Vous êtes sur la page 1sur 13

Varicela pada Anak Berumur 5 Tahun

Vandy Irianto - 102016016, Imanuel Pasinggi – 102017086, Urai Fanny


Andrini – 102016001, Selvi Lim – 102017034, Theadora Julia Gwatoro –
102017074, Trisia Windy – 102017157, Adriel Jezreel Pokatong – 102013381,
Ellys Liony – 102013247, Kezia Ariesta Beno - 102017246

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 Kebon Jeruk,
Jakarta Barat
E-mail : trisia.2017fk157@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Virus Varisela Zoster tersebar di seluruh dunia serta dapat menyebabkan varisela (cacar air)
dan herpes zoster (shingles). Varisela merupakan penyakit yang ringan, sangat menular,
terutama pada anak-anak ditandai dengan terjadi demam dan malaise sebelum terbentuknya
lesi makulopapular pada muka dan batang tubuh, yang kemudian menjadi vesikel dan
membentuk krusta. Herpes zoster umumnya terjadi pada manula akibat reaktivasi virus laten
ditandai ruam pada kulit yang dipersarafi ganglion sensorik dengan lesi serupa varisela,
pemeriksaan fisik dan penunjang, working dan differential diagnosis, etiologi, epidemiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, penatalaksanaan, pencegahan dan prognosis
untuk konsep pemahaman dalam menegakkan diagnosis penyakit yang disebabkan infeksi
primer virus varisela zoster.
Kata kunci : virus, varisela, herpes
Abstract
Varicella Zoster virus is spread all over the world and can cause varicella ( chickenpox ) and
herpes zoster ( shingles ). Varicella is a mild disease, highly contagious, especially in
children is characterized by fever and malaise before the formation of maculopapular lesions
on the face and torso, which then becomes vesicles and crusting. Shingles usually occurs in
the elderly due to reactivation of latent virus is characterized rash on the skin innervated by
sensory ganglion similar lesions varicella, physical examination and investigation, working
and differential diagnosis, etiology, epidemiology, pathophysiology, clinical manifestations,
complications, treatment, prevention, and prognosis for understanding concepts in the
diagnosis of disease caused by the varicella zoster virus primary infection .
Keywords : virus , varicella , herpes

