Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
Di bawah Bimbingan:
Sidang Munaqasyah
Anggota,
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, puji
syukur penulis panjatkan kehadrat Allah swt, atas segala nikmat dan
pembawa risalah Allah, Nabi Muhammad saw, serta keluarga, sahabat, dan
Hidayatullah Jakarta.
berkat bantuan dan dorongan dari semua pihak, akhirnya penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih secara
Filsafat.
2. Drs. Bustamin, M.Si, selaku ketua Jurusan Tafsir Hadis, Drs. Edwin
Jama.
6. Prof. KH. Ali Mustafa Yaqub. MA, selaku MUI serta Guru besar
tentang hadis.
8. Ust Mahmood Sulaiman selaku Rektor KUDQI, Ust Soud Said, YB. Ust
Mohd Nor, Ust Kamaruzzaman, Ust Asmadi, Ust Jihadi, Ust Nik, Ust
Razki, Ust Wan Awang, Ustzh Rohayati, Ustzh Yazidah, semua ustaz-
amatlah dikenang.
faris, Ong dan Ibu, anak-anak Pesantren Darus Sunnah, Ust Mat, Ust
dilupakan.
masih sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain yang belum terbaca, menjadikan
penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, Namun, penulis telah berupaya
kemampuan penulis sebagai manusia. Oleh karena itu penulis meminta saran
penulisan ini.
bantuan yang diberikan kepada penulis mendapat imbalan dari Allah SAW.
Kepada Allah jualah penulis memohon, semoga jasa baik yang kalian
sumbangkan menjadi amal sâleh dan mendapat balasan yang lebih baik dari
Penulis
DAFTAR ISI
LAMPIRAN
PENGESAHAN…………………………………………………….....i
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………….ii
PEDOMAN
TRANSLITERASI…………………………………………………….v
DAFTAR
ISI………………………………………………………………………..vii
BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………1
A. Latar Belakang
Masalah………………………………………….1
Masalah……………………….......8
Penelitian……………………………….....8
D. Studi
Perpustakaan………………………………………………..9
E. Metodologi
Penelitian…………………………………………...10
F. Sistematika
Penulisan…………………………………………...10
BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG KUALITAS HADIS
KEKAFIRAN……………………………………………………
….12
Da’if…………………………………....12
Da’if…………………………14
Terjemahannya………………………………..16
Hadits……………………………………..21
A. Penelitian Kualitas
Hadis……………………………………… 24
…23
2. Kritik Matan
Hadis………………………………………….56
B. Pendapat Para
‘Ulama’………………………………………...62
C. Analisa…………………………………………………………..
.63
BAB IV
PENUTUP…………………………………………………………..66
A.
Kesimpulan……………………………………………………..
.66
B. Saran-saran………………………………………………….
…..67
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………....68
LAMPIRAN SKEMA
HADIS.…………………………………….........................72
BAB I
PENDAHULUAN
agama Islam, ini karena hadis merupakan sumber hukum yang kedua setelah
al-Qur’an. Sejak lama kaum muslimin telah mengenal dan sudah menjadi
utusan Allah swt. Sebagian dari ayat-ayat al-Qur’an itu adalah sebagai
memberi petujuk secara umum, yakni bahwa semua perintah dan larangan yang
berasal dari Nabi Muhammad saw, wajib di patuhi oleh orang-orang yang
“ Barang siapa yang mematuhi Rasul itu, maka sungguh orang itu telah
mematuhi Allah. ”
⌧
☺
⌧
⌧
⌧
“ Sungguh telah ada pada diri Rasulullah keteladanan yang baik bagimu,
(yakni) bagi orang yang mengharap (akan rahmat) Allah, (meyakini akan
kedatangan) hari kiamat, dan banyak menyebut (dan ingat akan) Allah. ”
2Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farah Al-Qurtubi, al-
Jami’ li Ahkam al-Qur’an, vol. XVII, ( kairo: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1967), h. 17
Ayat-ayat tersebut memberi petunjuk bahwa patuh kepada Nabi berarti
patuh kepada Allah. Nabi Muhammad adalah teladan hidup bagi orang-orang
yang beriman. Bagi mereka yang sempat bertemu langsung dengan Rasulullah,
sedangkan bagi mereka yang tidak sezaman dengan Rasulullah adalah dengan
Qur’an. Orang yang menolak hadis sebagai salah satu sumber hukum Islam
proses pendekatan diri kepada Allah swt. Mengingat bahwa ilmu ini
merupakan sarana untuk mengenal lebih jauh tata cara hidup manusia
Ketika kita mengkaji ilmu hadis atau lebih popular dengan ilmu
menjadi obyek kajian dalam disiplin ini adalah meneliti otentisitas suatu
Hadis. Karenanya, dalam sudut pandang ini secara praktis ilmu hadis
sesungguhnya sudah dikenal sejak zaman Nabi Muhammad saw masih hidup.
Tentu saja cakupan kajiannya masih sangat terbatas, karena semuanya masih
Salah satu contoh pengecekan berita yang bersumber dari Nabi ini
adalah apa yang dilakukan oleh Umar bin al-Khatab. Suatu malam ketika
menceraikan isteri-isterinya.
Kekagetan Sayidina Umar itu bukan lantaran salah seorang dari isteri
Nabi saw itu adalah puterinya sendiri, Hafsah, melainkan ‘Umar merasa ada
Nabi saw melakukan hal itu? Untuk meyakinkan kebenaran berita itu, esok
bertanya kepada beliau, tentang validitas berita yang diterimanya itu. “Apakah
mengumpuli isteri-isterinya selama satu bulan,4 ternyata Nabi saw tidak ada
4 Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), h. 1-2.
Kejadian itu memperlihatkan betapa otentisitas suatu berita dari Nabi
saw dapat dengan mudah dilakukan cek dan ricek secara langsung. Karena
Nabi saw saat itu masih hidup. Berbeda dengan perkembangan berikutnya,
setelah Nabi saw wafat, ilmu Hadis mengalami perkembangan baru. Dengan
semakin jauhnya umat Islam dari masa Nabi saw muncullah kemudian ilmu
sebagaimana yang dituturkan oleh Muhammad bin Sirin (w.110 H),5 sesudah
khalifah Utsman bin Affan, 36 H). Umat Islam saat itu, apabila mendengar
suatu hadis, akan selalu menanyakan dari siapakah hadis itu diperoleh?
Apabila Hadis itu diperoleh dari orang-orang penyebar bid’ah, maka hadis
itu ditolak. Tetapi sebaliknya, apabila Hadis itu diterima dari orang-orang
Ahlus-Sunnah, maka hadis itu diterima sebagai hujjah dalam agama Islam.
Lebih-lebih lagi sejak terbunuhnya al-Husein bin Ali (61 H), menyusul
perlu dalil-dalil pendukung yang berupa hadis dari Nabi Muhammad saw.
Apabila hadis yang dicarikan itu tidak ditemukan maka mereka berani
5 Seorang tabi’in pertama, ahli fiqh yang zuhud dan tekun beridah. Ibnu Sirin
lahir dua tahun menjelang masa pemerintahan Utsman dan wafat pada tahun
110 H. Ia sempat bertemu dengan 30 sahabat. Sila lihat Subhi Al-Salih, ‘Ulum al-
Hadits Wa Mustalah, terj. Tim Firdaus, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2002), h. 351.
6 Yaqub, Kritik Hadis, h. 82.
Berdasarkan data sejarah yang ada pemalsu hadis bukan sahaja
terjadi hal itu karena mereka didorong oleh keinginan untuk meruntuhkan
Islam dari dalam. Orang-orang Islam tertentu membuat Hadis palsu karena
mereka didorong oleh berbagai tujuan, ada yang bersifat duniawi, ada yang
bersifat agamawi, seperti; (1) membela kepentingan politik; (2) membela aliran
teologi; (3) membela mazhab fiqh; (4) memikat hati orang yang mendengar kisah-
kisahnya; (5) menjadikan orang lain lebih zahid; (6) menjadikan orang lain rajin
tertentu; (8) memperoleh perhatian dan pujian oleh penguasa; (9) mendapat
hadiah uang dari orang yang mengembirakan hatinya; (10) memberi pengobatan
Jumlah hadis palsu tidak sedikit. Seseorang pemalsu hadis ada yang
mengaku, bahwa mereka telah membuat 4.000 hadis palsu. Ada pemalsu
yang lain mengaku bila dia ingin memperkuat pendapatnya, maka dia
membuat hadis palsu. Malahan ada yang diberi upah sebesar satu dirham saja
untuk membuat 50 hadis palsu.8 Inilah kondisi yang berlaku setelah ilmu
pembuatan hadis palsu, maka ulama hadis menyusun berbagai kaidah ilmu
7M. Syuhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, Telaah Kritis Dan Tinjauan
Dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), h. 111-112.
