Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A
DENGAN ANSIETAS PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS
DI RUANG DAHLIA 13 RS PKU MUHAMMADIYAH BLORA
Dosen Pengampu : Siti Kistimbar, SPd.,Skep.,Ns.,Mkes
TINGKAT 2 A
2019
BAB I
TINJAUAN TEORI
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
c. Pengkajian Psikososiospiritual
Kecemasan Praoperatif
Kecemasan berasal dari bahasa latin “angere” yang berarti untuk
menghadapi (to strange) atau untuk distres. Hal ini berkaitan dengan kata
“anger” yang berarti “kesedihan” atau “masalah”. Kecemasan juga
berkaitan dengan kata “ to anguish” yang menggambarkan adanya nyeri
akut, penderitaan dan distres (Stuart 1998).
Cemas berbeda dengan rasa takut, dimana cemas disebabkan oleh hal-
hal yang tidak jelas termasuk didalamnya pasien yang akan menjalani
operasi karena mereka tidak tahu konsekuensi pembedahan dan takut
terhadap prosedur pembedahan itu sendiri. Berbagai dampak psikologis
yang muncul adalah ketidaktahuan akan pengalaman pembedahan yang
dapat mengakibatkan kecemasan yang terekspresi dalam berbagai bentuk
seperti marah, menolak atau apatis terhadap kegiatan keperawatan. Pasien
yang cemas sering mengalami ketakutan akan hal yang tidak diketahui,
misalnya terhadap pembedahan, anestesi, masa depan, keuangan dan
tanggung jawab keluarga, ketakutan akan nyeri, kematian atau ketakutan
akan perubahan citra diri dan konsep diri.
Menurut Potter (2006), reaksi pasien terhadap pembedahan didasarkan
pada banyak faktor, meliputi ketidaknyamanan dan perubahan-perubahan
yang diantisipasi baik fisik, finansial, psikologis, spiritual, sosial atau hasil
akhir pembedahan yang diharapkan. Bagian terpenting dari pengkajian
kecemasan praoperatif adalah untuk menggali peran orang terdekat, baik
dari keluarga atau sahabat pasien. Adanya sumber dukungan orang
terdekat akan menurunkan kecemasan.
Perasaan
Perasaan sering kali susah dikaji secara keseluruhan jika pasien akan
menjalani bedah sehari. Biasanya perawat hanya memiliki waktu singkat
untuk membina hubungan dengan pasien.
Konsep Diri
Pasien dnegan konsep diri positif lebih mampu menerima operasi yang
dialaminya dengan tepat. Perawat mengkaji konsep diri pasien dengan cara
meminta pasien mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dirinya. Pasien
yang cepat mengkritik atau merendahkan karakter dirinya mungkin
mempunyai harga diri yang rendah atau sedang menguji pendapat perawat
tentang kararkter mereka. Konsep diri yang buruk mengganggu
kemampuan beradaptasi dengan stres pembedahan dan memperburuk rasa
bersalah atau ketidakmampuannya (Stuart, 1999)
Sumber Koping
Pengkajian terhadap perasaan dan konsep diri akan membantu perawat
menentukan kemampuan pasien dalam mengatasi stres akibat
pembedahan. Apabila pasien pernah menjalani pembedahan, maka perawat
perioperatif perlu menentukan perilaku yang dapat membantu pasien
dalam menghilangkan ketegangan atau kecemasannya. Perawat dapat
menginstruksikan pasien untuk melakukan latihan relaksasi untuk
mengontrol ansietas.
Kepercayaan Spiritual
Kepercayaan spiritual memainkan peran penting dalam menghadapi
ketakutan dan ansietas. Tanpa memandang agama yang dianut pasien,
kepercayaan spiritual dapat menjadi medikasi terapeutik. Segala upaya
harus dilakukan untuk membantu pasien mendapat bantuan spiritual yang
diinginkan.
Pengetahuan, Persepsi dan Pemahaman
Perawat harus mempersiapkan pasien dan keluarganya untuk
menghadapi pembedahan. Dengan mengidentifikasi pengetahuan, persepsi
dan pemahaman pasien, dapat membantu perawat merencanakan
penyuluhan dan tindakan untuk mempersiapkan kondisi emosional pasien.
