Vous êtes sur la page 1sur 41

ASUHAN KEPERAWATAN PREOPERATIF PADA TN.

A
DENGAN ANSIETAS PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS
DI RUANG DAHLIA 13 RS PKU MUHAMMADIYAH BLORA
Dosen Pengampu : Siti Kistimbar, SPd.,Skep.,Ns.,Mkes

Disusun Oleh keompok 17 :

Hidayatul Umi Rohmah (26)

Anita Puspitasari (33)

Frida Indah Tri Utami (34)

TINGKAT 2 A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN BLORA

2019
BAB I
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

A. Proses Keperawatan Perioperatif


Fase Praoperatif adalah waktu sejak keputusan untuk operasi diambil hingga
sampai ke meja pembedahan, tanpa memandang riwayat atau klasifikasi pembedahan.
Asuhan keperawatan Praoperatif pada praktiknya akan dilakukan secara
berkesinambungan, baik asuhan keperawatan praoperatif di bagian rawat inap,
poliklinik, bagian bedah sehari (one day care) atau di unit gawat darurat yang
kemudian dilanjutkan dikamar operasi oleh perawat perioperatif.
1) PENGKAJIAN
Pengkajian pasien pada fase praoperatif secara umum dilakukan untuk
menggali permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat melakukan
intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. Pengkajian praoperatif pada kondisi
klinik terbagi atas 2 bagian, yaitu :
a. Pengkajian Komprehensif yang dilakukan perawat pada bagian rawat inap,
poliklinik, bagian bedah sehari, atau unit gawat darurat;
b. Pengkajian Klarifikasi Ringkas oleh perawat perioperatif di kamar operasi.

Pengkajian praoperatif secara umum meliputi :


a. Pengkajian Umum
Pada pengkajian pasien di unit rawat inap, poliklinik, bagian bedah
sehari atau unit gawat darurat dilakukan secara komprehensif dimana seluruh
hal yang berhubungan dengan pembedahan pasien perlu dilakukan secara
seksama. Berikut ini adalah hal-hal yang harus diidentifikasi pada saat
melakukan pengajian umum.
 Identitas pasien
Pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi duplikasi nama pasien.
Perawat perioperatif harus mengetahui bahwa faktor usia, baik anak-anak
dan lansia, dapat meningkatkan resiko pembedahan. Pengetahuan tersebut
akan membantu perawat perioperatif untuk menentukan tindakan
pencegahan mana yang penting untuk dimasukkan kedalam rencana
asuhan keperawatan.
 Jenis Pekerjaan dan Asuransi
Pengkajian jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan diperlukan
sebagai persiapan umum. Pengkajian seperti persiapan finansial sangat
bergantung pada kemampuan pasien dan kebijakan rumah sakit tempat
pasien akan menjalani proses pembedahan. Beberapa jenis pembedahan
membutuhkan biaya yang lebih mahal. Misalkan pembedahan jantung dan
vaskular, bedah saraf, serta bedah ortopedi. Hal itu, disebabkan karena
proses pembedahan tersebut memerlukan alat tambahan atau karena waktu
yang dibutuhkan lebih lama, sehingga berpengaruh pada biaya obat
anestesi yang digunakan.
Sebelum dilakukan operasi sebaiknya pasien dan keluarga sudah
mendapat penjelasan dan informasi terkait masalah finansial, mulai dari
biaya operasi hingga pemakaian alat tamabahan. Hal ini diperlukan agar
setelah operasi nanti tidak ada complaint dan ketidakpuasan pasien dan
keluarga.
 Persiapan Umum
Informed consent dilakukan sebelum dilakasanaknnya tindakan.
Pasien dan keluarga harus mengetahui perihal prosedur operasi, jenis
operasi, dan prognosis dari hasil pembedahan. Peran perawat disini adalah
bertanggung jawab dan memastikan bahwa pasien atau keluarga dan
dokter sudah menandatangani isi dari informed consent.
Bagi perawat dikamar operasi, pengkajian praoperatif adalah suatu
keterampilan yang biasanya difokuskan pada area intervensi bedah dan
harus dilakjukan dalam waktu yang amat singkat. Pengetahuan mengenai
anatomi, fisiologi, serta patofisiologi sangat penting dimiliki oleh seorang
perawat praoperatif untuk menyintesis temuan pengkajian dan
menggunakannya untuk menentukan tujuan perawatan pasien. Pasien yang
baru diterima dikamar operasi akan diklarifikasi secara ringkas dan
disesuaikan dengan intervensi bedah yang akan dilakukan. Dalam
melakukan pengkajian yang ringkas dan optimal, perawat kamar operasi
hanya melakukan klarifikasi secara cepat dengan menggunakan sitem
checklist.
Formulir Checlist, pada beberapa institusi, penggunaan formulir
praoperatif dikamar operasi bertujuan untuk mendokumentasikan prosedur
yang secara rutin dilakukan pada pembedahan. Dengan adanya formulir
ini, akan terjalin komunikasi yang cepat antara perawat ruangan dengan
perawat di kamar operasi. Diharapkan dari formulir-formulir ini adalah
perawat perioperatif dapat secara ringkat memvalidasi persiapan
praoperatif yang telah dilakukan perawat ruangan.

b. Pengkajian Riwayat Kesehatan


 Riwayat Kesehatan
Pengkajian riwayat kesehatan pasien di rawat inap, poliklinik,
bagian bedah sehari atau unit gawat darurat dilakukan perawat melalui
teknik wawancara untuk mengumpulkan riwayat yang diperlukan sesuai
dengan klasifikasi pembedahan. Pengkajian ulang riwayat kesehatan
pasien harus meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita dan alasan
utama pasien mencari pengobatan. Riwayat kesehatan pasien adalah
sumber yang sangat baik. Sumber berharga lainnya adalah rekam medis
dari riwayat perawatan sebelumnya.
Pasien gawat darurat yang memerlukan pembedahan cito,
pengkajian riwayat kesehatan dilakukan secara ringkas terkait faktor-faktor
yang mempengaruhi pembedahan dan anestesi umum. Pasien dikaji
tentang adanya riwayat hipertensi, diabetes melitus, tuberculosis paru, dan
berbagai penyakit kronis yang akan berdampak pada peningkatan resiko
komplikasi intraoperatif.
 Riwayat Alergi
Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat
yang mungkin diberikan selama fase intraoperatif. Apabila pasien
mempunyai riwayat alergi satu atau lebih, maka pasien perlu mendapat
pita identifikasi alergi yang dipakai pada pergelangan tangan sebelum
menjalani pembedahan atau penulisan simbol alergi yang tertulis jelas
pada status rekam medis sesuai dengan kebijakan institusi. Perawat juga
harus memastikan bahwa bagian depan lembar pencatatan pasien berisi
daftar alergi yang dideritanya.
 Pengkajian nyeri
Nyeri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif.
Keluhan sensori yang dinyatakan sebagai pegal, linu, ngilu, keju, kemeng,
cangkeul dan seterusnya dapat dianggap sebagai modalitas nyeri.
Kondisi penyakit dan posisi dapat menimbulkan nyeri pada pasien.
Perawat perlu mengkaji pengalaman nyeri pasien sebelumnya, metode
pengontrolan nyeri yang digunakan, sikap pasien dalam menggunakan
obat-obatan penghilang rasa nyeri, respon perilaku terhadap nyeri,
pengethgauan pasien, harapan, dan metode manajemen nyeri yang dipilih
karena akan memberi dasar bagi pearawat dalam memantau perubahan
kondisi pasien. Pengkajian nyeri yang benar memungkinkan perawat
periopeartif untuk menetapkan status nyeri pasien, lebih bertanggung
jawab dan bertanggung gugat terhadap pearawatan yang diberikan, dan
lebih berorientasi pada sifat kemitraan dalam melakukan penatalaksanann
nyeri. Perawat harus mengembangkan hubungan terapeutik yang positif
dan memberi waktu kepada pasien untuk mendiskusikan nyeri.
 Pengkajian Karakteristik Nyeri secara PQRST
Nyeri bersifat individual, sehingga pengkajian karakeristik nyeri
membantu perawat membentuk pengertian pola nyeri dan tipe manajemen
nyeri yang digunakan untuk mengatasi nyeri. Pendekatan pengkajian
karakteristik nyeri dengan menggunakan metode PQRST dapat
mempermudah perawat perioperatif dalam melakuakan pengkajian nyeri
yang dirasakan pasien secara ringkas dan dapat digunakan dalam kondisi
praoperatif yang singkat.
Ringkasan Pengkajian Karakteristik Nyeri dengan Pendekatan PQRST
o Provoking Incident : Apakah ada peristiwa yang menjadi faktor
penyebab nyeri ? Apakah nyeri berkurang apabila istirahat ? Apakah nyeri
bertambah berat bila beraktivitas? Faktor-faktor apa yang meredakan
nyeri? (misalnya : gerakan, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas,
dan sebagainya) dan apa yang dipercaya pasien dapat membantu
mengatasi nyerinya.
o Quality or Quantity of Pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan pasien. Apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar,
berdenyut, tajam atau menusuk.
o Region, Radiation, Relief : Dimana. Lokasi nyeri harus ditunjukkan
dengan tepat oleh pasien, apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi. Tekanan pada saraf
atau akar saraf akan memberikan gejala nyeri yang disebut radiating pain,
misalnya pada skiatika dimana nyeri menjalar mulai dari bokong sampai
anggota gerak bawah sesuai dengan distribusi saraf. Nyeri lain yang
disebut nyeri kiriman atau referred pain adalah nyeri pada suatu tempat
yang sebenarnya akibat kelainan dari tempat lain misalnya nyeri lutut
akibat kelainan pada sendi panggul.
o Severity (Scale) of Pain : Seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien,
pengkajian nyeri dengan menggunakan skala nyeri deskriptif. Misalnya :
tidak ada nyeri = 0, nyeri ringan = 1, nyeri sedang = 2, nyeri berat = 3,
nyeri tak tertahankan = 4. Kemudian perawat membantu pasien untuk
memilih secara subjektif tingkat skala nyeri yang dirasakan pasien.
o Time : Berapa lama nyeri berlangsung (apakah bersifat akut atau kronik),
kapan, apakah ada waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri.