8Ismail, Kaidah Kesahihan Sanad Hadis, h. 113.
penelitian hadis. Kaidah-kaidah yang disusun tujuan utamanya adalah untuk
penelitian kesahihan sanad dan matan, khususnya ilmu hadis yang sangat
‘ilmu al- rijâl al-Hâdits, ilmu al-jarh wa al-ta’dil dan ilmu al-Takhrij al- hadits.9
tertarik untuk meneliti hadis Rasulullah saw. Penulis akan membahas sebuah
mendekati kekafiran.
( ﺐ ا ْﻟ َﻘ َﺪ َر
َ ن َﻳ ْﻐِﻠ
ْ ﺴ ُﺪ أ
َﺤَ ن ُآ ْﻔ ًَﺮا َو َآﺎ َد ا ْﻟ
َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮ
ْ ) َآﺎ َد ْاﻟ َﻔ ْﻘ ُﺮ أ
kualitas hadis, apakah sahih, Hasan maupun da’if. Sedangkan tidak semua
ini, di mana penulis merasa tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih
dalam hadis tersebut, yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul
berkaitan dengan hadis yang penulis teliti ini. Di antaranya, mengenai hadis
Tujuan dan manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah;
da’if.
D. Studi Perpustakaan
membaca kitab-kitab dan buku yang membahas tema yang berkaitan dengan
penelitian.
hadis.
matan kesemua jalur hadis, agar lebih jelas di mana kecacatan yang
E. Metodologi Penelitian
Adapun teknik penulisan skripsi ini penulis mengacu kepada kepada buku
Syarif Hidayatullah Jakarta” yang diterbitkan oleh CeQDA, 2007. Cetakan II.
D. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab, masing-masing bab terdiri dari sub-
pengertian sahih, hasan, da’if. Serta beberapa pembagian hadis dan bagaimana
Bab ketiga memaparkan analisa kandungan hadis. Pada bab ini diuraikan
tentang penelitian kualitas hadis yang meliputi kritik sanad dan matan hadis
serta pandangan ‘ulama’ seputar hadis ini, adakah boleh dijadikan hujjah
kesimpulan dan jawaban dari yang ada pada pembahasan dan perumusan
1. Hadis Sahih
ﺳ َﻨﺎ ُد ُﻩ ِﺑ َﻨ ْﻘ ِﻞ ا ْﻟ َﻌ ْﺪ ِل
ْ ﺼ ُﻞ ِإ
ِ ﺴ َﻨ ُﺪ اﱠﻟ ِﺬي َﻳ ﱠﺘ
ْ ﺚ ا ْﻟ ُﻤ
ُ ﺤ ِﺪ ْﻳَ َﻓ ُﻬ َﻮ ا ْﻟ: ﺢ
ُ ﺤ ْﻴ
ِﺼ َ ﺚ ا ْﻟ ُ ﺤ ِﺪ ْﻳ
َ َأ ﱠﻣﺎ اﻟ
11
ً ﺷﺎ ًذا َو َﻟﺎ ُﻣ َﻌﱠﻠ
ﻼ َ ن ُ ﻂ ِإﻟﻰ ُﻣ ْﻨ َﺘ َﻬﺎ ُﻩ َو َﻟﺎ َﻳ ُﻜ ْﻮ ِ ﻀﺎ ِﺑﻦ ا ْﻟ َﻌ ْﺪ ِل اﻟ ﱠ
ِﻋ
َ ﻂ ِ ﻀﺎ ِﺑ
اﻟ ﱠ
“Hadis sahih adalah hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh
periwayat yang adil dan dabit dari rawi yang adil dan dabit sampai akhir
sanadnya, tidak terdapat kejanggalan (syaz) dan cacat (‘illat). ”
diriwayatkan dari jalur lain yang semisal, atau yang lebih kuat. Dinamakan
dari sanadnya itu sendiri, melainkan berasal dari jalur lain yang turut
bergabung.12
3. Hadis Hasan
11 Abu ‘Amr ‘Usmân bin ‘Abdurrahmân Ibn Sâlah, Muqaddimah Ibn Sâlah
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘ilmiyah, 1984), h. 8.
12 Mahmud Tahhân, al-Taisir Mustalah al-Hadits (Beirut: Dar al-Fikr), h. 42.
Hadis hasan ialah hadis yang sanadnya bersambung oleh periwayat yang
adil namun tidak terlalu kuat ingatannya, dan terhindar dari kejanggalan (syaz)
a. Jika hadis tersebut diriwayatkan melalui jalur lain atau lebih, asalkan jalur
hadits al-hasan lighairihi bisa diterima dan dapat dijadikan sebagai hujjah.16
5. Hadis Da’if
Hadis da’if memiliki jenis yang amat beragam sesuai dengan berat
ahkam. Pendapat ini diceritakan oleh Ibn Sayyidinnas dari Yahya bin
Ma’in. Dan pendapat inilah yang dipilih oleh Ibn al-Arabi, Imam
Bukhâri, Imam Muslim dan Ibn Hazm.20 Diantara tokoh masa kini
hasan belum begitu jelas dan mapan pada masa mereka, bahkan
hal ini, mereka menafsirkan ucapan imam Ahmad bahwa “ia lebih
dimaksud dengan hadis da’if olehnya adalah hadis hasan, sebab seperti
hasan.23
perkara fadâ’il al-a‘mal, itu pun harus memenuhi tiga syarat seperti
(bisa diamalkan).
Sunan al-Aqwal wal al-Af’âl karya al-‘Allâmah Ala’uddin ‘Ali al-Muttaqi ibn
Ahâdits al-Basyir al-Nazir karya al-Imam Jalaluddin Abdurahmân bin Abi Bakar
‘Ala al-Sunnah karya Hâfidz Syamsuddin Abi al-Khair Muhammad bin Abdul
ﺣ َﻤ ُﺪ
ْ ن َﻧﺎ َأ
ُ ﻄﺎﻦ ا ْﻟ َﻘ ﱠِ ﺴ ْﻴ
َﺤُ ﻦ ا ْﻟ ِ ﺤ ﱠﻤ ِﺪ ْﺑ
َ ﻃﺎ ِه ٍﺮ اﻟ َﻔ ِﻘ ْﻴ ُﻪ َأ َﻧﺎ َأ ُﺑ ْﻮ َﺑ َﻜ ٍﺮ ُﻣ َ ﺧ َﺒ َﺮ َﻧﺎ َأ ُﺑ ْﻮ
ْ َأ-1
ج
ِ ﺠﺎ ﺤﱠَ ﻦ ا ْﻟِﻋ َ ن ُ ﺳ ْﻔ َﻴﺎ
ُ َذ َآﺮ: ل َ ﻒ َﻗﺎَ ﺳ ُ ﻦ ُﻳ ْﻮُ ﺤ ﱠﻤ ُﺪ ْﺑ َ ﻲ َﻧﺎ ُﻣ ﺴ ْﻠ ِﻤ ﱡ
ﻒ اﻟ ﱢ َ ﺳ ُ ﻦ ُﻳ ْﻮ ُ ْﺑ
ل
ُ ﺳ ْﻮُ ل َر َ َﻗﺎ: ل َ ﻚ َﻗﺎ ٍ ﻦ َﻣﺎِﻟ ِ ﺲ ْﺑ ِ ﻦ َأ َﻧ ْﻋَ ﻲ ﺷﱡ ِ ﻦ َﻳ ِﺰ ْﻳ ِﺪ اﻟ ﱠﺮﻗَﺎ ْﻋَ ﺼ ٍﺔَ ﻦ َﻓ َﺮا ِﻓ ُ َﻳ ْﻌ ِﻨﻲ ِا ْﺑ
ﺳﱠﻠ َﻢ
َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو
َ ُ ﺻﱠﻠﻰ اﷲ َ ﷲ ِ ا
25ﺐ ا ْﻟ َﻘ َﺪ َر
َ ن َﻳ ْﻐ ِﻠ
ْ ﺴ ُﺪ َأ
َ ﺤَ ن ُآ ْﻔ ًﺮا َو َآﺎ َد ا ْﻟ َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮْ َآﺎ َد ا ْﻟ َﻔ ْﻘ ُﺮ َأ
24Tahhân,
al-Taisir Mustalah al-Hadits, h. 54.