Informed Consent
Informed Consent adalah suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar
dan sukarela oleh pasien sebelum suatu pembeedahan dilakukan. Izin
tertulis tersebut dapat melindungi pasien dari kelalaian dalam prosedur
pembedahan dan melindungi ahli bedah terhadap tuntutan dari suatu
lembaga hukum. Demi kepentingan bersama, semua pihak yang terkait
perlu mengikuti prinsip medikolegal yang baik (Potter 2006).
Persetujuan tindakan medik ini diperlukan pada :
Suatu prosedur tindakan invasif, seperti insisi bedah, biopsi, sistoskopi,
atau parasintesis
Intervensi dengan menggunakan anestesi
Prosedur nonbedah yang resikonya lebih dari sekedar resiko ringan,
contohnya prosedur arteriografi
Prosedur yang mencakup terapi radiasi atau kobalt
d. Pemeriksaan Fisik
Ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam melakukan pemeriksaan
fisik, mulai dari pendekatan head to toe hingga pendekatan per sistem. Fokus
pemeriksaan yang akan dilakukan adalah melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat
melakukan anamnesis riwayat kesehatan pasien dengan sistem tubuh yang akan
dipengaruhi atau memengaruhi respon pembedahan.
Pemeriksaan Diagnostik
Sebelum pasien menjalani pembedahan, dokter bedah akan meminta
pasien untuk menjalani pemeriksaan diagnostic guna memeriksa adanya
kondisi yang tidak normal. Banyak pemeriksaan laboratorium dan diagnostic
seperti EKG dan foto dada tidak lagi dilakukan secara rutin untuk pasien yang
menjalani bedah sehari karena biaya yang harus dikeluarkan untuk
pemeriksaan tersebut tidak efektif jika pasien sehat dan tidak menunjukkan
gejala yang tidak normal (Rothrock, 2000). Pemeriksaan skrining rutin terdiri
dari pemeriksaan darah lengkap, analisis elektrolit serum, koagulasi, kreatinin
serum, dan urinalisis. Apabila pemeriksaan diagnostik menunjukkan masalah
yang berat, maka ahli bedah dapat membatalkan pembedahan sampai kondisi
pasien stabil.
Perawat bertanggung jawab mempersiapkan dalam klien untuk
menjalani pemeriksaan diagnostik dan mengatur pasien menjalani
pemeriksaan yang lengkap. Perawat juga harus mengkaji kembali hasil
pemeriksaan diagnostik yang perlu diketahui dokter untuk membantu
merencanakan terapi yang tepat.
Pemeriksaan Skrining Tambahan
Apabila pasien berusia lebih dari 40 tahun atau mempunyai penyakit
jantung, maka dokter mungkin akan meminta pasien untuk menjalani
pemeriksaan sinar-X dada atau EKG. Pada beberapa prosedur bedah tertentu
seperti bedah saraf, jantung, dan urologi, diperlukan pemeriksaan canggih
untuk menegakkan diagnosis prabedah, misalnya : MRI, CT-Scan, USG
Doppler, IPV, Echocardiography, dan lainnya sesuai dengan kebutuhan
diagnosis prabedah.
Kaji tanda ansietas verbal dan Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukan rasa
nonverbal. Dampingi pasien dan agitasi, marah, dan gelisah.
lakukan tindakan bila pasien mulai
menunjukkan perilaku merusak.
Jelaskan tentang prosedur pembedahan Pasien yang teradaptasi dengan prosedur
sesuai jenis operasi. pembedahan yang akan dilaluinya akan merasa
lebih nyaman.
Beri dukungan prabedah. Hubungan emosional yang baik antara perawat dan
pasien akan memengaruhi penerimaan pasien
terhadap pembedahan. Aktif mendengar semua
kekhawatiran dan keprihatinan pasien adalah
bagian penting dari evaluasi praoperatif.
Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang akan
dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan atau
kejadian pascaoperatif yang diharapkan, akan
menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar
terhadap anestesi.
Beri lingkungan yang tenang dan Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak
suasana penuh istirahat. diperlukan.
Berikan privasi untuk pasien dan orang Memberikan waktu untuk mengekspresikan
terdekat. perasaan, menghilsngkan rasa cemas, dan perilaku
adaptasi.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam pasien mampu mengembangkan koping yang positif.