Pendahuluan
Penyakit cacar air (varicela) mungkin sudah tidak asing lagi dan merupakan penyakit
yang mendunia. Varicella adalah Penyakit Infeksi Menular yang disebabkan oleh virus
Varicella Zoster, ditandai oleh erupsi yang khas pada kulit. Varicella Zoster dengan gejala-
gejala demam dan timbul bintik-bintik merah yang kemudian mengandung cairan. Varicella
ini dikenal sebagai penyakit yang tidak ganas, sangat menular, tetapi komplikasi dan
kematian yang disebabkannya sangat jarang pada anak yang kondisi tubuhnya baik.
Begitupun, komplikasi terutama pada orang dengan gangguan sistem kekebalan dapat
menimbulkan gejala yang parah bahkan sampai menimbulkan kematian. Pembuatan makalah
ini bertujuan agar kita mengetahui penyebab, gejala dan pengobatan dari varicella zoster.
Anamnesis
Proses untuk mengidentifikasi penyakit anak ini terdiri dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan melakukan pemeriksaan penunjang apabila dibutuhkan. Anamnesis yang baik
merupakan tiang utama diagnosis. Anamnesis dimulai dengan identitas pasien. 1
Identitas pasien: Identitas meliputi nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis
kelamin, nama orang tua atau suami atau isteri atau penanggung jawab, alamat pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa dan agama. Identitas perlu ditanyakan untuk memastikan bahwa
pasien yang dihadapi adalah benar pasien yang dimaksud. Selain itu identitas ini juga perlu
untuk data penelitian, asuransi dan sebagainya.1
Keluhan utama: Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan pasien, yang
membawa pasien tersebut pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Dalam menuliskan
keluhan utama, harus disertai dengan indikator waktu, berapa lama pasien merasakan hal
tersebut. 2
Keluhan penyakit sekarang: Pada prakteknya, banyak dermatolog akan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan pada pasien sesudah melihat sekilas untuk mengetahui masalahnya,
dan juga selama pemeriksaan formal. Anamnesisi dermatologis terutama mengandung
pertanyaan-pertanyaan: onset dan durasi, fluktuasi, perjalanan gejala-gejala, dan riwayat
penyakit terdahulu.1
Pertanyaan yang diajukan biasanya:
- Mengenai keluhan pokok:
Di mana mulai terdapat keluhan? Menjalarkah? Apakah hilang timbul? Berapa lama?
Apakah kering atau basah? Apakah gatal atau sakit?
- Mengenai penderita dan keluarganya:
a. Apa penyakit yang diderita?
b. Obat apa yang digunakan?
c. Adakah makanan yang membuat penyakit bertambah parah?
d. Apa pekerjaan penderita dan bagaimana lingkungannya?
e. Penyakit apa saja yang diderita oleh keluarga penderita? 1
Akan tetapi, terdapat beberapa perbedaan terutama adanya penekanan pada aspek-aspek
tertentu, seperti tersebut di bawah ini:
- Riwayat penyakit terdahulu:
Hendaknya meliputi masalah-masalah umum, misalnya
a. Diabetes dan TB
b. Gangguan kulit yang pernah diderita
c. Alergi-alergi yang penting
- Riwayat keluarga:
Beberapa kelainan bersifat menular, kelainan-kelainan yang lain mempunyai latar
belakang genetik yang kuat
- Pekerjaan dan hobi:
Kulit seringkali dipengaruhi oleh zat-zat yang banyak terdapat dilingkungan kerja dan
di dalam rumah. Aktivitas penderita boleh menjadi sumber terkena penyakit
- Terapi:
Bukan hanya pengobatan yang sistemik tetapi juga topical, banyak pasien
menggunakan bermacam-macam krim dan salep, topical mungkin juga berupa obat.
Pasien hampir selalu melupakan nama-nama obat yang pernah digunakannya. 1
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik, dilakukan duduk di tepi tempat tidur atau meja periksa meliputi
inspeksi dan palpasi dilakukan pada kulit dimulai dari observasi wajah dilanjutkan dengan
perkusi dan auskultasi.3 Kemudian identifikasi adanya lesi, perhatikan lokasi, ditribusi,
susunan tipe dan warnanya. Lanjutkan pada pengkajian kulit saat memeriksa bagian tubuh
lain. Pada kasus dikatakan bahwa seorang anak perempuan berusia 5 tahun datang dibawa
orangtuanya kepuskesmas dengan keluhan timbul lenting berisi cairan jernih pada badan dan
wajah sejak 1 hari yang lalu. Menurut ibunya, ada teman sekolah anaknya yang mengalami
keluhan yang sama kurang lebih 2 minggu yang lalu. Pasien datang bersama ibunya,
kesadaran umum tampak sakit sedang. Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa tekanan
darah 110/70 mmHg, suhu 38oC, frekuensi nadi 90kali/menit dan frekuensi pernapasan
20kali/menit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan macula, papula, vesikel, dan crusta (susunan tipe
lesi) yang berkelompok dan multiforme (distribusi) pada muka yang menjalar keseluruh
tubuh dengan sebaran lesi sentrifugal (lokasi). Bercaknya disebut macula (terjadi perubahan
warna) kulit kadang disertai gatal dan kulit tidak menonjol setelah macula akan terjadi papula
(seperti benjolan tetapi tidak ada cairan atau biasa disebut bentol), setelah papula menjadi
vesikel (papula yang berisi cairan jernih) setelah itu berubah menjadi nanah yang disebut
dengan pustul, setelah berubah menjadi pustul lesi akan mengering yang disebut crusta.
Pemeriksaan penunjang
Pada kasus varicella zoster atau cacar air ini, tidak terlalu diperlukan pemeriksaan
penunjang, cukup dengan anamnesi yang baik serta pengetahuan dan wawasan yang luas,
sudah bisa menegakkan diagnosis varicella zoster ini. Namun jika ingin melakukan
pemeriksaan penunjang, bisa dilakukan Tzanck smear, Direct fluorescent assay, PCR dan
biopsi kulit.2
Tzanck smear, preparat diambil dari scraping dasar vesikel yang masih baru,
kemudian diwarnai dengan pewarnaan hematoxylin-eosin, Giemsa’s, Wright’s, toluidine blue
atau multinucleated giant cell. Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%, test ini tidak dapat
membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes simpleks virus.2
DFA (Direct Fluorescent Assay), preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi
apabila sudah berbentuk krusta, pemeriksaan DFA ini cepat namun kurang sensitif,
membutuhkan mikroskop fluorescent, test ini dapat menemukan antigen virus varicella
zoster, pemeriksaan ini juga dapat membedakan antara virus varicella zoster dengan herpes
simpleks virus.2
PCR (Polymerase Chain Reaction), pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan
sangat sensitif, dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat seperti scraping
dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk krusta dapat juga digunakan sebagai preparat,
sensitifitasnya berkisar 97-100%, test ini dapat menemukan nucleid acid dari virus varicella
zoster.2
Differential Diagnosis