c. Pengkajian Psikososiospiritual
 Kecemasan Praoperatif
Kecemasan berasal dari bahasa latin “angere” yang berarti untuk
menghadapi (to strange) atau untuk distres. Hal ini berkaitan dengan kata
“anger” yang berarti “kesedihan” atau “masalah”. Kecemasan juga
berkaitan dengan kata “ to anguish” yang menggambarkan adanya nyeri
akut, penderitaan dan distres (Stuart 1998).
Cemas berbeda dengan rasa takut, dimana cemas disebabkan oleh hal-
hal yang tidak jelas termasuk didalamnya pasien yang akan menjalani
operasi karena mereka tidak tahu konsekuensi pembedahan dan takut
terhadap prosedur pembedahan itu sendiri. Berbagai dampak psikologis
yang muncul adalah ketidaktahuan akan pengalaman pembedahan yang
dapat mengakibatkan kecemasan yang terekspresi dalam berbagai bentuk
seperti marah, menolak atau apatis terhadap kegiatan keperawatan. Pasien
yang cemas sering mengalami ketakutan akan hal yang tidak diketahui,
misalnya terhadap pembedahan, anestesi, masa depan, keuangan dan
tanggung jawab keluarga, ketakutan akan nyeri, kematian atau ketakutan
akan perubahan citra diri dan konsep diri.
Menurut Potter (2006), reaksi pasien terhadap pembedahan didasarkan
pada banyak faktor, meliputi ketidaknyamanan dan perubahan-perubahan
yang diantisipasi baik fisik, finansial, psikologis, spiritual, sosial atau hasil
akhir pembedahan yang diharapkan. Bagian terpenting dari pengkajian
kecemasan praoperatif adalah untuk menggali peran orang terdekat, baik
dari keluarga atau sahabat pasien. Adanya sumber dukungan orang
terdekat akan menurunkan kecemasan.
 Perasaan
Perasaan sering kali susah dikaji secara keseluruhan jika pasien akan
menjalani bedah sehari. Biasanya perawat hanya memiliki waktu singkat
untuk membina hubungan dengan pasien.
 Konsep Diri
Pasien dnegan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi yang
dialaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri pasien dengan cara
meminta pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dirinya. Pasien
yang cepat mengkritik atau merendahkan karakter dirinya mungkin
mempunyai harga diri yang rendah atau sedang menguji pendapat perawat
tentang kararkter mereka. Konsep diri yang buruk mengganggu
kemampuan beradaptasi dengan stres pembedahan dan memperburuk rasa
bersalah atau ketidakmampuannya (Stuart, 1999)
 Sumber Koping
Pengkajian terhadap perasaan dan konsep diri akan membantu perawat
menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi stres akibat
pembedahan. Apabila pasien pernah menjalani pembedahan, maka perawat
perioperatif perlu menentukan perilaku yang dapat membantu pasien
dalam menghilangkan ketegangan atau kecemasannya. Perawat dapat
menginstruksikan pasien untuk melakukan latihan relaksasi untuk
mengontrol ansietas.

 Kepercayaan Spiritual
Kepercayaan spiritual memainkan peran penting dalam menghadapi
ketakutan dan ansietas. Tanpa memandang agama yang dianut pasien,
kepercayaan spiritual dapat menjadi medikasi terapeutik. Segala upaya
harus dilakukan untuk membantu pasien mendapat bantuan spiritual yang
diinginkan.
 Pengetahuan, Persepsi dan Pemahaman
Perawat harus mempersiapkan pasien dan keluarganya untuk
menghadapi pembedahan. Dengan mengidentifikasi pengetahuan, persepsi
dan pemahaman pasien, dapat membantu perawat merencanakan
penyuluhan dan tindakan untuk mempersiapkan kondisi emosional pasien.
 Informed Consent
Informed Consent adalah suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar
dan sukarela oleh pasien sebelum suatu pembeedahan dilakukan. Izin
tertulis tersebut dapat melindungi pasien dari kelalaian dalam prosedur
pembedahan dan melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari suatu
lembaga hukum. Demi kepentingan bersama, semua pihak yang terkait
perlu mengikuti prinsip medikolegal yang baik (Potter 2006).
Persetujuan tindakan medik ini diperlukan pada :
 Suatu prosedur tindakan invasif, seperti insisi bedah, biopsi, sistoskopi,
atau parasintesis
 Intervensi dengan menggunakan anestesi
 Prosedur nonbedah yang resikonya lebih dari sekedar resiko ringan,
contohnya prosedur arteriografi
 Prosedur yang mencakup terapi radiasi atau kobalt

d. Pemeriksaan Fisik
Ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam melakukan pemeriksaan
fisik, mulai dari pendekatan head to toe hingga pendekatan per sistem. Fokus
pemeriksaan yang akan dilakukan adalah melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat
melakukan anamnesis riwayat kesehatan pasien dengan sistem tubuh yang akan
dipengaruhi atau memengaruhi respon pembedahan.