Abu Bakar Ahmad bin Husin Al-Baihaqi, Syu’ba al-Imâm, vol. 5 (Beirut:
25
ﻲ
ﺼ ْﻴ َﺪ َﻧﺎ ِﻧ ﱡﻒ اﻟ ﱠ َ ﺳ ُ ﻦ ُﻳ ْﻮ
ُ ﻲ َﺛ َﻨﺎ ِإ ْﺑ َﺮا ِه ْﻴ ُﻢ ْﺑﺨ ْﻮَﻟﺎ ِﻧ ﱡ َ ﻦ ِإ ْﺑ َﺮا ِه ْﻴ َﻢ اﻟ ُ ﷲ ْﺑ
ِ ﺧ َﺒ َﺮ َﻧﺎ ِه ﱠﺒ ُﺔ ا ْ َأ-1
ﻞ ِ ﺻ ٍﻢ اﻟ َﻨ ِﺒ ْﻴ
ِ ﻋﺎ َ ﷲ َﺛ َﻨﺎ َأ ُﺑ ْﻮِ ﻋ ْﺒ ِﺪ ا َ ﻦ ُ ﻲ َﺛ َﻨﺎ ِإ ْﺑ َﺮا ِه ْﻴ ُﻢ ْﺑ
ﻋ ْﻤ ُﺮو اﻟ ُﻌ َﻘ ْﻴِﻠ ﱡ َ ﻦ ُ ﺤ ﱠﻤ ُﺪ ْﺑ َ َﺛ َﻨﺎ ُﻣ
ﺼ ٍﺔ
َ ﻦ َﻓ َﺮا ِﻓ ِ ج ْﺑ
ٍ ﺠﺎ ﺣﱠ َ ﻦ ْﻋ َ ي ن ُه َﻮ اﻟ َﺜ ْﻮ ِر ﱡ ُ ﺳ ْﻔ َﻴﺎ
ُ ﻲ َﺛ َﻨﺎ ﺸ ْﻴ َﺒﺎ ِﻧ ﱡ
َ ﺨَﻠ ِﺪ اﻟ
ْ ﻦ َﻣ ُ ك ْﺑ
ِ ﺤﺎ ﻀﱠ اﻟ ﱠ
َآﺎ َد: ﺳﱠﻠ َﻢ َ ُ ﺻﱠﻠﻰ اﷲ
َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﷲ ِ لا ُ ﺳ ْﻮ
ُ ل َر َ ل َﻗﺎ َ ﺲ َﻗﺎ ٍ ﻦ َأ َﻧ ْﻋ َ ﻲ ﺷﱡ ِ ﻦ َﻳ ِﺰ ْﻳ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ َﻗﺎْﻋ
َ
ﺐ ا ْﻟ َﻘ َﺪ َر
َ ن َﻳ ْﻐ ِﻠ ْ ﺴ ُﺪ َأَ ﺤ َ ن ُآ ْﻔ ًﺮا َو َآﺎ َد ا ْﻟ َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮ
ْ ا ْﻟ َﻔ ْﻘ ُﺮ َأ
“Memberitahu kepada kami Hibbatullah bin Ibrahim al-Khaulani,
memberitahu kepada kami Ibrahim bin Yusuf al-Saidanani, memberitahu kepada
kami Muhammad bin ‘Amru al-‘Uqaili, memberitahu kepada kami Ibrahim bin
Abdullah, memberitahu kepada kami Abu ‘Asim al-Nabil al-Dahak bin Makhlad
al-Syaibāni, memberitahu kepada kami Sufyan al-Tsauri dari Hajjaj bin Farafisah,
dari Yazid al-Raqâsyi, dari Anas katanya. Bersabda Rasulullah saw: “Kefakiran
itu hampir menjadi kekafiran, dan kedengkian itu hampir mengalahkan
takdir. ”
ب
َ َﻧﺎ َأ ُﺑﻮ َﻳ ْﻌ ُﻘ ْﻮ,نِ ﻋ ْﺒ َﺪا
َ ﻦ ِ ﻦ ْﺑ ِ ﺴ ْﻴَﺤُ ﻦ اﻟ ِ ﻦ ْﺑِﺴ َﺤ َ ﺳ ِﻌ ْﻴ ِﺪ ا ْﻟ
َ َأ َﻧﺎ َأ ُﺑ ْﻮ,ﷲ
ِ َوَأ َﻧﺎ ِه ﱠﺒ ُﺔ ا-2
َﻧﺎ,ﺻ ٍﻢِ ﻋﺎ َ َﻧﺎ َأ ُﺑ ْﻮ,ﷲ ِ ﻋ ْﺒ ُﺪ اَ ﻦ ُ َﻧﺎ ِإ ْﺑ َﺮا ِه ْﻴ ُﻢ ْﺑ,ي ِﺑ َﺒ ْﻐ َﺪا ِد
ﺤ ِﻮ ﱡ ْ ﺣ َﻤ ٍﺪ اﻟ ﱠﻨ
ْ ﻦ َأِ ﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ْﺑ َ ُﻣ
-ﻲن اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱠ
َأ ﱠ,ﻚ ٍ ﻦ َﻣﺎِﻟِ ﺲ ْﺑ ٍ ﻦ َأ َﻧ ْﻋ َ ,ﻲ ﺷﱡ ِ ﻦ َﻳ ِﺰ ْﻳ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ َﻗﺎْﻋ َ ,-ي َﻳ ُﻌ ِﻨﻲ اﻟ َﺜ ْﻮ ِر ﱡ-ن ُ ﺳ ْﻔ َﻴﺎ
ُ
,ل
َ َﻗﺎ-ﺳﱠﻠ َﻢ
َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو
َ ﷲ ُ ﺻﱠﻠﻰ ا َ
ﺐ ا ْﻟ َﻘ َﺪ َر
26 َ ن َﻳ ْﻐ ِﻠْ ﺴ ُﺪ َأ َ ﺤ
َ ن ُآ ْﻔ ًﺮا َو َآﺎ َد ا ْﻟ َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮْ َآﺎ َد ا ْﻟ َﻔ ْﻘ ُﺮ َأ
“Memberitahu kepada kami Hibbatullah, memberitahu kepada kami Abu Sa’id
al-Hasan bin al-Husin bin ‘Abdan, memberitahu kepada kami Abu Ya’qub
Muhammad bin Ahmad al-Nahwi di Baghdad, memberitahu kepada kami Ibrahim
bin Abdullah, memberitahu kepada kami Abu ‘Asim, memberitahu kepada kami
Sufyan yakni al-Tsauri, dari Yazid al-Raqâsyi, dari Anas bin Malik, bahwa Nabi
saw bersabda: “Kefakiran itu hampir menjadi kekafiran, dan kedengkian itu
hampir mengalahkan takdir. ”
ﻦ
ُ ﺐ ْﺑ ُ ﺴ ﱠﻴ
َ ﻲ َﺛ َﻨﺎ اﻟ ُﻤ ﺴﺎ ِﻣ ﱡ َ ﺣ َﻤ ٍﺪ اﻟْ ﻦ َأ
ُ س ْﺑ
ُ ن َﺛ َﻨﺎ اﻟ َﻌ ﱠﺒﺎٍ ﺣ ﱠﻴﺎ
َ ﻦ ِ ﺤ ﱠﻤ ِﺪ ْﺑ
َ ﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨﺎ َأ ُﺑ ْﻮ ُﻣ
َ -2
ﻦ
ْﻋ َ ﻲ ﺷﱡِ ﻦ َﻳ ِﺰ ْﻳ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ َﻗﺎ
ْﻋ َ ج ِ ﺠﺎ ﺣﱠ َ ﻦ ْﻋَ ن ُ ﺳ ْﻔ َﻴﺎ
ُ ط َﺛ َﻨﺎ
ٍ ﺳ َﺒﺎ
ْ ﻦ َأ ُ ﻒ ْﺑُ ﺳ ُ ﺢ َﺛ َﻨﺎ ُﻳ ْﻮٍﺿ ِ َوا
ن
َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮ
ْ ﺳﱠﻠ َﻢ َآﺎ َد اﻟ َﻔ ْﻘ ُﺮ َأ
َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو
َ ﷲ ُ ﺻﱠﻠﻰ ا َ ﷲ ِ لا ُ ﺳ ْﻮ
ُ ل َر َ ل َﻗﺎ َ ﻚ َﻗﺎ ٍ ﻦ َﻣﺎِﻟ ِ ﺲ ْﺑ ٍ َأ َﻧ
ﻖ اﻟ َﻘ َﺪر
27
َ ﺳ َﺒ
َ ن َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮْ ﺴ ُﺪ َأَ ﺤَ ُآ ْﻔ ًﺮا َو َآﺎ َد ا ْﻟ
“Menceritakan kepada kami Abu Muhammad bin Hayyan, memberitahu
kepada kami al-‘Abbas bin Ahmad al-Sâmi, memberitahu kepada kami al-
Musayyab bin Wâdih, memberitahu kepada kami Yusuf bin Asbât, memberitahu
