Vous êtes sur la page 1sur 9

HUBUNGAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT, POLA KONSUMSI

MAKANAN DENGAN STATUS GIZI LANSIA DI DESA CULIK


KECAMATAN ABANG KABUPATEN KARANGASEM

Desak Nyoman Susilawati¹, I Putu Suiraoka², Pande Putu Sri Sugiani3


¹ Ahli Gizi di Puskesmas Abang II Karangasem
²·3 Dosen Jurusan Gizi Poltekes Denpasar

Abstract. Elderly is the final stage of the human life cycle and is a process of life
faced each individual. Oral hygiene in the elderly should be maintained given the
various changes that occur in the elderly, where the oral mucosa undergo depletion,
decreased salivary products, and tooth loss. The objective of this study was to
determine the relationship of oral health, consumption patterns and nutritional status
of elderly. This study is an observational study with cross-sectional design,
implemented in Culik village, Abang District, Karangasem regency, with a sample
of 48 elderly people, taken by simple random sampling technique. Oral health was
assessed using OHIP-14 questionnaire by using a Likert scale (1 to 5), the pattern
of food consumption obtained by questionnaire using the form SQ - FFQ whereas
nutritional status assessed using questionnaires Mini Nutrition Assessment (MNA),
assessed by 2 phases: screening and assessment phase. The results showed that (1)
There is a significant association between oral health by consumption patterns (p =
0.00). (2) There is a significant association between consumption patterns and
nutritional status (p = 0.00). Based on these results it can be concluded that there is
a significant association between oral health, consumption patterns and nutritional
status of the elderly in the village of Culik, Abang Sub-district, Karangasem regency.
Keywords : dental health; food consumption patterns; nutritional status; elderly

Kemajuan dan pembangunan bidang setelah China, India, dan Jepang. Struktur
ekonomi akan meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia berubah dari
dan pelayanan kesehatan masyarakat. masyarakat populasi muda tahun 1971
Salah satu indikator keberhasilan menjadi populasi lebih tua pada tahun
pembangunan adalah semakin meningkat- 2020. Menurut laporan World Health
nya usia harapan hidup penduduk. Hal ini Organization (WHO) tahun 1998 usia
juga diiringi dengan usia harapan hidup (life harapan hidup orang Indonesia meningkat
expectancy) dan taraf hidup penduduk. dari 65 tahun menjadi 73 tahun pada tahun
Peningkatan usia harapan hidup tentu saja 2025. Jumlah yang cukup tinggi ini
akan membawa dampak meningkatkan menjadikan lansia sebagai kelompok
jumlah populasi lanjut usia (lansia)1. penduduk yang memerlukan perhatian
Pada tahun 2007 jumlah penduduk lansia lebih dalam hal sosial, ekonomi, dan
sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat kesehat an. Peningkatan masalah
menjadi 20.547.541 pada tahun 2009. kesehatan merupakan salah satu dampak
Jumlah ini termasuk terbesar keempat dari peningkatan jumlah lansia 1.

