Vous êtes sur la page 1sur 8

Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 86-93

SCREENING AND ASSESSMENT OF NUTRITIONAL


STATUS ON ELDERLY IN PAMPANG, MAKASSAR

Darmiaty1, Nuurhidayat Jafar 2, Silvia Malasari 3

1
Puskesmas Luwuk Sulawesi Tengah
2,3
.Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

ABSTRACT
Introduction: Aging is a condition or individual circumstances which unavoidable. One of
the attempts to achieve optimal health status is by improving the nutritional need of the
society, especially the elderly.The increasing of elderly number will cause various complex
problems for elderly families and society.The purpose of this research is to figure out the
overview of screening and assessment of nutritional status in elderly at Pampang village in
Makassar. Method: Quantitative research with descriptive research design is used as a method
of this research. Samples were obtained by using consecutive sampling with a total sample
152 eligible respondents. Result:The screening results of the first phase showed 38.2% of
the elderly have a normal nutritional status, 50% of the elderly are at risk of malnutrition,
and 11.8% of the elderly have a malnourished nutritional status.The results of the phase II
assessment which were obtained from 94 respondents from the first phase (malnutrition
respondent and respondent having risk of malnutrition) showed 7.4% of them have a normal
nutritional status, 78.7% are at risk of malnutrition, and 13.8% have a malnourished
nutritional status. Conclusion: Based on the results of phase II, it is showed that more than
two third of respondents (78.7%) are at risk of malnutrition. The assessment of nutritional
status should be conducted every 3 months in the elderly in order to prevent the risk of
malnutrition and the malnutrition it self.

Keywords: Nutritional status, Mini Nutritional Assessment, Elderly.

PENDAHULUAN karena adanya penurunan dari kondisi


Lanjut usia adalah suatu kondisi tubuhnya atau berkurangnya asupan
dan keadaan individu yang tidak makanan yang masuk kedalam tubuh.
bisa dihindari dan setiap orang pasti Pemenuhan asupan makanan
akan melewatinya. Lanjut usia akan untuk kebutuhan gizi pada lanjut usia
melalui suatu proses perubahan secara merupakan suatu hal yang sangat
bertahap yang dimulai dari masa bayi, penting karena asupan makanan yang
balita, anak-anak, remaja, dewasa baik dapat mempengaruhi ketahanan
dan akhirnya lanjut usia sampai tubuh dan meningkatkan gizi lanjut
dengan meninggal dunia. Menjadi tua usia agar tetap berada dalam kondisi
merupakan suatu kondisi kesehatan yang sehat dan produktif serta dapat
yang harus tetap dijaga dan perlu di beraktifitas dengan baik (Kemenkes,
upayakan serta ditingkatkan agar 2012).
dapat mewujudkan tingkat kesehatan Untuk pencapaian kualitas hidup
yang optimal (Komnas lansia, 2010). yang lebih baik agar tetap sehat dan
Salah satu upaya untuk produktif serta keberhasilan dalam
mewujudkan derajat kesehatan yang mencapai usia lanjut, maka salah satu
optimal, diperlukan adanya perbaikan upaya utama dilakukan adalah dengan
gizi masyarakat khususnya pada mempertahankan dan menjaga status
lanjut usia. Comer (2005) menjelaskan gizi lanjut usia. Upaya yang harus
bahwa lanjut usia termasuk kedalam dilakukan yaitu dengan memantau
kelompok umur yang memiliki resiko berat badan (kartu lanjut usia),
terjadinya kekurangan gizi yang dapat penyuluhan tentang gizi lanjut usia,
mengakibatkan terjadinya malnutrisi pengolahan aneka ragam makanan,
86
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 86-93

