Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh:
AHMAD FAISAL
NIM: 102044124987
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Syari'ah dan Hukum
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Hukum Islam
Oleh:
AHMAD FAISAL
NIM: 102044124987
Pembimbing:
PANITIA UJIAN
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah dalam
bentuk skripsi ini, yang dipersiapkan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi akhir pada Jurusan Akhwal Syakhsyiyah (Peradilan Agama) Fakultas Syari'ah
dan Hukum dan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam dari Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Efektifitas BP4 dan Peranannya
dalam memberikan Bimbingan Pada Calon Pengantin (Studi Kasus di BP4 KUA
bantuan tersebut hanya dapat penulis balas dengan ucapan terimakasih. Di antara
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas
Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dra. Basiq Djalil dan Bapak Kamarusdiana, M. H., selaku Ketua Jurusan
dan Sekjur Akhwal Syakhsiyyah Fakultas Syari’ah dan Hukum yang selalu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Banyak ilmu dan pemikiran beliau yang
5. Bapak Drs. H. Ismail Idris selaku kepala BP4 KUA Kecamatan Kembangan yang
telah membentu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan seluruh staf KUA
6. Secara khusus skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis
yang tercinta, Ayahanda Bapak Muhammad Syukri dan Ibunda Siti Naimah yang
selalu memberikan doa dan memberikan kasih sayangnya untuk penulis, sehingga
mereka.
7. Dan juga untuk my brother (Siti Badriyah, Hanafi, Hambali, Iwan, Bahirah, Siti
Hidayati) dan keponakanku yang lucu-lucu (Arman, Fajri, Akmal, Hilyah) yang
8. Bapak KH. Mahfudz Asirun selaku Mudir Pondok Pesantren Al-Itqon serta
seluruh staf pengajar atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
2002 yang telah banyak mengisi kehidupanku dikampus yang akan menjadi
bagian yang tidak akan terlupakan yang lebih khususnya lagi buat orang-orang
yang selalu memberikan kasih sayangnya kepadaku (Widia, Mala, Neng gelis,
Di2n, Arifin, Banni, Acan, Be2q, Jhon, Marwanih, Husnul) terimakasih kawan
menemani saya dalam mencari data tambahan dilapangan. Serta kepada kawan-
kawan Bodrex Tiem (Futhau, Bokli, Alday, Bofel, Botel, Bentul) yang telah
mengisi hari-hari penulis menjadi enjoy. Serta kawan-kawan yang lain atas doa
depan nanti. Tidak ada yang bisa penulis lakukan untuk membalas budi baik
kawan-kawan selain doa semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan untuk
kalian semua.
Selain itu, tidak lupa penulis mohon maaf apabila dalam penulisan skripsi ini
terdapat banyak kesalahan dan kekeliruan, karena penulis sadar bahwa tulisan ini
masih jauh daripada kesempurnaan. Kritik dan saran sangatlah penulis harapkan.
yang telah penulis lakukan mendapat ridha Allah SWT, semoga skripsi ini
bermanfaan. Amin.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
E. Sistematika Penulisan………………………………………….. 10
(BP4)……………………………………………………………..... 12
A. Pengertian BP4………………………………..………………. 12
A. Kesimpulan…………………………………………………… 58
B. Saran-saran…………………………………………………… 60
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………. 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN……………………………………………………… 65
BAB I
PENDAHULUAN
Allah swt telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih
sayang sebagai sebuah rahmat dari-Nya. Dimana semua itu bertujuan agar manusia
dapat saling berkasih sayang, antara laki-laki dan perempuan sebagai makhluk-Nya,
dan juga merupakan cara untuk mengembangkan keturunan yang bisa meneruskan
perjuangan mereka. Sebagaimana telah diabadikan oleh firman Allah swt dalam al-
Qur'an:
☺
⌧
1
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Indah Press, 1995), h.
644
dengan hewan ataupun mahkluk lainnya serta demi menjaga martabat dan
kehormatan manusia, maka Allah swt mengadakan hukum sesuai dengan martabat
tersebut. Dengan demikian, hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara
dahulu, sekarang dan masa yang akan datang sampai akhir zaman. Perkawinan juga
merupakan pertemuan dua hati yang berbeda yang akan saling melingkapi satu sama
lain dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang. Ia adalah suatu cara atau solusi
yang tepat dalam upaya mengembangkan keturunan yang didasarkan pada agama.
"perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami-isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa".2
menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah serta kekal untuk selama-
lamanya. Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 3 disebutkan tujuan daripada
2
Depertemen Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Dalam Lingkungan
Peradilan Agama, UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, (Jakarta: Depag RI, 2001), h. 131
3
Ibid.
Oleh karena itu, keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan sejahtera lahir
dan batin serta selamat dunia dan akhirat adalah impian bagi setiap orang yang akan
komunitas terkecil atau bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu
yang terkait oleh suatu keturunan, yakni kesatuan antara ayah, ibu dan anak yang
atau masyarakat tersebut hidup bahagia, makmur serta rukun, maka urusan negara
dengan tuntunan agama dan ketentuan dalam hidup bermasyarakat. Dengan begitu,
stabilitas kehidupan rumah tangga yang penuh dengan ketentraman dan kedamaian.
Pengetahuan dan pengertian inilah yang menjadi tonggak bagi pembinaan keluarga
membentuk keluarga yang sesuai dengan tujuan dan tuntunan agama serta ketentuan
hidup di masyarakat. Karena para remaja, dimana gejolak jiwa muda yang ada dalam
dirinya sangatlah labil serta saat dimana remaja berada dalam posisi pencarian
identitas diri, perlu mendapatkan bimbingan sehingga diharapkan pada saat mereka
telah siap untuk memasuki jenjang perkawinan cita-cita dan tujuan daripada
perkawinan itu akan tercapai tanpa mengalami perselisihan yang pada akhirnya dapat
remaja, juga memberikan arah ke depan bagi cita-cita keluarga yang harmonis.