 HMFD (Hand, Mouth, Foot Disease)


HMFD (hand, mouth, foot disease) atau juga dikenal sebagai Flu Singapura atau di Indonesia
dikenal dengan PTKM (Penyakit Kaki, Tangan dan Mulut) adalah penyakit yang disebabkan
oleh Coxackie virus. Orang dewasa umumnya kebal dengan virus ini (coxsackie ,enterovirus
dll). Masa inkubasi (periode mulai dari terinfeksi sampai timbul keluhan) adalah 3 sampai
dengan 7 hari dan dapat sembuh sempurna 7 – 10 hari. Penyakit ini akan menimbulkan gejala
demam selama 2-3 hari yang diikuti dengan sakit leher (faringitis), nyeri tenggorokan
(kemerahan, lenting, atau sariawan), dan kelainan di kulit berupa vesikel kemerahan
(lenting)/ kubah kecil berisi cairan bening pada sekitar mulut, kaki, tangan, dan daerah
bokong yang timbul 1-2 hari setelah demam, kehilangan nafsu makan, pilek dan gejala flu
lainnya juga mengikuti. Yang dapat membuat penyakit ini berbeda dengan varicella adalah
bahwa lesi hanya ada di mulut, tangan ataupun di bawah lutut. Penularan penyakit ini dapat
melalui droplet, air liur, feses, dan cairan kulit, dan secara tidak langsung dapat menular
melalui kontaminasi cairan.2

 Roseola Infantum
Disebabkan oleh Human herpes virus tipe 6 (HHV 6). Masa inkubasinya sulit
ditentukan karena kontak tidak diketahui. Perjalanan penyakit dimulai dengan demam tinggi
mendadak mencapai 40 40,60C, anak tampak iritabel, anoreksia, biasanya terdapat koriza,
konjungtivitis dan batuk. Demam menetap 3-5 hari dan menurun secara mendadak ke suhu
normal disertai timbulnya ruam. Ruam tampak pertama kali di punggung dan menyebar ke
leher, ekstremitas atas muka, dan ektremitas bawah. Ruam berwarna merah muda,
makulopapular, diskret, jarang koalesen sehingga mirip dengan lesi rubela. Lamanya timbul
erupsi 1-2 hari, kadang dapat hilang dalam beberapa jam. Ruam hilang tidak meninggalkan
bekas berupa pigmentasi atau deskuamasi. Diagnosis dapat ditentukan dengan manifestasi
klinis dan penurunan hitung leukosit. Terapi yang dilakukan bersifat simptomatis.2
 Variola