kepada kami Sufyân dari Hajjâj dari Yazid al-Raqâsyi dari Anas bin Mâlik
katanya, bersabda Rasulullah saw: “Kefakiran itu hampir menjadi kekafiran,
dan kedengkian itu hampir mendahului takdir. ”
ﻦ
ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨﺎ َا ْﻟ ُﻤ ْﻌ َﺘ ِﻤ ُﺮ ْﺑ
َ :لَ َﻗﺎ,ج
ٌ ﺠﺎﺣﱠ َ ﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨﺎَ :لَ ﷲ َﻗﺎ ِ ﻋ ْﺒ ِﺪ اَ ﻦ ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨﺎ ُﻩ ِا ْﺑ َﺮا ِه ْﻴ ُﻢ ْﺑ
َ -1
ﻚ
ٍ ﻦ َﻣﺎِﻟ ُ ﺲ ْﺑ ٍ ﻦ َأ َﻧ ْﻋ َ ,ﻲﺷﱡِ ﻦ َﻳ ِﺰ ْﻳ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ َﻗﺎْﻋ
َ ,ﻦ َا ُﺑ ْﻮ اﻟ ُﻤ ْﻨ ِﺬ ِر
ٌ ﺴ ْﻴ
َﺣ ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨﺎَ :ل َ ﻦ َﻗﺎ َ ﺳَﻠ ْﻴ َﻤ
ُ
ﺐ
َ ن َﻳ ْﻐ ِﻠْ ﺴ ُﺪ َأ َ ﺤ َ َآﺎ َد ا ْﻟ:ﺳﱠﻠ َﻢ َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو َ ﷲُ ﺻﱠﻠﻰ ا َ ﷲ ِ ل ا ُ ﺳ ْﻮُ ل َر َ َﻗﺎ:ﻗﺎل:ل َ َﻗﺎ
ن ُآ ْﻔ ًﺮا َ ن َﺗ ُﻜ ْﻮْ ت ا ْﻟ َﻔﺎ َﻗ ُﺔ َا ُ َو َآﺎ َد,اﻟ َﻘ َﺪ َر
“Menceritakan kepada kami Ibrahim bin Abdullah katanya, menceritakan
kepada kami Hajjâj katanya, menceritakan kepada kami al-Mu’tamir bin Sulaiman
katanya, menceritakan kepada kami Husin Abu al-Munzir, dari Yazid al-Raqâsyi,
dari Anas bin Mâlik katanya, bersabda Rasulullah saw : “ Kedengkian itu hampir
mendahului takdir dan kefakiran itu hampir menjadi kekafiran.”
ل
َ ل َﻗﺎ َ ب َﻗﺎِ ﻄﺎ ﺨﱠ َ ﻦ اﻟ ِ ﻋ َﻤ ِﺮ ْﺑ
ُ ﻦ ْﻋ َ ﺐ ٍ ﻦ َو ْه ِ ﻦ َز ْﻳ ٍﺪ ْﺑ ْﻋ َ ﺶِ ﻋ َﻤ
ْﻷَﻦ ا ْﻋ َ -2
ن
ْ ﺴ ُﺪ َأ
َ ﺤ
َ ن ُآ ْﻔ ًﺮا َو َآﺎ َد ا ْﻟ
َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮ
ْ ﺳﱠﻠ َﻢ َآﺎ َد ا ْﻟ َﻔ ْﻘ ُﺮ َأ
َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو
َ ﷲ
ُ ﺻﱠﻠﻰ اَ ﷲ ِ لا ُ ﺳ ْﻮ
ُ َر
ﺐ ا ْﻟ َﻘ َﺪ َر
َ َﻳ ْﻐ ِﻠ
“Dari al-‘Amasy, dari Zaid bin Wahab, dari ‘Umar bin al-Khattâb katanya,
bersabda Rasulullah saw : “ Kefakiran itu hampir menjadi kekafiran, dan
kedengkian itu hampir mengalahkan takdir.”
ن
ٌ ﺳ ْﻔ َﻴﺎ
ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨﺎ
َ لَ ﺻ ٍﻢ َﻗﺎِ ﻋﺎ َ ﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨﺎ َأ ُﺑ ْﻮ
َ ل
َ ﷲ َﻗﺎ ِ ﻋ ْﺒ ِﺪ اَ ﻦ ُ ﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨﺎ ُﻩ ِإ ْﺑ َﺮا ِه ْﻴ ُﻢ ْﺑ
َ -3
ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ
َ ﷲُ ﺻﱠﻠﻰ ا َ ﷲ ِ لاُ ﺳ ْﻮ ُ ل َر َ ل َﻗﺎ َ ﺲ َﻗﺎ ٍ ﻦ َأ َﻧْﻋ َ ﻲ ﺷﱡ ِ ﻦ َﻳ ِﺰ ْﻳ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ َﻗﺎْﻋ َ ج ٍ ﺠﺎ ﺣﱠ َ ﻦ ْﻋَ
ﺳﱠﻠ َﻢ
َ َو
29
ﺐ ا ْﻟ َﻘ َﺪ َر
َ ن َﻳ ْﻐ ِﻠ
ْ ﺴ ُﺪ َأ َ ﺤَ ن ُآ ْﻔ ًﺮا َو َآﺎ َد ا ْﻟَ ن َﻳ ُﻜ ْﻮ ْ َآﺎ َد ا ْﻟ َﻔ ْﻘ ُﺮ َأ
“Menceritakan kepada kami Ibrahim bin Abdullah katanya, menceritakan
kepada kami Abu ‘Asim katanya, menceritakan kepada kami Sufyan, dari Hajjâj,
dari Yazid al-Raqâsyi, dari Anas katanya,bersabda Rasulullah saw : “ Kefakiran
itu hampir menjadi kekafiran, dan kedengkian itu hampir mengalahkan
takdir. ”
6) Al-Mu’jam al-Ausat.
ﺤ ِﻤ ْﻴ ِﺪ
َ ﻋ ْﺒ ِﺪ اﻟ
َ ﻦِ ﻋ َﻤ ِﺮ ْﺑُ ﻦ ُ ﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ْﺑَ ﻦ ُﻣُ ﺣ َﻤ ُﺪ ْﺑْ ﺣ ﱠﺪ َﺛ ِﻨﻲ َأ
َ ل َ ﺳ ِﻌ ْﻴ ٍﺪ َﻗﺎ
َ ﻦُ ﻲ ْﺑﻋِﻠ ﱡَ ﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨﺎَ -1
ﻦ
ْﻋ َ ﺲَ ﻦ ُﻳ ْﻮ ُﻧْ ﺴﻰ ِﺑ َ ﻋ ْﻴ
ِ ل َﻧﺎ َ ﻲ َﻗﺎ ﻼ ِﺑ ﱡَ ن اﻟ ِﻜ َ ﻋ ْﺜ َﻤﺎ
ُ ﻦ ُ ﻋ ْﻤ ُﺮو ْﺑ َ ﺣ ﱠﺪ َﺛ ِﻨﻲ
َ ل َ ﺐ َﻗﺎ ِ اﻟ َﻜﺎ ِﺗ
ل
َ ﺳﱠﻠ َﻢ َﻗﺎ
َ ﻋَﻠ ْﻴ ِﻪ َو
َ ﷲ ُ ﺻﱠﻠﻰ ا َ ﻲ ﻦ اﻟ ﱠﻨ ِﺒ ﱢ
ِﻋ َ ﻚ ٍ ﻦ َﻣﺎِﻟ ِ ﺲ ْﺑ ٍ ﻦ َأ َﻧ ْﻋ
َ ﻲ ن اﻟ َﺘ ْﻴ ِﻤ ﱢ
ِ ﺳَﻠ ْﻴ َﻤﺎ
ُ
30 ن ُآ ْﻔ ًﺮاَ ﺟ ُﺔ َﺗ ُﻜ ْﻮَ ﺤﺎَ ت اﻟ ِ ﻖ اﻟ َﻘ َﺪ َر َو َآﺎ َدُ ﺴ ِﺒ
ْ ﺴ ُﺪ َﻳ َ ﺤَ َآﺎ َد ا ْﻟ
29Abu
Ja’far Muhamad bin ‘Amru bin Musa Al-Uqaili, Duafa’ al-Kabir, vol. 1
(Beirut: Dar al-Kutb al-Ilmiah, 1984), h. 254 dan vol. 4, h. 206.