protein hewani terutama ikan, sayur bahwa untuk melakukan skrining dan
dan buah, hindari kegemukan dan penilaian terhadap status gizi lanjut
obesitas (Azizah, 2011). usia merupakan suatu tantangan dan
Gizi adalah makanan yang menjadi kesulitan tersendiri karena
sangat bermanfaat untuk kesehatan membutuhkan ketelitian dalam
khususnya bagi lanjut usia. Kecukupan pengambilan data antara lanjut usia
makanan sehat sangat penting bagi yang berada dimasyarakat, dipanti
kelompok usia ini, karena pemenuhan jompo ataupun di rumah sakit.
kebutuhan gizinya sama dengan pada Jumlah lanjut usia pada saat
usia dewasa hanya saja nafsu makan sekarang ini sudah semakin meningkat,
lanjut usia yang cenderung terus dimana peningkatan jumlah penduduk
menurun (Simanjuntak, 2010). Oleh lanjut usia ini diakibatkan karena
karena itu, harus terus diupayakan terjadi peningkatan angka harapan
untuk mengkonsumsi makanan yang hidup yang merupakan dampak
penuh gizi dan menghindari makanan dari semakin meningkatnya kualitas
yang bisa merusak kesehatan. pelayanan kesehatan yang ada. Hal
Darmoyo (1995) melaporkan bahwa di ini bisa mengakibatkan permasalahan
Indonesia terdapat kasus lanjut usia serius lainnya yang ditimbulkan akibat
dalam keadaan kurang gizi sebanyak keterbatasan pada lanjut usia itu
3,4% dan berat badan kurang sebesar sendiri (Komnas lansia, 2010).
28,3% (Azizah, 2011). Dalam rencana strategis
Sebelumnya Oktariyani (2012) Kementerian Kesehatan 2015 -
menjelaskan tentang gambaran status 2019 dijelaskan bahwa penduduk
gizi pada lanjut usia di Panti Sosial yang berusia 60 tahun atau lebih,
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya diperkirakan akan meningkat, dimana
01 dan 03 Jakarta Timur yaitu status pada tahun 2015 sebesar 21,6 juta jiwa
gizi lanjut usia berdasarkan Indeks akan naik menjadi 25,9 juta jiwa pada
Massa Tubuh adalah 50,3% berada tahun 2019 (Kemenkes, 2015). Khusus
dalam status gizi normal, 33,6% gizi untuk wilayah Makassar sendiri data
kurang, 16,1% gizi lebih. Sementara yang didapatkan menunjukan bahwa
47,6 % lanjut usia dengan status jumlah penduduk lanjut usia di kota
gizi normal dan tidak membutuhkan ini pada tahun 2013 sebesar 74.743
pengkajian lebih lanjut sedangkan jiwa (Dinkes Makassar, 2014).
52,4% lanjut usia mungkin malnutrisi Puskesmas Pampang merupakan
dan membutuhkan pengkajian lebih Puskesmas dengan jumlah lanjut usia
lanjut berdasarkan Mini Nutritional terbanyak ketiga setelah Bara-baraya
Assessment (MNA). dan Sudiang (Dinkes Makassar, 2014).
Menurut Christensson & Puskesmas Pampang terbagi menjadi
Unosson (2002). MNA adalah alat 3 wilayah kerja, yaitu kelurahan
yang praktis dan secara khusus telah Pampang, kelurahan Panaikkang, dan
digunakan serta dikembangkan untuk kelurahan Karampuang. Dari data
mengevaluasi dan mengidentifikasi bulan Agustus 2015 jumlah lansia di
secara dini status gizi pada lanjut kelurahan Pampang sebanyak 1015,
usia untuk pencegahan resiko di kelurahan Panaikang sebanyak
terjadinya kekurangan gizi dan untuk 923 dan di kelurahan Karampuang
mendapatkan penanganan lebih awal sebanyak 658 orang. Peneliti memilih
sebelum terjadinya resiko malnutrisi. salah satu kelurahan dengan jumlah
Penilaian gizi bagi lanjut usia ini lansia terbanyak yaitu dikelurahan
sangat penting dilakukan karena Pampang. Di kelurahan Pampang ini
kekurangan gizi pada lanjut usia sering belum pernah dilaksanakan skrining
tidak diketahui atau sulit terdiagnosis dan penilaian gizi pada lansia,
(Guigos, 2006). sehingga penting untuk dilakukan di
Hardini (2005) mengatakan wilayah tersebut. Berdasarkan uraian
87
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 86-93

