Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
muda sehingga dapat menyebabkan kehilangan hari-hari sekolah atau hari kerja
produktif yang berarti, juga menyebabkan gangguan aktivitas sosial, bahkan berpotensi
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
1.2 Tujuan
Untuk menguraikan teori-teori mengenai asma pada anak, mulai dari definisi hingga
diagnosis, serta penatalaksanan. Penyusunan makalah penyuluhan ini sekaligus untuk
memenuhi persyaratan pelaksanaan kegiatan Program Pendidikan Profesi Dokter
(P3D) di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara.
1.3 Manfaat
Makalah penyuluhan ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan serta
pemahaman penulis dan pembaca, khususnya peserta P3D untuk lebih mengenal dan
memahami penegakan diagnosa dan penatalaksanaan asma pada anak sesuai dengan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Penyakit Asma berasal dari kata "Ashtma" yang diambil dari bahasa Yunani yang
artinya "sukar bernapas". Asma merupakan proses inflamasi kronik saluran pernapasan
yang menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponsif, sehingga memudahkan
terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar, yang mengakibatkan
hambatan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi klinis yang bersifat
episodik berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada
malam hari atau dini hari/subuh.3,6 Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi
jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa
pengobatan.6,9
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian Asma bervariasi di berbagai negara, tetapi terlihat kecenderungan
bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakangan ini obat-
obatan Asma banyak dikembangkan. National Health Interview Survey di Amerika
Serikat memperkirakan bahwa setidaknya 7,5 juta orang penduduk negeri itu mengidap
bronkhitis kronik, lebih dari 2 juta orang menderita emfisema dan setidaknya 6,5 juta
orang menderita salah satu bentuk Asma. Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
dalam World Health Report 2000 menyebutkan, lima penyakit paru utama merupakan
17,4% dari seluruh kematian di dunia, masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2%,
PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronis) 4,8%, Tuberkulosis 3,0%, kanker
paru/trakea/bronkus 2,1%, dan Asma 0,3%.3
3
Sedangkan di Indonesia sendiri, prevalensi terjadinya asma dapat dilihat dari
grafik berikut ini:
Grafik di atas terlihat bahwa pada tahun 2013 terdapat delapan belas provinsi
yang mempunyai prevalensi penyakit Asma melebihi angka nasional, dari 18 provinsi
tersebut, 5 provinsi teratas adalah Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur, DI
Yogyakarta, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Sedangkan provinsi yang
mempunyai prevalensi penyakit Asma di bawah angka nasional, di mana 5 provinsi
yang mempunyai prevalensi Asma terendah yaitu: Sumatera Utara, Jambi, Riau,
Bengkulu, dan Lampung.3
4
2.3 Faktor risiko
Faktor risiko terjadinya asma merupakan interaksi faktor penjamu (host) dan faktor
lingkungan/pencetus.6,10
5
2.4 Patofisiologi
Asma merupakan inflamasi kronik saluran napas. Berbagai sel inflamasi berperan
terutama sel mast, eosinofil, sel limfosit T, makrofag, neutrofil dan sel epitel. Faktor
lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi
saluran napas pada penderita asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik
pada asma intermiten maupun asma persisten.
6
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
Keluhan wheezing dan atau batuk berulang merupakan manifestasi klinis yang diterima
luas sebagai titik awal diagnosis asma. Gejala respiratori asma berupa kombinasi dari
batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada tertekan, dan produksi sputum. Chronic
recurrent cough (batuk kronik berulang, BKB) dapat menjadi petunjuk awal untuk
membantu diagnosis asma. Gejala dengan karakteristik yang khas diperlukan untuk
menegakkan diagnosis asma. Karakteristik yang mengarah ke asma adalah.6
7
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menunjukkan variabilitas gangguan aliran
napas akibat obstruksi, hiperreaktivitas, dan inflamasi saluran respiratori, atau adanya
atopi pada pasien.
