Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ASKEP EMFISEMA
KATA PENGANTAR
Puji sukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan kita rahmat,kesehatan,dan kesempatan
sehingga kita dapat menyelesikan makalah tentang “ askep emfisema ”. Selawat serta salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah saw yang telah membawa kita dari zaman yang bodoh menuju zaman
yang berpengetahuan.
Makalah ini akan dikumpulkan sebagai tugas kelompok. Didalam makalah dapat menambah
pengetahuan kita tentang emfisema.
Melalui kesempatan ini tidak lupa pula kita ucapan terimakasih kepada para dosen yang telah
membantu dan membimbing kita dalam memberikan materi.
Dalam makalah ini tentu masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu diharapkan kritik dan saran untuk membuat makalah ini menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Definisi
2.2. Etiology
2.3. Patofishiologi
2.5. Komplikasi
2.6. Pengobatan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Emfisema tergabung dalam Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang merupakan salah satu
kelompok penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia.
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM dan PL di lima rumah sakit di
Indonesia ( Jawa Barat, Jawah Tengah, Jawa Timur, Lampung dan Sumatera selatan), pada tahun
2004 menunjukan PPOK termasuk emfisema masuk dalam urutan pertama penyumbang angka
kesakitan yaitu 35%, asma bronkial 33%, kanker paru 30% dan lainnya 2% .
Berdasarkan hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001 sebanyak 54,5%
penduduk laki – laki dan 1,2 % perempuan merupakan perokok, sehingga emfisema mempunyai
faktor penyebab dari rokok sebesar 92% 5.
1.2 Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
1.3 Manfaat
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain meliputi, phatofisiologi
emfisema, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,asuhan keperawatan pada pasien emfisema.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Empisema adalah suatu perubahan anatomis paru yang ditandai dengan melebarnya secara
abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus
atau perubahan anatomis parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris
dan destruksi dinding alveolar (The American Thorack society 1962)1.
Emfisema merupakan pengembangan paru yang ditandaidengan pelebaran ruang udara didalam
paru-parudisertai destruksi jaringan (Somantri, 2009).
2. Emfisema Panlobular (Panacinar), melibatkan seluruh alveolus distal dan bronkiolus terminal
serta paling banyak pada paru bagian bawah. Tipe ini sering tejadi pada pasien dengan defisiensi α1-
antitripsin
3. Emfisema Paraseptal, mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus. Dapat mengalami
komplikasi pneumothorax spontan
Ada 3 faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronkitis kronik dan emfisema paru, yaitu rokok,
infeksi, dan polusi. Selain itu, terdapat pulahubungan dengan faktor keturunan dan status sosial.
1. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Committee on Smoking Control , rokok adalah penyebab
utama timbulnya bronkitis kronik dan emfisema paru. Terdapat hubungan erat antara merokok dan
penurunanVEP (volume ekspansi paksa) 1 detik. Dari 34.000 dokter di Inggris,hanya tiga dokter yang
meninggal karena bronkitis kronik dan emfisema paru. Sedang penderita perokok, banyak yang
meninggal karena penyakit di atas. Secara patologis, rokok berhubungan dengan hiperplasia kelenjar
mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitelsaluran pernafasan. Juga dapat menyebabkan
bronkokonstriksi akut.Menurut Crofton dan Douglas, merokok menimbulkan pula inhibisiaktivitas sel
rambut getar, makrofag alveolar dan surfaktan.
2. Infeksi
Menyebabkan kerusakan paru lebih hebat sehingga gejala-gejalanya pun lebih berat. Infeksi saluran
pernafasan bagian atas pada seorang penderita bronkitis kronik hampir selalu menyebabkan
kerusakan paru bertambah. Eksaserbasi bronkitis kronik disangka paling sering diawali dengan
infeksi virus, yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri.Bakteri yang diisolasi paling
banyak adalah Haemophilus influenza dan Streptococcus pneumonia.