 Keadaan Umum dan Tanda-Tanda Vital


Pemeriksaan keadaan umum pasien praoperatif meliputi penampilan umum
dab perilaku, pengkajian tingkat kesadaran dan pengkajian status nutrisi.
1. Penampilan Umum
Secara ringkas, pengkajian yang berhubungan dengan praoperatif meliputi
elemen-elemen berikut ini :
o Usia
Usia akan mempengaruhi karakteristik fisik normal. Kemampuan untuk
berpartisipasi dalam beberapa bagian pemeriksaan fisik praoperatif juga
dipengaruhi oleh usia.
o Tanda Distres
Terdapat tanda distres dan gejala distres nyata yang mengindikasikan
nyeri, kesulitan bernapas atau kecemasan. Tanda tersebut dapat membantu
perawat dalam membuat prioritas yang berkaitan dengan apa yang akan
diperiksa terlebih dahulu.
o Jenis Tubuh
Perawat mengobservasi jika pasien tampak ramping, berotot, obesitas atau
sangat kurus. Jenis tubuh dapat mencerminkan tingkat kesehatan, usia, dan
gaya hidup.
o Postur
Perawat mengkaji postur tubuh pasien. Apakah pasien memiliki postur
tubuh yang merosot, tegak atau bungkuk. Postur dapat mencerminkan
alam perasaan atau adanya nyeri.
o Gerakan Tubuh
Observasi gerakan tubuh bertujuan untuk memperhatikan apakah terdapat
tremor di ekstremitas. Tentukan ada atau tidaknya bagian tubuh yang tidak
bergerak.
o Kebersihan Diri dan Bau Badan
Bau badan yang tidak sedap dapat terjadi karena kebersihan diri yang
buruk atau akibat patologi penyakit tertentu. Kondisi kebersihan
oraoperatif merupakan hal yang penting diperhatikan karena dapat
memengaruhi konsep asepsis intraoperasi dan akan memberikan data dasar
perawat untuk memberikan intervensi praoperatif terkait kebutuhan
pemenuhan kebersihan area pembedahan.
o Afek dan Alam Perasaan
Afek adalah perasaan seseorang yang terlihat oleh orang lain. Alam
perasaan atau status emosi diekspresikan secara verbal dan nonverbal.
o Bicara
Bicara normal adalah bicara yang dapat dipahami, diucapkan dengan
kecepatan sedang, dan menunjukkan hubungan dengan apa yang
dipikirkan.
2. Pengkajian Tingkat Kesadaran
Pada keadaan emergency, kondisi pasien dan waktu untuk
mengumpulkan data penilaian tingkat keasadaran sangat terbatas. Oleh karena
itu, skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale / GCS) dapat memberikan
jalan pintas yang sangat berguna. Skala tersebut memungkinkan pemeriksa
untuk membuat peringkat tiga respon utama pasien terhadap lingkungan, yaitu
membuka mata, mengucapkan kata dan gerakan.
Pada setiap kategori, respons yang terbaik diberikan nilai. Nilai total
maksimum untuk sadar penuh dan terjaga adalah 15. Nilai minimum 3
menandakan pasien tidak memberikan respons. Jika nilai keseluruhan adalah 8
atau dibawahnya, maka berhubungan dengan koma, yang jika bertahan dalam
waktu yang lama mungkin dapat menjadi satu tanda akan buruknya pemulihan
fungsi. Sistem penilaian ini dirancang sebagai pedoman untuk mengevaluasi
dengan cepat pasien yang sakit kritis atau pasien yang cedera sangat berat dan
status kesehatannya dapat berubah dengan cepat.
3. Pengkajian Status Nutrisi
Pengkajian status nutrisi dengan menggunakan berat dan tinggi badan
merupakan indikator status nutrisi yang penting. Kebutuhan nutrisi ditentukan
dengan mengukur tinggi dan berat badan, lipatan kulit trisep, lingkar lengan
atas, kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi
nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang
cukup guna perbaikan jaringan.
o Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan fisik awal dilakukan dengan memriksa tanda-tanda vital
(TTV). Tanda-tanda vital diukur untuk menentukan status kesehatan.
Pemeriksaan TTV meliputi pengukuran suhu, nadi, tekanan darah dan
frekuensi pernapasan. Pengakajian TTV praoperatif memberikan data dasar
yang penting untuk dibandingkan dengan perubahan tanda-tanda vital yang
terjadi selama dan setelah pembedahan. Pengkajian TTV praoperatif juga
penting untuk menentukan adanya abnormalitas cairan dan elektrolit.
Pemeriksaan fisik lainnya meliputi kepala dan leher ( Survei kepala, Hidung
dan Sinus, Mulut, Bibir, Lidah dan Palatum,) sistem saraf, sistem endokrin,
dada dan tulang belakang, sistem pernapasan, sistem kardiovaskular, abdomen
dan panggul, integumen dan muskuloskeletal.

Pemeriksaan Diagnostik
Sebelum pasien menjalani pembedahan, dokter bedah akan meminta
pasien untuk menjalani pemeriksaan diagnostic guna memeriksa adanya
kondisi yang tidak normal. Banyak pemeriksaan laboratorium dan diagnostic
seperti EKG dan foto dada tidak lagi dilakukan secara rutin untuk pasien yang
menjalani bedah sehari karena biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemeriksaan tersebut tidak efektif jika pasien sehat dan tidak menunjukkan
gejala yang tidak normal (Rothrock, 2000). Pemeriksaan skrining rutin terdiri
dari pemeriksaan darah lengkap, analisis elektrolit serum, koagulasi, kreatinin
serum, dan urinalisis. Apabila pemeriksaan diagnostik menunjukkan masalah
yang berat, maka ahli bedah dapat membatalkan pembedahan sampai kondisi
pasien stabil.
Perawat bertanggung jawab mempersiapkan dalam klien untuk
menjalani pemeriksaan diagnostik dan mengatur pasien menjalani
pemeriksaan yang lengkap. Perawat juga harus mengkaji kembali hasil
pemeriksaan diagnostik yang perlu diketahui dokter untuk membantu
merencanakan terapi yang tepat.
Pemeriksaan Skrining Tambahan
Apabila pasien berusia lebih dari 40 tahun atau mempunyai penyakit
jantung, maka dokter mungkin akan meminta pasien untuk menjalani
pemeriksaan sinar-X dada atau EKG. Pada beberapa prosedur bedah tertentu
seperti bedah saraf, jantung, dan urologi, diperlukan pemeriksaan canggih
untuk menegakkan diagnosis prabedah, misalnya : MRI, CT-Scan, USG
Doppler, IPV, Echocardiography, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan
diagnosis prabedah.

2) DIAGNOSIS KEPERAWATAN PRAOPERATIF


Perawat menggolongkan karakteristik tertentu yang diperoleh selama
pengkajian untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan yang tepat bagi pasien
bedah. Diagnosis menentukan arah perawatan yang akan diberikan pada satu atau
seluruh tahap pembedahan. Diagnosis keperawatan praoperatif memungkinkan
perawat untuk melakukan tindakan pencegahan dan perawatan, sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan selama tahap intraoperatif dan pascaanestesi sesuai
dengan kebutuhan pasien.
Berikut ini adalah diagnosis keperawatan berdasarkan pengkajian keperawatan
yang lazim dilaksanakan.
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang
akan dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif.
2. Koping individu tidaak efektif berhubungan dengan prognosis pembedahan,
ancaman kehilangan organ atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan, dan
ketidakmampuan menggali koping efektif.
3. Kurang pengetahuan tentang implikasi pembedahan berhubungan dengan
kurang pengalaman tentang operasi, kesalahan informasi.

