Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ditinjau dari pertumbuhan dan perkembangan bayi, periode neonatal
merupakan periode yang paling kritis diantara periode-periode yang lain. Secara
garis besar 50% kematian pada bayi terjadi pada periode neonatal yaitu dalam
bulan pertama kehidupan. Kurang optimalnya penanganan pada bayi baru lahir
yang sehat akan menyebabkan kelainan pada bayi yang dapat mengakibatkan
bayi cacat seumur hidup, bahkan kematian.
Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu, tetapi
karena proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi),
maka penatalaksanaan suatu persalinan dikatakan dapat berhasil dengan baik
bila keadaan ibu dan bayi dalam kondisi yang optimal. Dalam pencegahan
terjadinya asfiksia dapat segera ditanggulangi dengan pencegahan hypotermi
apabila asfiksia segera dikenali sesaat setelah bayi lahir.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
 Mampu melaksanakan asuhan kebidana pada bayi lahir
dengan
asfiksia berat.
 Mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan
asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat.

1.2.1 Tujuan Khusus .


 Mampu mengembangkan rencana asuhan secara menyeluruh pada
bayi baru lahir dengan asfiksia berat.
 Mampu melaksanakan asuhan secara efisien dan aman pada bayi
baru lahir dengan asfiksia berat.
 Mampu melakukan pengkajian dengan mengumpulkan data subyektif
dan data obyektif pada bayi baru lahir dengan asfiksia berat.
 Mampu mengidentifikasi kebutuhan segera pada bayi baru lahir
dengan asfiksia berat.
 Mampu mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang dilakukan pada
bayi baru lahir dengan asfiksia berat.
1.3 Metode Penulisan
 Metode Diskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
kasus dengan memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan
asfiksia berat diruang neonatus RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
 Cara Mendapatkan Data
- Wawancara langsung dengan klien atau orang tua pasien.
- Melakukan pengamatan langsung dengan pemeriksaan fisik.
 Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari buku dan sumber yang
berhubungan dengan kasus yang dialami.

1.4 Sistematika Penulisan


Dalam asuhan kebidanan pada bayi “Ny A” neonatus aterm hari I dengan
asfiksia berat diruang neonatus RSUD Dr. Soegiri Lamongan.
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Landasan teori
BAB III : Pengkajian
BAB IV : Penutup
Daftar pustaka
BAB II
LANDASAN TEORI
ASFIKSIA NEONATORUM

2.1 Pengertian
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur setelah bayi lahir (Ilmu Kebidanan : 709).

2.2 Etiologi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat
gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini
dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama
kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam
persalinan.
Gangguan menahun dalam kehamilan dapat berupa gizi ibu yang buruk,
penyakit menahun seperti anemia, hipertensi, penyakit jantung, dan lain-lain.
pada keadaan terakhir ini pengaruh terhadap janin disebabkan oleh gangguan
oksigenasi serta kekurangan pemberian zat-zat makanan berhubungan dengan
gangguan fungsi plasenta.

2.2 Faktor Predisposisi


1. Faktor-faktor yang timbul dalam persalinan
 Faktor-faktor dari pihak janin :
- Gangguan aliran darah dalam tali pusat karena tekanan tali pusat.
- Depresi pernapasan karena obat-obat anestesi atau analgetik yang
diberikan pada ibu, perdarahan intracranial, dan kelainan bawaan
(hernia diafragmatika, atresia saluran pernapasan, hipoplasi paru-
paru, dan lain-lain).
 Faktor-faktor dari pihak ibu :
- Gangguan his, misalnya hipertoni dan tetoni.
- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan misalnya pada
plasenta previa.
- Hipertensi pada eklamsi.
- Gangguan mendadak pada plasenta seperti solution plasenta.
2.3 Patogenesis
 Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbullah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga bunyi jantung menjadi lambat. Bila
keadaan ini terus berlangsung maka timbullah rangsangan dari nervus
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat.
 Kekurangan O 2 juga dapat merangsang usus sehingga mekonium keluar
sebagai tanda janin dalam asfiksia.
 Janin akan mengadakan pernapasan intrauterine, dan terdapat banyak air
ketuban dan mekonium dalam paru. Bronkus tersumbat dan terjadi
atelaktasis, bila janin lahir alveoli tidak berkembang.