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab penyakit di atas, tetapi bila
ditambah merokok, risiko akan lebih tinggi.Zat-zat kimia yang dapat juga menyebabkan bronkitis
adalah zat-zat pereduksi seperti O2, zat-zat pengoksidasi seperti N2O, hidrokarbon,aldehid, Ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui jelas apakah faktor keturunan berperan atau tidak,kecuali pada penderita dengan
defisiensi alfa-1-anti tripsin yangmerupakan suatu protein. Kerja enzim ini menetralkan enzim
proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan,termasuk jaringan paru,
karena itu kerudakan jaringan lebih jauh dapatdicegah. Defisiensi alfa-1-anti tripsin adalah suatu
kelainan yangditurunkan secara autosom resesif. Yang sering menderita emfisema paru adalah
penderita dengan gen S atau Z.Emfisema paru akan lebih cepat timbul bila penderita tersebut
merokok
5. Kematian pada penderita bronkitis kronik ternyata lebih banyak pada golongan sosial
ekonomi rendah. Mungkin disebabkan faktor lingkungan dan ekonomi yang lebih jelek.
2.3. Pathofisiologi
polusi udara
Seumur hidup
Hipoventilasi alveolar
Saluran napas kecil kolaps sewaktu ekspirasi
Bronkiolitis kronis
· Emfisema panlobular dan sentriobular, disebabkan oleh 2 faktor utama yaitu asap tembakau
/rokok dan polusi udara dan juga dari faktor genetik.
· Asap tembakau dan polusi udara menyebabkan gangguan pembersihan paru-paru, sehingga
saluran nafas kecil kolaps sewaktu ekspirasi sehigga terjadi CLE
· Asap tembakau dan polusi udara menyebabkan gangguan pembersihan paru-paru sehingga
terjadi peradangan bronkus dan bronkiolus, dan terjadi obstruksi jalan nafas akibat peradangan
kemudian menyebabkan hipoventilasi alveolar sehingga terjadi brokiolitis kronis, bersamaan dengan
itu dindin bronkiolus melemah dan alveoli pecah sehingga saluran nafas kolaps sewaktu ekspirasi
sehingga terjadi CLE.
· Faktor genetik ( defisiensi alfa antitripsin ) menyebabkan sekat antara jaring penyokong hilang,
kemudian saluran nafas kecil kolaps waktu ekspirasi sehingga terjadi PLE ( emfisema fanlobular ).
1. Batuk
8.Batuk menahun
2.5. Komplikasi
5.Pneumonia
6.Atelaktasis
7.Pneumothoraks
2.6. Pengobatan
Terapi Farmakologi
Tujuan utama adalah untuk mengurangi obstruksi jalan nafas yang masih mempunyai
komponen yang reversible meskipun sedikit. Hal ini dapat dilakukan dengan:
1. Pemberian Bronkodilator
Golongan Teofilin
Golongan Agonis B2
2. Pemberian Kortikosteroid
kortikosteroid selama 3-4 minggu. Kalau tidak ada respon baru dihentikan.
3. Mengurangi Sekresi Mucus
· Minum cukup,supaya tidak dehidrasi dan mucus lebih encer sehingga urine
· Ekspektoran, yang sering digunakan ialah gliseril guaiakolat, kalium yodida, dan amonium
klorida.
mengencerkan sputum.
PENGKAJIAN
a. Aktivitas/Istirahat
Gejala:
- Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan
Tanda:
b. Sirkulasi
Gejala:
Tanda:
c. Makanan/Cairan
Gejala:
- Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan menunjukkan edema
(bronkitis)
Tanda:
d. Hygiene
Gejala:
Tanda:
e. Pernafasan
Gejala:
- Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada
emfisema) khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas (asma), rasa dada
- Bentuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama
minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (hijau, putih
dan kuning) dapat banyak sekali (bronkitis kronis)
- Episode batuk hilang timbul biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat terjadi
produktif (emfisema)
- Riwayat pneumonia berulang: terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan dalam jangka
panjang (mis., rokok sigaret) atau debu/asap (mis., abses, debu atau batu bara, serbuk gergaji)
Tanda:
- Bunyi nafas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar, lembut atau krekels,
f. Keamanan
Gejala:
- Adanya/berulangnya infeksi
- Kemerahan/berkeringat (asma)
g. Seksualitas
Gejala:
- Penurunan libido
h. Interaksi sosial
Gejala:
lama
Tanda:
- Ketidakmampuan untuk/membuat mempertahankan suara pernafasan
i. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala:
* Pemeriksaan fisik :
Inspeksi:
- Paru hiperinflasi, ekspansi dada berkurang, kesukaran inspirasi, dada berbentuk barrel
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi :
2.8.Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan radiologis pada emfisema paru telah diselidiki, antara lainoleh Thurlbeck dkk. Dan
ternyata lebih khas dari pada bronkitis kronik.Terdapat 2 bentuk kelainan foto dada pada emfisema
paru, yaitu :
Menurut Fraser & Pare lebih sering didapat pada emfisema panlobular dan pink puffer .