3) RENCANA KEPERAWATAN PRAOPERATIF


Pasien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana perawatan.
Dengan melibatkan pasien sejak awal, kesulitan pelaksanaan rencana asuhan
keperawatan bedah, resiko pembedahan, dan komplikasi pascaoperatif dapat
diminimalkan. Misalnya, riset keperawatan menunjukkan bahwa penyuluhan
praoperatif yang diberikan secara terstruktur dapat mempersingkat waktu rawat
pasien di rumah sakit (Dalayon (1994) dalam Potter (2006)).
Rasa takut pasien yang telah diinformasikan tentang pembedahan akan
menurun dan pasien akan mempersiapkan diri untuk berpartisipasi dalam tahap
pemulihan pascaoperatif sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai (Potter,
2006). Keluarga juga merupakan elemen penting dalam memahami hasil akhir
yang telah ditetapkan untuk mencapai pemulihan. Pada setiap diagnosis, perawat
menetapkan tujuan perawatan dan hasil akhir yang harus dicapai untuk
memastikan pemulihan atau mempertahankan status praoperatif pasien.
Untuk pasien bedah sehari, tahap perencanaan praoperatif dilakukan di rumah
atau di unit bedah sehari pada pagi hari sebelum menjalani operai. Idealnya, tahap
ini dilakukan di rumah dengan cara perawat menelpon pasien dirumah dan di unit
bedah dan/atau tempat praktik dokter dan menjelaskan tentang informasi dan
instruktur praoperatif. Cara ini memberi waktu pada pasien untuk memikirkan
operasi yng akan dijalaninya, melakukan persiapan fisik yang diperlukan
(misalnya : mengubah diet atau berhenti meminum obat), dan bertanya tentang
prosedur pascaoperatif. Pasien bedah sehari biasanya pulang ke rumah pada hari
yang sama dengan dilaksanakananya prosedur operasi. Keluarga atau pasangan
pasien juga dapat berperan sebagai pendukung aktif bagi pasien.
Rencana keperawatan berikut merupakan hal yang lazim dilaksanakan
pada periode praoperatif dari ruang rawat inap dan bagian emergensi.
Penetapan tujuan dalam waktu 1 x 24 jam hanya dikhususkan apabila
pembedahan dilakukan secara elektif dari ruang rawat inap.
Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan
dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperatif.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam tingkat kecemasan pasien berkurang atau hilang.
Kriteria hasil:
 Pasien menyatakan kecemasannya berkurang.
 Pasien mampu mengenali perasaan ansientasnya.
 Pasien dapat mengidentifikasi penyebab atau factor mempengaruhi ansietasnya.
 Pasien kooperatif terhadap tindakan.
 Wajah pasien tampak rileks.
Intervensi Rasional
Mandiri Ansietas berkelanjutan memberikan dampak
Bantu pasien mengekspresikan
perasaan marah, kehilangan, dan takut. serangan jantung.

Kaji tanda ansietas verbal dan Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukan rasa
nonverbal. Dampingi pasien dan agitasi, marah, dan gelisah.
lakukan tindakan bila pasien mulai
menunjukkan perilaku merusak.
Jelaskan tentang prosedur pembedahan Pasien yang teradaptasi dengan prosedur
sesuai jenis operasi. pembedahan yang akan dilaluinya akan merasa
lebih nyaman.

Beri dukungan prabedah. Hubungan emosional yang baik antara perawat dan
pasien akan memengaruhi penerimaan pasien
terhadap pembedahan. Aktif mendengar semua
kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah
bagian penting dari evaluasi praoperatif.
Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan
dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan atau
kejadian pascaoperatif yang diharapkan, akan
menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar
terhadap anestesi.

Bagi sebagian besar pasien, pembedahan adalah


suatu peristiwa hidup bermakna. Kemampuan
perawat dan dokter untuk memandang pasien dan
keluarganya sebagai manusia yang layak untuk
didengarkan dan dimintai pendapat ikut
menentukan hasil pembedahan.

Egbert et al. (1963) dalam Gruendemann (2006)


memperlihatkan bahwa kecemasan pasien yang
dikunjungi dan dimintai pendapat sebelum operasi
akan berkurang saat tiba dikamar operasi
dibandingkan mereka yang hanya sekedar diberi
premedikasi dengan fenobarbital. Kelompok yang
mendapat premedikasi melaporkan rasa
mengantuk, tetapi tetap cemas.
Hindari konfrotansi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,
menurunkan kerja sama, dan mungkin
memperlambat penyembuhan.

Beri lingkungan yang tenang dan Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
suasana penuh istirahat. diperlukan.

Tingkatkan kontrol sensasi pasien. Kontrol sensasi pasien dalam menurunkan


ketakuatan dengan cara memberikan informasi
tentang keadaan pasien, menekankan pada
penghargaan terhadap sumber – sumber koping
(pertahanan diri) yang positif, membantu latihan
relaksasi dan teknik –teknik pengalihan, dan
memberikan respons baik yang positif.

Orintasikan pasien terhadap prosedur Orientasi dapat menurunkan kecemasan.


rutin dan aktivitas yang diharapkan.

Beri kesempatan kepada pasien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap


mengungkapkan ansietasnya kehawatiran yang tidak diekspresikan.

Berikan privasi untuk pasien dan orang Memberikan waktu untuk mengekspresikan
terdekat. perasaan, menghilsngkan rasa cemas, dan perilaku
adaptasi.

Kehadiran keluarga dan teman – teman yang


dipilih pasien untuk menemani aktivitas pengalih
(misalnya: membaca) akan menurunkan perasaan
terisolasi.

Kolaborasi Meningkatkan relaksasi dan menurunkan


Berikan anticemas sesuai indikasi, kecemasan.
contohnya diazepam.

Koping individu tidak efektif berhubungan dengan prognosis pembedahan, ancaman


kehilangan organ atau fungsi tubuh dari prosedur pembedahan, dan ketidakmampuan
menggali koping efektif.

Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pasien mampu mengembangkan koping yang positif.
Kriteria evaluasi:
 Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
 Pasien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi.
 Pasien mampu menyantakan penerimaan diri terhadap situasi.
 Pasien mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara
yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi Rasional
Mandiri Menentukan bantuan individu dalam menyusun
Kaji perubahan dari gangguan persepsi rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
dan hubungan dengan derajat
ketidakmampuan.
Identifikasi arti dari kehilangan atau Beberapa pasien dapat menerima dan mengatur
disfungsi pada pasien. perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit
penyesuaian diri, sedangkan yang lain mempunyai
kesulitan dalam membandingkan, mengenal, dan
mengatur kekurangan.

Anjurkan pasien untuk Menunjukkan penerimaan, membantu pasien


mengekspresikan perasaan. untuk mengenal dan memulai menyesuaikan
dengan perasaan tersebut.

Catat ketika pasien menyatakan sekarat, Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau
mengingkari, dan menyatakan inilah perasaan negative terhadap gambaran tubuh dan
kematian. kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan
intervensi serta dukungan emosional.

Mengingatkan pasien tentang fakta dan Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat
realita bahwa pasien masih dapat menerima kedua bagian sebagai bagian dari
menggunakan sisi yang sakit dan seluruh tubuh. Mengizinkan pasien untuk
belajar mengontrol sisi yang sehat. merasakan adanya harapan dan mulai menerima
situasi baru.

Bantu dan anjurkan perawatan yang Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan
baik dan memperbaiki kebiasaan. mengontrol lebih dari satu area kehidupan.

Anjurkan orang terdekat pasien untuk Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan
mengizinkan pasien melakukan hal membantu perkembangan harga diri serta
sebanyak – banyaknya. mempengaruhi proses rehabilitasi.

Dukung perilaku atau usaha seperti Paiesn dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
peningkkatan minat atau partisipasi pengertian tentang peran individu masa
dalam aktivitas rehabilitasi. mendatang.

Dukung penggunaan alat – alat yang Meningkatkan kemandirian untuk membantu


dapat membuat pasien, tongkat, alat pemenuhan kebutuhan fisik dan menunjukkan
bantu jalan, tas panjang untuk kateter. posisi untuk lebih aktif dalam kegiatan social.

Monitor fangguan tidur, kesulitan Dapat mengindikasikan terjadinya depresi.


berkonsentrasi, letargi, dan menarik Umumnya memperlakukan intervensi dan evaluasi
diri. lebih lanjut.

Kolaborasi Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting


Rujuk pada ahli neuropsikologo dan untuk perkembangan perasaan.
konseling bila ada indikasi.

Kurang pengetahuan tentang implikasi pembedahan berhubungan dengan kurang


pengalaman tentang operasi dan kesalahan informasi.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pengetahuan pasien dan keluargan tentang pembedahan
dapat terpenuhi.
Kriteria evaluasi :
 Pasien dan keluarga mengetahui jadwal pembedahan.
 Pasien dan keluarga kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
 Pasien dan keluarga secara subjektif menyatakan bersedia dan termotivasi untuk
melakuakan aturan atau prosedur prabedah yang telah dijelaskan.
 Pasien dan keluarga memahami tahap – tahap intraoperatif dan pascaanestesi.
 Pasien dan keluarga mampu mengulang kembali secara narasi mengenai intervensi
prosedur pascaanestesi.
 Pasien dan keluarga mengungkapkan alasan pada setiap instruktur dan latihan
praoperatif.
 Pasien dan keluarga memahami respons pembedahan secara fisiologis dan psikologis.
 Secara subjektif pasien menyatakan rasa nyaman dan relaksasi emosional.
 Pasien mampu menghindarkan cedera selama periode perioperatif.

Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahauan dan sumber Menjadi data dasar untuk memberikan pendidikan
informasi yang telah diterima. kesehatan dan mengklarifikasi sumber yang tidak
jelas.

Diskusikan perihal jadwal pembedahan. Pasien dan keluarga harus diberitahu mengenai
waktu dimulainya pembedahan. Apabila rumah
sakit mempunyai jadwal kamar operasi padat,
maka lebih baik pasien dan keluragaa
diberitahukan tentang banyaknya jadwl operasi
yang telah ditetapkan sebelum pasien.

Diskusikan perihal lamanya Kurang kebijakan bila memberitahukan pasien dan


pembedahan. keluarganyaa tentang lamanya waktu operasi yang
akan dijalani. Penundaan yang tidak diantisipasi
dapat terjadi karena berbagai alas an. Apabila
pasien tidak kembali pada waktu yang diharapkan,
maka keluarga akan menjadi sangat cemas.
Anggota keluarga harus menunggu diruang tunggu
bedah untuk mendapat berita yang terbaru dari
staf.

Lakukan pendidikan kesehatan Manfaat dari intruksi praoperatif telah dikenal


praoperatif. sejak lama. Setiap pasien diajarkan sebagai
seorang individu, dengan mempertimbangkan
segala keunikan tingkat ansietas, kebutuhan, dan
harapan – harapan.

Programkan instruksi yang didasarkan Jika sesi penyuluhan dilakukan beberapa hari
pada kebutuhan individu, direncanakan, sebelum pembedahan, maka pasien mungkin tidak
dan diimplementasikan pada waktu ingat tentang apa yang telah dikatakan. Jika
yang tepat. intruksi diberikan terlalu dekat dengaan waktu
pembedahan, maka pasien mungkin tidak dapat
konsentrasi atau belajar karena ansietas dan efek
dari medikasi praanestesi.

Beritahu persiapan pembedahan. Pembersiahan dengan enema atau laksatif


mungkin dilakukan pada malam sebelum operasi
 Persiapan intestinal.
dan diulang jika tidak efektif. Pembersihan ini
dilakukan untuk mencegah defekasi selama
anestesi atau untuk mencegah trauma yang tidak
diinginkan pada intestinal selama pembedahan
abdomen.

 Persiapan kulit.  Tujuan dari persiapan kulit praoperatif


adalah untuk mengurangi sumber bakteri
tanpa mencederai kulit. Bila ada waktu,
seperti pada bedah elektif, pasien dapat
diinstruksikan untuk menggunakan sabun
yang mengandung deterjen germisida
untuk membersihkan area kulit selama
beberapa hari mengurangi jumlah organism
yang ada kulit. Persiapan ini dapat
dilakukan di rumah.
 Sebelum pembedahan, pasien harus mandi
air hangat relaksasi, serta menggunakan
sabun yang mengandung iodine. Meskipun
hal ini lebih sering dilakukan pada hari
pembedahan, tetapi jadwal pembedahan
membuat hal tersebut dilakukan pada
malam sebelumnya.
 Tujuan menjadwalkan mandi pembersihan
sedekat mungkin dengan waktu
pembedahan adalah untuk mengurangi
risiko kontaminasi kulit terhadap luka
bedah. Mencuci rambut sehari sebelum
pembedahan sangat disarankan kecuali
kondisi pasien tidak memungkinkan hal
tersebut.
 Pembersihan area operasi. Kulit di sekitar area operatif sangat disarankan
untuk tidak dicukur. Selama mencukur, kulit
mungkin mengalami cedera oleh silet dan menjadi
pintu masuknya bakteri. Jaringan yang cedera ini
dapat menjadi tempat pertumbuhan bakteri. Selain
itu, semakin jauh interval antara bercukur dan
operasi, maka makin tinggi pula angka infeksi luka
pascaoperatif. Kulit yang dibersihkan dengan baik
tetapi tidak dicukur lebih jarang menyulitkan
disbanding dengan kulit yang dicukur.
 Pencukuran area operasi. Pencukuran area operasi dilakukan apabila
protocol lembaga atau ahli bedah mengharuskan
kulit untuk dicukur. Pasien diberitahukan tentang
prosedur mencukur, dibaringkan dalam posisi yang
nyaman, dan tidak memajan bagian yang tidak
perlu.

 Pemeriksaan alat bantu (protese) Semua alat bantu dan perhiasan harus dilepas.
dan perhiasan.
 Persiapan administrasi dan Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan
informed consent. mengetahui perihal biaya pembedahan. Pasien
sudah mendapat penjelasan dan menandatangani
informed consent.

Ajarkan aktivitas pascaoperasi.  Salah satu tujuan dari asuhan keperawatan


 Latihan napas diafragma. praoperatif adalah untuk mengajarkan
pasien cara untuk mengingkatkan ventilasi
paru dan oksigenasi darah setelah anestesi
umum. Hal ini dicapai dengan
memeregangkan pada pasien bagaimana
melakukan napas dengan lambat. Pasien
diposisikan dalam posisi duduk
memberikan ekspansi paru yang maksimal.
Gambar 3-15. Latihan pernapasan
 Pernapasan diafragma mengacu pada
diafragma Sumber: Smelfzer dan Bare
pendataran rongga diafragma selama
(2002).
inspirasi sehingga mengakibatkan
pembesaran abdomen bagian atas sejalan
dengan desakan udara masuk. Selama
ekspirasi, otot – otot abdomen akan
berkontraksi.
 Ajarkan latihan batuk efektif  Tujuan dari latihan batuk efektif adalah
dan gunakan bantal untuk untuk memobilisasi secret sehingga dapat
mengurangi respons nyeri. dikeluarkan. Napas dalam yang dilakukan
sebelum batuk akan merangsang reflex
batuk. Jika pasien tidak dapat batuk secara
efektif, maka dapat terjadi pneumonia
hipostatik atau komplikasi paru lainnya.
 Bila akan dilakukan insisin abdomen atau
toraks, maka perawat memeragakan
bagaimana cara menyongkong garis insisi
sehingga tekanan dapat diminimalisasikan
dan nyeri dapat terkontrol.

Gambar 3-16. Latihan batuk efektif


dengan menggunakan penyangga
bantal. Sumber: Smith dan Duell
(1992).
Gambar 3-17. Menahan atau menyongkong area
sekitar jahitan pada saat pasien melakukan latihan
napas diafragma dan batuk efektif.

Sumber: Smith dan Duell (1992)

Ajarkan aktivitas pascaoperasi.  Tujuan peningkatan pergerakan tubuh


 Latihan tungkai. secara hati – hati setelah operasi adalah
untuk memperbaiki sirkulasi, mencegah
stasis vena, dan menunjang fungsi
pernapasan yang optimal.
 Pasien ditunjukkan bagaimana cara untuk
berbalik dari satu sisi ke sisi lainnya dan
mengambil posisi lateral. Posisi ini akan
digunakan setelah operasi (bahkan sebelum
pasien sadar) dan dipertahankan setiap dua
jam.
Gambar 3-18. Latihan tungkai.
 Latihan ekstermitas meliputi ekstensi dan
Sumber: Smeltzer dan Bare (2002).
fleksi lutut dan sendi panggul (sama
dengan mengendarai sepeda tapi dengan
posisi berbaring miring). Telapak kaki
diputar seperti lingkaran sebesar mungkin.
Siku dan bahu juga dilatih ROM. Pada
awalnya pasien akan dibantu dan
diingatkan untuk melakukan latihan ini,
tetapi selanjutnya dianjurkan untuk
melakukan latihan secara mandiri. Tonus
otot dipertahankan sehingga ambulasi akan
lebih mudah dilakukan.
 Perawat diingatkan untuk tetap
menggunakan pergerakan tubuh yang dapat
mengintruksikan pasien untuk melakukan
hal yang sama. Ketika pasien dibaringkan
dalam posisi apa saja, tubuhnya harus
diperhatikan dalam kelurusan yang sesuai.

