

pada calon pengantin BP4 KUA Kecamatan Kembangan menemui kendala yang

menjadi hambatan untuk terlaksana secara efektifnya program kerja mereka, di

antaranya adalah42:

1. Tidak ada waktu dari si calon pengantin, karena biasanya para calon

pengantin adalah mereka yang baru mendapatkan pekerjaan dan tidak

mendapatkan cuti dari perusahaan di mana mereka kerja untuk mengikuti


42
Ibid.
bimbingan yang diberikan oleh BP4, atau mungkin hal yang demikian itu

tidak penting. Jadi, kurangnya kesadaran dari si calon pengantin tentang

manfaat mengikuti bimbingan oleh BP4.

2. Calon pengantin yang hendak menikah tidak mendaftar langsung, masih

sering terjadi di masyarakat Kembangan, pasangan yang hendak menikah

tidak mendaftarkan diri langsung ke KUA setempat, tetapi melalui perantara

jasa seorang ketua RT dimana mereka tinggal. Sedangkan dari mereka tidak

menekankan kepada para calon pengantin yang hendak menikah untuk

mengikuti pemberian bimbingan yang diadakan oleh BP4.

3. Seringnya surat panggilan untuk mengikuti bimbingan tidak sampai kepada

yang bersangkutan, bila pasangan calon pengantin yang hendak menikah yang

mendaftar langsung, akan diberikan informasi tentang kapan mereka akan

mendapatkan bimbingan calon pengantin oleh BP4. Tetapi bila yang

mendaftarkan orang lain (ketua RT), sering tidak ada informasi balik bagi BP4

tentang kapan orang itu siap atau bersedia untuk mengikuti bimbingan.

4. Dana atau keuangan, dalam hal ini kendala yang sering ditemukan dalam

setiap pekerjaan adalah masalah dana atau keuangan, begitupun BP4 KUA

Kecamatan Kembangan upaya sosialisasi ke masyarakat sangat dimungkinkan

perlunya dana operasional, terutama untuk mendatangkan pemberi materi

yang perlu biaya operasional dalam program pemberian bimbingan pada calon

pengantin.
Dari beberapa hambatan yang dikemukakan di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya

mengikuti proses pemberian bimbingan oleh BP4 yang tujuannya adalah menciptakan

keluarga sajahatera. Mungkin BP4 pusat harus membuat keputusan yang tegas demi

menunaikan tugasnya memberikan bimbingan pada calon pengantin dalam rangka

mencapai tujuan perkawinan tersebut dengan cara membuat keputusan yang isinya

memberikan sanksi administrasi kepada para calon pengantin yang tidak mengikuti

proses pemberian bimbingan.

Dan selanjutnya adalah masalah dana operasional, karena kalau saja selalu ada

dana operasional dari tingkat atas dalam upaya BP4 ini melakukan sosialisasi atau

pelaksanaan programnya tentu menjamin kesejahteraan para petugas yang terkait.

Tetapi walaupun demikian, sudah menjadi tugas BP4 untuk melakukannya, sekiranya

perlu usulan, sebaiknya dari BP4 pusat membuat putusan yang isinya memberikan

dana operasional kerja untuk dianggarkan sesuai dengan keperluan yang dananya

diambil dari administrasi pendaftaran nikah. Masyarakat ditanya apa itu BP4? Mereka

langsung bias menjawab dan mengerti program-programnya.

C. Efektifitas BP4 dan Peranannya Dalam Memberikan Bimbingan Pada Calon

Pengantin

BP4 KUA Kecamatan Kembangan merupakan pembantu dari Departemen

Agama yang ditempatkan pada tingkat pemerintah bawah yang diharapkan mampu

membantu Departeman Agama dalam tugasnya menciptakan keluarga sejahtera yang


Islami, karena BP4 di tingkat Kecamatan ini di rasa lebih memasyarakat, artinya lebih

dekat dengan masyarakat tentunya lebih tahu situasi yang ada di masyarakat.

Seperti yang telah di ketahui bersama bahwasanya BP4 ini mempunyai

banyak macam tugasnya yang masuk dalam program kerja mereka yaitu memberikan

peranan dan kontribusi yang baik di masyarakat guna tercapainya tujuan perkawinan.

Diantara program kerja BP4 adalah berupaya memberikan sosialisasi kepada

masyarakat tentang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974

Tentang Perkawinan yang dalam memberikan penyuluhannya diharapkan masyarakat

mengetahui manfaat adanya Undang-undang tersebut dan mau untuk

melaksanakannya. Dan mengupayakan agar tidak ada lagi ketidakpahaman

masyarakat tentang peraturan perkawinan, misalnya melakukan pernikahan di bawah

tangan atau melakukan pernikahan di bawah umur.

