Vous êtes sur la page 1sur 2

SABIL (33117024)

Pada praktikum kali ini kami telah membuat VCO (Virgin Coconut Oil) dengan proses
pembuatan VCO secara fermentasi yaitu dengan cara menambahkan ragi ke dalam emulsi santan.
Kami menggunakan ragi permifan dimana terdapat Saccharomyces cerevisiae.

Saccharomyces cerevisiae sebagai salah satu galur yang paling umum digunakan untuk
fermentasi, karena bersifat fermentatif kuat dan anaerob fakultatif (mampu hidup dengan atau
tanpa oksigen), memiliki sifat yang stabil dan seragam, mampu tumbuh dengan cepat saat proses
fermentasi sehingga proses fermentasi berlangsung dengan cepat pula serta mampu memproduksi
alkohol dalam jumlah banyak. Alkohol (etanol) yang dihasilkan dapat digunakan sebagai bahan
pelarut selain air dan bahan baku utama dalam laboratorium dan industri kimia .

Ragi permifan (Saccharomyces cerevisiae) dapat memecah karbohidrat sehingga


menghasilkan asam. Asam yang dihasilkan dapat mengkoagulasi protein santan. Ragi permifan
juga mengandung enzim proteolitik. Enzim proteolitik dapat menghidolisis protein yang
menyelubungi globula lemak pada emulsi santan, sehingga minyak dari santan terpisah.

Faktor yang mempengaruhi proses fermentasi adalah suhu, pH dan waktu. Suhu optimum
pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae adalah 25-30⁰C. . Nilai pH yang cocok untuk
pertumbuhan khamir Saccharomyces cerevisiae adalah 4-4,5. Umumnya khamir tidak dapat
tumbuh pada medium basa . Pembuatan VCO dengan metode fermentasi memerlukan waktu
selama 2-3 hari.

Air kelapa yang digunakan merupakan media yang baik sebagai media pertumbuhan bakteri
gist yang akan menguraikan protein santan, karena pada air kelapa banyak mengandung ion-ion
yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri pengurai atau biasa di sebut sebagai nutrient.
Semakin tinggi kadar air dalam VCO menyebabkan terjadinya reaksi hidrolisis yang
dapat mengubah minyak menjadi asam lemak bebas dan gliserol yang dilakukan oleh enzim lipase.
Enzim ini dihasilkan oleh mikroba yang tumbuh pada bahan pangan dengan kadar air tinggi.
Reaksi hidrolisi ini mengakibatkan ketengikan yang menghasilkan cita rasa dan bau tengik pada
minyak tersebut.
Pada pemisahan dengan menggunakan corong kita memperoleh 3 lapisan berbeda,
dimana lapisan ini adalah hasil yang didapatkan berdasarkan perbedaan kekentalan dan sifat
lapisan masing-masing, dimana protein yang kita dapatkan disini jika kita olah lebih lanjut dapat
dipergunakan sebagai bahan baku dslam industri kosmetik, sedangkan starter yang kita dapat dapat
kita pergunakan kembali untuk melakukan fermentasi minyak kelapa selanjutnya.

Pada percobaan kali dilakukan variasi terhadap sampel VCO yaitu dengan melakukan
penambahan glukosa serta dilakukan shaker . Berdasarkan hasil pengamatan bahwa ternyata
sampel yang tidak ditambahkan glukosa dan dishaker memilki hasil minyak yang lebih bagus
dibandingkan dengan yang ditambahkan glukosa dan dishaker.

Dari data-data pengamatan yang ada dapat dihitung %yield untuk tiap sampel.
Sehingga dari hasil perhitung didapatkan hasil untuk sampel A6 sebesar 3,4297%, A12 sebesar
4,8947%, B6 sebesar 4,9504%, dan B12 sebesar 1,9582%. Dilihat dari hasil tersebut dapat
dikatakan bahwa persentase yang didapatkan sangatlah kecil hal ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor.

Pembuatan VCO memerlukan kecermatan dan kebersihan yang tinggi agar VCO memiliki
warna, bau dan rasa yang pas karena proses pemanasan starter yang berlangsung dengan baik. Dan
pengadukan pada saat pemanasan harus diperhatikan karena apabila pada pengadukan yang kuat
akan mengakibatkan santan kelapa pecah sehingga sulit untuk mendapatkan minyak. Agar
pembuatan VCO berhasil dengan baik alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan harus bersih.
Alat-alat yang kurang bersih jika dipakai untuk mengolah bahan VCO bisa menyebabkan
kegagalan pembuatan VCO. Kemudian air yang digunakan juga harus bersih.

Vous aimerez peut-être aussi