di atas, maka penulis tertarik untuk penilaian gizi pada lanjut usia dengan
melakukan penelitian ″Skrining dan menggunakan MNA. Metode MNA ini
Penilaian Gizi Lanjut Usia di kelurahan dua yaitu skrining gizi dan assessment
Pampang Makassar″. gizi lansia. Metode penarikan sampling
yang digunakan adalah Purposive
METODE Sampling dengan jumlah responden
Penelitian ini adalah deskrptif dalam penelitian ini sebanyak 30
kuantitatif yang bertujuan untuk responden. Jumlah sampel yang akan
mendapatkan gambaran tentang status diambil sebanyak 152 orang lanjut usia
gizi lanjut usia di kelurahan Pampang
dengan melakukan skrining dan

HASIL
Gizi lansia Berdasarkan
n %
MNA
Normal 58 38.5
Beresiko malnutrisi 76 50.5
Malnutrisi 18 11.8
Total 152 100.0
Tabel 1: Gambaran Skiring Gizi Lanjut usia berdasarkan Mini
Nutritional Assesment (MNA) di Kelurahan Pampang Makassar
Tahun 2016 (n=152)

Aspek Skrining Gizi Lansia n %


Asupan makanan tiga Kehilangan nafsu makan berat 0 0.0
bulan terakhir Kehilangan nafsu makan sedang 52 34.2
Tidak ada kehilangan nafsu makan 100 65.8
Penurunan BB 3 bulan > 3 0 0.0
terakhir (Kg) 1-3 Kg 5 3.3
Tidak tahu 74 48.7
Tidak ada penurunan 73 48.0
Mobilitass/Aktivitas Diatas tempat tidur 0 0.0
Tidak beraktifitas normal 22 14.5
Beraktifitas normal 130 85.5
Stes p s i k o l o g i s / Ya 1 0.7
penyakit akut 3 bulan Tidak 151 99.3
terakhir
Problem neuropsikologis Demensia Berat 0 0
Demensia Sedang 101 66.4
Tidak ada masalah 51 33.6
IMT (kg/m2) < 19 31 20.4
19-20 34 22.4
21-23 37 24.3
>23 50 32.9
Tabel 2. Gambaran Skrining Status Gizi Pada Lanjut Usia Berdasarkan MNA

Tabel 1 menggambarkan skrining orang (48,7%) dan tidak ada penurunan


gizi lanjut usia di Kelurahan Pampang sebanyak 73 orang (48,0%), dari segi
Makassar berdasarkan MNA. Hasilnya mobilitas sebagian besar responden
menunjukkan bahwa responden dapat beraktivitas normal sebanyak
(50%) berada dalam kategori beresiko 130 orang (85,5%), lebih dari setengah
menderita malnutrisi. jumlah tidak menderita penyakit akut/
Tabel 2 menunjukkan bahwa stress psikologis 3 bulan terakhir 151
penurunan berat badan 3 bulan orang (99,3%), lebih dari setengah
terakhir yang tidak tahu sebanyak 74 responden mengalami demensia
88
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 86-93