Salah satu tugasnya lagi yaitu untuk menunjang tujuan dari perkawinan ialah

BP4 memberikan bimbingan pada para calon pengantin yang hendak melakukan

pernikahan, di mana tenggang waktu 10 hari dari pendaftaran itu dimanfaatkan untuk

pembekalan dan pengetahuan bagi calon pengantin yang akan memasuki gerbang

baru yaitu gerbang rumah tangga atau keluarga.

BP4 Kecamatan Kembangan ini pun berupaya memenuhi semua program

kerja yang telah ditetapkan, salah satunya yang disoroti dalam skripsi ini adalah

efektifitas dari pemberian bimbingan calon pengantin yang dilakukan oleh BP4 yang

bersangkutan.
Berdasarkan data-data yang penulis peroleh, baik dari hasil wawancara

dengan para pihak yang terkait, dengan melihat mekanisme pemberian bimbingan

yang diadakan pada tiap-tiap hari Selasa, tetapi tergantung dari ada atau tidaknya

pasangan yang mendaftar untuk menikah, dan melihat arsip-arsip yang berkaitan

dengan pembahasan yang penulis jadikan lampiran, maka penulis menyimpulkan

bahwa BP4 KUA Kecamatan Kembangan berperan ‘cukup efektif’ dalam

memberikan bimbingan pada calon pengantin yang diadakan di aula kantor KUA

setempat. Berikut akan penulis lampirkan Data Pelaksanaan SUSCATEN di BP4

KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat Tahun 2006;

Tabel 3.1
Data Pelaksanaan SUSCATEN di BP4 KUA Kecamatan Kembangan
Kotamadya Jakarta Barat Tahun 2006

No. Keterangan N %
1. Pasangan calon pengantin yang mengikuti
544 40
pelaksanaan SUSCATEN
2. Pasangan calon pengantin yang mengikuti
pelaksanaan SUSCATEN diluar jadual 816 60
yang telah ditantukan (face to face)
JUMLAH 1360 100

Sumber: Buku Besar BP4 KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat
Dari data tersebut, dapat dilihat sekitar 40% dari pasangan yang hendak

melakukan pernikahan sebelumnya mengikuti proses bimbingan dan penyuluhan di

kantor BP4 KUA Kecamatan Kembangan secara bersama-sama dengan calon

pengantin yang lainnya (klasikal). Memang keadaan tidak selalu sama, artinya tiap-

tiap bulan selalu naik turun persentasenya tetapi tergantung dari jumlah pernikahan

yang terjadi, dan sisanya sekitar 60% mengikuti bimbingan secara personal (face to

face), artinya BP4 bagaimanapun juga selalu menganjurkan dan mengusahakan pada

setiap calon pengantin yang hendak melaksanakan pernikahan untuk terlebih dahulu

mengikuti atau mendapatkan bimbingan atau penataran dari BP4 KUA Kecamatan

kembangan diluar jadwal yang biasa dilaksanakan oleh BP4. Dengan demikian,

seluruh calon pengantin mendapatkan bimbingan terlebih dahulu sebelum mereka

melaksanakan pernikahan. Disamping itu, masih banyaknya hambatan-hambatan

yang dijumpai oleh lembaga tersebut dalam upaya memberikan peranan dan

kontribusi yang lebih bagi masyarakat.

Akan tetapi, dari keterangan-keterangan tersebut di atas, penulis juga

berpendapat, bahwa BP4 Kecamatan Kembangan ini sedang terus berupaya

menggalakkan dan mencari jalan yang lebih efektif lagi berguna dalam memberikan

kontribusi mereka kepada masyarakat, agar masyarakat merasa perlu adanya

organisasi lembaga tersebut.

Terutama dalam bidang penyuluhan yang lainnya seperti penyuluhan BKM

yang dilakukan oleh Kepala KUA yang merangkap juga sebagai kepala BP4 dan juga

ketua BKM sedang menggalakan terbentuknya Badan Komunikasi Dewan


Kesejahteraan Masjid, yang disamping misinya membentuk kader-kader muda Islam

yang berkualitas, juga dalam rangka pendekatan kepada masyarakat akan kontribusi

BP4.