“Menceritakan kepada kami ‘Ali bin Sa’id katanya, menceritakan kepadaku
Ahmad bin Muhammad bin ‘Umar bin Abdul Hamid al-Katib katanya,
menceritakan kepadaku ‘Amru bin ‘Usman al-Kilâbi katanya. memberitahu
kepada kami ‘Isa bin Yunus dari Sulaiman al-Taimi dari Anas bin Mâlik dari Nabi
saw bersabda: Kedengkian itu hampir mendahului takdir dan kebutuhan itu
hampir menjadi kekafiran.”
ل
َ ل َﻗﺎ
َ ﻦ َﻗﺎ
ِﺴَﺤ
َ ﻦ اﻟ
ِﻋَ ﻲ ﺷﱡ ِ ﻦ َﻳ ِﺰ ْﻳ ِﺪ اﻟ ﱠﺮ َﻗﺎ
ْﻋَ ﺶ ِ ﻋ َﻤْﻷ َ ﻦ ْا
ِﻋ َ ﺣ ﱠﺪ َﺛ َﻨﺎ َأ ُﺑ ْﻮ ُﻣ َﻌﺎ ِو َﻳ َﺔ
َ -1
ﷲ
ِ لا ُ ﺳ ْﻮُ َر
ﺮا
ً ن ُآ ْﻔ
31 َ ن َﺗ ُﻜ ْﻮ
ْ ت اﻟ َﻔﺎ َﻗ ُﺔ َأ
ِ ﺐ اﻟ َﻘ َﺪ َر َو َآﺎ َد
َ ن َﻳ ْﻐ ِﻠ ْ ﺴ ُﺪ َأَ ﺤَ َآﺎ َد ا ْﻟ
“Menceritakan kepada kami Abu Muawiyah, dari al-‘Amasy dari Yazid al-
Raqâsyi, dari al-Hasan katanya, bersabda Rasulullah saw : kedengkian itu
hampir mengalahkan takdir dan Kefakiran itu hampir menjadi kekafiran. ”
beberapa metode takhrij yang digunakan yaitu, metode takhrij al- Hadỉts bi
32
al-Lafzi min awwal al-Matan ( penulusuran hadis melalui kata pertama
dari matan) dan mengunakan metode Takhrij dengan jalan mengetahui topik
30Abu Qasim Sulaiman bin Ahmad Al-Tabârâni, Mu’jam al-Ausat, vol. 4 (al-
Kaherah: Dar al-Hadits), h. 403.
31 Abu Bakar Abdullah bin Muhamad Ibn Abi Syaibah, Musannaf, vol. 6
Dari teks hadis yang dikutip di atas, bila ditempuh dengan metode
kata pertama dari matan) yang dapat ditelusuri adalah: آﺎد. Adapun informasi
(٤) ﻖ اﻟ َﻘ َﺪ َر
َ ﺳ َﺒ
َ ن
َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮ
ْ ﺴ ُﺪ َأ
َ ﺤ
َ َو َآﺎ َد ا ْﻟ,ن ُآ ْﻔ ًﺮا
َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮ
ْ َآﺎ َد اﻟ َﻔ ْﻘ ُﺮ َأ-٦١٩٩
33
( )ﺣﻞ( ﻷﺑﻲ ﻧﻌﻴﻢ ﻓﻲ اﻟﺤﻠﻴﺔ ﻋﻦ أﻧﺲ٤)
‘Ummal, diantara data yang tercantum dalam kitab tersebut adalah sebagai
berikut:
ورواﻩ اﻟﻄﺒﺮاﻧﻲ ﺑﺴﻨﺪ ﻓﻴﻪ ﺿﻌﻴﻒ ﻋﻦ أﻧﺲ, ﻓﻲ ﺳﻨﺪﻩ ﻳﺰﻳﺪ اﻟﺮﻗﺎﺷﻲ ﺿﻌﻴﻒ: وﻗﺎل
36ص.ﻣﺮﻓﻮﻋﺎ
semuanya sudah penulis sebutkan dengan sanad yang lengkap pada bagian (C :
Fawri, Kanzul ‘Ummal fi Sunan al-aqwal wal af-‘al, vol. 6 (Beirut: Muassasah al-
Risalah, 1989), h. 492.
BAB III
Dari data-data yang ada dalam paparan terdahulu, hadis yang menjadi
obyek penelitian ini adalah hadis termuat dalam kitab Syu’ba al-Imân,
tiga, yaitu: (1) Melakukan kegiatan al-I’tibar yaitu penulis merujuk kepada
kitab syarah hadis yang berkaitan dengan hadis tersebut. Sedangkan yang
menjadi unsur-unsur acuan utama yang harus dipenuhi oleh suatu sanad
seluruh jalur sanad hadỉts seluruhnya dilihat dari ada atau tidak adanya
37
pendukung berupa periwayat yang berstatus muttabi’ atau syahid. Hadis
yang penulis teliti ini terdapat syawahid dari kalangan sahabat, yaitu Anas,
‘Umar al-Khattâb. Melalui jalur Anas terdapat rawi bernama Yazid al-
Raqâsyi dan ‘Amru bin ‘Utsmân al-Kilâbi kedua mereka ini adalah munkar
al-hadỉts. Kemudian jalur ‘Umar tidak lengkap, hanya tiga orang perawi saja,
kedua jalur ini tidak dapat dijadikan pendukung bagi menguatkan hadis ini.
penulis akan membuat skema untuk seluruh sanad bagi hadis yang menjadi
obyek penelitian.
Periwayat hadis harus memiliki dua syarat, yaitu ‘adil dan dabit.
Kriteria periwayat ‘adil adalah beragama Islam, mukallaf, melaksanakan
ketentuan agama ( menjaga adab-adab syara’) dan memelihara muru’ah (tata
nilai yang berlaku di masyarakat). Sedangkan kriteria periwayat dabit adalah
(1): ‘Anas bin Mâlik. (2) Yazid al-Raqasyi. (3) al-Hajjâj yakni Ibn Farâfisah.
(4) Sufyân. (5) Muhammad bin Yusuf. (6) Ahmad bin Yusuf al-Silami. (7)
Abu Bakar Muhammad bin al-Husin al-Qattân. (8) Abu Tâhir al-Faqih.
Nama Abu Tâhir al-Faqîh, penulis tidak ketemu dalam ktab rijâl al-
b) Gurunya yaitu Ahmad bin Yusuf dan lain-lain. Muridnya Abu Tâhir
bin Mahmisy.
c) Wafat pada tahun 332 H, Seorang syeikh ‘Alim al-Sâlih, memiliki
musnad al-Khurâsan.
a) Nama lengkapnya: Ahmad bin Yusuf bin Khalid bin Salim bin
yang meriwayatkan hadis dari beliau adalah : Muslim, Abu Daud, al-
Nasa’i, Ibn Majah, Muhammad bin Husin bin Hasan al-Qattân dan lain-
lain.
e) Kesimpulan: Tsiqah
1986), h. 86
42Abu Hatim Muhamad Ibn Hibban ibn Ahmad al-Tamimi al-Busti, al-
a) Nama lengkapnya: Muhammad bin Yusuf bin Waqid bin ‘Utsman al-
Dâbi
dari beliau adalah : Ahmad bin Yusuf al-Silami al-Naisaburi dan lain-
lain.
1) Al-Nasa’i: Tsiqah
adalah Tsiqah.
5) Sufyân al-Tsauri
Abdullah al-Kufi
Nu’im berkata Sufyân keluar dari kufah pada tahu 155 H, dan tidak
1) Ibn al-Mubarak: Aku tidak mengetahui diatas bumi ini ada orang
hadis.46
e) Kesimpulan: Tsiqah.
