Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. PENGKAJIAN
1. UMUM
Nama
Usia
Jenis Kelamin
Alamat
Status
Pekerjaan
Agama
2. KHUSUS
a. Data Subjektif
b. Data Objektif
Mengasingkan diri
Menangis
Marah
Gelisah
Menghindar
Mengasingkan diri
Depresi
Sulit berkomunikasi
Keadaan mood terganggu
Sesak didada
Lemah
(Keliat,B.A.Dkk.2006.Manajemen Kasus Gangguan Jiwa Dalam Keperawatan
Kesehatan Jiwa Komunitas. Modul IC CMHN.FIKUI. Jakarta)
3. FAKTOR PREDISPOSISI
Faktor predisposisi yang mempengaruhi kehilangan :
Genetik
Individu yang dilahirkan dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi
biasanya sulit mengembangkan sikapoptimis dalam menghadapi suatu permasalahan,
termasuk menghadapi kehilangan.
Kesehatan fisik
Individu dengan keadaan fisik sehat, cara hidup teratur,cenderung mempunyai
kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang
sedang mengalami gangguan fisik
Kessehatan mental / jiwa
Individu yang mengalami gangguan jiwa seperti depresi yang ditandai dengan
perasaan tidak berdaya pesimistik dan dibayangi dengan masa depan yang suram,
biasanya sangat peka terhadap situasi kehilangan.
Pengalaman kehilangan dimassa lalu
Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang bermakna dimasa kanak-kanak akan
mempengaruhi individu dalam menghadapi kehilangan dimasa dewasa (Stuart-
Sundeen, 1991).
(Yosep,iyus.2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung)
4. FAKTOR PRESIPITASI
Stress yang nyata seperti kehilangan yang bersifat Bio-Psiko-Sosial antara lain
kehilangan kesehatan (sakit), kehilangan fungsi sseksualitas, kehilangan keluarga dan
harta benda.
Individu yang kehilangan sering menunjukkan perilaku seperti menangis atau tidak
mampu menangis , marah, putus asa, kadang ada tanda upaya bunuh diri atau melukai
orang lain yang akhirnya membawa pasien dalam keadaan depresi.
(Suliswati.2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC.Jakarta)
5. SPIRITUAL
Keyakinan terhadap Tuhan YME
Kehadiran ditempat Ibadah
Pentingna Agama dalam kehidupan pasien
Kepercayaan akan kehidupan setelah kematian
(Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)
6. ORANG-ORANG TERDEKAT
Status perkawinan
Siapa orang terdekat
Anak-anak
Kebiasaan pasien dalam tugas-tugas keluarga dan fungsi-fungsinya
Bagaimana pengaruh orang-orang terdekat terhadap penyakit atau masalah
Proses interaksi apakah yang terdapat dalam keluarga
Gaya hidup keluarga, misal: Diet, mengikuti pengajian
(Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)
7. SOSIOEKONOMI
Pekerjaan: keuangan
Faktor-faktor lingkungan: rumah,pekeerjaan dan rekreasi
Penerimaan sosial terhadap penyakit / kondisi, misal : PMS,HIV,Obesitas,dll
(Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)
8. KULTURAL
Latar belakang etnis
Tingkah laku mengusahakan kesehatan, rujuk penyakit
Faktor-faktor kultural yang dihubngkan dengan penyakit secara umum dan respon
terhadap rasa sakit
Kepercayaan mengenai perawatan dan pengobatan
(Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Berduka berhubungan dengan Aktual atau perasaan kehilangan ditandai dengan
Penolakan terhadap kehilangan,menangis, menghindar,marah
2. Cemas berhubungan dengan perubahan status lingkungan (bencana alam) ditandai
dengan merasakan jantung berdebar-debar, sulit berkonsentrasi, gelisah
3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kehilangan (keluarga dan harta
benda) ditandai dengan mengekpresikan rasa tidak berdaya dan tidak
berguna,depresi,menghindar.
4. Resiko distress spiritual dengan faktor resiko perubahan lingkungan bencana alam.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dengan diagnosa keperawatan pertama:
Berduka berhubungan dengan aktual atau perasaan kehilangan ditandai dengan
penolakan terhadap kehilangan,menangis, menghindar, marah.
a. Tujuan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 kali pertemuan diharapkan individu
mengalami proses berduka secara normal,melakukan koping terhadap kehilangan
secara bertahap dan menerima kehilangan sebagai bagian dari kehidupan yang nyata
dan harus dilalui, dengan kriteria hasil:
1. Individu mampu mengungkapkan perasaan duka.
2. Menerima kenyataan kehilangan dengan perasaan damai
3. Membina hubungan baru yang bermakna dengan objek atau orang yang baru.
(Yosep,iyus.2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung)
b. Intervensi Keperawatan
MANDIRI
1. Bina dan jalin hubungan saling percaya.
2. Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
3. Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka.
4. Beri dukungan terhadap respon kehilangan pasien
5. Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga.
6. Identifikasi tingkat rasa duka pada fase berikut:
a. Fase pengingkaran
- Memberi kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
- Menunjukkan sikap menerima,ikhlas dan mendorong pasien untuk berbagi rasa.
- Memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan pasien tentang sakit,
pengobatan dan kematian.
b. Fase marah
- Mengizinkan dan mendorong pasien mengungkapkan rasa marahnya secara verbal
tanpa melawan dengan kemarahan.
c. Fase tawar menawar
- Membantu pasien mengidentifikasi rasa bersalah ddan perasaan takutnya.
d. Fase depresi
- Mengidentifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien
- Membantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e. Fase penerimaan
- Membantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa dielakkan.
(Yosep,iyus.2007. Keperawatan Jiwa. PT Refika Aditama. Bandung)
KOLABORASI
Rujuk pada sumber-sumber lainnya,misalnya : Konseling,psikoteraphy.
(Doenges.2002.Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.EGC.Jakarta)
4. IMPLEMENTASI
a. Membina hubungan saling percaya dengan pasien:
- Memperkenalkan diri
- Membuat kontrak waktu dengan pasien
- Menjelaskan bahwa perawat akan membantu pasien dan akan menjaga
kerahasiaan informasi tentang pasien.
b. Mendiskusikan dengan pasien peristiwa yang pernah di alami dengan pemberian
makna positif dan mengambil hikmahnya.
c. Menemukan kemungkinan faktor penghambat proses berduka dan membantu
mengurangi nya.
d. Memberikan penghargaan setelah pasien menceritakan dan merespon situasi
kehilangan dengan membesarkan