Yang sedang diupayakan sekarang adalah penyuluhan-penyuluhan kepada

forum-forum remaja masjid tentang Undang–undang Republik Indonesia Nomor 1

tahun 1974 Tentang Perkawinan dan peranan BP4. Dengan prospek kedepan yang

diharapkan mampu menambah kiprah dan peran BP4 di masa yang akan datang. Oleh

karena itu, BP4 KUA Kecamatan Kembangan kini perlu mengevaluasi kekurangan

yang perlu dibenahi terutama dalam sosialisasinya kepada masyarakat. Apabila

masyarakat ditanya apa itu BP4?, mereka langsung bisa menjawab dan mengerti

program-programnya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mempelajari dan menganalisa berbagai masalah dalam skripsi yang

berjudul “Efektifitas BP4 dan Peranannya dalam Memberikan bimbingan dan

Penataran Pada Calon Pengantin di KUA Kecamatan Kembangan Jakarta

Barat”. Dari seluruh pembahasan dalam bab per bab di muka, penulis

mengemukakan beberapa kesimpulan, yaitu diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Keberadaan lembaga BP4 KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta

Barat yang berperan dalam memberikan penataran atau bimbingan pada calon

pengantin sebelum mereka melaksanakan akad nikah atau menjadi pasangan

suami-istri dalam ikatan perkawinan sangatlah besar, tidak hanya BP4 KUA

Kembangan saja, tetapi juga pada BP4 KUA Kecamatan lainnya yang tersebar di

seluruh Indonesia. Untuk mencapai tujuan daripada BP4 itu sendiri, yaitu salah

satunya mempertinggi nilai perkawinan dan terwujudnya rumah tangga sejahtera

dan bahagia menurut tuntunan ajaran Islam, maka BP4 KUA Kecamatan

Kembangan mempunyai peran yang sangat penting serta berupaya keras dalam

memberikan penataran atau bimbingan kepada para remaja putra atau putri usia

perkawinan atau bagi pasangan calon pengantin yang hendak melangsungkan

perkawinan sebagai bekal kepada mereka yang nanti pada saatnya akan
melangsungkan perkawinan mereka dapat memahami dengan benar makna atau

arti dari pada kesakralan ikatan perkawinan.

2. Adapun beberapa upaya yang dilakukan oleh BP4 Kecamatan KUA Kecamatan

Kembangan program kerja 2005-2010 dalam memberikan penataran atau

bimbingan pada calon pengantin diantaranya adalah:

a. Memberikan surat panggilan kepada calon pengantin yang telah mendaftar

untuk mengikuti acara pemberian penataran atau bimbingan.

b. Penataran atau bimbingan pra-nikah yang dilaksanakan oleh BP4 KUA

Kembangan dilakukan 2 (dua) kali dalam sebulan dan dilaksanakan setiap hari

selasa, yang bertempat di Balai Kantor KUA Kecamatan Kembangan, dengan

materi yang diberikan diantaranya:

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan

2) Fiqh Munakahat

3) Fiqh Ibadah dan Muamalah

4) Program Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan

5) Pembinaan dan pendidikan keluarga sakinah

6) dan lain sebagainya.

c. Melakukan penataran atau bimbingan pra-nikah secara personal (face to face)

bagi calon pengantin yang tidak sempat hadir pada waktu yang telah

ditentukan.
d. Memberikan buku atau majalah keluarga sejahtera kepada calon pengantin

yang diterbitkan oleh BP4 pusat.

e. Pemberian bimbingan keluarga sejahtera.

f. Bekerja sama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki

kesamaan tujuan, terkadang mengadakan seminar dan kegiatan penyuluhan

dan sosialisasi Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974

tentang Perkawinan di sekolah-sekolah.

3. Pelaksanaan pemberian penataran atau bimbingan pada calon pengantin yang

dilakukan oleh lembaga konselor perkawinan yaitu BP4 Kecamatan Kembangan

sudah berjalan cukup efektif tetapi belum mencapai seperti apa yang diharapkan.

Hal ini ditunjang dengan bukti-bukti data yang mengarah ke sana, yaitu sekitar

40% dari jumlah perkawinan yang mengikuti proses bimbingan bersama-sama

dengan calon pengantin yang lain, dan sisanya sekitar 60% mengikuti bimbingan

secara face to face atau diluar jadual yang telah ditentukan, dengan demikian

seluruh calon pengantin yang akan melaksanakan pernikahan tetap mendapatkan

bimbingan terlebih dahulu.

B. Saran - saran

Setelah penulis melakukan penelaahan dan pembahasan serta penelitian

secara langsung, serta berdasarkan data yang penulis dapatkan, ada beberapa

hal yang ingin penulis sampaikan yang sekiranya bisa menjadi saran bagi

lembaga yang bersangkutan. Pertama, dalam hal sosialisasi BP4 kepada


masyarakat baik mengenai programnya maupun keeksistensiannya sebagai

lembaga yang diakui oleh pemerintah untuk memberikan bimbingan kepada

setiap calon pengantin. Karena masih saja ada orang yang belum mengetahui

apa itu BP4, di mana adanya, untuk apa dan bagaimana programnya?.

Karenanya perlu adanya pendekatan langsung kepada masyarakat untuk

melakukan penyuluhan-penyuluhan dan perlu diadakan acara khuhus, seperti

penyuluhan ke forum-forum remaja masjid atau majlis taklim.

