Vous êtes sur la page 1sur 5

NAMA : HIKMA RIZKY NABILA

NIM : 081511133011

KANDUNGAN PROTEIN DALAM BIJI FLAMBOYAN DAN METODE


ANALISISNYA
Biji flamboyant (Delonix Regia) termasuk dalam suku polong-polongan (famili
Fabaceae) umumnya memiliki kadar protein yang tinggi dibandingkan dengan biji-bijian
dari suku lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oyedeji dkk (2016), kadar
protein kasar pada biji flamboyan sebesar 8,75%. Kadar protein yang terdapat dalam biji
flamboyan memiliki potensi yang dapat digunakan terutama biji-bijian yang kaya akan
asam amino kationik yang menyusun rantai proteinnya, sehingga dapat berfungsi sebagai
koagulan alami. Jenis protein penyusun biji-bijian bervariasi. Protein merupakan polimer
dari asam amino dibedakan satu sama lain oleh komposisi, urutan, dan jumlah asam
aminonya. Komposisi asam amino yang terdapat dalam biji flamboyant dapat dilihat
pada table 1 (Oyedeji dkk, 2016).

Terdapat 20 jenis asam amino penyusun protein, namun hanya tiga jenis asam amino
yang merupakan asam amino kationik yaitu lisin, arginin, dan histidine (Ariati dkk,
2017). Kandungan lisin, arginin dan histidine dalam protein pada biji flamboyant secara
berurutan yaitu 32,78 mg/g, 66,14 mg/g, dan 32,82 mg/g protein. Metode yang digunakan
dalam pengujian kandungan protein dalam suatu materi antara lain metode kjedahl dan
metode biuret. Sedangkan untuk pengujian asam amino, dapat dilakukan dengan metode
KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi).

A. Penentuan Protein dengan metode Kjedahl


Penentuan kadar protein dilakukan dengan menggunakan metode Kjeldahl, metode
Kjeldahl terdiri dari 3 tahap yaitu tahap destruksi, tahap destilasi dan tahap titrasi
(Rosaini dkk, 2015).
1. Tahap Destruksi
Ditimbang 1 gram sampel yang telah diblender.Masukkan ke dalam labu Kjehdahl 100
mL, kemudian pipet 10 mL asam sulfat pekat masukkan kedalam labu
Kjehdahl.Tambahkan katalisator (campuran selenium) untuk mempercepat destruksi.
Kemudian labu Kjehdahl tersebut di panaskan dimulai dengan api yang kecil setelah
beberapa saat sedikit demi sedikit api dibesarkan sehingga suhu menjadi naik. Destruksi
dapat dihentikan pada saat didapatkan larutan berwarna jernih kehijauan.
2. Tahap destilasi
Hasil destruksi yang didapatkan kemudian didinginkan, setelah itu diencerkan dengan
aquadest sampai 100 mL.Setelah homogen dan dingin dipipet sebanyak 5 mL, masukkan
kedalam labu destilasi.Tambahkan 10 mL larutan natrium hidroksida 30% melalui
dinding dalam labu destilasi hingga terbentuk lapisan dibawah larutan asam.Labu destilat
dipasangdan dihubungkan dengan kondensor, lalu ujung kondensor dibenamkan dalam
cairan penampung. Uap dari cairan yang mendidih akan mengalir melalui kondensor
menuju erlemeyer penampung. Erlenmeyer penampung diisi dengan 10 mL larutan asam
klorida 0,1 N yang telah ditetesi indikator metil merah. Cek hasil destilasi dengan kertas
lakmus, jika hasil sudah tidak bersifat basa lagi maka penyulingan dihentikan.
3. Tahap titrasi
Setelah proses destilasi, tahap selanjutnya adalah titrasi. Hasil destilasi yang
ditampung dalam erlemeyer berisi asam klorida 0,1 N ditetesi indikator metil merah
sebanyak 5 tetes langsung dititrasi dengan menggunakan larutan natrium hidroksida 0,1
N. Titik akhir titrasi ditandai dengan warna merah muda menjadi kuning. Perlakuan ini
dilakukan sebanyak 3 kali untuk tiap sampel. Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar
ammonium klorida dan kadar protein dengan menggunankan rumus:
1. Penentuan kadar amonium klorida
Kadar amonium klorida = (V HCl X N HCl) - (V NaOH X N NaOH)
2. Penentuan kadar protein
Kadar Amonium Klorida X BE Nitrogen
% Kadar Nitrogen = 𝑥 100%
𝑤

% Kadar Protein=%Kadar Nitrogen X Faktor Konversi (6,25)

B. Pengukuran Protein Dengan Metode Biuret


1. Pembuatan Reagen Biuret
Reagen Biuret dibuat dengan melarutkan 0,15 g CuSO4.5H2O + 0,6 NaK Tartrat dalam
labu ukur 50 ml. Kemudian larutan dimasukkan dalam labu ukur 100 mL, selanjutnya
ditambah 30 mL NaOH 10% dan digenapkan aquades. Kurva standar dibuat
dengan,disiapkan larutan protein (BSA) dengan konsentrasi 10 mg/ml. Larutan protein
tersebut disiapkan dengan cara
meningkatkan konsentrasinya yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 mg/ml dalam 0,5 mL.
Kemudian diaduk hingga semua larutan tercampur, lalu ditambahkan ke dalam tabung
reaksi 4 mL reagen biuret dan dihomogenisasi lalu diinkubasi selama 30 menit pada suhu
kamar. Diukur absorban masing-masing larutan dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 550 nm.
2. Pengukuran Sampel
Pengukuran sampel dilakukan dengan cara menimbang 1 g biji flamboyant yang telah
dihaluskan, kemudian ditambah 1 mL NaOH 1 M dan 9 ml akuades. Kemudian
dipanaskan dalam waterbath dengan suhu 90C selama 10 menit. Setelah itu larutan
didinginkan dan disentrifuse selama 10 menit. Kemudian diambil 1 ml supernatan dan
ditambah 4 ml reagen biuret. Setelah itu campuran dihomogenisasi dan diinkubasi selama
30 menit pada suhu kamar. Kemudian aborbansi sampel diukur dengan spektrofotometer
pada Panjang gelombang 550 nm (Intan dkk, 2013).

C. Pengukuran Asam Amino Dengan Metode KCKT


Sebanyak 60 mg biji flamboyan yang telah dihaluskan, ditambah 4 ml HCl 6 N kemudian
dipanaskan dengan suhu 110°C selama 24 jam. Selanjutnya dinetralkan (pH 7) dengan
NaOH 6 N dan disaring dengan kertas saring Whatman 0,2 c. Kemudian 10 µl larutan
sampel ditambah larutan PITC sebanyak 50 µl diaduk selama 5 menit. Selanjutnya,
sebanyak 20 µl larutan dimasukkan ke injector HPLC. Identifikasi asam amino
menggunakan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) atau HPLC (High
Performance Liquid Chromatography) pada kondisi fase diam kolom Vertex, Euroshper
100-5 C18 (150x4,6 mm) pada suhu ruang. Prinsip dasar dari HPLC adalah memisahkan
komponen-komponen dalam sampel untuk selanjutnya diidentifikasi dan dihitung
konsentrasi dari masing-masing komponen tersebut. Sebagai fase gerak digunakan
acetronitrile:pyridine: triethylamine:akuades (10:5:2:3). Kecepatan air yang digunakan 1
ml menit dan dideteksi menggunakan detector UV pada panjang gelombang 254 nm
(Ariyono, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Ariyono, Deasya Kumalawati. 2015. Kandungan Proksimat, Tanin, dan Asam Amino
Biji Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Yang Mendapat Cekaman Kromium
(Proximate Contents, Tannin, and Amino Acid in Sorghum (Sorghum bicolor (L.)
Moench) under Chromium Stress). Skripsi. Universitas Kristen Satya Wacana.
Salatiga. 7-8.

Intan, Agustina P.W., Dewi, Lusiawati., dan Sastrodihardjo, Santoso. 2013.


Perbandingan Kadar Protein Terlarut Pada Berbagai Macam Tempe Dengan
Variasi Bahan Dari Koro Pedang (Canavalia Ensiformis L. Dc) dan Kedelai
(Glycine Max (L.) Merr). Seminar Nasional Kimia Dan Pendidikan Kimia V
“Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang
Berkarakter”. ISBN : 979363167-8. Surakarta. 303-305.

Oyedeji, O. A., Azeezb, L.A., dan Osifadea, B.G. 2016. Chemical and Nutritional
Compositions of Flame of Forest (Delonix regia) Seeds and Seed Oil. Department
of Science Laboratory Technology, The Federal Polytechnic, Ilaro, Nigeria.

Rosaini, Henni., Rasyid, Roslinda., Hagramid, Vinda. 2015. Penetapan Kadar Protein
Secara Kjeldahl Beberapa Makanan Olahan Kerang Remis (Corbiculla Moltkiana
Prime.) dari Danau Singkarak. Jurnal Farmasi Higea, Vol. 7, No. 2. Padang. 121-
123.

Vous aimerez peut-être aussi