· Overinflasi
Hampir selalu terlihat diafragma yang rendah dan datar, kadang-kadang malah konkaf. Pada
pemeriksaan sinar tembus,gerakannya berkurang. Udara di ruang retrosternal bertambah(trapped
air ), yaitu jarak antara sternum dan pinggir depan aortaasendens. Juga sternum lebih melengkung,
penambahan kifosis,tulang iga lebih mendatar dan melebar.
· Oligoemia
Penciutan pembuluh darah pulmonal dan penambahan corakan ke distal. Mungkin disebabkan
karena darah yang mengalir ke bagian bawah paru yang emfisema sangat berkurang, karena darah
dialirkan ke bagian atas paru.
· Bulai
Sering terdapat pada emfisema paru. b.Corakan paru yang bertambah (increased marking pattern)
Lebih sering terdapat pada kor pulmonal, emfisemasentrolobular, dan blue bloaters .
Meningkat pada bronkitis berat dan biasanya pada asma, namun menurun pada emfisema.
· Kapasitas Inspirasi
Menunjukkan proses penyakit kronis, sering kali PaO2 menurun dan PaCO2 normal atau meningkat (
bronkitis kronis dan emfisema ), tetapi sering menurun pada asma, Ph normal atau asidosis,
alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi ( emfisema sedang atau asma ).
· Bronkogram
Dapat menunjukkan dilatasi dari bronki saat inspirasi, kolaps bronkial pada tekanan ekspirasi (
emfisema ), pembesaran kelenjar mukus (bronkitis ).
· Sputum Kultur
· ECG ( Elektrokardiogram )
Deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P tinggi (asma berat),atrial disritmia (bronkitis),
peninggian gelombang P pada lead II, III, AVF (bronkitis,emfisema), aksis vertikal QRS (emfisema)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Emfisema dapat diketahui dengan pemeriksaan sinar X dada, yang dapat menujukkan
hiperinflation paru, mendatarnya diafragma, peningkatan ruang udara restrostinal.
Saran
Setelah mempelajari apa yang dibahas, diharapkan mampu dan mau menerapkannya dalam
memberikan asuhan keperawatan .
Dan untuk menurunkan tingkat kematian karena emfisema, hindari faktor penyebabnya seperti
merokaok.
Daftar Pustaka
· www.Scribd.com/doc/88424656/emfisema-bronkhitis
5. Mempermudah
5. Kolaborasi dalam
mengeluarkan sekret dan
memberikan humidifikasi
dapat membantu menurunkan
tambahan, mis : nebuliser.
pembentukan mukosa tebal
pada bronkus.
2. DX : Kerusakan pertukaran gas b.d. Kurangya suplai oksigen akibat obstruksi jalan napas oleh
bronkospasme
Tujuan Intervensi Rasional
setelah diberikan intervensi 1. Kaji RR dan otot bantu 1. Berguna dalam evaluasi
3x24 jam klien menunjukkan napas derajat distress pernapasan
perbaikan ventilasi & dan/atau kronisnya proses
oksigenasi jaringan yang penyakit
adekuat, dengan KH :
1. Menunjukkan perbaikan 2. Takikardia, disritmia, dan
ventilasi dan oksigenasi 2. Awasi tanda vital dan HR perubahan TD dapat
2. GDA dalam rentang normal menunjukkan efek hipoksemia
3. Bebas gejala distres napas pada fungsi jantung
6. Mengatasi kekurangan
6. Berikan vitamin/mineral/
keefektifan terapi nutrisi
elektrolit sesuai indikasi