Ajarkan teknik manajemen nyeri Imobilisasi yang adekuat dapat mengurangi


keperawatan. pergerakan fragmen tulang yang menjadi unsure
utama kompresi saraf dan nyeri.
 Atur posisi imobilisasi pada area
pembedahan.
 Manajemen lingkungan: Lingkungan yang tenang akan menurunkan
lingkungan tenang, batasi stimulus nyeri ekternal. Pembatasan pengunjung
pengunjung, dan istirahatkan akan membantu meningkatkan kondisi O2 ruangan
pasien. yang akan berkurang apabila banyak pengunjung
yang berada di ruangan. Istirahat akan
menurunkan kebutuhan O2 jaringan perifer.

 Ajarkan teknik distraksi untuk Distraksi (pengalihan perhatian) dapat


mengurangi nyeri. menurunkan stimulus internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorphin dan enkefalin
yang dapat memblokir reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks srebri, sehingga
menurunkan presepsi nyeri.

 Berikan manajemen sentuhan. Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa


dukungan psikologi yang dapat membantu
menurunkan nyeri. Masase ringan dapat
meningkatkan aliran dan suplai darah serta
oksigen ke area nyeri.

Berikan pasien dan keluarga kapaan Pasien akan mendapat manfaat bila mengetahui
pasien bisa dikunjungi. kapan keluarganya dan temannya bisa berkunjung
setelah pembedahan.

BAB II
KONSEP PATOLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN HERNIA

A. Definisi Hernia
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defak atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan.Pada hernia abdomen,isi perut menonjol melalui defak atau
bagian lemah dari lapisan dinding perut (Nanda NIC-NOC, 2015). Hernia terdiri atas
cincin,kantong dan isi hernia.
 Berikut jenis jenis hernia menurut letaknya:
1. Hernia hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun,
melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada (thoraks).
2. Hernia hepigastrik adalah terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di
garis tengah perut. Hernia hepigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan
jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah,
hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat di dorong kembali
kedalam perut ketika pertama kali di temukan.
3. Hernia umbilikal adaah berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar)yang
di sebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Orang jawa sering menyebutnya “wudel
bodong”. Jika kecil (kuarang dari satu senti meter), hernia jenis ini biasanya
menutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun.
4. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan di selengkangan atau skarotum. Orang awam biasa menyebutnya “turun
bero” atau “hernia” hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang
sehingga usus menerobos kebawah melalui celah. Jika anda merasa ada benjolan
dibawah perut yang lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak, anda
mungkin di kena hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dari
pada perempuan.
5. Hernia femoralis adalah muncul sebagai benjolon di pangkal paha tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dari pada pria.
6. Hernia insisional adalah dapat terjadi melalui pasca operasi perut. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar
tidak menutup sepenuhnya.
7. Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melebitkan cakram tulang
belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang
menyerap goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang
belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi hernia diskus intervebralis yang
mneyebabkan saraf terjepit (scititica). HNP umunya berdasrakan terjadinya hernia
dibagian atas.

 Berdasarkan terjadinya hernia di bagi atas:


1. Hernia bawaaan atau kongenital, patogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis
(indirek) : kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-
8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanan tersebut. Penurunan testis
tersebut akan menarik peritonium kedaerah skrotum sehingga terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalisperitonei. Pada bayi yang
sudah lahir, umumnya prosesusini telah mengalami obliterasi sehingga isi rongga
perut tidak dapat melalui kannlis tersebut . namun dalam beberapa hal, kanalis ini
tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis
kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan
juga terbuka. Dalam keadaan normal kanalis yang terbuka ini akan menutup pada
usia dua bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi)
akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut
telah tertutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensi, maka pada
keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut
dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.
2. Hernia dapatan atau akuisita, yakni hernia yang timbul karena berbagai faktor.
 Menurut sifatnya, hernia dapat di bagi:
1. Hernia reponibel/reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar
jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk
tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

2. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan kedalam
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium
kantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta (accretus= perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.

3. Hernia strangulata atau inkarserata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia
inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis
“hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan
pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”.
Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena
tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini
merupakan keadaan gawatdarurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.

B. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak
dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena
banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini
dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen, dan
5. Terlalu seringnya mengangkat beban berat
C. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat
paha
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak
nafas.
7. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.

D. Patofisiologi
Kelemahan dinding abdominalis memperparah terjadinya penipisan dinding
abdominalis sehingga fungsi otot organ abdominalis berkurang. ketika adanya
penahanan maka usus akan memasuki atau menembus dinding abdominalis yang tipis,
sehingga usus dapat bertempat bukan pada tempatnya dan bergeser kebawah atau
keatas sesuai celah kelemahan dingding abdominalis. Usus yang menembus dinding
akan terjepit sehingga menimbulkan asam laknat meningkat yang membuat penderita
merasakan mual dan muntah dan sakit di daerah perut.

E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit.
3. Laparoskopi : Untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada sisi
yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak.
4. EKG: terjadi peningkatan nadi akibat adanya nyeri
5. USG abdomen : untuk menentukan isi hernia
6. Radiografi : terdapat banyangan udara pada thoraks

F. Penatalaksanaan
Penanganan herni ada dua macam :
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah diresposisi.
Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri dari :
a. Reposisi, adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia kedalam vakum
peritoni atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.reposisi dilakukan
pada pasien dengan hernia reponibilis dengan memakai dua tangan. Repisisi tidak
dilakukan untuk hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak.

b. Suntikan, dilakukan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin didaerah sekitar
hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan
sehingga isi hernia keluar dari vakum peritoni.
c. Sabuk hernia, diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.

2. Operatif
Operasi hernia dilakukan dalam tiga tahap :
a. Herniotomy, membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke vakum abdominalis.
b. Hernioraphy, mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intra abdominalis dan
m.transversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum)
c. Hernioplasty, menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot
G. Masalah Yang Lazim Muncul
1. Nyeri akut b.d diskontuinits jaringan akibat tindakan operasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kurang dari kebutuhan tubuh b. d mual
muntah
3. Gangguan rasa nyaman
4. Resiko perdarahan
5. Resiko infeksi b.d lika insisi bedah / operasi.
H. Discharge Planning
1. Menggunakan korset / penyangga
2. Hindari hal hal yang menicu tekanan didalam rongga perut
3. Tindakan operasi dan pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri
sesuai resep dokter.
4. Hindari mengejan mendorog atau mengangkat beban berat.
5. Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balut steril setiap
haru.
6. Hindari faktor prndukung konstipasi dengan mengonsumsi diet tinggi serat dan
masukan cairan adekuat.

BAB III
TINJAAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA TN. A
DENGAN NYERI AKUT PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS
DI RUANG DAHLIA 13 RS PKU MUHAMMADIYAH BLORA

I. PENGKAJIAN
1. Biodata

a. Identitas Klien

Nama : Tn. A

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Laki - laki

Agama : Islam

Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Ahmad Yani no 101 Blora

No. CM. : 360230

Tanggal masuk RS : 24 Desember 2018 Pukul 10.00 WIB

Tanggal Pengkajian : 24 Desember 2018 Pukul 12.00 WIB

Diagnosa medis : Hernia Inguinal Lateralis

b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. C

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : Ibu rumah tangga

Alamat : Jl. Ahmad yani no 101 Blora

Hub. dengan Klien : Istri


2. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Klien

1) Keluhan utama

Klien mengatakan perut terasa sebah dan selangkangan terasa kemeng pada
bagian benjolannya.

2) Riwayat kesehatan sekarang

Klien datang ke RS PKU Muhammadiyah Blora pada hari Senin 24 Desember


2018 dan direncanakan operasi pada hari Rabu 26 desember 2018 pukul 10.00
WIB. Untuk mempersiapkan operasi klien dirawat di Rumah Sakit ruang
penyakit bedah bangsal dahlia. Saat di ruang persiapan operasi, klien
menyatakan sedikit takut dan klien nampak tegang. Klien tampak melindungi
bagian inguinal, klien tampak kesulitan mengangkat kaki kirinya, klien
tampak menyeringai menahan sakit dan pusing, Klien mengatakan perut terasa
mbeseseg, Selangkangan terasa kemeng pada bagian benjolannya, Klien
mengatakan agak pusing, Klien mengatakan takut untuk miring ke kiri. Dari
hasil pemeriksaan TTV, TD: 120/70 mmHg, N : 80 x/menit, S: 37 °C, RR : 20
x / menit. Skala nyeri : P: Nyeri saat di gerakkan ekstremitas bawah, Q:Nyeri
seperti ditusuk tusuk, R: Nyeri pada perut bawah dan di sekitar selangkangan
S: Skala nyeri 7, T: nyeri hilang timbul.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit menurun, seperti DM,


hipertensi, asma, TBC dan lain-lain.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit serupa dan tidak
ada yang menderita penyakit hipertensi, asma dan lain-lain.

3. Pengkajian Pola Fungsional menurut Gordon

1) Pola nutrisi

a. Sebelum sakit

Pasien makan tiga kali sehari,dengan nasi,sayur dan lauk.Pasien minum air
putih 5 – 6 gelas setiap hari.
b. Selama sakit

Klien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk. Klien minum 4 – 5
kali setiap hari. Selama di rawat di bangsal bedah sejak tanggal 25 Desember
2018 klien belum makan atau minum, klien puasa sebelum dilakukannya
operasi.

2) Pola eliminasi

a) Sebelum sakit

Klien BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan, dengan konsistensi lunak, warna
kuning kecoklatan dan berbau khas feces.Klien BAK 6– 10 kali sekitar 1200
cc setiap hari, warna kuning jernih, dan tidak ada keluhan.

b) Selama sakit

Klien BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan, dengan konsistensi lunak, warna
kuning kecoklatan dan berbau khas feces.Klien BAK 6- 10 kali sekitar 1200
cc setiap hari, warna kuning jernih, dan tidak ada keluhan. Selama di rawat di
rumah sakit klien belum BAB.

3) Pola aktivitas, istirahat dan tidur

a) Sebelum sakit

Klien setiap hari bekerja sebagai wiraswasta untuk memenuhi kebutuhan


keluarga. Klien mengatakan biasa tidur selama 7 – 8 jam. Klien mengatakan
tidak pernah tidur siang dan biasa memulai tidurnya mulai pukul 22.00 WIB –
05.00 WIB. Klien mengatakan biasa beristirahat di sela – sela pekerjaannya.

b) Selama sakit

Klien mengatakan tidak dapat bekerja sebagai wiraswasta semenjak sakit


karena harus dirawat di Rumah Sakit dan akan dilakukan operasi. Pola
aktivitas klien terganggu dan klien harus beristirahat di tempat tidur selama
dirawat dan BAK di tempat tidur karena telah terpasang kateter. Klien
mengatakan biasa tidur selama 4 – 5 jam saat dirawat karena tidak familier
dengan keadaan sekitarnya.
4) Pola kebersihan diri

a) Sebelum dirawat

Pasien mandi dan mengosok gigi 2x setiap hari,pasien keramas 2 hari sekali.

b) Selama dirawat

Pasien mandi dan menggosok gigi 2x setiap hari, selama dirawat (sehari)
pasien belum pernah keramas.

5) Konsep diri

Gambaran diri

Pasien memandang dirinya sebagai orang yang sakit dan selalu didampingi
keluarganya

6) Identitas diri

Pasien menyadari dirinya sebagai laki – laki dan bertingkah laku layaknya laki –
laki.

a) Harga diri

Klien tidak malu dengan keadaannya saat ini karena klien menerima
keadaannya saat ini karena sudah merupakan kehendak Tuhan.

b) Peran diri

Selama dirawat di rumah sakit klien tidak dapat menjalankan perannya sebagai
pekerja wiraswasta dan kepala keluarga bagi anak dan istri.

c) Ideal diri

Klien ingin cepat pulang dan klien ingin segera sembuh sehingga bisa bekerja
kembali seperti biasa.

7) Intelektual

Klien dan keluarga mengatakan tidak mengerti tentang penyebab penyakit yang
diderita dan bagaimana proses penyembuhannya dan cara perawatan di rumah.

8) Hubungan interpersonal

Hubungan klien dengan keluarga baik,harmonis, dimana istri dan saudara-


saudaranya secara bergantian menunggui klien dan membantu klien dalam
memenuhi kebutuhannya. Saat berinteraksi dengan perawat, klien kontak mata
terus dan sangat memperhatikan apa yang dijelaskan.

9) Support System

Klien mendapat dukungan dari keluarganya

10) Spiritual

Klien beragama islam. Klien taat dalam menjalankan agamanya dan klien selalu
berdoa kepada Tuhan agar segera diberi kesembuhan

4. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum : Lemah

2) Kesadaran : Composmentis

3) Status gizi : baik

TB : 153 cm

BB : 46 kg

4) Tanda-tanda vital :

Tekanan Darah : 120/70 mmHg

Nadi : 90x/ menit

Respirasi : 20x/ menit

Suhu : 37 °C

5) Skala nyeri :
P : Nyeri saat di gerakkan ekstremitas bawah,
Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk,
R : Nyeri pada perut bawah dan di sekitar selangkangan
S : Skala nyeri 7,
T : Nyeri saat bergerak

Pemeriksaan Head To Toe :


1) Kepala

a) Bentuk
Bentuk kepala simetris, tidak ada luka atau cedera kepala, kulit kepala
kotor dan berminyak.

b) Mata

Kedua mata terlihat sayu, konjungtiva pucat.

c) Hidung

Bentuk hidung simetris, lubang hidung bersih.


d) Telinga

Ketajaman pendengaran baik, bentuk normal: simetris kiri dan


kanan.tidak ada kelainan.
e) Mulut dan gigi

Bentuk bibir normal tidak ada perdarahan dan peradangan pada mulut.gigi
masih lengkap,tidak ada karang gigi dan karies,tidak ada benda asing atau
gigi palsu. Fungsi pengecapan baik, bentuk dan ukuran tonsil normal serta
tidak ada peradangan pada faring.
2) Leher

Kelenjar getah bening, dan tekanan vena jugularis tak ada kelainan (tidak
mengalami pembesaran ) tidak ada kaku kuduk.

3) Dada

Simetris, pengembangan dada optimal, frekuensi pernafasan20 x/menit.


ekspansi paru pada inspirasi dan ekspirasi maksimal.
4) Abdomen
Inspeksi : Ada benjolan di kuadran 3 perut bawah (di atas selangkangan),
bentuk perut simetris, tidak ada bekas luka.

Palpasi : Nyeri tekan pada benjolan di kuadran 3 perut bawah (di atas
selangkangan)

Perkusi : Tidak kembung, turgor kulit normal.

Auskultasi: Bising usus normal

5) Ekstremitas
a) Atas : anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan.Tidak ada luka pada
tangan kanan dan kiri, kekuatan cukup, dimana dapat
membolak- balikan tangan.

b) Bawah : anggota gerak lengkap. Bagian atas selangkangan terdapat


benjolan sehingga saat digerakkan terasa sakit dan kemeng.