2.4 Diagnoisis
1. In Uteru
 DJJ irreguler dan frekuensinya kurang dari 100 atau lebih dari 160 kali per
menit.
 Terdapat mekonium dalam air ketuban.
 Analisa air ketuban / amniokopi.
 Kardiotokografi.
 Ultrasonografi.
2. Setelah bayi lahir
 Bayi tampak pucat dan kebiru-biruan serta tidak bernapas.
 Bila mengalami perdarahan di otak maka akan timbul gejala neuro logic,
seperti kejang, nistagmus, dan menangis lemah.

2.5 Penanganan
Penanganan dalam kasus asfiksia dapat dilakukan dengan cara resusitasi
pada bayi dengan prinsip dasar :
1. Menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi dan mengusahakan jalan napas
bayi tetap bebas.
2. Memberikan bantuan pernapasan secara aktif kepada bayi dengan usaha
pernapasan bantuan.
3. Memperbaiki asidosis yang terjadi.
4. Menjaga agar peredaran darah tetap baik.
 Tindakan Umum
Dikerjakan pada setiap bayi tanpa memandang nilai apgar.
Penanganan dilakukan dengan cara mempertahankan suhu tubuh agar
bayi tidak kehilangan panas tubuh.
 Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah dan segera lakukan
penghisapan saluran pernapasan bagian atas.
 Memberikan rangsangan nyeri dengan cara memukul kedua telapak kaki,
menekan tendon Achilles, atau pada bayi-bayi tertentu diberi suntikan
vitamin K.

 Tindakan Khusus
 Asfiksia Berat (Nilai Apgar 0 - 3)
Memperbaiki ventilasi paru-paru dengan memberikan O2 secara tekanan
Langsung dan berulang-ulang. Cara yang terbaik ialah melakukan
intubasi endotrakeal dan setelah kateter dimasukkan ke dalam
trakea, O2 diberikan dengan tekanan tidak lebih dari 30 ml air. Karena
selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan bikarbonas natrikus 7,5%
dengan dosis 2 - 4 ml/kg BB, dan cairan glukosa 40% dengan dosis
1-2 ml/kg BB.Pemberian dilakukan secara bersamaan diencerkan dengan
air steril didalam satu semprit melalui pembuluh darah umbilikus.
Bila setelah beberapa waktu pernapasan spontan tidak timbul dan
frekuensi jantung menurun(kurang dari 100 permenit), maka berikan
obat-obat lain (1/10.000 adrenalin dengan dosis 0,5-1 cc secara intravena
untuk meningkatkan frekuensi jantung, dan kalium glukonat 50- 100
mg/kg BB secara perlahan melalui intravena sebagai obat inotropik),
serta masase jantung sebaiknya segera dilakukan.

 Asfiksia ringan-sedang (Nilai Apgar 4 – 6)


Dapat dicoba melakukan rangsangan untuk menimbulkan reflek
pernapasan selama 30 – 60 detik satelah penilaian menurut apgar 1 menit
Bila pernapasan belum juga timbul, maka pernapasan aktif buatan dapat
segera dimulai yakni dengan pernapasan kodok (frog breating), dengan
memasukkan pipa ke dalam hidung dan O2 dialirkan dengan kecepatan
1 – 2 liter dalm 1 menit. Agar saluran napas bebas, bayi diletakkan
dengan kepala dorsofleksi.
2.6 Alur Penatalaksanaan Asfiksia Bayi Baru Lahir

Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir


Penilaian :
Bayi tidak menangis, tidak bernapas, atau megap-megap.

Langkah awal (dilakukan dalam 30 detik):


1. Jaga bayi agar tetap hangat
2. Atur posisi bayi
3. Isap lendir
4. Keringkan dan Rangsang taktil
5. Reposisi
6. Penilaian apakah bayi menangis/bernapas spontan dan teratur?

YA TIDAK
Ventilasi
1. Pasang sungkup, perhatikan lekatan.
2. Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan dada bayi
3. Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali dengan
tekanan 20 cm air dalam 30 detik.
4. Penilaian apakah bayi menagis/bernapas spontan dan teratur?

YA TIDAK

- Lanjutkan ventilasi, hentikan tiap 30 detik


- Penilaian apakah bayi menagis/bernapas
spontan dan teratur?