Yahya bin Abi Katsir, Abi Salamah bin Abdurrahman, Yazid al-Raqasyi,
Tahman, al-Aghlab bin Tamim, al-Harits bin ‘Abid, Hasan bin Habib,
Hafs bin ‘Umar, Sufyan al-Tsauri, al-Sabah bin Sahal, Abdullah bin
Syudzab, ‘Ali bin Bakar al-Masisi, ‘Amru bin Mansur, Muhammad bin
d) Kesimpulan: Penulis tidak ketemu tanggal lahir dan wafat dan negeri
Qas
hadis dari ayahnya Aban al-Raqâsyi, Anas bin Mâlik, Hasan al-Basri,
Ghanim bin Qis, Abi Hakam al-Bajli, Qis bin ‘Ibayah. Adapun
Akhihi al-Fadâl bin ‘Isa bin Aban, Qatadah, Ibn Munkadir, Abu al-
Zinad, Safwan bin Salim, al-A’masy, Sâlih bin Kaisan, al-Rabi’ bin
bin al-Fadki, ‘Abdullah bin Mughafal al-Basri, Musa bin ‘Ubaidah al-
Rabdzi, Darasat bin Ziyad, Yahya bin Katsir, Abu Nadar, Husin bin
ahli Basrah.
a) Nama lengkapnya : Anas bin Mâlik al-Nadir bin Damdam bin Zaid bin
Hiram bin Jundub bin ‘Amir bin Ghanam bin ‘Adi bin al-Najjar al-Ansâri
hadis dari Nabi saw, Ubai bin Ka’ab, Asid bin Hadir, Tsabit bin Qis bin
Syimasy, Jarir bin Abdullah al-Bajli, Zaid bin Arqam, Zaid bin Tsabit,
Abi Talhah, Zaid bin Sahl al-Ansâri, Salman al-Farisî, Ubadah bin Sâmit,
Abdullah bin ‘Usman, Abi Musa Abdullah bin Qis al-Qaisi, Abdullah bin
Mas’ud, Abdurrahman bin ‘auf, ‘Utban bin Mâlik, ‘Usman bin ‘Affan,
‘Umar bin Khattâb, Malik bin Sa’sa’ah, Mahmud bin al-Rabi’, Muadz bin
Jabal, Abi Asid al-Sa’adi, Abi Dzar al-Ghifari, Abi Qatadah al-Ansari, Abi
c) Anas bin Mâlik adalah urutan ketiga dari Sahabat yang banyak
tahun, Ibunya Ummu Sulaim, Ayahnya bernama Malik bin al-Nadir dan
pada waktu itu usianya masih sangat muda, tetapi banyak mengikuti
berkata: “ Telah hilang separuh ilmu, Jika ada seseorang yang suka
kitabnya musnad al-Syihab, didapati dua jalur, jalur yang pertama ialah:
(1) Anas bin Mâlik, (2) Yazid al-Raqâsyi, (3) Hajâj bin Farâfisah, (4) Sufyân
al-Tsauri, (5) Abu ‘Asim al-Nabil al-Dahak bin Makhlad al-Syaibani, (6)
Ibrahim bin Abdullah, (7) Muhammad bin ‘Amru al-‘Uqaili, (8) Ibrahim bin
periwayat
Penulis tidak ketemu juga periwayat bernama Ibrahim bin Yusuf al-
periwayat.
c) Menurut Al-Qadi Abu Hasan bin al-Qattân al-fâsi: Tsiqah, ‘Alim al-
Hadỉts.56
d) Kesimpulannya: Tsiqah
b) Gurunya; Salah satu gurunya yaitu Aba ‘Asim. Penulis tidak ketemu
e) Kesimpulan: Tsiqah
a) Nama lengkapnya: al-Dahak bin Makhlad bin al-Dahak bin Muslim bin
6) Sufyan al-Tsauri
1) Anas bin Mâlik, (2) Yazid al-Raqâsyi, (3) Sufyân al-Tsauri, (4) Abu
‘Asim, (5) Ibrahim bin Abdullah, (6) Abu Ya’qub Muhammad bin Ahmad
al-Nahwi, (7) Abu Sa’id al-Hasan bin al-Husin bin ‘Abdan, (8)
Hibbatullah.
1) Hibbatullah
Biografi Abu Sa’id al-Hasan bin al-Husin bin ‘Abdan, penulis tidak
5) Abu ‘Asim
6) Sufyan al-Tsauri
Sudah disebut pada halaman 28
7) Yazid al-Raqasyi
1) Anas bin Mâlik, (2) Yazid al-Raqâsyi, (3) Al-Hajâj Ibn Farâfisah, (4)
Sufyân al-Tsauri, (5) Abu ‘Asim al-Nabil, (6) Abu Muslim al-Kasysyi, (7)
1)
1) Al-Barqani: Da’if
2) Abu Nu’aim, al-Khatib, Abi Fauras: Tsiqah 61
adalah Tsiqah.
4) Sufyan al-Tsauri
6) Yazid al-Raqasyi
bin Asbat, (6) al-Musayib bin Wadih, (7) al-‘Abbas bin Ahmad al-Sami,
Tulumannasi al-Hamsi
hadis dari Ibn Mubarak, Ismail bin ‘Iyasy. Muridnya ialah; Abu
Mahmud bin Musa, Musayyib bin Wadih, Abdullah bin Habib al-
Antâki.
5) Sufyân al-Tsauri
7) Yazid al-Raqâsyi
Penulis tidak ketemu periwayat bernama ‘Ali bin Sa’id didalam kitab
rijâl al-Hadỉts.
‘Umar
b) Guru dan Muridnya: Salah seorang gurunya ialah ‘Isa bin Yunus.
sebagai muridnya.
a) Nama lengkapnya: ‘Isa bin Yunus bin Abi Ishaq al-Syabi’i, Abu
‘Amru
e) Kesimpulan: Tsiqah
5) Sulaiman al-Taimi
Basri.
Yunus.
e) Kesimpulan: Tsiqah
kitabnya al-Musannaf.
(1) Al-Hasan, (2) Yazid al-Raqâsyi, (3) Al-‘Amasy, (4) Abu Muawiyyah.
selainnya al-Idtirab.
e) Kesimpulan: Tsiqah
2) Al-‘Amasy
139.
79 Adz-Dzhabi, Al-Kâsyif, vol. 2, h. 167.
a) Nama lengkapnya: Sulaiman bin Mihran al-Asadi al-Kahili, maula
b) Guru dan muridnya: Gurunya yaitu Yazid al-Raqâsyi dan Zahid bin
c) Kelahiran dan kewafatan: Dilahirkan pada tahun 61H, dan wafat pada
tahun 147/148H.
3) Yazid al-Raqâsyi
4) Al-Hasan
Raqâsyi.
pertengahan82
6) Al-Bukhari: Tsiqah 87
e) Kesimpulannya: Tsiqah
Kesimpulan hadis di atas adalah da’if jiddan karena kecacatan seorang rawi
Yazid al-Raqâsyi, dan riwayat hadis ini adalah secara mursal, karena tidak
Yaitu:
(1) Anas bin Mâlik, (2) Yazid al-Raqâsyi, (3) Husin Abu al-Munzir, (4) Al-
al-Salmi
e) Ksimpulan: Tsiqah
Muhammad al-Basri.
Basrah.
e) Kesimpulan: Tsiqah
d) Kesimpulan: Majhul
5) Yazid al-Raqâsyi
(1). ‘Umar bin al-Khattâb, (2) Zahid bin Wahab, (3) al-‘Amasy.
1) Al-‘Amasy
sahabat, salah seorang darinya yaitu Amirul Mukminin ‘Umar bin al-
‘Amasy.
e) Kesimpulan: Tsiqah.
a) Nama lengkapnya: ‘Umar bin al-Khatab bin Nufai bin Abd ‘Azi bin
Ziyah bin Abdullah bin Qirat bin Razah bin ‘Adi al-Qarsyi al-‘adawi,
Abu Hafs
b) Seorang sahabat Nabi saw. Beliau berguru dengan Abu Bakar al-
Siddỉq, Ubai bin Ka’ab. Salah seorang muridnya yaitu Zahid bin
Wahab.95
Kesimpulan hadis di atas: Ketiga perawinya adalah tsiqah, tapi dari segi
(1), Anas bin Mâlik, (2) Yazid al-Raqasyi, (3) Hajjâj, (4) Sufyân, (5) Abu
3) Sufyan al-Tsauri
5) Yazid al-Raqâsyi
Yahya bin Yaman, (6) Abdullah bin Wadah, (7) Al-Qasim bin Zakaria dan
Ibn Sa’id.
1)
rijâl al-Hadỉts.
a) Nama lengkapnya: Yahya bin Muhammad bin Sa’id bin Katib, maula
d) Kesimpulan: Tsiqah
e) Kesimpulan: Tsiqah
Wadah.