Varisela harus dibedakan dengan variola. Variola adalah penyakit infesi akut yang
disertai keadaan umum yang buruk, sangat menular, dan dapat menyebabkan kematian,
dengan ruam kulit yang monomorf, terutama di bagian perifer tubuh. Penyebab variola adalah
Pox virus variolae. Masa tunasnya 10-14 hari, dan setelah melewati masa tunas tersbut
penyakit ini melalui 4 stadium yaitu: stadium prodromal/invasi, stadium makulo-
papular/erupsi, stadium vesikulo-pustulosa/supurasi, dan stadium resolusi. Pada stadium
makulo-papular/erupsi suhu tubuh yang tiba-tiba naik sampai 40ºC pada stadium prodromal
akan kembali normal, tetapi tumbuh makula-makula eritematosa yang dengan cepat (dalam
24 jam saja) akan berubah menjadi papula-papula, terutama di muka dan ekstremitas
(termasuk telapak tangan dan telapak kaki). Selama stadium ini, tidak tumbuh lesi-lesi baru,
sehingga gambaran ruam kulit yang ditemukan adalah monomorf. Hal ini justru berbeda
dengan varisela di mana gambaran ruam kulitnya adalah polimorf. Pengobatan pada variola
dilakukan secara simtomatik (analgetik/antopiretik). Untuk pencegahan infeksi sekunder
diberikan antibiotik. Antibiotik profilaksis sebaiknya diberikan sejak permulaan penyakit.
Kalikus permanganas 1/5.000 dapat digunakan sebagai kompres pada kelainan kulit yang
berat. Bila perlu penderita diberikan sedativum (morfin dan lain-lain).

 Impetigo

Disebabkan oleh Streptococcus grup A atau stafilokokus (jarang). Tidak terdapat


gejala prodromal. Lesi biasanya terbatas pada kulit. Dapat terjadi limfadenopati. Erupsi
berupa vesikel yang pecah dengan cepat membentuk erosi purulen, ditutupi oleh krusta yang
keras berwarna seperti madu. Lesi dapat tunggal atau banyak. Pada impetigo bulosa, bula
yang flaksid dapat dipenuhi oleh pus. Terapi dengan menggunakan antibiotik.2

 Herpes zoster

Herpes zoster adalah radang kulit akut, mempunyai sifat khas yaitu vesikel-vesikel yang
tersusun berkelompok sepanjang persarafan sensorik kulit sesuai dermatom.

Manifestasi Klinis :Biasanya ada neuralgia beberapa hari sebelum atau bersama-sama dengan
kelainan kulit.Adakalanya sebelum timbul kelainan kulit didahului oleh demam.Kelainan
kulit tersebut mula-mula berupa eritema kemudian berkembang menjadi papula dan vesikula
yang dengan cepat membesar dan menyatu sehingga terbentuk bula. Isi vesikel mula-mula
jernih, setelah beberapa hari menjadi keruh dan dapat pula bercampur darah, Jika absorbsi
terjadi, vesikula dan bula akan menjadi krusta.7