YA TIDAK

Setelah ventilasi selama 2 menit tidaberhasil,


siapkan rujukan.

ASUHAN PASCA RESUSITASI: Bila bayi tidak bias dirujuk dan tidak bias
 Jaga kehangatan bayi bernapas hentikan ventilasi setelah 20 menit.
 Lakukan pemantauan
 Konseling - Konseling Dukungan Emosional
 Pencatatan. - Pencatatan Bayi Meninggal.
ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI “Ny A” NEONATUS ATERM DINI HARI I
DENGAN ASFIKSIA BERAT
DI RUANG NEONATUS RSUD Dr. SOEGIRI LAMONGAN

I. PENGKAJIAN
Tanggal : 14 Pebruari 2007 No. Register : 029195
Jam : 08.00 WIB Oleh : Tanti Indah Sofiah

A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama Bayi : By. “J”
Umur Bayi : BBL
Tanggal / Jam lahir : 14 Pebruari 2007 / 07.50 WIB
Jenis Kelamin : Perempuan
Berat Badan : 3600 gram
Panjang Badan : 50 cm
Anak ke- :I

Nama Ibu : Ny. “J” Nama Ayah : Tn. “R”


Umur : 23 tahun Umur : 25 tahun
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia Suku / bangsa : Jawa /Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Wiraswata.
Alamat : Gondang Lor Sugio.

2. Anamnesa Khusus
a. Keluhan Utama
Bayi umur 1 hari jenis kelamin perempuan, kaput +, ketuban keruh dengan
napas terengah-engah.

b. Riwayat Antenatal
Penyakit ibu dan pengobatannya.
 Sebelum Hamil : Ibu tidak mempunya penyakit menurun
menahun, maupun penyakit menular.
 Selama Hamil : Ibu tadak mempunyai komplikasi pada
kehamilan TM I, TM II, TM III.
 Anamnesa TM I : 2 kali diberikan TT I pada usia kehamilan 3
bulan dan 1 kali diberi Fe.
Anamnesa TM II : 2 kali diberikan TT II pada usia kehamilan 5
bulan dan diberi Fe.
Anamnesa TM III : 2 kali diberikan Fe.

c. Riwayat Persalinan Sekarang


 Umur kehamilan : 39 minggu
 Tunggal / kembar : Tunggal
 Lama persalinan kala I : 18 jam
 Lama persalinan kala II : 30 menit
 Air ketuban : Pecah pada tanggal 13 Pebruari
2007
jam 13.00 WIB, jumlah 500 mg, warna
keruh, bau anyir.
 Plasenta : Beerat + 500 gr.
Ukuran 19 x 19 x 12.
 Letak : Dahi.
 Cara persalinan : Spontan belakang kepala.
 Indikasi persalinan :-
 Obat-obt yang diberikan selama persalinan : Injeksi Syntosinon
1 ampul.
 Tanda-tanda gawat janin sebelum lahir :-
 Ditolong oleh : Bidan

d. Riwayat Neonatal
 Apgar Score
Tanda 0 1 2 Jml
Nilai
Menit Warna Kulit ( ) Pucat ( ) Badan Merah, ( ) Seluruh tubuh 4
ke-1 ekstremitas biru kemerahan
Frekuensi Jantung ( ) Tidak ada ( ) < 100 ( ) > 100
Usaha Bernapas ( ) Tidak ada ( ) Lemah, tidak teratur ( ) Menangis kuat
Reaksi terhadap ( ) Tidak ada ( ) Sedikit gerakan ( ) Menangis,
rangsang minim batuk bersin
Tonus Otot ( ) Lumpuh ( ) Ekstremitas dalam ( ) gerakan Aktif
fleksi sedikit
Menit Warna Kulit ( ) Pucat ( ) Badan Merah, ( ) Seluruh tubuh 5
ke-5 ekstrematas biru kemerahan
Frekuensi Jantung ( ) Tidak ada ( ) < 100 ( ) > 100
Usaha Bernapas ( ) Tidak ada ( ) Lemah tidak teratur ( ) Menangis kuat
Reaksi Terhadap ( ) Tidak ada ( ) Sedikit gerakan ( ) Menangis,
rangsangan minim batuk bersin
Tonus Otot ( ) Lumpuh ( ) Ekstremitas dalam ( ) Gerakan aktif
fleksi sedikit
 BB : 3600 gram
 PB : 50 cm
 SOB : 32 cm
 MO : 35 cm
 FO : 33 cm
 Lingkar Dada : 32 cm.
 Resusitasi
- Penghisapan Lendir : Dilakukan
- Bantuan Pernapasan : Dilakukan
- Masase jantung : Tidak dilakukan
- Oksigen : Dilakukan selama 1 jam.
 Terapi
- Injeksi Ampicillin 2 x 125 mg
- Injeksi Cefotaxim 2 x125 mg
- Neo K ½ ampul
- Kalmet 1/3 ampul.