sedang sebanyak 101 (66,4%), dan setengah responden mengkonsumsi


lebih responden terbanyak IMT-nya 2 jenis sayur-sayuran sebanyak
>23 sebanyak 50 orang (32,9%). 85 (90,4%), setengah responden
Tabel 3 menunjukan gambaran mengkonsumsi air >5 gelas sehari
status gizi lanjut usia berdasarkan sebanyak 66 (70,2%), responden
MNA di Kelurahan Pampang Makassar. terbanyak dapat makan dengan normal
Dari data dapat dilihat bahwa semua sebanyak 79 (84,0%), sebagian besar
responden (100,0%) tinggal mandiri, responden tidak tahu masalah nutrisi
mayoritas responden minum obat yang dialaminya sebanyak 79 (84,0%),
kurang dari 3 macam setiap harinya dan sebagian besar responden merasa
sebanyak 90 (95,7%), dan sebagian kondisi kesehatannya tidak tahu
besar responden bebas dari dekubitus sebanyak 86 (91,5%), lingkar lengan
sebanyak 45 (90,0%), lebih dari atas menunjukkan bahwa responden
dua pertiga mengkonsumsi makan terbanyak LLA-nya >21 cm sebanyak
penuh tiga kali sehari sebanyak 71 64 orang (68,1%), lingkar betis
(75,6%), lebih dari tiga perempat responden menunjukkan yang kurang
responden mengkonsumsi 2 jenis dari 31 cm sebanyak 47 (50,0%).
protein sebanyak 85 (90,4%), lebih dari

Asesmen Status Gizi Lansia Berdasarkan MNA n %


Tinggal Mandiri Ya 94 100.0
Tidak 0 0.0
Minum obat > 3 macam sehari Ya 4 4.3
Tidak 90 95.7
Dekubitus Ya 0 0.0
Tidak 94 100.0
Konsumsi makanan lengkap perhari 1 kali 0 0.0
2 kali 23 24.5
3 kali 71 75.6
Konsumsi protein Tidak/ 1Jenis 2 2.1
Jika dua jenis 85 90.4
Jika tiga jenis 7 7.4
Konsumsi 2 jenis atau lebih sayur-sayuran/buah Ya 85 90.4
Tidak 9 9.6
Pendapat lansia tentang status gizinya Berat 0 0.0
Sedang/tidak tahu 79 84.0
Tidak ada masalah 15 16.0
LLA (cm) < 21 16 17.0
21 14 14.9
>21 64 68.1
Lingkar Betis (cm) < 31 47 50.0
≥ 31 47 50.0
Tabel 3. Gambaran Assessment/Penilaian Status Gizi Pada Lanjut Usia Berdasarkan MNA
Tahap II di Kelurahan Pampang Makassar Tahun 2016 (n=94)

Gizi lansia Berdasarkan


n %
MNA
Normal 7 7.4
Beresiko malnutrisi 74 78.7
Malnutrisi 13 13.8
Total 94 100.0
Tabel 4. Gambaran Skor Total Indikator Malnutrisi Pada Lanjut
Usia MNA di Kelurahan Pampang Makassar Tahun 2016 (n=94)