Kemudian, kembali pada apa yang telah dipaparkan di atas, dimana dikatakan
bahwa perkawinan merupakan pertemuan dua hati yang berbeda, maka tentu saja
seiring dengan berjalannya waktu dan adanya masalah yang pasti akan dihadapi
diantara masalah yang dihadapi oleh keluarga dewasa ini antara lain adalah:
4
Ichtijanto S. A., "Keluarga Bahagia Sejahtera dalam Era Globalisasi", (Majalah Nasehat
Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1995), edisi Pebruari No. 272, h. 16
Renggangnya hubungan keluarga, berkurangnya peran dan fungsi orang tua
dewasa ini menjaga citra keluarga sudah tidak menjadi hal yang urgen. Jika
perselisihan yang terjadi dalam keluarga atau rumah tangga antara suami-istri tersebut
tidak dapat diatasi, maka tidak menutup kemungkinan akan berujung pada perceraian
didamaikan atau disatukan lagi dalam kehidupan keluarga yang harmonis. Dan tentu,
sebagaimana telah kita pahami bersama bahwa konsekuensi dari perceaian itu tidak
hanya berdampak negatif pada pasangan suami-istri semata, akan tetapi juga akan
kembali, maka dalam kehidupan masyarakat yang heterogen ini dibutuhkan suatu
badan atau lembaga yang menangani dan berusaha memberika bimbingan dan
dan memasuki pintu gerbang keluarga atau rumah tangga, yang diharapkan dapat
memberikan kontribusi yang cukup besar dan berarti untuk dapat terwujudnya
Berbicara mengenai badan atau lembaga yang berperan dan berkiprah seperti
halnya di atas, maka diharapkan pula bahwa keberadaan badan atau lembaga itu
adalah suatu wadah yang dapat dijadikan sarana atau tempat untuk mendapatkan
pendidikan, pengetahuan, bimbingan dan juga penataran sebagai gambaran atau
pengajaran bagi calon pasangan suami-istri untuk bekal rumah tangganya yang akan
yang oleh pemerintah diberi wewenang untuk ikut andil menyelesaikan persoalan-
persoalan 'kerumahtanggaan' dari masyarkat muslim yang kita kenal dengan istilah
mewujudkan cita-cita dari sebuah perkawinan yaitu untuk membentuk keluarga yang
badan atau lembaga yang salah satu tugas dan fungsinya adalah mendamaikan suami-
istri yang bersengketa atau berselisih dan memberikan nasehat atau bimbingan
dikeluarkannya Surat Keputusan (SK) Menteri Agama Nomor 85 Tahun 1961, yang
menetapkan BP4 sebagai satu-satunya badan atau lembaga yang berusaha pada
oleh BP4 sala satunya adalah bagaimana memberikan dan memahami persoalan-
5
Zubaidah Muchtar, "Fungsi dan Tugas BP4", (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga),
(Jakarta: BP4 Pusat, 1993), edisi Maret No. 221, h. 36
persoalan yang dihadapi oleh suami-istri atau menggunakan tenaga-tenaga yang
Jakarta Barat).
akan dibahas dan diuraikan dalam skripsi ini, maka penulis membatasi masalah
tersebut pada efektivitas BP4 dan peranannya dalam memberikan bimbingan atau
Dari penjelasan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
1. Untuk mengetahui fungsi dan peranan BP4 KUA Kecamatan Kembangan dalam
2. Untuk mengetahui upaya-upaya apa saja yang dilakukan oleh BP4 KUA
pengantin.
D. Metodologi Penelitian
Agar penelitian ini tepat pada sasarannya, maka peneliti memfokuskan atau
mengambil sasaran kepada badan aau lembaga BP4, khususnya BP4 KUA
Penelitian ini pada dasarnya bersifat kuantitatif. Untuk itu, dalam rangka
mendukung penelitian ini dan untuk memperoleh data yang lengkap serta objektif,
sekunder) dan kamus-kamus atau buku ensiklopedia dan lain sebagainya (sebagai
data tersier).
b. Penelitian lapangan (field reseach), yaitu dengan cara peneliti terjun dan
interview sebagai teknik tanya jawab secara lisan yang berpedoman pada
c. Dokumentasi, teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi data yang penulis
butuhkan, yaitu dengan melihat dokumen dan arsip-arsip yang ada di BP4
c. Analisis Data
induktif, yaitu penulis menggunakan data yang bersifat khusus untuk kemudian
ditarik atau disimpulkan pada data yang bersifat umum. Disamping itu, penulis
juga menggunakan analisis kualitatif. Data kualitatif ini penulis peroleh dari
metode wawancara yang kemudian penulis kuatkan dengan teori-teori yang ada.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan dalam penulisan skripsi ini, terdiri dari empat bab
BAB III: Permasalahan dan Peranan BP4 Dalam Memberikan Bimbingan, yang
BAB IV: Penutup, yang terdiri dari: Kesimpulan dan Saran-saran serta akan
dianggap penting.
BAB II
A. Pengertian BP4
badan atau lembaga atau juga organisasi semi resmi yang bernaung di bawah
dan Pelestarian Perkawinan (BP4) merupakan organisasi atau badan yang salah satu
bersengketa atau berselisih atau juga dalam hal-hal tertentu memberi nasehat bagi
calon pasangan yang akan melangsungkan perkawinan. Badan ini telah mendapat
Menteri Agama Republik Indonesia No. 85 tahun 1961, yang menetapkan BP4
6
Harun Nasution, et. al., Ensiklopedi Islam, "Badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan
Penyelesaian Perceraian", (Jakarta: Departemen Agama RI, 1993), cet. Ke-1, Jilid 1, h. 212
sebagai satu-satunya badan yang berusaha pada bidang penasehatan perkawinan,
Jadi, BP4 adalah sebagai lembaga konsultan yang memusatkan perhatian dan
penting, terutama dalam situasi masyarakat kita di mana pergeseran nilai nampak
semakin merata. Sering sekali dampak dari pergeseran nilai itu terjadi dalam
masyarakat.
Agama sebagaimana dijelaskan oleh Menteri Agama yang pertama yaitu Bapak H. M.
ialah untuk memenuhi kewajiban pemerintah terhadap pelaksanaan UUD 1945 pasal
7
Zubaidah Muchtar, Fungsi dan Tugas BP4, (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga),
(Jakarta: BP4 Pusat, 1993), edisi Maret No. 221, h. 36
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agama dan kepercayaannya
itu”.8
Yang menjadi salah satu tugas kementerian Agama pada saat itu adalah
pengawasan dan pencatatan nikah, talak dan rujuk yang dilakukan menurut agama
Islam”.9
Sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas dan nilai perkawinan dalam suatu
keluarga maka beberapa pejabat yang berada di lingkungan kementerian Agama dan
para tokoh masyarakat memandang perlu untuk mendirikan suatu lembaga penasehat
perkawinan yang dapat mencarikan jalan keluar bagi permasalahan-permasalahan
yang kerapkali timbul dalam keluarga, lembaga penasehat perkawinan itu di kenal
dengan nama BP4 (Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian).