24
DN Susilawati, IP Suiraoka, PP Sri Sugiani (Hubungan Kesehatan Gigi dan Mulut...)
Pertambahan usia memengaruhi aspek fisik berat badan lansia serta dapat menjadi
dan pola konsumsi lansia, yang terkait semua fokus infeksi 4.
dengan penurunan nafsu makan akibat Desa Culik merupakan salah satu desa
menurunnya fungsi indra pengecapan. Hal yang berada di wilayah Kecamatan
tersebut berdampak pada status gizi dan Abang, Kabupaten Karangasem yang
status kesehatannya. Sebanyak 60% lansia terdapat banyak penduduk lansia yang
di Indonesia tergolong miskin, dan masih aktif bekerja. Jumlah lansia yang
merupakan 27% dari total penduduk berumur ≥60 tahun di Desa Culik
miskin. Hal ini dikarenakan oleh rata-rata mengalami peningkatan dimana pada tahun
penduduk lansia hanya memiliki jenjang 2010 jumlah penduduk lansia ada 97
pendidikan Sekolah Dasar tanpa memiliki orang dan meningkat pada tahun 2011
pekerjaan tetap. Parameter status ekonomi menjadi 120 orang. Peningkatan jumlah
penduduk dapat memengaruhi berbagai penduduk lansia ini perlu mendapat
aspek kehidupan karena dengan semakin perhatian karena masa-masa diusia tua ini
besar pendapatan yang dimiliki, semakin merupakan masa yang rawan terhadap
besar juga kemungkinan seseorang dapat terkena penyakit, salah satunya yaitu
memenuhi kebutuhan hidupnya dan penyakit gigi dan mulut.
memiliki kehidupan yang lebih baik. Hal Angka kesakitan gigi dan mulut pada lansia
ini menyebabkan status ekonomi lansia di Puskesmas wilayah Kecamatan Abang
juga menjadi faktor yang dapat tahun 2010 adalah sebesar 200 kasus,
mempengaruhi pola konsumsi makan yang tahun 2011 sebesar 195 kasus dan
akan memengaruhi keadaan kesehatan- meningkat pada tahun 2012 sebesar 230
nya2. kasus (Register kunjungan pasien poli gigi
Kebersihan gigi dan mulut pada lansia dan mulut Puskesmas Abang, 2012). Hal
harus dijaga mengingat berbagai ini menggambarkan bahwa masih
perubahan yang terjadi pada lansia, rendahnya kesadaran masyarakat
dimana pada mukosa mulut mengalami khususnya lansia dalam merawat gigi dan
penipisan, penurunan produk saliva, dan mulut, sehingga berdampak pada
tanggalnya gigi. Semua ini dapat peningkatan jumlah kasus kesakitan gigi
menyebabkan iritasi sehingga bisa menjadi dan mulut pada lansia.
pintu gerbang masuknya bibit penyakit Gigi dan mulut adalah bagian penting yang
dalam tubuh lansia 3. harus dipertahankan kebersihannya, sebab
Perawatan gigi dan mulut merupakan salah melalui organ ini berbagai kuman dapat
sat u perawatan diri yang harus masuk 6. Gigi normal terdiri dari tiga bagian
dilaksanakan oleh lansia. Jika perawatan yaitu kepala, leher dan akar. Gigi yang
ini tidak baik dapat menyebabkan sehat tampak putih, halus, bercahaya, dan
hilangnya nafsu makan dan penurunan berjajar rapi. Kebersihan mulut dan gigi

25
Jurnal Ilmu Gizi Volume 6 Nomor 1 Februari 2015: 24 - 32
pada lansia harus tetap dijaga dengan Metode Penelitian
menyikat gigi dan kumur-kumur secara Penelitian ini adalah penelitian
teratur meskipun sudah ompong. Bagi observasional dengan rancangan Cross
lansia yang memiliki gigi agak lengkap Sectional dilaksanakan di Desa Culik,
dapat menyikat giginya sendiri dua kali Abang, Karangasem, Bali. Populasi
sehari pada pagi dan malam sebelum tidur, dalam penelitian ini yaitu seluruh lansia
termasuk bagian gusi dan bila ada gigi (berumur 55-69 tahun) yang berada di
berlubang dan ada endapan warna kuning wilayah Desa Culik yang berjumlah 130
sampai cokelat sebaiknya segera ke orang. Teknik pengambilan sampel
puskesmas 5. menggunakan teknik Simple Random
Separuh lansia banyak kehilangan gigi, hal Sampling. Besar sampel sebanyak 48
ini mengakibatkan t erganggunya sampel dengan kriteria: lansia yang berusia
kemampuan dalam mengkonsumsi 55-65 tahun dan bersedia menjadi sampel
makanan dengan tekstur keras, sedangkan penelitian dengan menandatangani surat
makanan yang lunak kurang mengandung persetujuan sebagai sampel.
vit A, vit C, dan serat sehingga Data yang dikumpulkan meliputi data
menyebabkan mudah mengalami primer dan sekunder. Data primer meliputi
konstipasi 6. identitas sampel, antropometri (berat
Gigi merupakan unsur penting untuk badan dan tinggi badan), kesehatan gigi
pencapaian derajat kesehatan dan gizi dan mulut serta pola konsumsi sedangkan
yang baik. Penelitian di dalam maupun di data sekunder meliputi gambaran umum
luar negeri menunjukkan banyak lansia wilayah lokasi penelitian dan jumlah
yang telah kehilangan sebagian besar gigi penduduk. Pengumpulan data dilakukan
mereka. Sebagian tidak menggantinya dengan wawancara dengan kuesioner Data
dengan gigi palsu dan sebagian yang kesehatan gigi dan mulut Lansia diperoleh
memakai gigi palsu keadaannya tidak dengan menggunakan angket dengan
nyaman sehingga justru mengganggu saat metode OHIP-14, data pola konsumsi
makan dan mengunyah 1. makanan diperoleh dengan metode
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wawancara menggunakan form SQ-FFQ.
hubungan kesehatan gigi dan mulut, pola Data tinggi badan diperoleh dari mengukur
konsumsi dengan status gizi lansia. Secara tinggi badan menggunakan mikrotoice,
khusus bertujuan untuk menentukan sedangkan data berat badan dengan
kesehatan gigi dan mulut lansia, menentu- penimbangan menggunakan timbangan
kan pola konsumsi lansia dan status gizi injak. Data status gizi lansia ditentukan
lansia, menganalisis hubungan kesehatan dengan cara menggunakan form MNA,
gigi dan mulut dengan pola konsumsi lansia dimana nilai berdasarkan 2 tahap yaitu
serta status gizi lansia. tahap penapisan dan tahap penilaian.

26
DN Susilawati, IP Suiraoka, PP Sri Sugiani (Hubungan Kesehatan Gigi dan Mulut...)
Setelah didapatkan nilai, dijumlahkan dan Agama yang dianut sampel seluruh sampel
dikelompokkan berdasarkan skor atau (100 %) beragama Hindu. Distribusi
kategori status gizi berdasarkan MNA. sampel menurut karakteristik dipaparkan
Data gambaran umum wilayah lokasi dalam tabel 1.
penelitian diperoleh pada catatan yang ada
pada kantor Desa Culik.

Hasil dan Pembahasan

Gambaran umum lokasi penelitian


Desa Culik terletak di bagian utara wilayah
Kecamatan Abang, Karangasem, Bali.
Desa Culik terdiri dari 5 dusun/banjar yaitu
banjar dinas Amertasari, Buayang,
Pekandelan, Seloni, dan Geria. Desa Culik
merupakan dataran rendah diantara
pebukitan dan merupakan iklim tropis
dengan suhu rata-rata 26,90C. Jumlah
penduduk Desa Culik tahun 2013 adalah
Kesehatan gigi dan mulut Lansia
3.890 orang, yang terdiri dari penduduk
laki-laki 1.923 orang dan penduduk Kesehatan gigi dan mulut pada usia lanjut
perempuan 1.967 orang. Sebagian besar dapat dinilai dengan Oral Health Impact
penduduk Desa Culik adalah wiraswasta Profile-14 (OHIP–14) dimana tujuh
yaitu 778 orang dan tingkat pendidikan dimensi tersebut (keterbatasan fungsi, rasa
terbanyak yaitu SD 10. Desa Culik sakit fisik, ketidak nyamanan psikis,
termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas ketidak mampuan fisik, ketidak mampuan
Abang II. psikis, ketidakmampuan sosial, dan
handikap) merupakan dampak akibat dari
Karakteristik sampel
kelainan atau permasalahan pada rongga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mulut. Setiap dimensi terdiri dari dua
sampel berjenis kelamin laki-laki lebih pertanyaan dan ditanyakan seberapa
besar dibandingkan perempuan yaitu 27 sering dialami dalam satu bulan terakhir.
sampel (56,2%) laki-laki dan 21 sampel Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(43,8%) perempuan. Usia sampel termuda kesehatan gigi dan mulut lansia sebagian
yaitu 55 tahun sebanyak 5 sampel (10,4%) besar tergolong kategori buruk (77,1%)
dan tertua usia 65 tahun yaitu 2 sampel dan hanya 22,1% tergolong baik.
(4,2%). Distribusi jenis pekerjaan sampel
Pola konsumsi
yaitu, 34 sampel (70,8%) bekerja dan 14
sampel (29,2%) tidak bekerja. Dari segi penggunaan jenis bahan makanan
27
Jurnal Ilmu Gizi Volume 6 Nomor 1 Februari 2015: 24 - 32
setiap hari sampel beragam dari sumber yang mempunyai kesehatan gigi dan mulut
karbohidrat, protein (hewani dan nabati),
buruk mengkonsumsi jenis makanan
dan lemak. Jenis makanan yang paling
kurang sebanyak 36 sampel (75,0%), dari
sering dikonsumsi yaitu beras, daging babi,
ikan laut, bayam dan daun kelor. Setelah hasil uji statistik yang digunakan, diperoleh
dikategorikan didapatkan sebanyak 12 ada hubungan antara kesehatan gigi dan
sampel (25,0 %) tergolong dalam kategori mulut dengan jenis makanan yang
baik dan 36 sampel (75,0) kategori
dikonsumsi sampel (p<0,05).
kurang,
Dari hasil analisis kesehatan gigi dan mulut
Berdasarkan frekuensi penggunaan bahan
makanan didapatkan 21 sampel (43,8 %) dengan frekuensi makan sampel dapat
dengan frekuensi bahan makanan kurang diketahui bahwa sampel yang mempunyai
dan 27 sampel (56,2%) dengan frekuensi kesehatan gigi dan mulut buruk mempunyai
bahan makanan baik. Hasil penelitian frekuensi makan kurang sebanyak 26
menunjukkan sebanyak 36 sampel
sampel (54,17%), sementara sampel yang
(75,0%) dengan pola konsumsi tidak baik
dan 12 sampel (25,0%) dengan pola mempunyai kesehatan gigi dan mulut baik
konsumsi baik. dan mempunyai frekuensi makan kurang
sebanyak 3 sampel (6,25%). Hasil analisis
Status gizi
dengan uji statistik, menunjukkan bahwa
Berdasarkan penilaian dengan MNA untuk ada hubungan antara kesehatan gigi dan
kategori status gizi, distribusi sampel mulut dengan frekuensi makan sampel
menurut status gizi dapat diketahui bahwa (p<005).
sebanyak 39 sampel (81,20%) beresiko Berdasarkan hasil analisis, didapatkan
malnutrisi, 8 sampel (16,70 %) dengan sebagian besar sampel dengan kesehatan
status gizi normal dan hanya 1 sampel gigi dan mulut yang buruk mempunyai pola
(2,08 %) dengan malnutrisi. konsumsi kurang yaitu 36 sampel (75,0%).
Hubungan kesehatan gigi dan Hasil analisis dengan uji Chi-Square antara
mulut dengan pola konsumsi
makanan kesehatan gigi dan mulut dengan pola

Hasil analisis menunjukkan bahwa sampel konsumsi, diperoleh nilai p<0,05 dimana

dengan kesehatan gigi dan mulut buruk nilai p yaitu 0,00 yang berarti ada hubungan

mengkonsumsi jenis makanan baik antara kesehatan gigi dan mulut dengan

sebanyak 1 sampel (2,1%) dan sampel pola konsumsi. Data selengkapnya terlihat
pada tabel 2.

28
DN Susilawati, IP Suiraoka, PP Sri Sugiani (Hubungan Kesehatan Gigi dan Mulut...)
kesehatan, sehingga berbagai penyakit
sering ditemukan pada usia ini. Kondisi-
kondisi tersebut sangat memengaruhi pola
konsumsi lanjut usia yang nantinya akan
berpengaruh pada status gizi.
Apabila seseorang telah memasuki masa
lanjut usia, dapat dit andai oleh
terganggunya fungsi tubuh dan menurunnya
kemampuan tubuh untuk mengatur proses
kehidupan sehingga menjadi tua dan
ditandai oleh kemunduran - kemunduran
biologis yang dapat dilihat seperti gejala –
Hubungan pola konsumsi dengan
gejala kemunduran fisik serta kemunduran
status gizi
–kemunduran kognitif 7.
Berdasarkan hasil analisis, didapatkan
Kesehatan gigi dan mulut merupakan
sebagian besar sampel dengan pola
kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi
konsumsi tidak baik beresiko malnutrisi.
dan geligi dan sruktur serta jaringan-
Hasil analisis dengan uji statistik Chi-
jaringan pendukungnya bebas dari rasa
Square antara pola konsumsi dengan status
sakit, berfungsi secara optimal, yang
gizi, diperoleh nilai p < 0,05 dimana nilai p
menjadikan percaya diri serta hubungan
yaitu 0,00 yang berarti tidak ada hubungan
interpesonal dalam tingkatan paling tinggi
antara pola konsumsi dengan status gizi. 8
. Hasil penelitian menunjukkan sebagian
Secara lengkap ditampilkan pada tabel 3.
besar sampel (77,1%) mempunyai
kesehat an gigi dan mulut buruk
dibandingkan dengan kesehatan gigi dan
mulut baik. Hal ini salah satunya
disebabkan karena pada lanjut usia
(lansia) terjadi kerusakan pada jaringan
periodontal dan lansia mempunyai
kebiasaan jarang membersihan gigi dan
berkumur-kumur.
Pembahasan Status gizi merupakan cerminan dari
Penuaan merupakan proses normal yang keseimbangan antara kebutuhan dan
dimulai sejak pembuahan dan berakhir masukan zat gizi. Status gizi lansia berbeda
pada kematian. Pertambahan usia akan dengan status gizi usia lainnya, dimana
disertai dengan perubahan fisiologis, lansia merupakan salah satu golongan
perubahan fisik, dan terjadi kemunduran rawan gizi dan rentan akan penyakit.

29
Jurnal Ilmu Gizi Volume 6 Nomor 1 Februari 2015: 24 - 32
Dari hasil penelitian diperoleh sampel bagian dari pola konsumsi yang berkaitan
dengan status gizi normal sebanyak 8 dengan status gizi. Dari hasil penelitian,
sampel (16,70%), sampel yang beresiko jenis konsumsi bahan makanan sampel
malnutrisi sebanyak 39 sampel (81,20%) 75,0% tergolong kurang. Ini berarti
dan sampel dengan malnutrisi 1 sampel konsumsi bahan makanan sampel kurang
(2,08%). Hasil penelitian Oktariyani bervariasi. Jenis bahan makanan sampel
(2012) di Panti sosial Tresna Werdha Budi yang sering dikonsumsi antara lain beras,
Mulya 01 dan 03 Jakarta Timur diperoleh daging babi, ayam, telor ayam, tempe,
hasil 52,4 % beresiko malnutrisi 9. pisang, kopi dan gula. Umumnya lansia di
Penyebab Masalah Gizi pada Lansia yaitu Desa Culik mengkonsumsi makanan yang
perubahan kebiasaan makan, penurunan lembek dan mudah dikunyah karena fungsi
selera makan, penurunan sensifitas indera gigi geligi lansia sudah mengalami
perasa dan penciuman, gangguan penurunan. Hasil uji statistik, menunjukkan
pencernaan dan pengunyahan, penyakit bahwa t erdapat hubungan ant ara
degenerative serta makanan yang kesehatan gigi dan mulut dengan jenis
dikonsumsi kurang baik kuantitas dan makanan yang dikonsumsi sampel. Hal ini
kualitas. Dengan demikian adanya disebabkan karena semakin buruk
perubahan dan penurunan selera makan kesehatan gigi dan mulut maka semakin
apalagi yang dikonsumsinya kurang sedikit jenis makanan yang dapat
berkualitas maka akan memperburuk dikonsumsi.
keadaan lansia, karena akan menjadi Hubungan kesehatan gigi dan mulut dengan
lemah dan mudah sakit. frekuensi makan lansia berdasarkan hasil
Pada lansia terjadi suatu proses yang analisis menunjukkan ada hubungan yang
disebut dengan proses penuaan. Proses bermakna antara dua variabel tersebut
penuaan ditandai dengan peningkatan (p=0,01). Frekuensi makan perhari
kehilangan otot-otot tubuh dan perubahan merupakan salah satu aspek kebiasaan
dalam fungsi organ tubuh, seperti jantung, makan, frekuensi makan akan dapat
otak, ginjal dan hati11. Proses penuaan menjadi penduga tingkat kecukupan
yang terjadi pada lansia dapat konsumsi gizi. Artinya semakin tinggi
menyebabkan seorang lansia beresiko frekuensi makan seseorang maka peluang
malnutrisi sampai masuk kedalam kategori terpenuhinya kecukupan gizi semakin
malnutrisi, seiring dengan terganggunya besar 12. Dari hasil penelitian menunjukkan
fungsi tubuh dan menurunnya kemampuan bahwa ada hubungan yang bermakna
tubuh untuk mengatur proses kehidupan antara kesehatan gigi dan mulut dengan
yang ditandai dengan kemunduran- pola konsumsi lansia (p=0,00). Perubahan
kemunduran biologis dan kognitif 8. fisiologis karena penuaan dapat mengubah
Jenis dan frekuensi makan merupakan perilaku makan.

30
DN Susilawati, IP Suiraoka, PP Sri Sugiani (Hubungan Kesehatan Gigi dan Mulut...)
Penuaan menyebabkan menurunnya kumur-kumur setelah makan untuk
jumlah dan kerja enzim saliva yang mengurangi aksi plak melalui peningkatan
diproduksi, serta timbulnya masalah gigi. penyuluhan dan konseling kesehatan gigi
Akibatnya, perilaku makan berubah dan mulut serta konseling gizi. Disarankan
dengan kecenderungan memilih makanan pada keluarga lansia agar memperhatikan
yang lebih lembut. pola konsumsi seperti jenis dan bentuk
Berdasarkan dua indikator pola konsumsi makanan yang dikonsumsi lansia karena
yaitu jenis dan frekuensi makan dapat lansia memerlukan perhatian lebih
diketahui hubungan pola konsumsi dengan terutama asupan makannya untuk
status gizi lansia. Dari hasil analisis statistik mencapai status gizi optimal..
menunjukkan bahwa ada hubungan antara
Daftar Pustaka
pola konsumsi dengan status gizi lansia di
Desa Culik (p=0,00). Masalah kesehatan 1. Martono and K, Pranaka. Buku
gigi dan mulut merupakan bagian dari status Ajar Boedhi Darmono Geriatri.
kesehatan yang berperan dalam perubahan Jakarta : FK Universitas Indonesia
status gizi. Kondisi inilah yang dapat 2. Sukandar D. 2007. Studi Sosial
mengubah cara makan sehingga Ekonomi. Aspek Pangan. Gizi.
mempersulit asupan zat gizi 6. dan Sanitasi. Bogor: Departemen
Gizi Masyarakat. IPB. Bogor
Simpulan dan Saran 3. Stanley, M., & Beare, P. G. (2006).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan Buku Ajar Keperawatan Geron-
bahwa : 1) Kesehatan gigi dan mulut lansia tik. Jakarta: EGC.
di Desa sebagian besar tergolong buruk 4. Wegner, M., George, S., Aubrey,
(77,1%); 2) Pola konsumsi lansia di Desa S. (2003) The relationship bet-
sebagian besar tergolong tidak baik ween dental status, food selection,
(75,0%); 3) Status gizi lansia di Desa Culik nutrient intake, nutritional status,
sebagian besar tergolong beresiko and body mass index in older
malnutrisi (81,2%); 4) Ada hubungan yang people, Department of
signifikan antara kesehatan gigi dan mulut Epidemiology and Public
dengan pola konsumsi lansia di Desa Health, University College
Culik. 5) Ada hubungan antara pola London Medical School, 1-19
konsumsi dengan status gizi lansia di Desa Torrington Place, London
Culik. WC1E 6BT, United Kingdom.
Hal yang dapat disarankan pada pra lansia (online) www.scielosp.org/pdf/
agar lebih memperhatikan kebersihan gigi csp/v19n3/15884, dikutip 6 Juni
dan mulut untuk mencegah kerusakan gigi 2013
dengan cara menggosok gigi dan ber-

31
Jurnal Ilmu Gizi Volume 6 Nomor 1 Februari 2015: 24 - 32
5. Hardywinoto, S. (2005). 9. Supariasa IDN, Bachyar Bakri,
Menjaga Keseimbangan dan Ibnu Fajar. 2012. Penilaian
Kualitas Hidup Para Lanjut Status Gizi. Kedokteran EGC.
Usia. Jakarta: PT Gamedia Jakarta.
Pustaka Umum. 10. Profil Desa Culik, Kecamatan
6. Tarigan, R, 1998. Kesehatan Abang, Kabupaten Karangasem
Gigi dan Mulut. Cetakan Ke Tahun 2013
Empat, Penerbit Buku 11. Almatsier, S. 2012. Prinsip
Kedokteran EGC. Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT
7. Depkes RI. 1994. Pedoman Gramedia Pustaka Utama.
Pembinaan Kesehatan Usia 12. Khomsan A., (2010) Pangan
Lanjut, Jakarta: Pusdiknakes. dan Gizi untuk Kesehatan. PT.
8. Setiabudhi, T. & Hardywinoto. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
(2005). Panduan Gerontologi
Tinjauan dari Berbagai Aspek:
Menjaga Keseimbangan
Kualitas Hidup Para Lanjut
Usia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

32

Vous aimerez peut-être aussi