Working Diagnosis
Cacar air (Varicella Zoster)
Tanda khas penyakit varisela adalah terdapat bermacam-macam stadium lesi. Tanda khas
lainnya adalah lesi timbul mula-mula di dada dan muka kemudian sedikit menuju ke lengan.
Hal ini menunjukkan tanda yang sama pada pemeriksaan fisik dimana lesi ditemukan di
seluruh tubuh dengan sebaran lesi sentrifugal (menjauhi pusat). Varisela memiliki periode
inkubasi 13-17 hari. Hal ini menunjukkan tanda yang sama yaitu ada teman sekolahnya yang
diketahui mengalami keluhan yang sama 2 minggu yang lalu. Selain itu, sekitar 24 jam
sebelum kelainan kulit timbul pada penderita varisela, terdapat gejala malaise dan anoreksia.
Namun, dalam hal ini belum dapat dipastikan menderita varisela yang disebabkan VZV.
Untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan penunjang pada kerokan atau
bilasan dasar vesikel dan sebagainya.2
Etiologi
Varisela disebabkan oleh varicella-zoster virus (VZV), yang termasuk kelompok
Herpes Virus dengan diameter kira-kira 150-200nm. Inti virus disebut Capsid yang berbentuk
icosahedral, terdiri dari protein dan DNA yang mempunyai rantai ganda yaitu rantai pendek
(S) dan rantai panjang (L) dan merupakan suatu garis dengan berat molekuk 100 juta dan
disusun dari 162 capsomer. Lapisan ini bersifat infeksius. Varicella Zoster Virus (VZV) dapat
ditemukan dalam cairan vesikel dan dalam darah penderita varisela dan dapat diisolasi
dengan menggunakan biakan dari fibroblast paru embrio manusia.4
Varisela Zoster Virus dapatm enyebabkan varisela dan herpes zoster. Kontak pertama
dengan penyakit ini akan menyebabkan varisela, oleh karena itu varisela dikatakan infeksi
akut primer, sedangkan bila penderita varisela sembuh atau dalam bentuk laten dan kemudian
terjadi serangan kembali maka yang akan muncul adalah Herpes Zoster. 4
Varisela pada anak biasanya disebabkan oleh kontak langsung kulit, biasanya tertular
pada tempat penitipan anak, sekolah, atau oleh saudaranya. Rash muncul dalam waktu sekitar
10-23 hari, biasanya disertai dengan sakit kepala, pusing, dan demam. 2
Epidemiologi
Varisela Zoster terdapat di seluruh dunia. Varisela sangat menular dan merupakan
penyakit epidemik yang sering terjadi pada masa anak-anak di bawah 10 tahun. Penyakit
lebih sering terjadi pada musim dingin dan semi daripada musim panas pada daerah beriklim
sedang. Zoster terjadi secara sporadis, terutama pada orang dewasa tanpa prevalensi
musim.Dapat mengenai semua golongan umur, termasuk neonatus (varisela kongenital),
tetapi tersering pada masa anak. Varisela menular dari 24-48 jam sebelum ruam muncul dan
sementara vesikel belum berkusta, yang biasanya 3-7 hari dan timbul sampai 6-7 hari
kemudian. Biasanya seumur hidup, varisela hanya diderita satu kali. Cacar air terutama
merupakan penyakit pada anak-anak dengan prevalensi tersebar luas di dunia. Penyakit ini
sangat infeksius dengan angka serangan dalam rumah tangga mendekati 90% (pada
komunitas perkotaan 90% orang dewasa pernah mengalami cacar air). Insidensinya telah
menurun secara dramatis di AS dan negara lainnya melalui vaksinasi rutin anak-anak karena
imunitas terhadap cacar air berlangsung seumur hidup.2,4
Anak yang rentan mendapat varisela sesudah kontak langsung, dekat dengan orang
dewasa yang menderita herpes zoster; rute penularan ini mempertahankan sirulasi virus
didalam populasi. Karena alasan yang tidak jelas, varisela jauh kurang lazim di daerah tropik
sehingga angka kerentanan pada orang dewasa setinggi 20-30%. Herpes zoster tidak
menunjukkan variasi musim dalam insiden karena herpes ini disebabkan oleh reaktivasi virus
laten secara endogen. Walaupun laporan-laporan anekdot, penelitian epidemiologis
memperagakan bahwa pemajanan terhadap varisela tidak menyebabkan herpes zoster. Herpes
zoster sangat jarang pada anak kurang dari 10 tahun kecuali pada mereka yang diberi terapi
imunosupresi untuk keganasan atau penyakit lain, mereka yang menderita infeksi vitus
imunodefisiensi manusia (HIV) dan mereka yang telah terinfeksi dalam rahim atau selama
umur tahun pertama. Risiko infeksi primer atau berulang berat atau mengancam jiwa terkait
terutama pada faktor hospes bukannya variasi dalam patogenesis strain VVZ.4
Varisela mulai dengan pemasukan virus ke mukosa yang dipindahkan dalam sekresi
saluran pernapasan atau dengan kontak langsung lesi kulit varisela atau herpes zoster.
Pemasukan disertai dengan masa inkubasi 10-21 hari, pada saat tersebut penyebaran virus
subklinis terjadi. Akibat lesi kulit tersebar bila infeksi masuk fase viremi; sel mononuklear
darah perifer membawa virus infeksius, menghasilkan kelompok vesikel baru selama 3-7
hari. VZV juga diangkut kembali ke tempat-tempat mukosa saluran pernafasan selama akhir
masa inkubasi, memungkinkan penyebaran pada kontak rentan sebelum muncul ruam.
Penularan virus infeksius oleh droplet pernafasan, membedakan virus herpes manusia yang
lain. Penyebaran viseral virus menyertai kegagalan respon hospes untuk menghentikan
viremia yang menyebabkan infeksi paru, hati, otak, dan organ lain. VZV menjadi laten di sel
akar ganglia dorsal pada semua individu yang mengalami infeksi primer. Reaktivasinya
menyebabkan ruam vesikuler terlokalisasi yang biasanya melibatkan penyebaran dermatom
dari suatu saraf sensoris. Perubahan nekrotik ditimbulkan pada ganglia terkait, kadang-
kadang meluas kedalam kornu posterior. Histopatologi varisela dan lesi herpes zoster adlah
identik. VZV infeksius ada pada lesi herpes zoster, sebagaimana ia berada dalam lesi varisela,
tetapi tidak dilepaskan dalam sekresi pernapasan. Varisela mendatangkan imunitas humoral
dan seluler yang sangat protektif terhadap infeksi ulang bergejala. Supresi imunitas seluler
pada VZV berkorelasi dengan penambahan risiko reaktivasi VZV sebagai herpes zoster.
Permulaan bentuk lesi pada kulit mungkin infeksi dari kapiler endothelial pada lapisan papil
dermis menyebar ke sel epitel pada epidermis, folikel glandula sebasea dan terjadi
pembengkakan. Lesi pertama ditandai adanya macula yang berkembang cepat menjadi
papula, vesikel dan akhirnya menjadi krusta. Jarang lesi yang menetap dalam bentuk macula
dan papula saja. Vesikel ini akan berada pada lapisan sel dibawah kulit dan membentuk atap
pada stratum korneum dan lusidum, sedangkan dasarnya adalah lapisan yang lebih dalam.4