Kriteria evaluasi:
Pasien kooperatif pada setiap intervensi keperawatan.
Pasien mampu menyatakan atau mengomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi.
Pasien mampu menyantakan penerimaan diri terhadap situasi.
Pasien mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara
yang akurat tanpa harga diri yang negatif.
Intervensi Rasional
Mandiri Menentukan bantuan individu dalam menyusun
Kaji perubahan dari gangguan persepsi rencana perawatan atau pemilihan intervensi.
dan hubungan dengan derajat
ketidakmampuan.
Identifikasi arti dari kehilangan atau Beberapa pasien dapat menerima dan mengatur
disfungsi pada pasien. perubahan fungsi secara efektif dengan sedikit
penyesuaian diri, sedangkan yang lain mempunyai
kesulitan dalam membandingkan, mengenal, dan
mengatur kekurangan.
Catat ketika pasien menyatakan sekarat, Mendukung penolakan terhadap bagian tubuh atau
mengingkari, dan menyatakan inilah perasaan negative terhadap gambaran tubuh dan
kematian. kemampuan yang menunjukkan kebutuhan dan
intervensi serta dukungan emosional.
Mengingatkan pasien tentang fakta dan Membantu pasien untuk melihat bahwa perawat
realita bahwa pasien masih dapat menerima kedua bagian sebagai bagian dari
menggunakan sisi yang sakit dan seluruh tubuh. Mengizinkan pasien untuk
belajar mengontrol sisi yang sehat. merasakan adanya harapan dan mulai menerima
situasi baru.
Bantu dan anjurkan perawatan yang Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan
baik dan memperbaiki kebiasaan. mengontrol lebih dari satu area kehidupan.
Anjurkan orang terdekat pasien untuk Menghidupkan kembali perasaan kemandirian dan
mengizinkan pasien melakukan hal membantu perkembangan harga diri serta
sebanyak – banyaknya. mempengaruhi proses rehabilitasi.
Dukung perilaku atau usaha seperti Paiesn dapat beradaptasi terhadap perubahan dan
peningkkatan minat atau partisipasi pengertian tentang peran individu masa
dalam aktivitas rehabilitasi. mendatang.
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahauan dan sumber Menjadi data dasar untuk memberikan pendidikan
informasi yang telah diterima. kesehatan dan mengklarifikasi sumber yang tidak
jelas.
Diskusikan perihal jadwal pembedahan. Pasien dan keluarga harus diberitahu mengenai
waktu dimulainya pembedahan. Apabila rumah
sakit mempunyai jadwal kamar operasi padat,
maka lebih baik pasien dan keluragaa
diberitahukan tentang banyaknya jadwl operasi
yang telah ditetapkan sebelum pasien.
Programkan instruksi yang didasarkan Jika sesi penyuluhan dilakukan beberapa hari
pada kebutuhan individu, direncanakan, sebelum pembedahan, maka pasien mungkin tidak
dan diimplementasikan pada waktu ingat tentang apa yang telah dikatakan. Jika
yang tepat. intruksi diberikan terlalu dekat dengaan waktu
pembedahan, maka pasien mungkin tidak dapat
konsentrasi atau belajar karena ansietas dan efek
dari medikasi praanestesi.
Pemeriksaan alat bantu (protese) Semua alat bantu dan perhiasan harus dilepas.
dan perhiasan.
Persiapan administrasi dan Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan
informed consent. mengetahui perihal biaya pembedahan. Pasien
sudah mendapat penjelasan dan menandatangani
informed consent.
Berikan pasien dan keluarga kapaan Pasien akan mendapat manfaat bila mengetahui
pasien bisa dikunjungi. kapan keluarganya dan temannya bisa berkunjung
setelah pembedahan.
BAB II
KONSEP PATOLOGI
A. Definisi Hernia
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defak atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan.Pada hernia abdomen,isi perut menonjol melalui defak atau
bagian lemah dari lapisan dinding perut (Nanda NIC-NOC, 2015). Hernia terdiri atas
cincin,kantong dan isi hernia.
Berikut jenis jenis hernia menurut letaknya:
1. Hernia hiatal adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorokan) turun,
melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut
menonjol ke dada (thoraks).