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Hasil pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal


Leukosit 4.37 10^3 /uL 4.80- 10.80
Eritrosit 5.31 10^6/Ul 4.70-6.10
Hemoglobin 13.7 g/dL 14.0- 18.0
Hematokrit 42.2 % 42.0-52.0
MCV 79.5 Fl 79.00-99.0
MCH 25.8 Pg 27.0-31.0
MCHC 32.5 g/dl 33.0-37.0
Trombosit 216 10^3/uL 150-450
CT 4 Menit
BT 3 Menit
HBSAg - - Negatif
GDS 62 Mg/dL 70 – 125

2. Terapi

Injeksi cefotaxim 1 gr/12 jam (IV)

Injeksi Cetorolax 30 gr/8 jam (IV)

Asam mefenamat 3 x 500 gr (Per Oral)

Injeksi diazepam 5 mg / 4 jam

3. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab

1 DS :
a. Klien mengatakan terasa kemeng pada bagian
Nyeri akut Agen Injuri
benjolannya
b. Klien mengatakan agak pusing fisik
c. Klien mengatakan takut untuk miring ke kiri
DO :

a. Klien tampak melindungi bagian inguinal


b. Klien tampak kesulitan mengangkat kaki kirinya
Skala nyeri :

P: Nyeri saat di gerakkan ekstremitas bawah,

Q:Nyeri seperti ditusuk tusuk,

R: Nyeri pada perut bawah dan di sekitar selangkangan

S: Skala nyeri 7,

T: nyeri saat bergerak

2 DS : Ansietas Kurang
pengetahuan
a. Klien mengatakan sedikit takut akan dilakukan
tentang
operasi
pembedahan
b. Klien menanyakan kapan dilakukan operasi dan
yang akan
bagaimana prosesnya
dilaksanakan
DO : Klien Nampak cemas
dan hasil akhir
Pemeriksaan TTV:
pascaoperasi
TD: 120/70 mmHg,
N : 90 x/menit,
S: 37 °C,
RR : 20 x / menit.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang pembedahan yang akan


dilaksanakan dan hasil akhir pascaoperasi ditandai dengan klien tampak tegang, klien
tampak cemas, klien mengatakan sedikit takut akan dilakukan operasi, klien
menanyakan kapan dilakukan operasi dan bagaimana prosesnya.
2. Nyeri akut berhubungan dengan Agen injuri fisik ditandai dengan klien tampak
melindungi bagian inguinal, klien tampak kesulitan mengangkat kaki kirinya, klien
tampak menyeringai menahan sakit dan pusing, klien mengatakan perut terasa
mbeseseg, klien mengatakan agak pusing

III. RENCANA KEPERAWATAN


No Tanggal / No Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional TTD
jam Dx hasil
1 24 – 12 1 Setelah dilakukan a. Observasi TTV a. Untuk mengetahui
-2018 tindakan pasien perkembangan TTV
keperawatan selama pasien
1 x 24 jam ansietas b. Bantu pasien b. Ansietas yang
hilang atau mengekspresikan berkelanjutan dapat
berkurang dengan perasaan cemas dan memberikan dampak
kriteria hasil : takut serangan jantung.
a. Pasien tampak c. Jelaskan tentang c. Pasien yang teradaptasi
tenang atau rileks prosedur pembedahan dengan prosedur
b. Pasien sesuai jenis operasi pembedahan yang akan
mengatakan dilaluinya akan meras
kecemasanya lebih nyaman.
berkurang d. Beri dukungan d. Hubungan antara
c. Pasien prabedah perawat dan pasien
mampu mengenali dapat mempengaruhi
perasaan penerimaan pasien
ansietasnya terhadap pembedahan.
d. Pasien dapat e. Beri lingkungan yang e. Mengurangi
mengidentifikasi tenang rangsangan eksternal
penyebab atau yang tidak diperlukan.
faktor yang f. Berikan privasi untuk f. Memberikan waktu
mempengaruhi pasien dan orang untuk
ansietasnya. terdekat mengekkspresikan
e. Pasien persaan,
kooperatif menghilangkan rasa
terhadap tindakan. g. Kolaborasi dengan cemas.
dokter untuk g. Meningkatkan relaksasi
pemberian terapi dan menurunkan
anticemas sesuai kecemasan
indikasi
2. 24 – 12 2 Setelah dilakukan a. Kaji tingkat a. Membantu menentukan
-2018 tindakan nyeri, durasi, lokasi pilihan intervensi dan
keperawatan selama dan intensitas memberikan dasar
1 x 24 jam nyeri untuk perbandingan dan
dapat berkurang evaluasi terhadap terapi
dengan kriteria hasil: b. Observasi b. Perilaku non verbal
a. Pasien mampu ketidaknyamanan menunjukkan
mengontrol nyeri non verbal ketidaknyamanan klien
terhadap nyeri
b. Pasien c. Gunakan strategi c. Komunikasi terapetik
mengatakan rasa komunikasi terapetik dapat menenangkan
nyaman setelah klien
nyeri berkurang d. Ajarkan teknik d. Memfokuskan perhatian
distraksi klien membantu
menurunkan tegangan
otot

e. Ciptakan suasana e. Lingkungan tenang

lingkungan yang dapat mengurangi

tenang factor-faktor stress


selama nyeri

f. Kolaborasi dengan f. Analgetik dapat

dokter untuk mengurangi rasa nyeri

pemberian analgetik yang dirasakan klien

IV. IMPLEMENTASI
No Tanggal No IMPLEMENTASI Respon TTD
/jam Dx
1 24-12- 1 a. Mengobservasi TTV pasien DS: Pasien kooperatif @
2018 DO:
Pukul TD : 130/800 mmHg,
12.10 N : 85 x/menit,
WIB S : 37 °C,
RR : 24 x / menit.
b. Membantu pasien
DS: Pasien mengatakan takut akan
Pukul mengekspresikan perasaan @
tindakan operasi yang akan dijalani
12.20 cemas dan takut DO: Pasien tampak cemas dan
WIB gelisah.

DS: Pasien mengatakan mengerti


c. Menjelaskan tentang prosedur
tenytang apa yang dijelaskan perawat
pembedahan sesuai jenis
kepadanya.
operasi
Pukul DO: Ekspresi pasien tampak lebih
12.30 tenang @
WIB
d. Memberi dukungan prabedah
DS :Pasien mengatakan cemas agak
berkurang
DO : Pasien Tampak lebih rileks
Pukul e. Memberi lingkungan yang
12.40 tenang @
DS : Pasien mengatakan cemas agak
WIB
berkurang
f. Memberikan privasi untuk
DO : Pasien nampak lebih rileks
pasien dan orang terdekat
Pukul @
12.50 g. Berkolaborasi dengan dokter
DS : Pasien mengatakan akan
WIB untuk pemberian terapi anti
berbicara dengan keluarganya
cemas sesuai indikasi.
Injeksi diazepam 5 mg / 4 DO :-
Pukul @
jam
13.00
DS : Pasien mengatakan sudah tidak
WIB
begitu cemas
DO: pasien tampak tenang
Pukul
13.15 @
WIB
2 24-12- 2 a. Mengkaji tingkat nyeri, DS: Pasien kooperatif @
2018 durasi, lokasi dan intensitas DO:
13.30
P : Nyeri saat di gerakkan ekstremitas
bawah,
Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk,
R : Nyeri pada perut bawah dan di
sekitar selangkangan
S : Skala nyeri 6,
13.45
T : Nyeri saat bergerak

13.55 DS :Pasien kooperatif


b. Mengobservasi @
DO :-
ketidaknyamanan non verbal
14.05
c. Menggunakan strategi
DS: Pasien mengatakan tentang nyeri
@
komunikasi terapetik
yang dialaminya
14.30
d. Mengajarkan teknik distraksi DO:-
DS: Pasien mengatakan mengetri apa
yang diajarkan
@
DO : Pasien tampak mengikuti
instruksi dari perawat
e. Menciptakan suasana
lingkungan yang tenang DS :-
@
DO :Pasien tampak tenang
f. Berkolaborasi dengan dokter
untuk pemberian analgetik
DS :Pasien mengatakan masih nyeri
@
- Injeksi cefotaxim 1 gr/12
DO : pasien tampak meringis
jam (IV)
kesakitan
- Injeksi Cetorolax 30 gr/8
jam (IV)

V. EVALUASI
No Tanggal/ jam No Evaluasi TTD
Dx
1 25 Desember 1 S : Klien mengatkan takut dan cemas @
2018 O: Wajah klien tegang
12.00 wib TD: 130/800 mmHg,
N : 85 x/menit,
S: 37 °C,
RR : 24 x / menit.
A : Masalah cemas teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 25 desember 2 S : Klien mengatakan masih nyeri tapi sedikit berkurang @
2018 O : Klien terlihat menyeringai menahan sakit
P : Nyeri saat di gerakkan ekstremitas bawah,
Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk,
R : Nyeri pada perut bawah dan di sekitar selangkangan
S : Skala nyeri 6,
T : Nyeri saat bergerak
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

Contoh Informed Consent

Vous aimerez peut-être aussi