Gejala klinis
Pada anak kecil imunokompeten jarang terdapat gejala prodromal, kadang hanya
terdapat demam dan malese ringan bersamaan dengan timbulnya lesi kulit. Pada anak lebih
besar (pubertas) biasanya terdapat gejala prodromal berupa demam, kedinginan, malese,
nyeri kepala, anoreksia, nyeri punggung, dan atau nyeri tenggorokan, 2-3 hari sebelum lesi
kulit timbul. Pada pasien imunokompromais gejala prodromal biasanya lebih berat. Demam
lebih tinggi dan berlangsung lebih lama selama masih terbentuk lesi baru, sesuai dengan
beratnya penyakit. Demam juga sering kambuh yang menandakan adanya komplikasi infeksi
sekunder bacterial atau komplikasi lainnya (pneumonia, ensefalitis, hepatitis, dan lain-lain).
Lesi kulit mula-mula timbul di muka dan scalp, kemudian menyebar secara cepat ke badan
dan sedikit ke ekstremitas, sehingga memberi gambaran distribusi sentral. Lesi baru timbul
dalam jumlah banyak dan cenderung lebih banyak pada kulit di daerah cekung dan
terlindungi, misalnya interskapula dan bagian medial ekstremitas. Telapak tangan dan kaki
dapat terkena.5
Lesi mula-mula berupa macula eritematosa yang cepat berkembang menjadi papul,
vesikel, pastul, kemudian menjadi krusta dalam beberapa jam sampai 1-2 hari. Vesikel
biasanya superficial dan dindingnya tipis sehingga terlihat seperti tetesan air di atas kulit,
diameter 2-3 mm, berbentuk elips (oval), dengan aksis panjangnya sejajar lipatan
kulit. Mula-mula vesikel dikelilingi daerah eritematosa sehingga terlihat seperti “embun di
atas kelopak bunga mawar”. Cairan vesikel cepat menjadi keruh karena masuknya sel redang
sehingga menjadi pastul. Lesi kemudian mongering, mula-mula di bagian tengah sehingga
menyebabkan umbilikalis (delle), dan menjadi krusta. Krusta akan lepas dalam 1-3 minggu,
meninggalkan bekas cekung kemerahan yang akan berangsur menghilang, kadang
meninggalkan bercak hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu/bulan.
Pada lesi tanpa komplikasi jarang terjadi parut, kecuali bila terjadi superinfeksi bacterial atau
krusta dilepaskan.5
Vesikel juga terdapat di mukosa mulut , terutama pada palatum, dan cepat pecah
sehingga seringkali hanya terlihat sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm. Vesikel dapat
pula timbul di mukosa hidung, faring, laring, trakea, saluran cerna, saluran kemih, vagina dan
konjungtiva.5
Pada pasien imunokompromais lesi kulit lebih luas dan dalam, sering pula terdapat
bula serta nekrotik. Lesi dapat pula hiperkeratotik, verukosa, dan hemoragik, yang
menunjukkan makin beratnya penyakit. Pembentukan lesi baru (vesikel) lebih lama (2 kali
dibandingkan pasien imunokompeten, dapat >6 hari) dan menetap lebih lama (>2 minggu).5
Gambaran khas untuk varisela adalah terdapatnya semua stadium lesi secara
bersamaan pada suatu saat. Jumlah lesi pada anak imunokompeten rata-rata 250-500,
sedangkan pada yang imunokompromais lebih banyak. Pada kasus sekunder karena pajanan
di rumah, gejala klinisnya lebih berat daripada kasus primernya yang terpajan di sekolah. Hal
ini mungkin disebabkan karena pajanan di rumah lebih intens dan lebih lama sehingga
inokulasi virus lebih banyak. Pada umumnya anak kecil gejalanya paling ringan, sedangkan
pada manusia pubertas lebih berat. Demam biasanya berlangsung selama lesi baru masih
timbul dan tingginya demam sesuai dengan beratnya erupsi kulit. Suhu tubuh jarang diatas
39°C, tetapi pada keadaan berat dengan lesi banyak dapat mencapai 40,5°C. Pada pasien
imunokompromais demam lebih tinggi dan berlangsung lebih lama. Demam yang berlanjut
atau kambuh menandakan adanya komplikasi infeksi sekunder bacterial atau komplikasi
lainnya (pneumonia, ensefalitis, hepatitis, dan lain-lain). Nyeri kepala, mialgia, dan anoreksia
sering menyertai demam dan lebih berat pada anak bersar/pubertas dan pasien
imunokompromais. Gejala yang paling mengganggu adalah gatal yang biasanya timbul
selama vesikel masih terbentuk.5
Komplikasi
Pneumonia varisela adalah komplikasi yang relative jarang dan biasanya terjadi pada
orang dewasa dan anak dengan gangguan imunitas. Penyulit ini muncul 1 sampai 6 hari
setelah awitan ruam, disertai gejala sistem pernapasan misalnya batuk, sesak, dan nyeri dada
pleuritik. Keparahan gejala sering melebihi temuan pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan foto
sinar-X toraks biasanya memperlihatkan densitas-densitas nodular difus.6
Prognosis
Dengan perawatan yang teliti dan senantiasa memperhatikan kebersihan (hygiene) diri
dan lingkungan memberikan prognosis yang baik dan kemungkinan terbentuknya jaringan
parut hanya sedikit, kecuali jika pasien melakukan garukan/tindakan lain yang menyebabkan
kerusakan kulit lebih dalam. Angka kematian yang disebabkan oleh varicella 2-3 dari
100.000 kasus dan kasus kematian terendah adalah pada anak berumur 1 sampai dengan 9
tahun. Bayi yang kurang dari 1 tahun yang terinfeksi varicella mempunyai resiko kematian 4
kali lebih besar dari normal sedangkan bila infeksi terjadi pada orang dewasa maka resikonya
adalah 25 kali lebih besar dari normal. Infeksi sekunder pada lesi kulit oleh streptokokus atau
stafilokokus merupakan komplikasi yang paling sering terjadi. Varisela primer dapat
berakibat fatal pada pasien immunokompromais akibat adanya penyebaran visceral dan
pneumonitis. Tingkat kematian dapat mencapai 15% pada anak dengan leukemia yang tidak
mendapat upaya pencegahan atau terapi varisela. Varisela primer umunya sembuh secara
spontan. Tingkat kematian lebih tinggi pada pasien berusia lebih dari 20 tahun dam pada
pasien immunokompromais. Zoster umumnya penyakit yang dapat sembuh dengan
sendirinya (self limited disease) terutama pada anak. Usia lanjut dan beratnya nyeri yang
timbul tetap ada dalam kurun waktu 1 bulan, merupakan predictor untuk terjadinya gejala
nyeri yang berkepanjangan.2