2. Hernia hepigastrik adalah terjadi diantara pusar dan bagian bawah tulang rusuk di
garis tengah perut. Hernia hepigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan
jarang yang berisi usus. Terbentuk di bagian dinding perut yang relatif lemah,
hernia ini sering menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat di dorong kembali
kedalam perut ketika pertama kali di temukan.
3. Hernia umbilikal adaah berkembang di dalam dan sekitar umbilikus (pusar)yang
di sebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum
kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Orang jawa sering menyebutnya “wudel
bodong”. Jika kecil (kuarang dari satu senti meter), hernia jenis ini biasanya
menutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun.
4. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai
tonjolan di selengkangan atau skarotum. Orang awam biasa menyebutnya “turun
bero” atau “hernia” hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang
sehingga usus menerobos kebawah melalui celah. Jika anda merasa ada benjolan
dibawah perut yang lembut, kecil, dan mungkin sedikit nyeri dan bengkak, anda
mungkin di kena hernia ini. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dari
pada perempuan.
5. Hernia femoralis adalah muncul sebagai benjolon di pangkal paha tipe ini lebih
sering terjadi pada wanita dari pada pria.
6. Hernia insisional adalah dapat terjadi melalui pasca operasi perut. Hernia ini
muncul sebagai tonjolan di sekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar
tidak menutup sepenuhnya.
7. Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melebitkan cakram tulang
belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus intervertebralis yang
menyerap goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang
belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi hernia diskus intervebralis yang
mneyebabkan saraf terjepit (scititica). HNP umunya berdasrakan terjadinya hernia
dibagian atas.
2. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantung hernia tidak dapat dikembalikan kedalam
rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritonium
kantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta (accretus= perlekatan karena
fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia strangulata atau inkarserata, yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia
inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali ke rongga perut
disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis
“hernia inkarserata” lebih dimaksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan
pasase, sedangkan gangguan vaskularisasi disebut sebagai “hernia strangulata”.
Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena
tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini
merupakan keadaan gawatdarurat karenanya perlu mendapat pertolongan segera.
B. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal yaitu :
1. Kongenital disebabkan kelemahan pada otot merupakan salah satu faktor resiko yang
berhubungan dengan faktor peningkatan tekanan intra abdomen. Kelemahan otot tidak
dapat dicegah dengan cara olahraga atau latihan-latihan.
2. Obesitas adalah salah satu penyebab peningkatan tekanan intra-abdomen karena
banyaknya lemak yang tersumbat dan perlahan-lahan mendorong peritoneum. Hal ini
dapat dicegah dengan pengontrolan berat badan.
3. Pada Ibu hamil biasanya ada tekanan intra-abdomen yang meningkat terutama pada
daerah rahim dan sekitarnya.
4. Mengedan juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intra-abdomen, dan
5. Terlalu seringnya mengangkat beban berat
C. Manifestasi Klinis
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat
paha
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi hernia inguinalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat serta
kulit diatasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah)
disamping benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak
nafas.
7. Bila pasien mengejan atau batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
D. Patofisiologi
Kelemahan dinding abdominalis memperparah terjadinya penipisan dinding
abdominalis sehingga fungsi otot organ abdominalis berkurang. ketika adanya
penahanan maka usus akan memasuki atau menembus dinding abdominalis yang tipis,
sehingga usus dapat bertempat bukan pada tempatnya dan bergeser kebawah atau
keatas sesuai celah kelemahan dingding abdominalis. Usus yang menembus dinding
akan terjepit sehingga menimbulkan asam laknat meningkat yang membuat penderita
merasakan mual dan muntah dan sakit di daerah perut.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X abdomen menunjukan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus.
2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukan hemokonsentrasi
(peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan
elektrolit.
3. Laparoskopi : Untuk menentukan adanya hernia inguinal lateralis apakah ada sisi
yang berlawanan atau untuk mengevaluasi terjadi hernia berulang atau tidak.
4. EKG: terjadi peningkatan nadi akibat adanya nyeri
5. USG abdomen : untuk menentukan isi hernia
6. Radiografi : terdapat banyangan udara pada thoraks
F. Penatalaksanaan
Penanganan herni ada dua macam :
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah diresposisi.
Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri dari :
a. Reposisi, adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia kedalam vakum
peritoni atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual.reposisi dilakukan
pada pasien dengan hernia reponibilis dengan memakai dua tangan. Repisisi tidak
dilakukan untuk hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak.
b. Suntikan, dilakukan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin didaerah sekitar
hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau penyempitan
sehingga isi hernia keluar dari vakum peritoni.
c. Sabuk hernia, diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak
dilakukan operasi.
2. Operatif
Operasi hernia dilakukan dalam tiga tahap :
a. Herniotomy, membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi
hernia ke vakum abdominalis.
b. Hernioraphy, mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada
conjoint tendon (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intra abdominalis dan
m.transversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum)
c. Hernioplasty, menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR
hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot
G. Masalah Yang Lazim Muncul
1. Nyeri akut b.d diskontuinits jaringan akibat tindakan operasi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kurang dari kebutuhan tubuh b. d mual
muntah
3. Gangguan rasa nyaman
4. Resiko perdarahan
5. Resiko infeksi b.d lika insisi bedah / operasi.
H. Discharge Planning
1. Menggunakan korset / penyangga
2. Hindari hal hal yang menicu tekanan didalam rongga perut
3. Tindakan operasi dan pemberian analgesik pada hernia yang menyebabkan nyeri
sesuai resep dokter.
4. Hindari mengejan mendorog atau mengangkat beban berat.
5. Jaga balutan luka operasi tetap kering dan bersih, mengganti balut steril setiap
haru.
6. Hindari faktor prndukung konstipasi dengan mengonsumsi diet tinggi serat dan
masukan cairan adekuat.
BAB III
TINJAAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA TN. A
DENGAN NYERI AKUT PADA PASIEN HERNIA INGUINALIS LATERALIS
DI RUANG DAHLIA 13 RS PKU MUHAMMADIYAH BLORA
I. PENGKAJIAN
1. Biodata
a. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 45 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. C
Umur : 40 tahun
1) Keluhan utama
Klien mengatakan perut terasa sebah dan selangkangan terasa kemeng pada
bagian benjolannya.
Anggota keluarga klien tidak ada yang menderita penyakit serupa dan tidak
ada yang menderita penyakit hipertensi, asma dan lain-lain.
1) Pola nutrisi
a. Sebelum sakit
Pasien makan tiga kali sehari,dengan nasi,sayur dan lauk.Pasien minum air
putih 5 – 6 gelas setiap hari.
b. Selama sakit
Klien makan 3 kali sehari dengan nasi, sayur dan lauk. Klien minum 4 – 5
kali setiap hari. Selama di rawat di bangsal bedah sejak tanggal 25 Desember
2018 klien belum makan atau minum, klien puasa sebelum dilakukannya
operasi.
2) Pola eliminasi
a) Sebelum sakit
Klien BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan, dengan konsistensi lunak, warna
kuning kecoklatan dan berbau khas feces.Klien BAK 6– 10 kali sekitar 1200
cc setiap hari, warna kuning jernih, dan tidak ada keluhan.
b) Selama sakit
Klien BAB 1 kali sehari, tidak ada keluhan, dengan konsistensi lunak, warna
kuning kecoklatan dan berbau khas feces.Klien BAK 6- 10 kali sekitar 1200
cc setiap hari, warna kuning jernih, dan tidak ada keluhan. Selama di rawat di
rumah sakit klien belum BAB.
a) Sebelum sakit
b) Selama sakit
a) Sebelum dirawat
Pasien mandi dan mengosok gigi 2x setiap hari,pasien keramas 2 hari sekali.
b) Selama dirawat
Pasien mandi dan menggosok gigi 2x setiap hari, selama dirawat (sehari)
pasien belum pernah keramas.
5) Konsep diri
Gambaran diri
Pasien memandang dirinya sebagai orang yang sakit dan selalu didampingi
keluarganya
6) Identitas diri
Pasien menyadari dirinya sebagai laki – laki dan bertingkah laku layaknya laki –
laki.
a) Harga diri
Klien tidak malu dengan keadaannya saat ini karena klien menerima
keadaannya saat ini karena sudah merupakan kehendak Tuhan.
b) Peran diri
Selama dirawat di rumah sakit klien tidak dapat menjalankan perannya sebagai
pekerja wiraswasta dan kepala keluarga bagi anak dan istri.
c) Ideal diri
Klien ingin cepat pulang dan klien ingin segera sembuh sehingga bisa bekerja
kembali seperti biasa.