BP4 sebagai badan yang memusatkan perhatian dan kegiatannya pada
pembinaan “keluarga”, mempunyai kedudukan yang sangat penting terutama dalam
situasi masyarakat kita, dimana pergeseran nilai daripada norma-norma yang ada
semakin merata. Dalam keadaan yang seperti ini, maka keluarga akan merasakan
akibatnya. Sebab pergeseran nilai daripada norma-norma itu lebih terlihat dalam
kehidupan para remaja atau generasi muda pada khususnya. Apabila orang tua kurang
menyadari gejala ini dan tidak berusaha menyelami kehidupan para remaja atau anak-
anaknya, maka pergeseran ini bisa menjadi perbenturan nilai yang mewujudkan apa
8
Zamhari Hasan, Problematika BP4 Dalam Menurunkan Angka Perceraian, (Majalah
Nasehat Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1997), edisi Juni No. 301, h, 39
9
Ibid.
10
BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan, (Majalah Nasehat Perkawinan dan
keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1997), h. 14.
yang disebut “generation gap”. Dan dalam keadaan seperti ini, secara eksistensi
keluarga menghadapi bencana”.11
Selain fakta-fakta yang terjadi di atas, kemudian antara tahun 1950 sampai
1954 dilakukan penilaian terhadap statistik Nikah, Talak dan Rujuk (NTR) seluruh
Indonesia ditemukan pula fakta-fakta yang menunjukan labilnya perkawinan di
Indonesia. Dari data statistik pernikahan di seluruh Indonesia, angka cerai dan talak
mencapai 60 % sampai 70 % (rata-rata 1300-1400 kasus perceraian per hari), bahkan
angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan angka pernikahan yang terjadi pada
waktu itu. Almarhum H.S.M. Nasaruddin Latief pernah menyatakan, sebagaimana di
kutip kembali oleh M. Fuad Nasar, bahwa:
“Memperhatikan tingginya angka perceraian di Indonesia jika diadakan
pemilihan juara mengenai tingginya angka perceraian di seluruh dunia,
Indonesia kalau tidak menggondol juara nomor satu sekurangnya akan
mendapat juara dua. Akibat tingginya angka perceraian itu dan banyak terjadi
secara sewenang-wenang kaum wanitalah (para janda) yang banyak
menderita, hidup tersia-sia dan anak terlantar. Semuanya tidak saja
mengguncangkan sendi-sendi kehidupan bangsa, bahkan secara nyata juga
menyebabkan runtuhnya kepribadian dan moral, serta meluasnya
pelacuran”.12
Sementara hal itu terjadi pada lima puluh tahun yang lalu, angka perceraian di
Indonesia mencapai rengking pertama atau kedua di dunia. Bila kita tarik waktunya
sampai sekarang tentu sudah lebih banyak lagi kasus perceraian yang terjadi.
Jangankan dikalangan masyarakat bawah atau pelosok yang sulit untuk di
identifikasi, para selebritis yang kini marak menyelenggarakan perceraian massal pun
adalah merupakan bukti pergeseran nilai perkawinan sudah tidak lagi dihiraukan. Hal
inilah yang menuntut BP4 untuk aktif memberikan kontribusinya bagi masyarakat.
Pada waktu itu, Abraham Stone, salah seorang pakar penasehatan perkawinan
dari Amerika Serikat, pernah mengunjungi Seksi Penasehatan Perkawinan yang
berdiri di Jakarta dan beliau terkesan dengan pilot project dalam usaha menstabilkan
perkawinan yang dirintis di Indonesia, sehingga mengundang H. M. Nasaruddin Latif
yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kotapraja
Jakarta Raya untuk melawat dan melakukan studi perbandingan serta saling tukar
11
Departemen Agama RI, Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan,
Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen
Agama, 2001), h. 54
12
M. Fuad Nasar, Peranan BP4 dalam Pembinaan Keluarga, (Majalah Nasehat Perkawinan
dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1996), edisi Januari No. 283, h.18.
pengalaman di bidang marriage counselling antara Indonesia dengan Amerika
Serikat.13
Dari permasalahan di atas inilah yang mendorong H.S.M. Nasaruddin Latief
untuk menggerakkan lahirnya organisasi penasehat perkawinan yang dianggap
semacam “dokter” perkawinan suami isteri yang mengalami krisis dalam
perkawinannya. Sebagai Kepala Kantor Urusan Agama Kota Praja Jakarta Raya lebih
dahulu dirintis ke arah itu adalah:
“Dengan membentuk SPP (Seksi Penasehat Perkawinan) pada kantor–kantor
Urusan Agama se-Jakarta Raya mulai April 1954, yang kemudian pada tahun
1956 memjelma menjadi P5 (Panitia Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian
Perceraian) sebagai organisasi masyarakat yang bergerak di bidang usaha
mengurangi perceraian, mempertinggi nilai perkawinan dengan memberikan
nasehat bagi mereka yang mengalami kegoncangan dalam rumah tangganya.
Usaha P5 ini mendapat sambutan luas dari masyarakat dan pemerintah
(Departemen Agama) sehingga kemudian meluas ke Jawa Timur, Kalimantan,
Lampung dan Sumatera selatan”.14
Bersamaan dengan itu pada tahun yang sama, tanggal 3 Oktober 1954, di
Bandung didirikan suatu badan yang sejenis, dengan nama BP4 (Badan Penasehat
Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian), organisasi ini didirikan atas prakarsa
Bapak Abdur Rauf Hamidy atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Pak Arharta”,
yang pada waktu itu menjabat sebagai kepala Kantor Urusan Agama propinsi Jawa
Barat yang didukung oleh organisasi-organisasi wanita dan pemuka-pemuka
masyarakat. Pada saat itu, BP4 ini cepat berkembang di Jawa Barat, bahkan meluas
ke Jawa Tengah pada tahun 1957, Daerah Istimewa Yogyakarta mengikuti gerakan
yang serupa dengan mendirikan organisasi sejenis dengan nama BKRT (Badan
Kesejahteraan Rumah Tangga)”.15
Ketiga organisasi di atas, berjalan dengan tujuan yang serupa yaitu
“menyelamatkan setiap rumah tangga dari keruntuhan sambil menunggu lahirnya
undang-undang perkawinan yang diharapkan akan mengatur perkawinan menjadi
lebih stabil serta menciptakan keluarga atau rumah tangga yang bahagia sejahtera dan
kekal.”
Sehingga sampai waktunya, pada tanggal 3 Januari 1960, disepakati gagasan
peleburan organisasi-organisasi penasehatan perkawinan yang bersifat lokal itu
menjadi badan tingkat nasional yang diberi nama Badan Penasehatan Perkawinan dan
13
Muchtar Zarkasyi, Peningkatan Peran BP4 Menjelang Era Tinggal Landas, (Majalah
Nasehat Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1992), edisi Januari No. 235, h. 4
14
BP4 Pusat, Kiprah BP4 Dalam Meningkatkan Mutu Perkawinan dan keluarga, (Majalah
Nasehat Perkawinan dan keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1992), edisi januari No. 235, h. 8
15
Ibid.
Penyelesaian Perceraian atau disingkat menjadi BP4. Hal tersebut adalah merupakan
hasil musyawarah wakil-wakil ketiga organisasi tersebut pada tanggal 3 Januari
1960.”16
Berdirinya BP4 ini di sambut gembira oleh para peserta konferensi
Departemen Agama ke VII yang berlangsung pada tanggal 25-30 Januari 1961 di
Cipayung, Bogor. Organisasi ini kemudian memperoleh pengakuan resmi dari
pemerintah. Pada tahun itu juga oleh Menteri Agama RI, BP4 dikukuhkan berdirinya
dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri Agama Nomor 85 tahun 1961.
Dinyatakan dengan Surat Keputusan (SK) tersebut, bahwa BP4 merupakan satu-
satunya badam semi resmi yang bergerak dalam bidang usaha penasehatan
perkawinan dan mengurangi perceraian dalam rangka melaksanakan ketetapan
Menteri Agama RI Nomor 53 tahun 1958, Organisasi BP4 ini berpusat di Jakarta
dengan cabang–cabang di seluruh Indonesia”.17
Menurut Zubaidah Muchtar, setidaknya ada beberapa hal yang mendorong
berdirinya BP4 antara lain adalah: “tingginya angka perceraian, banyaknya
perkawinan di bawah umur dan praktek poligami yang tidak sehat serta sewenang-
wenang”. Hal demikian terbukti dengan tingginya angka perceraian yang terjadi pada
tahun lima puluhan seperti yang disebutkan pada awal pembahasan. Dan lebih tegas
lagi, Zubaidah Muchtar juga menyatakan bahwa “dalam perceraian ini banyaklah
anak–anak yang menjadi korban dan para isteri yang tidak menentu nasibnya karena
tidak di cerai dan tidak di beri nafkah karena di sebabkan suami meninggalkan
keluarganya tanpa pesan dan kesan apapun”.18
Sejak awal berdirinya BP4 sebagai badan semi resmi yang bergerak dalam
penasehatan perkawinan, telah mempunyai peranan yang sangat berarti yaitu salah
satunya dalam usaha melahirkan undang–undang perkawinan. Menurut Arso
Sostroatmodjo dan A. Wasit Aulawi dalam buku Hukum perkawinan di Indonesia
bahwa:
“Di jaman penjajahan Belanda, hukum tertulis untuk golongan-golongan
tertentu (keturunan asing dan orang Kristen) sudah ada Undang-undangnya
(kitab undang-undangnya adalah kitab undang-undang Hukum Perdata atau
Burgerlijk Wet Boek), Ordonansi perkawinan bagi orang Indonesia Kristen di
Jawa, Minahasa, Amboina yaitu diatur dengan ordonansi 15 Februari 1993 (S.
33-74 jo. 36-247 dan 607, 1938-264, 1939-288, dan 1946-336. Yakni
16
BP4 Pusat, Tantangan baru BP4 Setelah 37 tahun Berkiprah, (Majalah Nasehat
Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1997), edisi Januari No. 295, h. 12-13.
17
Ibid.
18
Ibid.
Howelijk Ordonantie Cristien Indonesiers Java, Minahasa en Amboina
dengan singkatan H.O.C.I”.19
yang terjadi dalam perkawinan umat Islam, sebagainama yang telah disebutkan
penjelasan:
19
Arso Sasrtroatmodjo dan A. Wasit Aulawi, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1981), cet. Ke- 3, h. 17.
20
Ibid.
Dari penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa undang-
undang yang ada pada waktu itu adalah undang-undang yang hanya mencatat
pelaksanaan Nikah, Talak, Cerai dan Rujuk (NTCR) semata, bukan undang-undang
yang mengatur stabil perkawinan dan merawatnya agar perkawinan menjadi sakinah,
mawaddah warrahmah.
Selanjutnya, dengan tidak menguraikan secara terperinci mengenai
perkawinan bagi bangsa Indonesia yang beragama Islam, yang dikenal dengan
yang dianggap sebagai karya besar yang telah disumbangkan oleh BP4 pada
permulaan berdirinya.
sesuatu yang sangat tidak disenangi oleh Allah swt. Dalam hal ini Arso
“Perceraian adalah bagaikan pintu darurat di pesawat udara yang tidak perlu
digunakan kecuali dalam keadaan darurat untuk mengatasi suatu krisis.
Penggunaan cerai tanpa kendali akan merugikan bukan saja kedua belah pihak
tetapi terutama anak-anak dan masyarakat pada umumnya. Banyaknya broken
home telah membawa akibat langsung timbulnya dan tambahnya problem
anak–anak nakal (Juvenil Deliquency). Hingga kini angka perceraian makin
tinggi. Hal ini karena penggunaan hak cerai secara sewenang-wenang dengan
dalil hak suami. Maka untuk itu, undang-undang tersebut membuat suatu
ketentuan untuk memungkinkan terjadinya suatu perceraian harus ada alasan-
alasan tertentu serta harus dilakukan di depan sidang pengadilan”.21
problem yang lain yang lebih besar konsekuensinya. Dari hal-hal di atas, dapat
Republik Indonesia Nomor 30 tahun 1970 kepanjangan BP4 yang semula adalah
21
Ibid., h. 36-37.
22
Zubaidah Muchtar, op. cit., h. 38
1. Landasan Hukum berdirinya BP4
Pertama adalah firman Allah SWT dalam surat Ar-Ruum ayat 21,
☺
⌧
Kesimpulan yang dapat di ambil dari ayat di atas adalah pertama, bahwa
manusia dianjurkan membentuk keluarga dimana Allah SWT menciptakan pria dan
ketentraman dan kasih sayang satu dengan yang lainnya”.24 Dengan demikian,
ketentraman, rasa kasih sayang adalah tiga serangkai yang harus tumbuh dalam
23
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, (Jakarta: CV. Indah Press, 1995),
h. 644
24
Sumarta, Keberadaan BP4 sebagai Lembaga Penasehatan, (Majalah Nasehat Perkawinan
dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1995), edisi Mei No. 275, h. 12-13
perkawinan. Dan BP4 ingin memelihara hidup suburnya nilai–nilai tersebut.25 Kedua,
bimbingan yang terus menerus dan tiada hentinya dari para korps penasehat. Ketiga,
diperlukan adanya korps penasehat perkawinan yang berakhlak tinggi, berbudi dan
berhati nurani yang bersih, sehingga mampu melaksanakan tugas dengan baik.
karena itu, diharapkan seluruh aparat dan pelaksana BP4 dalam tiap
kesempatan tugas harus dapat menjiwai dan menghayati ketiga motivasi ini dan
lebih baik.