89
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 86-93

Tabel 4 menggambarkan skor Hal ini terjadi secara perlahan seiring


total indikator malnutrisi pada lanjut dengan bertambahnya usia, terjadinya
usia berdasarkan MNA terhadap 94 penurunan dalam ingatan atau dalam
orang yang beresiko malnutrisi dan melakukan aktifitasnya misalkan
malnutrisi dari tabel dapat diamati makan.
bahwa tiga perempat lansia (78,7%) Pada penelitian ini didapatkan
beresiko mengalami malnutrisi. penurunan berat badan dalam 3
bulan terakhir yang tidak diketahui
PEMBAHASAN oleh lansia sebesar 48,7% dan tidak
1. S k r i n i n g G i z i L a n j u t U s i a ada penurunan 48,0%. Hal ini dapat
Berdasarkan MNA (Tahap 1) disebabkan lansia tinggal di rumahnya
Hasil penelitian tentang skrining sendiri sehingga dapat beradaptasi
gizi lanjut usia berdasarkan Mini dengan kondisi lingkungan dan
Nutritional Assesment (MNA) di makanan yang diinginkan. Meskipun
Kelurahan Pampang Makassar dari lansia mengalami perubahan pada
152 orang responden menunjukkan dirinya seperti penurunan nafsu makan
bahwa responden dengan status gizi karena penurunan fungsi indera
normal 58 orang (38,2%) dan yang penciuman dan perasa, perubahan
membutuhkan penilaian lebih lanjut dalam rongga mulut seperti tanggalnya
ketahap dua sebanyak 94 orang yang gigi/ompong tidak akan mempengaruhi
terbagi atas beresiko malnutrisi 76 asupan makanan pada lansia karena
orang (50,0%) dan malnutrisi 11,8%. lansia sudah dapat beradaptasi dan
Banyaknya lansia yang berada menerima perubahan yang terjadi pda
dalam risiko malnutrisi disebabkan dirinya.
karena faktor usia yang dapat Faktor lain yang memungkinkan
menyebabkan perubahan pada sistem lansia mengalami malnutrisi
pencernaan lansia dan adanya faktor berdasarkan skrining MNA adalah
risiko yang mempengaruhi status gizi faktor mobilisasi, kehilangan berat
lansia seperti faktor psikologi, adanya badan, masalah neuropsikologis dan
riwayat penyakit serta junlah dan stress psikologis atau penyakit akut.
jenis asupan makanan. Faktor-faktor Hal ini terlihat dari hasil penelitian
tersebut terdapat dalam pertanyaan- bahwa dari segi mobilitas sebagian
pertanyaan yang ada di dalam MNA. besar responden dapat beraktivitas
Pada hasil skrining ini didapatkan normal (85,5%), hampir semua lansia
setengah dari jumlah lansia atau tidak menderita penyakit akut/stress
sebanyak 76 responden (50%) lanjut psikologis dalam 3 bulan terakhir
usia yang beresiko malnutrisi dan 18 (99,3%), lebih dari setengah responden
responden (11,8%) malnutrisi. Hal mengalami demensia sedang (66,4%),
ini dapat disebabkan karena adanya dan dua pertiga responden yang
faktor usia yang dapat menyebabkan memiliki IMT-nya >23 (32,9%).
perubahan pada sistem pencernaan Pemeriksaan status gizi dengan
lanjut usia dan juga karena adanya menggunakan MNA yang spesifik untuk
faktor lain seperti faktor psikologi, penderita geriatri, berlaku selama 3
masalah neuropsikologi, masalah bulan dari hasil pemeriksaan awal
asupan makanan maupun masalah (pemeriksaan tiap 3 bulan). Skrining
penurunan berat badan (Simanjuntak, malnutrisi yang tampak pada bagian
2010). pertama MNA dapat dilakukan pada
Dari hasil penelitian juga dapat penderita yang rawat jalan, dirawat
dilihat banyaknya responden yang di rumah sakit, dan institusi-institusi
mengalami masalah neuropsikologis yang menampung orang tua. Skala
dimensia tingkat sedang yang bisa (skor 1 —14) terdiri dari 6 pertanyaan.
juga menjadi penyebab terjadinya Penderita yang beresiko malnutrisi
resiko malnutrisi pada lanjut usia. dan malnutrisi (nilai 11 atau kurang)
90
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 86-93