4) Sufyan al-Tsauri
5) Al-‘Amasy
6) Yazid al-Raqasyi
Setelah penelitian sanad hadis dari sebelas jalur ini dilakukan yang
Ibn Abi Syaibah, al-‘Uqaili, Ibn ‘Adi. Kesebelas jalur ini terdapat dua
periwayat berifat da’if Jiddan, yaitu Yazid al-Raqâsyi dan ‘Amru bin
Utsman al-Kilâbi, satu bersifat majhul, yaitu al-Husin bin al-Munzir dan
menurut jalur al-Tabarâni terdapat periwayat bernama ‘Amru bin Utsman al-
Kilâbi. Iman Ibn Syaibah meriwayatkan hadis ini dengan sanad mursal
terdapat pada jalur kedua mukharrij al-‘Uqaili, hanya tiga periwayat sahaja,
105 Abu Ahmad ‘Abdullah Ibn ‘Adi Al-Jarjani, al-Kamil al-Du’afâ’ al-Rijâl,
vol. 7, h. 237.
tidak dipertanggungjawabkan karena jarak masa dengan mukharrij amat jauh
bedanya. Dan al-‘Uqaili telah meletakkan hadis ini dalam kitabnya al-
adalah terputus.
Namun semua sanad itu menyatu pada rawi Yazid al-Raqâsyi dan
yang menjadi unsur utama yang harus dipenuhi oleh suatu matan yang
berkualita sahih adalah terhindar dari syaz (kejanggalan) dan ‘illat (cacat).
metodologis kegiatan penelitian matan hadis yang penulis gunakan yakni: (1)
meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya. (2) memeliti matan yang
bahwasanya dari seluruh jalur yang penulis teliti ini dari ketujuh mukharrij
semuanya dalam keadaan terputus antara guru dan muridnya, dan terdapat
periwayat yang bersifat da’if jiddan, maka sanad hadis ini berkualitas da’if
jiddan.
Susunan matan dari sebelas hadis yang telah penulis kutip di atas
109 ﺐ اﻟ َﻘ َﺪ َر
َ ن َﻳ ْﻐ ِﻠ
ْ ﺴ ُﺪ َأ
َ ﺤ
َ ن ُآ ْﻔ ًﺮا َو َآﺎ َد ا ْﻟ
َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮ
ْ َآﺎ َد اﻟ َﻔ ْﻘ ُﺮ َأ-١
110
ﻖ اﻟ َﻘ َﺪ َر
َ ﺳ َﺒ
َ ن
َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮ
ْ ﺴ ُﺪ َأ
َ ﺤ
َ ن ُآ ْﻔ ًﺮا َو َآﺎ َد ا ْﻟ ْ َآﺎ َد اﻟ َﻔ ْﻘ ُﺮ َأ-٢
َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮ
111
ن ُآ ْﻔ ًﺮا
َ ن َﻳ ُﻜ ْﻮ
ْ ن اﻟ َﻔ ْﻘ ُﺮ َأ
َ َو َآﺎ,ﺐ اﻟ َﻘ َﺪ َر
َ ن َﻳ ْﻐ ِﻠ
ْ ﺴ ُﺪ َأ
َ ﺤ
َ َآﺎ َد ا ْﻟ-٣
112
ن ُآ ْﻔ ًﺮا
َ ن َﺗ ُﻜ ْﻮ
ْ ت اﻟ َﻔﺎ َﻗ ُﺔ َأ
ِ ﺐ اﻟ َﻘ َﺪ َر َو َآﺎ َد
َ ن َﻳ ْﻐ ِﻠ
ْ ﺴ ُﺪ َأ َ َآﺎ َد ا ْﻟ-٤
َ ﺤ
113
ن ُآ ْﻔ ًﺮا
َ ﺟ ُﺔ َﺗ ُﻜ ْﻮ
َ ﺤﺎ
َ ت اﻟ
ِ ﻖ اﻟ َﻘ َﺪ َر َو َآﺎ َد
َ ﺴ ِﺒ
ْ ﺴ ُﺪ َﻳ َ َآﺎ َد ا ْﻟ-٥
َ ﺤ
Dari seluruh lima matan yang ada ini, terdapat perbedaan lafaz
keempat dan kelima terbalik (maqlub) dengan matan pertama dan kedua, dan
terdapat perbedaan lafaz matan keempat dan kelima dengan riwayat lain,
1, h. 254.
113 Al-Tabarāni, Mu’jam al-Ausat, vol. 4, h. 403.
Syaibah, dan al-Tabarâni mengunakan kalimat ن ُآ ْﻔﺮًا
َ ﺟ ُﺔ َﺗ ُﻜ ْﻮ
َ ت اﻟﺤَﺎ
ِ َوآَﺎ َدbagi
Ada sebuah do’a Nabi s.a.w yang diriwayatkan oleh Imam al-Nasa’i
dan Ibn Hibban dalam kitab sahihnya, dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa
Nabi bersabda:
114
ن َﻗﺎ َل َﻧ َﻌ ْﻢ
ِ ﺟ ٌﻞ َو َﻳ ْﻌ ِﺪ َﻟﺎ
ُ ﻦ ا ْﻟ ُﻜ ْﻔ ِﺮ َوا ْﻟ َﻔ ْﻘ ِﺮ َﻓ َﻘﺎ َل َر
َ ﻚ ِﻣ
َ ﻋ ْﻮ ُذ ِﺑ
ُ اﻟﱠﻠ ُﻬ ﱠﻢ ِإ ﱢﻧﻲ َأ
Nasa’i (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2005), h. 870. No Hadis; 5495. Abu
Hatim Muhamad Ibn Hibban al-Busti, Sahih Ibn Hibban, vol. 3 (Beirut:
Muassasah al-Risalah, 1993), h. 302.
kelemahan hadis di atas. Masalahnya, konotasi antara hadis kemiskinan
di atas dengan hadis riwayat al-Nasa’i dan Ibn Hibban ini berbeda.
dan kekafiran. Penyebutan secara bersama dalam do’a Nabi tidak berarti
sama nilainya. Memang keduanya setara, dalam arti keduanya adalah hal-
hal dimana Nabi saw minta perlindungan kepada Allah dari hal-hal
tersebut.115
diminta perlindungan oleh Nabi saw itu setara. Tetapi apakah kebakhilan
Apabila pendapat al-Zarkasyi itu diterapkan pada hadis do’a Nabi itu,
sudah dapat dinilai sebagai kafir, karena Nabi saw menyebutkan hal itu
antara آﺎدdengan ان. Demikian dengan bahasa arab yang fasih (mengikut
kaidah). 119
cukup beragam. Salah satu versi yang dikemukakan oleh al-Khatib al-
lebih kuat.120
Bagi matan yang sanadnya sangat da’if tidak perlu diteliti sebab hasilnya
Rahim al-Mubarakfuri (w 1353 H) hadis ini da’if jiddan. Syaikhul Islam Ibn
Taimiyyah mengatakan hadis ini kadzab (dusta), tidak diketahui pada sesuatu
C. Analisa
Hadis yang berkait dengan Nabi saw berdo’a kepada Allah swt agar
dilindungi dari kemiskinan dan kefaqiran adalah benar dan sahih. Tetapi hal
itu tidak berarti bahwa orang-orang miskin atau faqir itu nilainya buruk
disisi Allah, karena dalam hadis riwayat al-Tirmidzi yang kualitas sahih,
daripada orang-orang kaya dengan jarak lima ratus tahun.126 Hadis ini
123Abi
‘Ula Muhammad Abdurrahman Ibn Abd Rahim Al-Mubarakfuri,
Tuhfatu al-Ahwazi, Syarah Jami’ al-Tirmidzi, vol. 7 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah), h.
17.
124Abdu Al-Rahman bin ‘Ali bin Jauzi, al-‘Ilal al-Mutanâhiyah Fi al-Ahâdits
pemeriksaan.
al-‘Adiyât/100: 8.
⌧ ⌧
berhasil, dan ia menerima dengan sabar atas keadaan itu, maka itulah salah
berusaha untuk mengelak diri dari kemiskinan. Tetapi Allah maha berkuasa
yang memiliki kehendak. Dan ternyata penghuni dunia ini tidak dapat
terlepas dari kaya dan miskin, ada sebagian yang kaya dan ada sebagian
yang miskin, semua ini adalah sunnah (peraturan) Allah terhadap manusia
yang tinggal di dunia yang sementara ini. Apabila penghuni bumi ini kaya
semua, dunia ini akan hancur, karena tidak ada manusia yang mau bekerja
kasar, Kita akan sulit membangun rumah, tidak ada orang yang mau
membajak sawah, tidak ada yang mau bekerja di pabrik dan sebagainya.