25
Djazuli Wangsa Saputra, et. al., Peran BP4 dan Lembaga Konsultasi Perkawinan dan
Keluarga, (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1998), edisi Januari No.
187, h. 8
Daerah organisasi BP4 sesuai dengan fungsi organisasi bersifat nasional
berikut:
2) Bidang Penerangan
7) Bidang dana.
26
BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional BP4 X dan Pemilihan Ibu Teladan Tingkat
Nasional VII, (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga), (Jakarta : BP4 Pusat, 1995), edisi Juli No.
277, h. 17.
Sedangkan organisasi pada tingkat propinsi sampai kecamatan mempunyai
bagian-bagian lain yang dianggap perlu dan penting sesuai dengan tuntutan setempat
dan dimungkinkan pula diadakan perampingan dalam hal struktur organisasi yang
telah ada. Pada bidang organisasi Hasil Musyawarah Nasional BP4 dan Pemilihan Ibu
(4). Pada tingkat pusat terdapat bagian penelitian dan pengembangan serta anggota
ahli.
27
Ibid.
Dengan menetapkan bagian-bagian di atas, struktur yang ada sekarang semua
organisasi dalam BP4 itu bersifat fleksibel sesuai dengan tuntutan setempat dan juga
keadaan.
lingkungan Departemen Agama, tenaga yang berasal dari organisasi wanita, tenaga
karena pengelolaan BP4 tidak dapat dipisahkan dari tanggung jawab Departemen
Agama”.28
Anggaran Dasar pasal 7 ayat (2) yang disahkan pada Musyawarah Nasional BP4 X
sebagai berikut :
a. Pengurus BP4 pusat terdiri dari ketua umum, ketua, sekretaris umum, sekretaris,
28
Zubaidah Muchtar, op. cit., h. 39
b. Pengurus BP4 daerah terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, wakil sekretaris,
adalah merupakan sebagian tugas dan wewenang dari BP4. Secara historis tugas
tersebut setidak-tidaknya telah melekat pada BP4 sejak tahun 1960-an, yaitu dengan
1961.30
Dalam Anggaran Dasar BP4 disebutkan bahwa organisasi ini bertujuan untuk
hidupnya dengan teliti, baik pemilihan itu dilakukan dengan sendiri atau oleh orang
lain. Dan mereka telah menggambarkan akan hidup berumah tangga dengan rukun,
damai, dan saling menghormati. Namun demikian, masih banyak yang gagal dalam
29
BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional BP4 X dan Pemilihan Ibu Teladan Tingkat
Nasional VII, op. cit., h. 18
30
Mustoha, Kerjasama Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian dengan
Peradilan Agama, (Makalah Loka Karya), (Jakarta: Kantor BP4 Pusat, 27 Maret 1997), h. 2
Kasus–kasus yang telah didapat oleh BP4 selama ini, menunjukan bahwa
ketegangan yang sulit untuk diatasi, umumnya diakhiri dengan perceraian yang
perkawinan dan terwujudnya rumah tangga yang bahagia menurut ajaran Islam,
adalah tepat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat serta sejalan dengan rencana
dan memperkuat BP4 untuk dapat lebih efisien dan baik dalam melaksanakan tugas
penyakit rumah tangga, guna membentuk rumah tangga yang mempunyai akhlak
Keluarga yang akan di bentuk oleh BP4 adalah berdasarkan firman Allah
31
Mukhtar Natsir, Tugas dan Fungsi BP4, (Majalah Nasehat Perkawinan dan keluarga),
(Jakarta: BP4 Pusat, 1995), edisi Mei No. 275, h. 9
32
Ali Akbar, “Meningkatkan Usaha BP4 Dalam Penasehatan”, Problem Pelaksanaan
Undang-Undang Perkawinan dan Pembinaan Keluarga, (Majalah Nasehat Perkawinan dan Keluarga),
(Jakarta : BP4 Pusat, 1996), edisi Januari No. 283, h.17
⌧
Bertolak dari ayat di atas, sebagai acuan dalam membentuk sebuah rumah tangga,
BP4 sebagai suatu badan yang bergerak dalam penasehatan perkawinan dan
sebuah perkawinan.
BP4 ingin merealisir maksud inti Surah Ar-Ruum ayat 21 sehingga setiap
perkawinan didasari oleh ayat tadi dengan niat yang suci dan ikhlas, penuh
perkawinan dan berusaha menekan perceraian semaksimal mungkin. Sampai saat ini
dan sampai kapan pun perceraian tetap dijadikan sebagai suatu perbuatan yang sangat
dibenci oleh Allah SWT, walaupun statusnya halal. Kata “dibenci” itu adalah kata
majaz yang maksudnya tidak mendapat pahala, tidak ada pendekatan diri kepada
Allah SWT dalam perbuatan hal ini. Hal ini, sebagai dalil bahwa sesungguhnya baik
33
Mukhtar Natsir, op. cit., h. 10
Salah satu dari misi BP4 yang saat ini perlu mendapat perhatian dan dijadikan
wujud nyata dari upaya ke arah itu adalah dengan adanya kegiatan “Pemilihan Ibu
Teladan” yang diselenggarakan oleh BP4 mulai dari tingkat kecamatan sampai
Diharapkan dengan kegiatan tersebut para ibu mampu menjadi pelopor dan
dan spirituil yang layak, bertahan serta memiliki hubungan yang serasi dan selaras
serta seimbang.
1. Letak Geografis
Dan adapun visi dan misi KUA Kecamatan Kembangan adalah sebagai
berikut:
VISI : Handal dibidang pelayanan dan partisipatif dalam pembangunan
MISI : 1. Melaksanakan pelayanan pencatatan pernikahan dan rujuk
2. Membina kemasjidan, zakat, dan wakaf
3. Melaksanakan penasehatan dan perkawinan
Hukum Islam
e. Meningkatkan peran BP4 dan BKM yang pelaksanaan secara terpadu dengan
yang diadakan ada yang bersifat klasikal dan ada yang personal (face to face)
angota pengurus BP4 terdiri dari muslim dan muslimah dari instansi, LSM Agama,
lembaga dan organisasi profesi, tenaga ahli, pemuka Agama dan tokoh masyarakat.
35
BP4 Pusat, “AD BP4 pasal 7”, Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan
Nasional keluarga Sakinah, (Jakarta : BP4 Pusat, 2001), h. 96
Adapun masa bakti pengurus di semua tingkat adalah 5 tahun, dan anggota pengurus
Kelurahan/Desa perwakilan BP4 biasa di sebut “Amil” atau “PPPN” yang tugasnya
yaitu mewakili BP4 tingkat Kecamatan untuk di tingkat Kelurahan. Jadi, sebetulnya
tugasnya tidak hanya memberikan laporan adanya warga yang akan menikah saja,
tetapi diharapkan mampu memberikan peranan dan kontribusi yang lebih dalam hal
Perlu diketahui, bahwa setiap anggota PPPN di sebut amil, tetapi tidak semua
amil adalah anggota PPPN (Perwakilan Petugas Pencatat Nikah), sebab pengurus
Kembangan Kodya Jakarta Barat periode 2005-2010 adalah sebagai berikut, yaitu:
Pelindung
Drs. H. Syaiful, M. Si
(Camat Kembangan)
Kepala BP4
Drs. H. Ismail Idris
Wakil Kepala BP4
Kasie, pembedayaan maasyarakat
Sekretaris Bendahara
yulastri Romdoni ,S. Ag
Sedangkan bagian-bagian kerja lain, seperti bagian Kerja Lintas Sektoral serta
pendidikan dan penerangan tetap di koordinatori oleh ketua BP4 yang merangkap
juga sebagai Kepala KUA dengan di bantu oleh staf-staf yang berkecimpung di dalam
kantor KUA itu sendiri. Dalam hal ini memang Kepala KUA sering merangkap
jabatan selain dari Kepala KUA sendiri, di antaranya Ketua BP4, Ketua P2A
(Pembinaan dan Pengamalan Ajaran Agama), Ketua BKM, dan Ketua PPAIW.
Adapun para staf yang ada dalam Kantor KUA/BP4 Kecamatan Kembangan
Wustho
Wustho
Wustho
oleh Pegawai KUA Kecamatan di tambah oleh tokoh masyarakat dan unsur-unsur
majlis taklim. Akan tetapi dalam teknis pelaksanaan formalnya sering terbentur pada
faktor lain, materi, yang tidak mungkin mendatangkan tokoh masyarakat atau unsur
majlis taklim setempat tanpa ada biaya operasional mereka, kecuali memang dalam
kerja lintas sektoral, BP4 Kecamatan Kembangan sering bekerja sama dengan
calon pengantin. Dan juga sering bekerja sama dengan instansi-instansi sekolah
No. 1 tahun 1974 Tentang Perkawinan, kinerja BP4 dan juga penyuluhan perkawinan.
hanya sebatas memberikan penyuluhan ketika penataran calon pengantin saja dan
hanya saja teknis dan pelaksaan di lapangan yang berbeda, akan tetapi mempunyai
tujuan yang sama atau searah, yaitu mempertinggi mutu perkawinan dan mencegah
prosedur dan membantu pelaksanaan tugas KUA Kecamatan Kembangan dalam hal
pendataan bagi pasangan pengantin yang akan menikah, mulai dari data diri,
satu hari.
Adapun BP4 di tingkat Kelurahan/Desa di dalam wilayah Kecamatan
Kotamadya Jakarta.
BAB III
pengantin, terlebih dahulu kita ketahui tujuan dan usaha BP4 yang secara formil
yang sejahtera dan bahagia menurut tuntutan Islam. Hal ini sesuai dengan apa yang
Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri,
Dari tujuan tersebut, menurut Sumarta setidaknya ada dua hal yang saling
Tujuan yang pertama ini dapat diartikan bersifat umum, yaitu agar nilai
kondisi masyarakat sekarang dimana free sex dan samen leven yaitu hidup
bersama tanpa ikatan perkawinan yang sudah semakin bebas dan mulai meluas,
36
Sumarta, Keberadaan BP4 sebagai Lembaga Penasehatan, (Majalah Nasehat Perkawinan
dan Keluarga), (Jakarta: BP4 Pusat, 1995), edisi Mei No. 275, h. 12-13
bahkan sudah dianggap suatu hal yang biasa dalam masyarakat, maka tujuan ini
aktual.
Islam
Tujuan kedua bersifat lebih praktis dan individual, yaitu tiap perkawinan harus
kesatuan dari dua, tiga atau empat pribadi (dengan anak-anak) yang masing-
masing sebagai manusia bebas dengan segala sifat dan karakternya. Dalam
sengketa sebagai akibat daripada sifat masing-masing pihak yang ingin dominan
adalah sebuah negara besar yang mempunyai sumber daya manusia yang potensial
dan produktif, bahkan merupakan salah satu modal dasar dan juga faktor dominan
dalam pembangunan nasional.37 Dengan demikian, keberadaan BP4 serta upaya yang
terlebih lagi dalam menghadapi tuntutan dan perkembangan masyarakat dalam proses
meningkat.
37
Departemen Agama RI, Modul Pembinaan Keluarga Sakinah, (Jakarta: Depag RI, 2001), h.
14
Untuk mencapai tujuan sebagaimana tersebut pada pasal 5 Anggaran Dasar
Indonesia. Nomor. 17 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan haji dan hal–hal lain
yang berkaitan dengan hukum keluarga dan adat istiadat (akhwalus syakhsiyah).
6. Berperan serta aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina
keluarga sakinah.
38
BP4 Pusat, Hasil Musyawarah Nasional BP4 XII dan Pengukuhan Nasional Keluarga
Sakinah, (Jakarta: BP4 Pusat, 2001), h. 94-95
8. Upaya dan usaha lain yang di pandang bermanfaat untuk kepentingan organisasi
Pengadilan Agama
10. Menyelenggarakan pemilihan ibu teladan setiap tiga bulan sekali pada setiap
tingkatan.
39
Zamhari Hasan, “Peranan BP4 dalam Menemukan Angka Perceraian”, (Makalah Loka
Karya), (Jakarta : Kantor BP4 Pusat, 27 Maret 1997), h. 3.
11. Menyelenggarakan seminar, loka karya dan sebagainya yang ada relevansinya
Adapun pokok-pokok tugas dan fungsi BP4 yang perlu digarap dan harus
mendapat perhatian masyarakat di mana saja dan kapan saja adalah penerangan yang
bersifat memberikan pengertian dan kesadaran pada masyarakat, terutama para orang
tua agar tidak terburu mengawinkan putra atau putrinya dalam usia yang masih muda
dan masih belum cukup matang dan mampu memikul tanggung jawab.