membutuhkan kajian lebih jauh untuk status tinggal lansia. Asupan gizi
mendefinisikan derajat malnutrisi dan merupakan faktor utama yang paling
menentukan rencana penanganan gizi menentukan status gizi lansia baik itu
yang tepat (Hardini, 2005). asupan energi karbohidrat, protein dan
Alat untuk kajian gizi yang valid lemak. Berdasarkan penelitian Enny,
tampak pada bagian kedua MNA. Elnovriza, & Hamid (2006) ditemukan
Kajian ini berkembang melalui kerja adanya hubungan antara asupan
sama antara Universitas Toulouse, gizi, umur dan jenis kelamin dengan
Fakultas Kedokteran di New Mexico kejadian malnutrisi pada lanjut usia.
dan Pusat Penelitian Nestle (Swiss). Umur responden mempunyai
Skala terdiri dari 12 butir yang terdiri peranan penting terhadap status gizi.
dari pengukuran antropometri, Pada lanjut usia kebutuhan energi
kebiasaan makan, faktor-faktor global dan lemak menurun. Setelah usia 50
dan subyektif (Amella, 2007). tahun, kebutuhan energi berkurang
2. Assessment atau Penilaian status sebesar 5% untuk setiap 10 tahun.
gizi lanjut usia (Tahap II) Kebutuhan protein, vitamin dan
Adapun assessment atau mineral tetap yang berfungsi sebagai
penilaian lebih lanjut terhadap status regenerasi sel dan antioksidan untuk
gizi lansia berdasarkan Mini Nutritional melindungi sel-sel tubuh dari radikal
Assessment (MNA) terhadap 94 orang bebas yang dapat merusak sel. seiring
yang beresiko malnutrisi dan malnutrisi dengan peningkatan umur akan
saat skrining menunjukkan bahwa di ikuti dengan penurunan fungsi
lebih dari setengah responden beresiko pengecapan sehingga sering terjadi
malnutrisi (78,7%). Berdasarkan hasil kehilangan nafsu makan yang berat
penelitian tersebut lebih banyak lansia (Fatmah, 2010).
yang berisiko malnutrisi dibandingkan Jenis kelamin juga berpengaruh
dengan lansia yang malnutrisi atau terhadap status nutrisi lansia, dimana
lansia yang memiliki nutrisi baik. umumnya laki-laki memerlukan zat
Hasil penelitian ini sejalan dengan gizi lebih banyak (terutama energi,
penelitian sebelumnya yang dilakukan protein dan lemak) dibandingkan
oleh Oktariyani (2012) tentang wanita, karena postur, otot dan luas
gambaran status gizi pada lanjut usia permukaan tubuh laki-laki lebih luas
di Jakarta Timur yaitu status gizi dari wanita. Berbanding terbalik pada
lanjut usia berdasarkan Indeks Massa penelitian ini, wanita lebih banyak
Tubuh adalah 50,3% berada dalam yang mengalami malnutrisi yaitu
status gizi normal, 33,6% gizi kurang, sebanyak 10 responden sedangkan
16,1% gizi lebih. Sementara 47,6 % laki-laki hanya sepertiganya saja
lanjut usia dengan status gizi normal yang mengalami risiko malnutrisi
dan tidak membutuhkan pengkajian yang berjenis kelamin perempuan
tahap II sedangkan 52,4% lanjut usia sebanyak 52 responden lebih banyak
mungkin malnutrisi dan membutuhkan dibandingkan laki lakiyaitu sebanyak
pengkajian tahap II berdasarkan Mini 22 responden.
Nutritional Assessment (MNA). Pada pengkajian MNA ini terdapat
Dalam penelitian ini didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi
bahwa lebih dari setengah responden lansia berada dalam risiko malnutrisi.
berisiko malnutrisi yaitu sebanyak 74 Faktor-faktor tersebut adalah
responden (78,7%) dan 13 responden lingkungan/tempat tinggal, terapi
(11,8%) yang mengalami malnutrisi. pengobatan, adanya luka tekan,
Tingginya kejadian risiko malnutrisi frekuensi makan setiap hari, jenis
dan angka kejadian malnutrisi pada asupan protein, konsumsi sayur atau
lansia dipengaruhi oleh beberapa buha, asupan cairan, cara makan,
faktor seperti asupan zat gizi persepsi lansia tentang status gizi dan
responden, umur, jenis kelamin dan kesehatannya serta pengukuran LLA
91
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 86-93

(Lingkar Lengan Atas) dan LB (Lingkar sebagian mengkonsumsi makan penuh


Betis). Faktor-faktor tersebut terdapat tiga kali sehari (75,6%), lebih dari
dalam setiap pertanyaan yang ada di setengah responden mengkonsumsi
dalam full MNA. protein 2 jenis (90,4%), lebih dari
Pada penelitian ini ditemukan setengah responden mengkonsumsi
semua responden tinggal mandiri 2 jenis sayur-sayuran (90,4%) ,
(100,0%). Kondisi ini dapat menjadi responden terbanyak dapat makan
faktor pendukung bagi lansia dalam dengan normal (84,0%).
pemenuhan status gizinya selama Persepsi tentang status gizi pada
lansia masih mandiri dalam melakukan diri lansia serta pandangan tentang
aktivitasnya. Hal ini dapat terjadi status kesehatan jika dibandingkan
karena lansia yang tinggal mandiri dengan orang lain dapat mempengaruhi
dapat mengolah makanan sesuai hasil MNA. Pada pertanyaan ini
dengan seleranya. sebagian besar lansia tidak tahu
Selain faktor lingkungan, faktor masalah nutrisi yang dialaminya
lain yang menyebabkan lansia berisiko (84,0%). Hal ini wajar, karena sebagian
malnutirisi adalah asupan cairan besar lansia menganggap dirinya dalam
yang kurang pada lansia. Data ini keadaan baik jika tidak mengalami
menunjukkan bahwa sebagain besar penurunan/kehilangan berat badan.
lansia dapat mengalami kekurangan Hampir semua responden pada
cairan dan kebutuhan cairan per hari penelitian ini tidak mengetahui
kurang sehingga lansia berisiko untuk tentang kondisi kesehatannya (91,5%).
malnutirisi. Pemikiran yang positif dari lansia
Faktor lain yang menyebabkan tentang kondisi kesehatannya dapat
lansia berisiko malnutrisi adalah meningkatkan status kesehatan
pengukuran LLA dan LB. Pengukuran lansia. Hal ini dikarenakan jika lansia
LLA ini adalah salah satu cara untuk berpikiran negatif tentang status
mengetahui risiko kekurangan energi kesehatannya menyebabkan lansia
protein (Supariasa, Bakri, & Fajar, cenderung untuk stress dan dapat
2012). Ambang batas LiLA dengan mempengaruhi kondisi psikologis
risiko kekurangan energi kronik di lansia dan pada akhirnya berpengaruh
Indonesia adalah 23,5 cm. Berdasarkan terhdap status gizi lansia.
data didapatkan lingkar lengan atas Ditemukannya responden
menunjukkan bahwa responden yang kebanyakan mengalami resiko
terbanyak LLA-nya >21 cm (68,1%). malnutrisi dalam penelitian ini
Selain itu, pengukuran LB yang kemungkinan disebabkan karena
dilakukan dalam pengkajian MNA ini batasan dari status gizi yang
sebagian besar lansia berada di bawah digunakan diadopsi langsung dari
31 cm (50,0%). pengukuran di negara eropa dan belum
Faktor frekuensi makan, jenis ada batasan tersendiri untuk negara-
asupan protein dan sayur pada negara Asia yang secara antropometri
sebagain lansia tidak mengalami berbeda dengan orang-orang Eropa.
masalah dalam penelitian ini. Hal ini Hal ini bisa dilihat dari batasan yang
disebabkan semua lansia mendapatkan berbeda dalam penilaian status gizi
jumlah dan jenis makanan sesuai berdasarkan IMT pada orang Asia dan
dengan yang selera lansia, namun orang Eropa. Olehnya itu, peneliti
dikarenakan tidak adanya pengawasan merasa perlu dilakukan penelitian
dari keluarga saat makan mungkin yang berkelanjutan tentang penilaian
asupan makanan yang masuk ke dalam status gizi lansia berdasarkan MNA
tubuh tidak sama. Hal ini salah satu yang sesuai dengan orang Indonesia
yang menyebabkan adanya perbedaan atau orang Asia pada umumnya.
status gizi pada lansia. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penelitian ini bahwa
92
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 86-93

KESIMPULAN journal of clinical nutrition , 810-818.