Kedua, Setiap BP4 harus mempunyai anggaran subsidi dana untuk

ditembuskan kepada Departemen Agama sebagai lembaga diatasnya, untuk

membantu biaya operasional BP4 di dalam melakukan tugasnya.

Ketiga, hendaknya ada beberapa orang yang selain mengerti akan hukum

agama dan perkawinan juga menguasai bidang psikologi, hal ini sangat

mendukung program BP4 sebagai lembaga konsultasi bagi para pasangan yang

sedang dilanda masalah.

Mudah-mudahan BP4 Kecamatan Kembangan ini bisa menjadi contoh

dan pelopor keberhasilan BP4 lainnya dalam melayani masyarakat dan juga

menjalankan programnya.
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ali, Dr. H., “Meningkatkan Usaha BP4 Dalam Penasehatan”, Problem

Pelaksanaan Undang-Undang Perkawinan dan Pembinaan Keluarga,

(Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1996,

edisi Januari No. 283.

Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta, PT.

Golden Terayon Press, 1998, Cet. Ke-6.

BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan, (Majalah Nasehat Perkawinan dan

keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1997.

--------------, Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Nasional

Keluarga Sakinah, Jakarta, BP4 Pusat, 2001.

--------------, Hasil Musyawarah Nasional BP4 X dan Pemilihan Ibu Teladan Tingkat

Nasional VII, (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta : BP4

Pusat, 1995), edisi Juli No. 277, h. 17.

--------------, Kiprah BP4 Dalam Meningkatkan Mutu Perkawinan dan keluarga,

(Majalah Nasehat Perkawinan dan keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1992,

edisi Januari No. 235.

--------------, Tantangan baru BP4 Setelah 37 tahun Berkiprah, (Majalah Nasehat

Perkawinan dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1997, edisi Januari No. 295.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta, CV. Indah Press,

1995.

--------------, Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, Hasil

Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Keluarga Sakinah, Jakarta,

Departemen Agama, 2001.

--------------, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan

Peradilan Agama, UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Jakarta,

Depag RI, 2001.

--------------, Modul Pembinaan Keluarga Sakinah, Jakarta, Depag RI, 2001.

Hasan, Zamhari, “Peranan BP4 dalam Menemukan Angka Perceraian”, (Makalah

Loka Karya), Jakarta, Kantor BP4 Pusat, 27 Maret 1997.

--------------, Problematika BP4 Dalam Menurunkan Angka Perceraian, (Majalah

Nasehat Perkawinan dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1997, edisi Juni

No. 301.

Ismail Idris, Drs., Kepala BP4 KUA Kecamatan Kembangan, Wawancara Pribadi,

(Kembangan, 12 Oktober 2006).

Ichtijanto S. A., Dr. H., S.H., "Keluarga Bahagia Sejahtera dalam Era Globalisasi",

(Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1995,

edisi Pebruari No. 272.

Muchtar, Zubaidah, Dra., "Fungsi dan Tugas BP4", (Majalah Nasehat Perkawinan

dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1993, edisi Maret No. 221.
Mustoha, Drs., Kerjasama Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan

Perceraian dengan Peradilan Agama, (Makalah Loka Karya), Jakarta,

Kantor BP4 Pusat, 27 Maret 1997.

Nasar, M. Fuad, S. Sos., Peranan BP4 dalam Pembinaan Keluarga, (Majalah

Nasehat Perkawinan dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1996, edisi Januari

No. 283.

Nasution, Harun, Prof. Dr., et. al., Ensiklopedi Islam, "Badan Penasehat Perkawinan,

Perselisihan dan Penyelesaian Perceraian", Jakarta, Departemen Agama RI,

1993, cet. Ke-1, Jilid 1.

Natsir, Mukhtar, Tugas dan Fungsi BP4, (Majalah Nasehat Perkawinan dan

keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1995, edisi Mei No. 275.

Saputra, Djazuli Wangsa, et. al., Peran BP4 dan Lembaga Konsultasi Perkawinan

dan Keluarga, (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga), Jakarta, BP4

Pusat, 1998, edisi Januari No. 187.

Sasrtroatmodjo, Arso, dan A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia,

Jakarta, Bulan Bintang, 1981, cet. Ke- 3.

Sumarta, Drs., Keberadaan BP4 sebagai Lembaga Penasehatan, (Majalah Nasehat

Perkawinan dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1995, edisi Mei No. 275.

Profil KUA Kembangan.

Zarkasyi, Muchtar, H., S.H., Peningkatan Peran BP4 Menjelang Era Tinggal Landas,

(Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1992),

edisi Januari No. 235, h. 4

Vous aimerez peut-être aussi