Pencegahan
Anak dengan varisela tidak diperbolehkan pergi ke sekolah sampai semua vesikel berubah
menjadi keropeng. Anak yang dirawat dirumah sakit karena cacar air harus disolasi di
ruangan bertekanan negative untuk mencegah terjadinya penularan. Vaksin hidup yang
dilemahkan diberikan dalam 2 dosis pada anak sangat dianjurkan. Dosis pertama diberikan
pada usia 12-15 bulan dan dosis kedua pada usia 4-6 tahun. Vaksin varisela 85% efektif
yntuk mencegah infeksi VZV dalam berbagai bentuk manifestasi klinik dan 97% efektif
untuk menghindari penyakit berat.2
Oleh karena infeksi virus varisela zoster pada individu imumokompeten
menyebabkan imunitas seumur hidup, infeksi pada masa anak tidak akan menimbulkan
masalah pada saat dewasa. Oleh karena itu pada anak imunokompeten yang telah terpajan
varisela tidak diperlukan pencegahan. Namun pada golongan berisiko tinggi untuk menderita
varisela fatal, yaitu neonatus, pubertas, dan dewasa imunokompeten, perlu dilakukan
pencegahan atau meringankan gejala varisela. Di bawah ini merupakan beberapa cara untuk
mencegah terinfeksi virus varisela zoster.2

Penatalaksanaan (Medika Mentosa dan Non Medika Metosa)

Medika Mentosa

Asiklovir adalah obat pilihan untuk varisela dan herpes zoster.

Terapi varisela :

 Imunokompeten6
Anak-anak : Asiklovir 20mg/kg BB IV selama 7 hari.
Dewasa : Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari.
Valasiklovir 3 x 1000 mg/hari selama 7 hari.
Famsiklovir 3 x 200 mg/hari selama 7 hari.
 Immunocompromised : Asiklovir 5 x 800 mg/hari selama 7 hari.
 Penyakit berat/wanita hamil : Asiklovir IV 10 mg/kgBB tiap 8 jam selama 7
hari.

Bila terdapat infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotika.5

Non Medika Mentosa

 Anak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan penyakitnya


kepada yang lain.
 Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk
meningkatkan daya tahan tubuhnya.
 Jaga kebersihan tubuh anak dengan tetap memandikannya.
 Anak perlu beristirahat yang cukup.5

Kesimpulan
Varicela merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus Varicella Zoster
yang hingga kini masih tetap menjadi epidemi di dunia dan di Indonesia. Walaupun infeksi
Varicella Zoster tergolong ke dalam infeksi ringan, namun dalam kondisi defisiensi imun
penyakit dapat menjadi berat dan tidak menutup kemungkinan berujung kepada kematian.
Pemberian vaksinasi dan immunoglobulin telah terbukti efektif memberikan perlindungan
dari infeksi virus ini. Hingga saat ini, asiklovir oral tetap menjadi obat utama untuk
pengobatan varicella dan herpes zoster.

Daftar Pustaka
1. Welsbey PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinik. Jakarta: EGC; 2010.h.182-3.
2. Karen JM, Robert MK, Hal BJ, Richard EB. Nelson ilmu kesehatan anak esensial. Ed 6.
Jakarta: Elsevier; 2014.h.363,402,408-10
3. Roberts JR. Roberts and Hedges’ in emergency medicine. 6th Ed. Philadelphia: Elsevier;
2010. h.1-3.
4. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Mikrobiologi kedokteran jawetz, melnick, dan adelberg.
Ed 27. Jakarta: EGC; 2016.h.439-442,448-452.
5. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed.2. Jakarta: EGC; 2002: 88.
6. Goodheart HP. Diagnosis forografik dan penatalaksanaan penyakit kulit. Ed 3. Jakarta:
EGC; 2013.h.194-6.
7. Siregar RS. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Ed.2. Jakarta: EGC; 2002: 88.

Vous aimerez peut-être aussi