e. Imunisasi
Belum diberikan karma keadaan bayi masih kurang sehat.

f. Keadaan Gizi
Bayi dipuasakan untuk sementara.

g. Latar Belakang Sosial Budaya


- Ibu mengatakan bahwa keluarga senang denagan kehadiran anggota
baru.
- Keadaan ekonomi keluarga cukup.

B. DATA OBYEKTIF
1. Tanda-tanda Vital Dan Keadaan Fisik Umum
 Keadaan Umum : Cukup
 BB : 3600 gr
 PB : 50 cm
 Suhu : 364 OC axilla
 RR : 88x/menit
 HR : 94x/menit

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Tulng tengkorak terbentuk, bentuk kepala mesoco-
cephal, distribusi rambut merata, panjang rambut
+ 1 cm, ada caput +, tidak ada maulase, tidak ada
hydrocephalus, tidak ada anacephalus, tidak cephal
haematome.

Ubun-ubun : Datar, sutura belum menutup.

Wajah : Bentuk wajah oval, tidak trdapat kelainan kulit, tidak
ditemukan finger prin.

Mata : Belum bisa melihat, sklera berwarna conjungtiva
merah muda, pupil berbentuk bulat, tidak ada secret.

Telinga : Daun telinga sudah berbentuk, terdapat lubang telinga,
test cuping telinga 1 detik kembali.


Hidung : Tidak dapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
benda asing dalam hidung, terdapat cyanosis, terdapat
blink, terdapat rambut halus, mukosa lembab.

Mulut : Warna bibir nampak biru, tidak terdapat stomatitis dan
mololialis, tidak terdapat labioskisis, labio-palatoskisis,
bibir kering, gigi belum tumbuh sucking (menghisap)
reflek lemah, swallow (menelan) reflek lemah.

Leher : Kaku kuduk, terdapat reflek tonick neek dan reflek
rooting.

Thorax : Bentuk bulat datar atau simetris, pada saat inspirasi
terdapat tarikan intercostae, nafas dangkal, saat
inspirasi gerakandada naik bersamaan dengan dinding
abdomen, irama tidak teratur, mengalami sesak,
terdapat ronchi.

Jantung : Tidak terdapat suara tambahan, bunyi jantung 1 – 2 – 3

Abdomen : Tali pusat segar, tidak ada perdarahan, tidak ada pust,
tidak bau, kembung dan terdapat bising usus.

Genetalia : Jenis kelamin perempuan, labia mayora sudah
menutupi labia minora, terbentuknya uretra, vagina
dan usus, frekuensi BAK +, BAB + mekonial
lembek.

Anus : Terdapat lubang anus.

Punggung : Tidak ada spina bifida, bentuk tidak skorlitosis
maupun lordosis.

Ekstremitas : Aktif, tidak ada kelainan seperti polidaktil maupun
sindaktil, reflek braphis/plantar + dan reflek morro +.

Turgor Kulit : Turgor kulit cyanosis, lonugo disekitar punggung
dan bahu, warna kuku cyanosis.

3. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal : 14 Pebruari 2007
Jam : 09.30 WIB.