7) Intelektual
Klien dan keluarga mengatakan tidak mengerti tentang penyebab penyakit yang
diderita dan bagaimana proses penyembuhannya dan cara perawatan di rumah.
8) Hubungan interpersonal
9) Support System
10) Spiritual
Klien beragama islam. Klien taat dalam menjalankan agamanya dan klien selalu
berdoa kepada Tuhan agar segera diberi kesembuhan
4. Pemeriksaan Fisik
2) Kesadaran : Composmentis
TB : 153 cm
BB : 46 kg
4) Tanda-tanda vital :
Suhu : 37 °C
5) Skala nyeri :
P : Nyeri saat di gerakkan ekstremitas bawah,
Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk,
R : Nyeri pada perut bawah dan di sekitar selangkangan
S : Skala nyeri 7,
T : Nyeri saat bergerak
a) Bentuk
Bentuk kepala simetris, tidak ada luka atau cedera kepala, kulit kepala
kotor dan berminyak.
b) Mata
c) Hidung
Bentuk bibir normal tidak ada perdarahan dan peradangan pada mulut.gigi
masih lengkap,tidak ada karang gigi dan karies,tidak ada benda asing atau
gigi palsu. Fungsi pengecapan baik, bentuk dan ukuran tonsil normal serta
tidak ada peradangan pada faring.
2) Leher
Kelenjar getah bening, dan tekanan vena jugularis tak ada kelainan (tidak
mengalami pembesaran ) tidak ada kaku kuduk.
3) Dada
Palpasi : Nyeri tekan pada benjolan di kuadran 3 perut bawah (di atas
selangkangan)
5) Ekstremitas
a) Atas : anggota gerak lengkap, tidak ada kelainan.Tidak ada luka pada
tangan kanan dan kiri, kekuatan cukup, dimana dapat
membolak- balikan tangan.
5. Pemeriksaan Penunjang
2. Terapi
3. Analisa Data
No Data Masalah Penyebab
1 DS :
a. Klien mengatakan terasa kemeng pada bagian
Nyeri akut Agen Injuri
benjolannya
b. Klien mengatakan agak pusing fisik
c. Klien mengatakan takut untuk miring ke kiri
DO :
S: Skala nyeri 7,
2 DS : Ansietas Kurang
pengetahuan
a. Klien mengatakan sedikit takut akan dilakukan
tentang
operasi
pembedahan
b. Klien menanyakan kapan dilakukan operasi dan
yang akan
bagaimana prosesnya
dilaksanakan
DO : Klien Nampak cemas
dan hasil akhir
Pemeriksaan TTV:
pascaoperasi
TD: 120/70 mmHg,
N : 90 x/menit,
S: 37 °C,
RR : 20 x / menit.
IV. IMPLEMENTASI
No Tanggal No IMPLEMENTASI Respon TTD
/jam Dx
1 24-12- 1 a. Mengobservasi TTV pasien DS: Pasien kooperatif @
2018 DO:
Pukul TD : 130/800 mmHg,
12.10 N : 85 x/menit,
WIB S : 37 °C,
RR : 24 x / menit.
b. Membantu pasien
DS: Pasien mengatakan takut akan
Pukul mengekspresikan perasaan @
tindakan operasi yang akan dijalani
12.20 cemas dan takut DO: Pasien tampak cemas dan
WIB gelisah.
V. EVALUASI
No Tanggal/ jam No Evaluasi TTD
Dx
1 25 Desember 1 S : Klien mengatkan takut dan cemas @
2018 O: Wajah klien tegang
12.00 wib TD: 130/800 mmHg,
N : 85 x/menit,
S: 37 °C,
RR : 24 x / menit.
A : Masalah cemas teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
2 25 desember 2 S : Klien mengatakan masih nyeri tapi sedikit berkurang @
2018 O : Klien terlihat menyeringai menahan sakit
P : Nyeri saat di gerakkan ekstremitas bawah,
Q : Nyeri seperti ditusuk tusuk,
R : Nyeri pada perut bawah dan di sekitar selangkangan
S : Skala nyeri 6,
T : Nyeri saat bergerak
A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi