Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
1
Puskesmas Luwuk Sulawesi Tengah
2,3
.Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
ABSTRACT
Introduction: Aging is a condition or individual circumstances which unavoidable. One of
the attempts to achieve optimal health status is by improving the nutritional need of the
society, especially the elderly.The increasing of elderly number will cause various complex
problems for elderly families and society.The purpose of this research is to figure out the
overview of screening and assessment of nutritional status in elderly at Pampang village in
Makassar. Method: Quantitative research with descriptive research design is used as a method
of this research. Samples were obtained by using consecutive sampling with a total sample
152 eligible respondents. Result:The screening results of the first phase showed 38.2% of
the elderly have a normal nutritional status, 50% of the elderly are at risk of malnutrition,
and 11.8% of the elderly have a malnourished nutritional status.The results of the phase II
assessment which were obtained from 94 respondents from the first phase (malnutrition
respondent and respondent having risk of malnutrition) showed 7.4% of them have a normal
nutritional status, 78.7% are at risk of malnutrition, and 13.8% have a malnourished
nutritional status. Conclusion: Based on the results of phase II, it is showed that more than
two third of respondents (78.7%) are at risk of malnutrition. The assessment of nutritional
status should be conducted every 3 months in the elderly in order to prevent the risk of
malnutrition and the malnutrition it self.
protein hewani terutama ikan, sayur bahwa untuk melakukan skrining dan
dan buah, hindari kegemukan dan penilaian terhadap status gizi lanjut
obesitas (Azizah, 2011). usia merupakan suatu tantangan dan
Gizi adalah makanan yang menjadi kesulitan tersendiri karena
sangat bermanfaat untuk kesehatan membutuhkan ketelitian dalam
khususnya bagi lanjut usia. Kecukupan pengambilan data antara lanjut usia
makanan sehat sangat penting bagi yang berada dimasyarakat, dipanti
kelompok usia ini, karena pemenuhan jompo ataupun di rumah sakit.
kebutuhan gizinya sama dengan pada Jumlah lanjut usia pada saat
usia dewasa hanya saja nafsu makan sekarang ini sudah semakin meningkat,
lanjut usia yang cenderung terus dimana peningkatan jumlah penduduk
menurun (Simanjuntak, 2010). Oleh lanjut usia ini diakibatkan karena
karena itu, harus terus diupayakan terjadi peningkatan angka harapan
untuk mengkonsumsi makanan yang hidup yang merupakan dampak
penuh gizi dan menghindari makanan dari semakin meningkatnya kualitas
yang bisa merusak kesehatan. pelayanan kesehatan yang ada. Hal
Darmoyo (1995) melaporkan bahwa di ini bisa mengakibatkan permasalahan
Indonesia terdapat kasus lanjut usia serius lainnya yang ditimbulkan akibat
dalam keadaan kurang gizi sebanyak keterbatasan pada lanjut usia itu
3,4% dan berat badan kurang sebesar sendiri (Komnas lansia, 2010).
28,3% (Azizah, 2011). Dalam rencana strategis
Sebelumnya Oktariyani (2012) Kementerian Kesehatan 2015 -
menjelaskan tentang gambaran status 2019 dijelaskan bahwa penduduk
gizi pada lanjut usia di Panti Sosial yang berusia 60 tahun atau lebih,
Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulya diperkirakan akan meningkat, dimana
01 dan 03 Jakarta Timur yaitu status pada tahun 2015 sebesar 21,6 juta jiwa
gizi lanjut usia berdasarkan Indeks akan naik menjadi 25,9 juta jiwa pada
Massa Tubuh adalah 50,3% berada tahun 2019 (Kemenkes, 2015). Khusus
dalam status gizi normal, 33,6% gizi untuk wilayah Makassar sendiri data
kurang, 16,1% gizi lebih. Sementara yang didapatkan menunjukan bahwa
47,6 % lanjut usia dengan status jumlah penduduk lanjut usia di kota
gizi normal dan tidak membutuhkan ini pada tahun 2013 sebesar 74.743
pengkajian lebih lanjut sedangkan jiwa (Dinkes Makassar, 2014).
52,4% lanjut usia mungkin malnutrisi Puskesmas Pampang merupakan
dan membutuhkan pengkajian lebih Puskesmas dengan jumlah lanjut usia
lanjut berdasarkan Mini Nutritional terbanyak ketiga setelah Bara-baraya
Assessment (MNA). dan Sudiang (Dinkes Makassar, 2014).
Menurut Christensson & Puskesmas Pampang terbagi menjadi
Unosson (2002). MNA adalah alat 3 wilayah kerja, yaitu kelurahan
yang praktis dan secara khusus telah Pampang, kelurahan Panaikkang, dan
digunakan serta dikembangkan untuk kelurahan Karampuang. Dari data
mengevaluasi dan mengidentifikasi bulan Agustus 2015 jumlah lansia di
secara dini status gizi pada lanjut kelurahan Pampang sebanyak 1015,
usia untuk pencegahan resiko di kelurahan Panaikang sebanyak
terjadinya kekurangan gizi dan untuk 923 dan di kelurahan Karampuang
mendapatkan penanganan lebih awal sebanyak 658 orang. Peneliti memilih
sebelum terjadinya resiko malnutrisi. salah satu kelurahan dengan jumlah
Penilaian gizi bagi lanjut usia ini lansia terbanyak yaitu dikelurahan
sangat penting dilakukan karena Pampang. Di kelurahan Pampang ini
kekurangan gizi pada lanjut usia sering belum pernah dilaksanakan skrining
tidak diketahui atau sulit terdiagnosis dan penilaian gizi pada lansia,
(Guigos, 2006). sehingga penting untuk dilakukan di
Hardini (2005) mengatakan wilayah tersebut. Berdasarkan uraian
87
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 86-93
di atas, maka penulis tertarik untuk penilaian gizi pada lanjut usia dengan
melakukan penelitian ″Skrining dan menggunakan MNA. Metode MNA ini
Penilaian Gizi Lanjut Usia di kelurahan dua yaitu skrining gizi dan assessment
Pampang Makassar″. gizi lansia. Metode penarikan sampling
yang digunakan adalah Purposive
METODE Sampling dengan jumlah responden
Penelitian ini adalah deskrptif dalam penelitian ini sebanyak 30
kuantitatif yang bertujuan untuk responden. Jumlah sampel yang akan
mendapatkan gambaran tentang status diambil sebanyak 152 orang lanjut usia
gizi lanjut usia di kelurahan Pampang
dengan melakukan skrining dan
HASIL
Gizi lansia Berdasarkan
n %
MNA
Normal 58 38.5
Beresiko malnutrisi 76 50.5
Malnutrisi 18 11.8
Total 152 100.0
Tabel 1: Gambaran Skiring Gizi Lanjut usia berdasarkan Mini
Nutritional Assesment (MNA) di Kelurahan Pampang Makassar
Tahun 2016 (n=152)
89
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 86-93
membutuhkan kajian lebih jauh untuk status tinggal lansia. Asupan gizi
mendefinisikan derajat malnutrisi dan merupakan faktor utama yang paling
menentukan rencana penanganan gizi menentukan status gizi lansia baik itu
yang tepat (Hardini, 2005). asupan energi karbohidrat, protein dan
Alat untuk kajian gizi yang valid lemak. Berdasarkan penelitian Enny,
tampak pada bagian kedua MNA. Elnovriza, & Hamid (2006) ditemukan
Kajian ini berkembang melalui kerja adanya hubungan antara asupan
sama antara Universitas Toulouse, gizi, umur dan jenis kelamin dengan
Fakultas Kedokteran di New Mexico kejadian malnutrisi pada lanjut usia.
dan Pusat Penelitian Nestle (Swiss). Umur responden mempunyai
Skala terdiri dari 12 butir yang terdiri peranan penting terhadap status gizi.
dari pengukuran antropometri, Pada lanjut usia kebutuhan energi
kebiasaan makan, faktor-faktor global dan lemak menurun. Setelah usia 50
dan subyektif (Amella, 2007). tahun, kebutuhan energi berkurang
2. Assessment atau Penilaian status sebesar 5% untuk setiap 10 tahun.
gizi lanjut usia (Tahap II) Kebutuhan protein, vitamin dan
Adapun assessment atau mineral tetap yang berfungsi sebagai
penilaian lebih lanjut terhadap status regenerasi sel dan antioksidan untuk
gizi lansia berdasarkan Mini Nutritional melindungi sel-sel tubuh dari radikal
Assessment (MNA) terhadap 94 orang bebas yang dapat merusak sel. seiring
yang beresiko malnutrisi dan malnutrisi dengan peningkatan umur akan
saat skrining menunjukkan bahwa di ikuti dengan penurunan fungsi
lebih dari setengah responden beresiko pengecapan sehingga sering terjadi
malnutrisi (78,7%). Berdasarkan hasil kehilangan nafsu makan yang berat
penelitian tersebut lebih banyak lansia (Fatmah, 2010).
yang berisiko malnutrisi dibandingkan Jenis kelamin juga berpengaruh
dengan lansia yang malnutrisi atau terhadap status nutrisi lansia, dimana
lansia yang memiliki nutrisi baik. umumnya laki-laki memerlukan zat
Hasil penelitian ini sejalan dengan gizi lebih banyak (terutama energi,
penelitian sebelumnya yang dilakukan protein dan lemak) dibandingkan
oleh Oktariyani (2012) tentang wanita, karena postur, otot dan luas
gambaran status gizi pada lanjut usia permukaan tubuh laki-laki lebih luas
di Jakarta Timur yaitu status gizi dari wanita. Berbanding terbalik pada
lanjut usia berdasarkan Indeks Massa penelitian ini, wanita lebih banyak
Tubuh adalah 50,3% berada dalam yang mengalami malnutrisi yaitu
status gizi normal, 33,6% gizi kurang, sebanyak 10 responden sedangkan
16,1% gizi lebih. Sementara 47,6 % laki-laki hanya sepertiganya saja
lanjut usia dengan status gizi normal yang mengalami risiko malnutrisi
dan tidak membutuhkan pengkajian yang berjenis kelamin perempuan
tahap II sedangkan 52,4% lanjut usia sebanyak 52 responden lebih banyak
mungkin malnutrisi dan membutuhkan dibandingkan laki lakiyaitu sebanyak
pengkajian tahap II berdasarkan Mini 22 responden.
Nutritional Assessment (MNA). Pada pengkajian MNA ini terdapat
Dalam penelitian ini didapatkan beberapa faktor yang mempengaruhi
bahwa lebih dari setengah responden lansia berada dalam risiko malnutrisi.
berisiko malnutrisi yaitu sebanyak 74 Faktor-faktor tersebut adalah
responden (78,7%) dan 13 responden lingkungan/tempat tinggal, terapi
(11,8%) yang mengalami malnutrisi. pengobatan, adanya luka tekan,
Tingginya kejadian risiko malnutrisi frekuensi makan setiap hari, jenis
dan angka kejadian malnutrisi pada asupan protein, konsumsi sayur atau
lansia dipengaruhi oleh beberapa buha, asupan cairan, cara makan,
faktor seperti asupan zat gizi persepsi lansia tentang status gizi dan
responden, umur, jenis kelamin dan kesehatannya serta pengukuran LLA
91
Indonesian Contemporary Nursing Journal, 1(2), 86-93
93