1. Uji fungsi paru dengan spirometri dan peak flowmetri
2. Skin prick test, eosinophil total darah, pemeriksaan IgE spesifik, untuk
menegakkan diagnosa alergi pada pasien
3. Uji inflamasi saluran resporaori : FeNO (functional exhaled nitric oxide) dan
eosinofil sputum
4. Uji provokasi bronkus dengan exercise, metakolin, atau larutan salin hipertonik
Jika terindikasi dan fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan untuk mencari
kemungkinan diagnosis banding, misalnya uji tuberkulin, foto sinus paranasalis, foto
thorax, uji reflux gastroesofagus, uji keringat, uji gerakan silia, uji defisiensi imun, CT-
Scan thorax, endoskopi respiratori.6
8
2.6 Klasifikasi
Tabel 2.6.1 Pembagian derajat penyakit asma pada anak7
No. Parameter Klinis Asma Ringan (75% Asma Sedang Asma Berat
kasus) (20% kasus) (5% kasus)
1. Frekuensi serangan <1x/bulan >1x/bulan Sering
2. Lama serangan <1 minggu ≥1 minggu Hampir sepanjang
tahun, tidak ada
remisi
3. Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala Gejala siang dan
malam
4. Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering tergangu Sangat terganggu
5. Pemeriksaan fisik di luar Normal Terdapat kelainan Tidak pernah normal
serangan
6. Obat pengendali Tidak perlu Non-steroid atau steroid Steroid inhalasi/oral
inhalasi dosis rendah
7. Uji faal paru PEF/FEV1 > 80% PEF/FEV1 60-80% PEF/FEV1 <60;
(diluar serangan) variabilitas 20-30%
8. Variabilitas faal paru Variabilitas >15% Variabilitas >30% Variabilitas >50%
Prinsip penatalaksanaan asma adalah hindari alergen dan bahan iritan yang
mencetuskan serangan asma. Sedangkan untuk pengobatan, dapat diberikan reliever
(obat pereda saat serangan) seperti short acting β2 agonist dan teofilin, dan controller
9
(obat pengendali saat tidak serangan) seperti steroid inhaler dan long acting β2
agonist.7,8
Apabila orangtua menemukan salah satu gejala atu lebih dari tabel 2.7.2. pasien
harus segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan setelah diberikan penatalaksanaan
awal oleh orangtua.
10
Tabel 2.7.2 Resiko tinggi serangan asma yang mengancam nyawa
Jika tidak ada keadaan seperti tabel 2.7.2, berikan inhalasi short acting β2
agonist, via nebulizer atau dengan MDI (metered dose inhaler) + spacer, sebagai
berikut:
1. Berikan agonis β2 kerja pendek, lihat responnya. Bila gejala (sesak nafas dan
wheezing) menghilang, cukup diberikan satu kali.
2. Jika gejala belum membaik dalam 30 menit, ulangi pemberian sekali lagi.
3. Jika dengan 2 kali pemberian short acting β2 agonist via nebulizer belum
membaik, segera bawa ke fasilitas kesehatan masyarakat.
11
B. Jika diberikan via MDI + spacer
1. Berikan agonis β2 kerja pendek serial via spacer dengan dosis: 2-4 semprot.
Berikan satu semprot obat ke dalam spacer diikuti 6-8 tarikan napas melalui
interface spacer berupa masker atau mouthpiece. Bila belum ada respon
berikan semprot berikutnya dengan siklus yang sama.
3. Jika gejala tidak membaik dengan dosis 4 semprot, segera bawa ke fasilitas
kesehatan masyarakat.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
1. PDPI Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2017. Buku Ajar Respirasi.
Medan.
2. Akib, Arwin AP. 2016. Asma Pada Anak. Jurnal online :
https://www.researchgate.net/publication/312257345_Asma_pada_Anak. Sari Pediatri
BP-IDAI; vol 4; No.2; 2002.
3. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2015. Diakses online :
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin-
asma.pdf
4. Global Initiative for Asthma. 2017. Global Strategy for Asthma Management and
Prevention. Diakses online : https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2016/01/wms-
GINA-2017-main-report-tracked-changes-for-archive.pdf
5. Universitas Sumatera Utara. Jurnal online:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23277/Chapt?sequence=4
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. Pedoman Diagnosis dan Tatalaksana
Asma di Indonesia. Diakses online :
http://pulmonologi.usu.ac.id/images/PDF/Guideline_Asma_PDPI_2003.pdf
7. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015. Pedoman Nasional Asma Anak. Diakses
online: https://www.scribd.com/document/357819907/Pedoman-Nasional-Asma-
Anak-IDAI
8. Rohman Dodi. 2015. Makalah Asma. Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Diakses online:
http://repository.ump.ac.id/648/3/BAB%20II_DODI%20ROHMAN_KEPERAWAT
AN%20S1%2715.pdf
9. Gern JE, Lemanske Jr RE. Pediatric allergy: can it be prevented? Immuno Allergy
Clin North Amer 1999; 19;233-52.
10. Postma DS, Meijer GG, Koppelman GH. Definition of asthma: possible approaches
in genetic studies. Clin Exp Allergy 1998.
14
DAFTAR HADIR PENYULUHAN TANGGAL JANUARI 2019
15