Sedangkan, untuk para remaja putra atau putri usia perkawinan atau bagi
kepada mereka yang nanti pada saatnya akan melangsungkan perkawinan mereka
dapat memahami dengan benar makna atau arti dari pada kesakralan ikatan
perkawinan. Yang penting dalam penerangan atau penataran (up-grading) bagi para
pasangan usia nikah atau juga bagi calon pengantin yang hendak melaksanakan akad
nikah dikemukakan:
a. Bahwa tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk mencari ketenangan hidup,
(tiga) pilihan.
Perkawinan.
e. Perkawinan harus di pelihara dan di jalin dengan kasih sayang, dibina selama
1. Pengertian
menuntun orang kearah tujuan yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan
Inggris GUIDANCE yang berasal dari kata ‘to guide’ yang berarti menunjuki.40
bermanfaat hidupnya bagi dirinya, keluarga dan masyarakat baik menunjukan dan
memberi jalan serta menuntun orang kearah tujuan yang membawa kemanfaatan
itu dirasakan oleh diri manusia sebagai makhluk individu tetapi juga bermanfaat
40
M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta : PT.
Golden Terayon Press, 1998), Cet. Ke-6, h. 1
i. Upaya BP4 Dalam Memberikan Bimbingan Pada calon Pengantin
Salah satu Kiprah BP4 yang paling menonjol adalah perjuangan dalam
Sesuai dengan anggaran dasar BP4 pasal 4, bahwa BP4 bertujuan mempertinggi
mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga bahagia sejahtera dan kekal menurut
a. Memberikan nasehat dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai dan rujuk
tangan.
dalam keluarga.
f. Memberikan bantuan dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan
kesamaan tujuan, baik di dalam maupun di luar negeri. Para pelaksana tugas
BP4 bukan hanya konselor yang berasal dari pakar agama, melainkan juga di
bantu dan di tunjang oleh tenaga ahli dalam bidang psikologi dan seksologi.
pembekalan pada calon pengantin dan kegiatan pemilihan ibu teladan tingkat
nasional setahun sekali. Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan motivasi
dan inovasi kepada kaum wanita untuk lebih berperan aktif dalam
k. Usaha lain yang di pandang perlu dan bermanfaat bagi kebahagiaan dan
kesejahteraan keluarga.
Adapun tugas-tugas pokok BP4 Kecamatan Kembangan adalah sebagai
Kembangan.
prinsipnya sama dengan tugas dan tujuan BP4 Pusat, sebagaimana yang telah
para calon pengantin dan masyarakat untuk menciptakan keluarga sejahtera dan
bahagia.
Kembangan dilakukan 2 (dua) kali dalam sebulan dan dilaksanakan setiap hari
calon pengantin yang tidak sempat hadir pada waktu yang telah ditentukan.
Disamping itu, terdapat program kerja lain yang bergerak dalam bidang
lintas sektoral yang dilakukan BP4 Kembangan dalam upaya sosialisasi program
41
Ismail Idris, Kepala BP4 KUA Kecamatan Kembangan, Wawancara Pribadi, (Kembangan,
12 Oktober 2006)
1. Penyuluhan tentang bahaya nyamuk demam berdarah, bekerja sama langsung
3. Hambatan–hambatan
rumah tangga yang bahagia dan sejahtera serta damai tanpa adanya masalah atau
konflik yang terjadi didalamnya. Namun, untuk mencapai cita-cita tersebut tidak
selalu berjalan lancar tetapi pasti ada saja kendala yang menghambat usaha
seseorang tersebut yang mau tidak mau harus dihilangkan terlebih demi
pada calon pengantin BP4 KUA Kecamatan Kembangan menemui kendala yang
antaranya adalah42:
1. Tidak ada waktu dari si calon pengantin, karena biasanya para calon
jasa seorang ketua RT dimana mereka tinggal. Sedangkan dari mereka tidak
yang bersangkutan, bila pasangan calon pengantin yang hendak menikah yang
mendaftarkan orang lain (ketua RT), sering tidak ada informasi balik bagi BP4
tentang kapan orang itu siap atau bersedia untuk mengikuti bimbingan.
4. Dana atau keuangan, dalam hal ini kendala yang sering ditemukan dalam
setiap pekerjaan adalah masalah dana atau keuangan, begitupun BP4 KUA
yang perlu biaya operasional dalam program pemberian bimbingan pada calon
pengantin.
Dari beberapa hambatan yang dikemukakan di atas, penulis dapat
mengikuti proses pemberian bimbingan oleh BP4 yang tujuannya adalah menciptakan
keluarga sajahatera. Mungkin BP4 pusat harus membuat keputusan yang tegas demi
mencapai tujuan perkawinan tersebut dengan cara membuat keputusan yang isinya
memberikan sanksi administrasi kepada para calon pengantin yang tidak mengikuti
Dan selanjutnya adalah masalah dana operasional, karena kalau saja selalu ada
dana operasional dari tingkat atas dalam upaya BP4 ini melakukan sosialisasi atau
Tetapi walaupun demikian, sudah menjadi tugas BP4 untuk melakukannya, sekiranya
perlu usulan, sebaiknya dari BP4 pusat membuat putusan yang isinya memberikan
dana operasional kerja untuk dianggarkan sesuai dengan keperluan yang dananya
diambil dari administrasi pendaftaran nikah. Masyarakat ditanya apa itu BP4? Mereka
Pengantin
Agama yang ditempatkan pada tingkat pemerintah bawah yang diharapkan mampu
dekat dengan masyarakat tentunya lebih tahu situasi yang ada di masyarakat.
banyak macam tugasnya yang masuk dalam program kerja mereka yaitu memberikan
peranan dan kontribusi yang baik di masyarakat guna tercapainya tujuan perkawinan.
Salah satu tugasnya lagi yaitu untuk menunjang tujuan dari perkawinan ialah
BP4 memberikan bimbingan pada para calon pengantin yang hendak melakukan
pernikahan, di mana tenggang waktu 10 hari dari pendaftaran itu dimanfaatkan untuk
pembekalan dan pengetahuan bagi calon pengantin yang akan memasuki gerbang
kerja yang telah ditetapkan, salah satunya yang disoroti dalam skripsi ini adalah
efektifitas dari pemberian bimbingan calon pengantin yang dilakukan oleh BP4 yang
bersangkutan.
Berdasarkan data-data yang penulis peroleh, baik dari hasil wawancara
dengan para pihak yang terkait, dengan melihat mekanisme pemberian bimbingan
yang diadakan pada tiap-tiap hari Selasa, tetapi tergantung dari ada atau tidaknya
pasangan yang mendaftar untuk menikah, dan melihat arsip-arsip yang berkaitan
memberikan bimbingan pada calon pengantin yang diadakan di aula kantor KUA
Tabel 3.1
Data Pelaksanaan SUSCATEN di BP4 KUA Kecamatan Kembangan
Kotamadya Jakarta Barat Tahun 2006
No. Keterangan N %
1. Pasangan calon pengantin yang mengikuti
544 40
pelaksanaan SUSCATEN
2. Pasangan calon pengantin yang mengikuti
pelaksanaan SUSCATEN diluar jadual 816 60
yang telah ditantukan (face to face)
JUMLAH 1360 100
Sumber: Buku Besar BP4 KUA Kecamatan Kembangan Kotamadya Jakarta Barat
Dari data tersebut, dapat dilihat sekitar 40% dari pasangan yang hendak
pengantin yang lainnya (klasikal). Memang keadaan tidak selalu sama, artinya tiap-
tiap bulan selalu naik turun persentasenya tetapi tergantung dari jumlah pernikahan
yang terjadi, dan sisanya sekitar 60% mengikuti bimbingan secara personal (face to
face), artinya BP4 bagaimanapun juga selalu menganjurkan dan mengusahakan pada
setiap calon pengantin yang hendak melaksanakan pernikahan untuk terlebih dahulu
mengikuti atau mendapatkan bimbingan atau penataran dari BP4 KUA Kecamatan
kembangan diluar jadwal yang biasa dilaksanakan oleh BP4. Dengan demikian,
yang dijumpai oleh lembaga tersebut dalam upaya memberikan peranan dan
menggalakkan dan mencari jalan yang lebih efektif lagi berguna dalam memberikan
yang dilakukan oleh Kepala KUA yang merangkap juga sebagai kepala BP4 dan juga
yang berkualitas, juga dalam rangka pendekatan kepada masyarakat akan kontribusi
BP4.
tahun 1974 Tentang Perkawinan dan peranan BP4. Dengan prospek kedepan yang
diharapkan mampu menambah kiprah dan peran BP4 di masa yang akan datang. Oleh
karena itu, BP4 KUA Kecamatan Kembangan kini perlu mengevaluasi kekurangan
masyarakat ditanya apa itu BP4?, mereka langsung bisa menjawab dan mengerti
program-programnya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Barat”. Dari seluruh pembahasan dalam bab per bab di muka, penulis
Barat yang berperan dalam memberikan penataran atau bimbingan pada calon
suami-istri dalam ikatan perkawinan sangatlah besar, tidak hanya BP4 KUA
Kembangan saja, tetapi juga pada BP4 KUA Kecamatan lainnya yang tersebar di
seluruh Indonesia. Untuk mencapai tujuan daripada BP4 itu sendiri, yaitu salah
dan bahagia menurut tuntunan ajaran Islam, maka BP4 KUA Kecamatan
Kembangan mempunyai peran yang sangat penting serta berupaya keras dalam
memberikan penataran atau bimbingan kepada para remaja putra atau putri usia
perkawinan sebagai bekal kepada mereka yang nanti pada saatnya akan
melangsungkan perkawinan mereka dapat memahami dengan benar makna atau
2. Adapun beberapa upaya yang dilakukan oleh BP4 Kecamatan KUA Kecamatan
Kembangan dilakukan 2 (dua) kali dalam sebulan dan dilaksanakan setiap hari
Perkawinan
2) Fiqh Munakahat
bagi calon pengantin yang tidak sempat hadir pada waktu yang telah
ditentukan.
d. Memberikan buku atau majalah keluarga sejahtera kepada calon pengantin
sudah berjalan cukup efektif tetapi belum mencapai seperti apa yang diharapkan.
Hal ini ditunjang dengan bukti-bukti data yang mengarah ke sana, yaitu sekitar
dengan calon pengantin yang lain, dan sisanya sekitar 60% mengikuti bimbingan
secara face to face atau diluar jadual yang telah ditentukan, dengan demikian
B. Saran - saran
secara langsung, serta berdasarkan data yang penulis dapatkan, ada beberapa
hal yang ingin penulis sampaikan yang sekiranya bisa menjadi saran bagi
setiap calon pengantin. Karena masih saja ada orang yang belum mengetahui
apa itu BP4, di mana adanya, untuk apa dan bagaimana programnya?.
Ketiga, hendaknya ada beberapa orang yang selain mengerti akan hukum
agama dan perkawinan juga menguasai bidang psikologi, hal ini sangat
mendukung program BP4 sebagai lembaga konsultasi bagi para pasangan yang
dan pelopor keberhasilan BP4 lainnya dalam melayani masyarakat dan juga
menjalankan programnya.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Ali, Dr. H., “Meningkatkan Usaha BP4 Dalam Penasehatan”, Problem
BP4 Pusat, BP4 Pertumbuhan dan Perkembangan, (Majalah Nasehat Perkawinan dan
--------------, Hasil Musyawarah Nasional BP4 X dan Pemilihan Ibu Teladan Tingkat
Perkawinan dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1997, edisi Januari No. 295.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahannya, Jakarta, CV. Indah Press,
1995.
Nasehat Perkawinan dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1997, edisi Juni
No. 301.
Ismail Idris, Drs., Kepala BP4 KUA Kecamatan Kembangan, Wawancara Pribadi,
Ichtijanto S. A., Dr. H., S.H., "Keluarga Bahagia Sejahtera dalam Era Globalisasi",
Muchtar, Zubaidah, Dra., "Fungsi dan Tugas BP4", (Majalah Nasehat Perkawinan
dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1993, edisi Maret No. 221.
Mustoha, Drs., Kerjasama Badan Penasehat Perkawinan Perselisihan dan
Nasehat Perkawinan dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1996, edisi Januari
No. 283.
Nasution, Harun, Prof. Dr., et. al., Ensiklopedi Islam, "Badan Penasehat Perkawinan,
Natsir, Mukhtar, Tugas dan Fungsi BP4, (Majalah Nasehat Perkawinan dan
Saputra, Djazuli Wangsa, et. al., Peran BP4 dan Lembaga Konsultasi Perkawinan
Perkawinan dan Keluarga), Jakarta, BP4 Pusat, 1995, edisi Mei No. 275.
Zarkasyi, Muchtar, H., S.H., Peningkatan Peran BP4 Menjelang Era Tinggal Landas,