Demikian pula jika dunia ini dihuni oleh orang yang miskin semua,
dunia juga akan hancur. Semua orang menjadi kuli dan bekerja kasar.
dan kebijaksanaan Allah. Dibuatnya penghuni dunia ini ada yang kaya dan
ada yang miskin, agar mereka hidup secara harmonis dengan saling tolong-
menolong. Karena sesungguhnya orang kaya pun tidak dapat menjadi kaya
tanpa bantuan orang miskin. Demikian pula yang miskin tidak dapat hidup
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hadis yang diteliti, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi, al-
Tābarâni, al-Qadâ’i, Abu Nu’aim, Ibn Abi Syaibah, Ibn ‘Adi, al-‘Uqaili.
meliputi: rawi yang tsiqah (‘adil dan dabit), di antaranya yaitu Yazid
yang telah dibuat oleh para ulama’ hadis, sehingga gambaran kesahihan
hadis.
Kepada Allah swt penulis berharap agar penelitian ini menjadi setitik
sumber pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis dan bagi kaum muslimin
pada umumnya.
skripsi ini, penulis mohon maaf andainya ada kesilapan dalam penulisan ini.
Apabila kajian penulis ini benar maka hal itu datang dari taufiq Allah swt dan
bimbingan Rasul-Nya. Tetapi apabila kajian ini salah maka ia berasal dari
Al-Baghdadi, Ahmad bin ‘Ali Abu Bakar al-Khatib, Tarikh Baghdad, Beirut: Dar
al-Kutub al-Ilmiah.
Al-Baihaqi, Abu Bakar Ahmad bin Husin, Syu’ba al-Iman, Beirut: Dar al-Kutub
al-Ilmiah, 1990, cetakan 1
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Târikh al-Kabîr, Beirut: Dar al-
Fikr.
Bustamin, dan Salam,M. Isa H. A. Metodologi Kritik Hadis, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2004, Cetakan I.
Al-Busti, Abu Hatim Muhammad Ibn Hibban Ibn Ahmad al-Tamimi, Sahih Ibn
Hibban, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1993, cetakan ke 2
Al-Hindi, ‘Ali bin Hisam al-Din Al-Muttaqa, Kanzul ‘Umal fi Sunan al-Aqwal
wal Af-Al, Beirut, Muassasah al-Risalah, 1989.
Ibn Abi Syaibah, Abu Bakar Abdullah bin Muhamad, Musannaf, Beirut: Dar al-
Fikr, jilid ke 6.
Ibn Jauzi, Abdu al-Rahman bin ‘Ali, al-‘Ilal al-Mutanahiyah Fi al-Ahâdits al-
Wahiyyah, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1982, cetakan 1
Ibn Salah, Abu ‘Amr ‘Usman bin ‘Abdurrahman, Muqaddimah Ibn Sâlah, Beirut:
Dar al-Kutub al-‘ilmiyah, 1984, cetakan 1.
Al-Jarjani, Abu Ahmad ‘Abdullah Ibn ‘Adi, Al-Kamil fi Duafa’ al-Rijal, Beirut:
Dar al-Fikr, 1988, cetakan ke-3
Al-Minawi, Muhammad Abdul Ra’uf, Faid al-Qadir, Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyah, Jilid VI.
Al-Mizzi, Jamal al-Din Abi al-Hajjaj Yusuf, Tahzib al-Kamal fi Asma’I ar-
Rijal, Beirut: Muassasah al-Risalah, 1980, cetakan 1.
Al-Mubarakfuri, Abi ‘Ula Muhammad Abdurrahman Ibn Abd Rahim. Tuhfatu al-
Ahwazi,Syarah Jami’ al-Tirmidzi, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, jilid 7.
Al-Nasa’i, Ahmad bin Syuaib Abu Abdu al-Rahman, Sunan al-Nasa’i, Beirut:
Dar al-Kutub al-Ilmiah, 2005, cetakan ke 2
Nasuhi, Hamid, dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Skripsi, Tesis dan
Desertasi, Jakarta: Ceqda, 2007, Cetakan ke II
Al-Qadâ’i, Muhammad bin Salamah bin Ja’far Abu Abdullah, Musnad al-Syihab,
Beirut: Muassasah al-Risalah, 1986, jilid
Al-Qurtubi, Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakar bin Farah al-
Jami’ li Ahkam al-Qur’an, Cairo: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1967, juz XVII.
Al-Razi, Abu Muhammad ‘Abdu al-Rahman ibn Abi Hatim Muhammad ibn Idris
ibn Mundzir al-Tamimi al-Hinzili, al-Jarh wa at-Ta’dil, Beirut: Dar Ihya
at-Turasi al-‘Arabi, 1952, Cetakan 1.
Al-Tabarâni, Abu Qasim Sulaiman bin Ahmad Mu’jam al-Ausat, Al-Kaherah: Dar
al-Hadits, juz ke 4
_______, Usul al-Takhrij wa Dirâsat al-Asânid, terj. Agil Husin al-Munawar dan
Masykur Hakim, Semarang: Dina Utama, 1995, cetakan 1
Al-Tirmidzi, Muhammad bin ‘Isa Abu ‘Isa, Sunan al-Tirmidzi , Beirut: Dar al-
Kutub al-Ilmiah, 2003, cetakan 1
Al-‘Uqaili, Abu Ja’far Muhamad bin ‘Amru bin Musa, Duafa’ al-Kabir, Beirut:
Dar al-Kutb al-Ilmiah, 1984, cetakan 1
Yaqub, Ali Mustafa, Kritik Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004, cetakan ke 4.
_______, Hadis-hadis Bermasalah, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2006, cetakan ke 4.
Adz-Dzahabi, Abu Abdullah Muhamad ibn Ahmad ibn ‘Utsman, Mizan al-
I’tidal, Beirut: Dar al-Ma’rifah, t.th.
a. Padanan Aksara
Huruf Huruf
Keterangan
Arab Latin
ا tidak dilambangkan
ب b be
ت t te
ث ts te dan es
ج j je
ح h ha dengan garis di bawah
خ kh ka dan ha
د d de
ذ dz de dan zet
ر r er
ز z zet
س s es
ش sy es dan ye
ص s es dengan garis di bawah
ض d de dengan garis di bawah
ط t te dengan garis di bawah
ظ z zet dengan garis di bawah
ع ‘ koma terbalik diatas hadap kanan
غ gh ge dan ha
ف f ef
ق q ki
ك k ka
ل l el
م m em
ن n en
و w we
هـ h ha
ء ` apostrof
ي y ye
b. Vokal
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
َ a fathah
ِ i kasra
ُ u dammah
Adapun Vokal Rangkap
َ ي ai a dan i
َ و au a dan u
c. Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ـَـﺎ â a dengan topi di atas
ــــِــﻲ î i dengan topi di atas
ــــُـــﻮ û u dengan topi di atas
d. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam Bahasa Arab dilambangkan dengan huruf ()ال,
dialih-aksarakan menjadi huruf “l” (el), baik diikuti huruf syamsiyyah maupun
huruf qamariyyah. Contoh = اﻟﺸﻤﺴﻴﺔal-syamsiyyah, = اﻟﻘﻤﺮﻳﺔal-qamariyyah.
e. Tasydîd
Dalam alih-aksara, tasydîd dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda tasydîd itu. Tetapi hal ini tidak berlaku
jika huruf yang menerima tasydîd itu terletak setelah kata sandang yang diikuti
huruf-huruf samsiyyah.
f. Ta Marbûtah
Jika ta marbûtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. begitu juga jika ta marbûtah tersebut
diikuti kata sifat (na‘t). Namun jika ta marbûtah diikuti kata benda (ism), maka
huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/.
g. Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya . Contoh = اﻟﺒﺨﺎرal-Bukhâri.
LAMPIRAN: Skema Hadis
ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲ ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ :آﺎد اﻟﻔﻘﺮ أن ﻳﻜﻮن آﻔﺮا وآﺎد اﻟﺤﺴﺪ أن ﻳﺴﺒﻖ اﻟﻘﺪر
أﻧﺎ ﺛﻨﺎ
اﺑﺮاهﻴﻢ ﺑﻦ ﻳﻮﺳﻒ
ﺣﺪﺛﻨﺎ
اﺑﻮ ﻃﺎهﺮ اﺑﻮ ﻣﺤﻤﺪ
ﺣﺪﺛﻨﺎ ﺛﻨﺎ
أﺧﺒﺮﻧﺎ