 HB : 14,6 g/dl Harga Normal : HB : 14,0–20,0 g/dl



Leukosit : 22.100 mm3 Leukosit : 10.000–30.000 mm3

II. INTERPRESTASI DATA


Diagnosa : Neonatus aterm dini hari I dengan asfiksia sedang.
DS : Bayi baru lahir dengan spontan belakang kepala letak dahi, pada
tanggal 14 pebruari 2007, jam 07.50 WIB. Dengan umur kehamilan
39 minggu, anak pertama dari kehamilan pertama.
DO : - Keadaan Umum : Cukup
- BBL/PB : 3600 mg/50 cm - SOB : 32 cm
- A-S :4–5 - MO :35 cm
-S : 364 oC - FO : 33 cm
- RR : 88 x/menit - Lingkar Dada : 32 cm
- HR : 94 x/menit
Hidung cyanosis, terdapat blink, mukosa lembab, warna bibir
nampak biru, pada saat inspirasi terdapat tarikan intercosts, napas
dangkal, saat inspirasi gerakan dada naik bersamaan dengan dinding
abdomen, irama tidak teratur, mengalami sesak, terdapat ronchi,
abdomen kembung, turgor kulit cyanisis, lanugo disekitar punggung
dan bahu, earna kuku cyanosis.
- Pemeriksaan laboratorium : HB 14,6 g/dl
Leukosit 22100/m3
Prognosa : Kondisi bayi membaik.

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL


 Potensial terjadi hipotermi.
 Potensial kekurangan cairan / nutrisi.
 Potensial terjadi infeksi.
 Potensial tejadi kejang.

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA


 Lakukan resusitasi dengan cara membersihkan jalan napas dengan
penghisap slam secker dan atur posisi bayi dengan kepala lebih rendah.
 Hangatkan bayi dengan couve menyala dan dengan kain kering.
 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi.
- Oksigen
- Injeksi Ampicillin 2 x 125 mg
- Injeksi Cevfotaxim 2 x 125 mg
- Injeksi Kalmetason 1/3 ampul
- Injeksi Neo K 1/2 ampul.
V. RENCANA ASUHAN
 Tujuan : Setakah dilakukan asuhan kebidanan diharapkan dalam
waktu 1 minggu bayi dapat bernapas denga baik dan
kebutuhan O2 dapat terpenuhi tanpa bantuan.
 Kriteria Hasil : Bayi bernapas normal dan tidak terjadi infeksi.
Rencana Rasional
- Lakukan resusitasi. - Membebaskan jalan napas.
- Berikan O2. - Mencukupi kebutuhan bayi.
- Mengatur posisi bayi. - Untuk kenyamanan bayi.
- Membungkus bayi dengan kain - Mencegah hipotermi.
kering.
- Hangatkan bayi dengan couve - Mencegah terjadinya hipotemi.
menyala.
- Merawat tali pusat dengan kasa - Perawatan tali pusat.
alkohol 70%.
- Kolaborasi dengan dokter untuk - Merupakan fungsi interdependen
pemberian terapi. untuk pemberian terapi.
- Observasi KU dan TTV. - Memantau keadaan bayi.
- Timbang BB setiap hari. - Memantau pertumbuhan bayi.
- Menjaga personal hygine bayi. - Kenyamanan bayi.
- Memberi minum bayi sesuai - Pemenuhan nutrisi bayi.
kebutuhan.

VI. IMPLEMENTASI
Tgl Jam Implementasi
14 pebr 08.00 - Melakukan resusitasi pada bayi dengan cara menghasap
2007 lendir dengan slam secker.
- Memberikan oksigen.
- Mengatur posisi dengan posisi kepala lebih rendah.
- Membungkus bayi dangan kain kering dan bersih.
- Menghangatkan bayi dalam couve yang menyala.
09.10 - Merawat tali pusat dengan kasa alcohol 70%
10.00 - Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi.
- Oksigen
- Infus D10
- Injeksi Ampicillin 125 mg
- Injeksi Cefotaxim 125 mg
- Injeksi kalmetason 1/3 ampul
- Injeksi Neo K 1/2 ampul.
12.00 - Memantau KU dan megukur TTV
- KU : Cukup
- BB/PB : 3600 gr / 50 cm
- Suhu : 364 oC
- RR : 88 x/menit
- HR : 94 x/menit.
- Mengganti popok bayi yamg basah dengan yang kering.
- Mengatur intake dan output untuk pemenuhan kebutuhan
nutrisi serta mencegah terjadinya dehidrasi. Dengan
cairan infus 12 tetes/menit. BAB + mekoneal, BAK +.
15 pebr 07.30 - Merawat kebutuhan bayi.
2007 10.00 - Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi.
- Infus D10
- Injeksi Ampicillin 125 mg
- Injeksi Cefotaxim 125 mg.
12.00 - Memantau KU dan mengukur TTV
- KU : Baik
- BB/PB : 3600 gr/50 cm
- Suhu : 368 oC
- RR : 58 x/menit
- HR : 100 x/menit.
- Mengganti popok bayi yang basah dengan yang kering.
- Mengukur intake dan output untuk pemenuhan kebutuhan
nutrisi. Dengan cairan infus 15 tetes/menit. BAB +
konsisten lembek, BAK +.
16 pebr 07.30 - Merawat kebutuhan bayi.
2007 10.00 - Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
terapi
- Infus aff ganti dengan PASI.
- Injeksi Ampicillin 125 mg
- Injeksi Cefotaxim 125 mg.
12.00 - Memantau KU dan mengukur TTV
- KU : Baik
- BB/PB : 3700gr/50 cm
- Suhu : 368 oC
- RR : 60 x/menit
- HR : 110 x/menit.
- Mengganti popok bayi yang basah dengan yang kering.
- Mengukur intake dan output untuk pemberian nutrisi.
Infus dihentikan dan dicoba diberikan PASI 30 cc/3 jam.
BAB + konsisten lembek, BAK +.
17 pebr 10.00 - Kolaborasi dengan dokter, bila keadaan bayi baik maka
2007 bayi dipulangkan.

VII. EVALUASI
Tanggal : 14 Pebruari 2007
Jam : 13.30 WIB.

S : -
O : - Keadaan Umum : Baik
- BB/PB : 3600gr/50 cm
- Suhu : 364 oC
- RR : 88 x/menit
- HR : 98 x/menit
- BAB : +, mekoneal
- BAK : +.
Turgor kulit cynosis, terdapat tarikan intercosta saat inspirasi, napas
dangkal, gerakan dada naik bersamaan dengan dinding abdomen, saat
inspirasi, irama tidak teratur, mengalami sesak, terdapat ronchi, andomen
kembung. Habis infuse D10 3 botol.
- Pemeriksaan Laboratorium : HB :14,6g/dl
Leukosit : 22.100/mm3
A : Neonatus aterm dini hari I dengan pasca asfiksia berat.
P : - Lanjutkan resusitasi
- Lanjutkan pemberian oksigen
- Jaga kehangatan suhu tubuh bayi
- Lanjutkan merawat tali pusat dengan kasa alcohol 70%
- Lanjutkan pemberian terapi
- Oksigen
- Infus D10
- Injeksi Ampicillin 125 mg
- Injeksi Cefotaxim 125%
- Injeksi Kalmetason 1/3 ampul
- Injeksi Neo K 1/2ampul.
- Memantau KU dan Mengukur TTV
- Jaga kebersihan bayi
- Mengukur intake dan output untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi serta
mencegah terjadinya dehidrasi. Dengan cairan infus 12 tetes/menit.

Tanggal : 15 Pebruari 2007


Jam : 13.30 WIB.
S : -
O : - Kedaan Umum : Baik
- BB/PB : 3600/50 cm
- Suhu : 368 oC
- RR : 58 x/menit
- HR : 100 x/menit
- BAB : + konsisten lembek
- BAK : +.
- Habis infus D10 3 botol.
A : Neonatus aterm hari ke-2 dengan asfiksia ringan.
P : - Jaga kehangatan bayi.
- Lanjutkan pemberian terapi
- Infus D10
- Injeksi Ampicillin 125 mg
- Injeksi Cefotaxim 125 mg.
- Memantau KU dan mengukur TTV
- Jaga kebersihan bayi.
- Mengukur intake dan output untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi serta
mencegah terjadinya infeksi. Dengan infuse D10 15 tetes/menit.
I : - Menganti popok.
- Melanjutkan pemberian terapi.
- Infus D10
- Injeksi Ampicillin 125 mg
- Injeksi Cefptaxim 125 mg
- Memantau KU dan TTV
- Keadaan Umum : Baik
- BB/PB : 3600 gr/50 cm
- Suhu : 368 oC
- RR : 58 x/menit
- HR : 100 x/menit
- BAB : + konsisten lembek
- BAK : +.
- Mengukur intake dan output untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi serta
mencegah terjadinya dehidrasi. Dengan cairan infuse 15 tetes/menit.

Tanggal : 16 Pemberian 2007


Jam : 13.30 WIB.
S : -
O : - Keadaan Umum : Baik
- BB/PB : 3700 gr/50 cm
- Suhu : 368 oC
- RR : 60 x/menit
- HR : 100 x/menit
- BAB : + konsisten lembek
- BAK : +
A : Neonatus atem hari ke-3 normal.
P : - Jaga kehangatan bayi
- Lanjutkan pemberian terapi
- Infus D10 aff diganti dengan PASI
- Injeksi Ampicillin 125 mg
- Injeksi Cefotaxim 125 mg
- Memantau KU dan mengukur TTV
- Jaga kebersihan bayi
- Mengukur intake dan output untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi, dengan
memberikan PASI 30 cc/3 jam.

I : - Mengganti popok
- Melanjutkan pemberian terapi
- Infus D10 aff daganti dengan PASI
- Injeksi Ampicillin 125 mg
- Injeksi Cefotaxim 125 mg.
- Memantau KU dan Mengukur TTV
- Kadaan Umum : Baik
- BB/PB : 3700 gr/50 cm
- Suhu : 368 oC
- RR : 60 x/menit
- HR : 110 x/menit
- BAB : + konsisten lembek
- BAK : +.
- Mengukur intake dan output untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi, dengan
memberikan PASI 30 cc/3 jam.

Tanggal : 17 Pebruari 2007


Jam : 10.00 WIB.
S : -
O : - Keadaan Umum : Baik
- BB/PB : 3700gr/50 cm
- Suhu : 369 oC
- RR : 60 x/menit
- HR : 110 x/menit
A : Neonatus hari ke-4 normal.
P : - Bayi pulang
- Berikan konseling pada ubu tentang :
- ASI esklusif dan cara menyusui yang benar
- Perwatan payudara
- Personal hygine
- Imunusasi.
I : - Menyiapkan bayi keluar dari rumah sakit dan menyerahkan pada keluarga
- Memberikan konseling kepada ibi tentang :
- ASI esklusif selama 6 bulan
- Perawatan payudara dengan menggunakan air hangt dengan waslap dan
minyak baby oil 1-2 hari.
- Personal hygine bayi dengan memandikan bayi 2x sehari dan mengganti
popok tiap kali bayi BAB/BAK.
E : - Bayi tampak sehat dan aktif.
- Ibu mengerti dengan apa yang telah dijelaskan ole perawat.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera
bernapas secara spontan dan teratur setelah bayi lahir. Melakukan tindakan
terhadap bayi asfiksia bertujuan untuk melancarkan kelangsungan pernapasan
bayi yang terjadi saat proses persalinan.
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena
gangguan pertukaran gas serta transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat
gangguan terhadap persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
Faktor predisposisi timbulnya asfiksia neonatoprum ada 2 yakni factor
dari pihak janin, meliputi gangguan aliran darah dalam tali pusat dan depresi
pernapasn. Faktor dari pihak ibu meliputi gangguan his, hipotensi mendadak,
hipertensi pada eklamsi,dan gangguan mendadak pada plasenta.

4.2 Saran
4.2.1 Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa dapat mengaplikasikan antara ilmu pengetahuan,
logika dan ilmia dalam melaksanakan dan menerapkan asuhan kebidanan
dengan baik dan benar.
4.1.2 Bagi Lahan Praktek
Dapat menyesuaikan antara teori dan praktek terutama dalam melakukan
asuhan kebidanan bayi baru lahir dan dapat meningkatkan sarana dan
prasarana.
4.1.3 Bagi Institusi Pendidikan
Dapat menambah wawasan tentang asuhan kebidanan dan dapat
memperbanyak dan menggandakan sebagian fasilitas perpustakaan.

DAFTAR PUSTAKA

I Gede Manuaba, Ida Bagus. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta. EGC.
Moctar, Rustam MPH. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Jakarta. EGC.
Prawirohardjo, Sarwono. 2004. Ilmu Kebidanan. Jakarta. YBP.
Prawirohardjo, Sarwono. 2004. Maternal Neonatal. Jakarta . YBP.

Vous aimerez peut-être aussi