Skrining gizi lanjut usia di Comer, S. (2005). Geriatric nursing care plans.
Singapore: Thomson Asia Pte Ltd.
Kelurahan Pampang Makassar Dinkes Makassar. (2014). Profil kesehatan kota
berdasarkan Mini Nutritional Assesment Makassar 2013. Makassar: Pemerintah
(MNA) menunjukkan bahwa setengah Kota Makassar.
responden beresiko malnutrisi Enny, E., Elnofriza, D., & Hamid, S. (2006,
September). Faktor-faktor yang
sebanyak 76 responden (50,0%), yang
berhubungan dengan status gizi usila
malnutrisi 18 responden (11,8%) dan di Kota Padang Tahun 2006. Jurnal
yang memiliki gizi normal 58 responden Kesehatan Masyarakat , pp. hal 5-7.
(38,2%). Assessment/penilaian status Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta:
gizi lanjut usia tahap II berdasarkan Erlangga.
Guigos, Y. (2006). The mini nutritional
Mini Nutritional Assesment (MNA) assesment review of the literatur-what
di kelurahan Pampang Makassar does is tell us ? the journal of nutrition,
menunjukkan bahwa lebih dari health and agging , 10, 466-487.
tiga perempat (78,7%) responden Hardini, R. S. (2005). Hubungan status gizi
(MNA) dengan outcome hasil perawatan
beresiko mengalami malnutrisi, dan
penderita di divisi geriatri rumah sakit dr.
13,8% sisanya telah mengalami kariadi semarang. semarang: fakultas
malnutrisi. Dari hasil penelitian ini, kedokteran universitas diponegoro.
direkomendasikan agar Puskesmas Kemenkes. (2012). Pedoman pelayanan gizi
mengukur dan melakukan penilaian lanjut usia. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
terhadap status gizi lanjut usia setiap 3 K e m e n k e s . ( 2 0 1 5 ) . Rencana strategis
bulan sekali untuk mencegah terjadinya kementerian kesehatan tahun 2015-2019.
resiko malnutrisi dan juga malnutrisi. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Para perawat juga disarankan untuk Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI . (2013). Gambaran
mencoba menggunakan MNA sebagai
kesehatan lanjut usia di Indonesia.
dasar dalam penilaian status gizi Jakarta: Kementerian kesehatan RI.
lanjut usia. Penelitian selanjutnya Komnas lansia. (2010). Profil penduduk lanjut
disarankan tentang status gizi lanjut usia tahun 2009. Jakarta: Komisi
usia dengan menggunakan berbagai Nasional Lanjut Usia.
Nugroho, H. W. (2012). Keperawatan gerontik &
macam indikator penilaian status gizi geriatrik. Jakarta: Buku kedokteran EGC.
untuk mendapatkan alat ukur yang Oktariyani. (2012). Gambaran status gizi pada
tepat untuk menilai status gizi lanjut lanjut usia di panti sosial Tresna Werdha
usia. (PSTW) Budi Mulya 01 Dan 03 Jakarta
Timur. Jakarta: FIK UI.
Simanjuntak, E. (2010). Status gizi usia
DAFTAR PUSTAKA lanjut di daerah pedesaan, kecamatan,
Azizah, M. L. (2011). Keperawatan lanjut usia. porcea, kabupaten toba samosir propinsi
Yogyakarta: Graha Ilmu. sumatera utara 2010. Sumatera Utara:
Boedhi, & Darmojo. (2014). Buku ajar Boedhi- Fak FKM, Program studi ilmu kesehatan
Darmojo geriatri (ilmu kesehatan usia masyarakat.
lanjut). Semarang: Badan penerbit Supariasa, I. D., Bakri, B., & Fajar, I. (2012).
Fakultas Kedokteran Universitas Penilaian status gizi. Jakarta: Buku
Indonesia. kedokteran EGC.
Christensson, L., & Unosson, M. (2002). Susetyowati. (2014). Penerapan skrining gizi di
Evaluation of nutritional assessment rumah sakit. Yogyakarta: Gadjah Mada
techniques in elderly people newly University Pres.
admitted to municipal care. European

93

Vous aimerez peut-être aussi