Vous êtes sur la page 1sur 16

asuhan keperawatan Bronchopneumonia

1. 1. Konsep Dasar Bronchopneumonia


1. Pengertian
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru-paru yang didahului
oleh infeksi saluran pernafasan bagian atas (Ngastiyah, 2005).

Bronchopneumonia adalah merupakan bagian secara morfologis dari


pneumonia dimana inflamasi paru terjadi pada ujung akhir bronkiolus
(Wong, 2003).

1. Patofisiologi

1). Etiologi

Adapun faktor penyebab dari Bronchopneumonia adalah pneumonia


bakteri (pneumococcus, streptococcus hemolyticus, streptococcus aureus,
hemophilles influensa, streptococcus pneumonia), pneumonioa virus
(respiratory syncitial virus, adeno virus, virus influensa, virus sitomegalik),
pneumonia jamur (histoplasma, aspergilus, candida albican), pneumonia atipikal
(mikroplasma pneumonia), pneumonia aspirasi (aspirasi cairan, makanan,
muntahan, sekresi nasoparing, cairan amniotik selama proses kelahiran) dan
pneumonia hipostatik (kongesti paru yang lama misalnya pada penderita
penyakit menahun yang berbaring lama).

2). Proses terjadi

Faktor-faktor penyebab seperti virus, bakteri, mikroplasma, jamur dan


aspirasi makanan yang melalui inhalasi droplet akan teraspirasi masuk ke
saluran nafas atas kemudian masuk ke saluran nafas bagian bawah dan
selanjutnya akan menginfeksi jaringan interstisial parenkim paru. Dengan daya
tahan tubuh yang menurun, terjadilah infeksi pada traktus respiratorius atau
jalan nafas. Adanya infeksi jalan nafas akan timbul reaksi jaringan berupa
edema alveolar dan pembentukan eksudat. Hal tersebut akan mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke bronkioli, alveoli dan paru-paru.
Terjadinya proliferasi mengakibatkan sumbatan dan daya konsolidasi pada jalan
nafas sehingga proses pertukaran O2 dan CO2 menjadi terhambat dan terjadilah
gangguan ventilasi. Rendahnya masukan O2 ke paru-paru terutama pada
alveolus menyebabkan terjadi peningkatan tekanan CO2dalam alveolus atau
yang disebut dengan hiperventilasi yang akan menyebabkan terjadi alkalosis
respiratorik dan penurunan CO2 dalam kapiler atau hipoventilasi yang akan
menyebabkan terjadi asidosis respiratorik. Hal tersebut menyebabkan paru-paru
tidak dapat memenuhi fungsi primernya dalam pertukaran gas yaitu membuang
CO2 sehingga menyebabkan konsentrasi O2 dalam alveolus menurun dan
terjadilah gangguan difusi dan akan berlanjut menjadi gangguan perfusi dimana
oksigenasi ke jaringan tidak memadai. Jika gangguan ventilasi, difusi dan
perfusi tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan hipoksemia dan hipoksia
yang akan menimbulkan beberapa manifestasi klinis.

3). Manifestasi Klinis

Adapun manifestasi klinis yang ditimbulkan antara lain cyanosis, nafas


cuping hidung, takikardia, dipsnea, gelisah, stridor, retraksi otot dada dan sesak,
dimana tanda dan gejala tersebut dapat menimbulkan masalah kerusakan
pertukaran gas dan pola nafas tak efektif. Tanda dan gejala lain yang timbul
adalah kelemahan, keletihan, kelelahan yang akan menimbulkan masalah
intoleransi aktifitas. Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke
lambung dan terjadi peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan
mual, muntah dan anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh, selain itu bisa juga terjadi demam dan berkeringat
yang dapat menimbulkan masalah risiko kekurangan volume cairan dan
hipertermia. Batuk dan pilek merupakan reaksi tubuh akibat adanya infeksi
traktus respiratori yang akan menimbulkan masalah bersihan jalan nafas tak
efektif. Masalah risiko penularan infeksi juga dapat terjadi jika kuman sudah
masuk ke dalam alveoli dan bronkiolus. Dengan timbulnya tanda dan gejala dan
disertai dengan kurangnya pemahaman orangtua sehingga keluarga bertanya-
tanya tentang penyakit pasien, maka timbullah masalah kecemasan orangtua.

4). Komplikasi

Komplikasi dapat muncul jika terjadi penyebaran infeksi seperti


meningitis, otitis media, perikarditis, bronkiektasis, empiema dan lain-lain.

1. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa pasti suatu penyakit saluran pernafasan seperti
bronchopneumonia/pneumonia lobularis dapat ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan diagnostik. Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
(1) Pemeriksaan Radiologi

a) Foto Thoraks

Pada foto thoraks bronchopneumonia terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu


atau beberapa lobus, gambaran bronchopneumonia difus atau infiltrat
interstisialis pada pneumonia stafilokokus, bercak konsolidasi merata pada
bronchopneumonia.

Pada pneumonia lobaris terlihat adanya kosolidasi pada satu atau beberapa
lobus.

b). Tomografi

Untuk mengungkapkan sifat serta derajat kelainan bayangan yang terdapat pada
paru-paru dan jaringan lain dari thorax.

c). Fluroskopi

Untuk mengetahui prilaku bagian-bagian paru selama siklus pernafasan.

d). Bronkografi

Untuk konfirmasi diagnosis bronkiektasis dan juga untuk mendeteksi bentuk


kelainan bronkus lainnya.

(2) Pemeriksaan Laboratorium

a) Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis dapat mencapai 15.000 –


40.000/mm3 dengan pergeseran ke kiri.
b). Analisa tes darah arteri dapat menunjukkan asidosis metabolik dengan atau
tanpa retensi CO2.
c). Urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin tredapat albuminoria ringan
karena suhu yang naik dan sedikit torak hialin.

(3) Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan


kolap alveolar), tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan menurun mungkin
terjadi perembesan (hipoksemia).

(4) Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah dapat diambil dengan


biopsi jarum, aspirasi trakheal, bronkoskopi fiberoptik, atau biopsi pembukaan
paru untuk mengatasi organisme penyebab.
(5) Pemeriksaan serologi misal: titer virus atau legionella, aglutinin,
membantu dalam membedakan diagnosa organisme khusus.

1. Penatalaksanaan Medis
(1) Oksigen 1–2 liter/menit, diberikan bila terdapat tanda hipoksemia
seperti: gelisah, cyanosis, dan lain-lain.

(2) Cairan intravena (IVFD) biasanya diperlukan campuran glukosa 5%


dan Nacl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCl 10
mEq/500ml/botol infus.

(3) Simtomatis, antipiretik diberikan bila pasien mengalami peningkatan


suhu tubuh dan mukolitik/expektoran (misal: OBH, Bisolvon, Mukopect,
Flumosil) diberikan bila terdapat sekret kental pada saluran nafas.

(4) Antibiotika diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi (misal:


penisilin 50000 u/kg BB/hari ditambah dengan kloramfenikol 50-70 mg/kg
BB/hari) atau diberikan antibiotika yang mempunyai spectrum luas seperti
ampisilin, pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.

(5) Kortikosteroid diberikan pada kasus yang berat seperti infiltrat milier
dengan sesak dan cyanosis.

(6) Koreksi gangguan keseimbangan asam, basa dan elektrolit.

(7) Nebulizer untuk pemberian bronkodilator (ventolin) pada kondisi dahak


yang kental.

1. 2. Konsep Dasar Askep Bronchopneumonia


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tahap pengkajian terdiri atas: pengumpulan data, analisa data, rumusan
masalah, analisa masalah dan diagnosa keperawatan.

1). Pengumpulan Data Pasien (Doengoes, 2000).

a). Aktivitas/istirahat.

Gejala : Kelemahan, kelelahan, tidak bisa tidur.

Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.

b). Sirkulasi
Gejala : Riwayat adanya gagal jantung kronik.

Tanda : Takikardia, penampilan kemerahan atau pucat.

c). Makanan/cairan

Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah.

Tanda : Distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan kaheksia (mal nutrisi).

d). Neurosensori

Gejala : Sakit kepala daerah frontal (influensa).

Tanda : Perubahan mental (bingung somnolen).

e). Nyeri/kenyamanan

Gejala : Sakit kepala, nyeri dada meningkat saat batuk, mialgia, atralgia.

Tanda : Melindungi area yang sakit.

f). Pernafasan

Gejala : Riwayat PPOM, takipnea, dipsnea, pernafasan dangkal, pelebaran


nasal.

Tanda : Sputum (merah muda, purulen), perkusi (pekak diatas area yang
konsolidasi), fremitus (traktil dan vocal bertahap meningkat dengan
konsolidasi), bunyi nafas (menurun atau tidak ada), warna (pucat atau cyanosis
bibir/kuku).

g). Keamanan

Gejala : Riwayat gangguan sistem imun, demam.

Tanda : Berkeringat, menggigil, gemetar, kemerahan.

h). Penyuluhan/pembelajaran

Gejala : Riwayat penyakit ISPA.


Tanda : Gelisah, bertanya-tanya.

2). Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon aktual/potensi


terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan. Dari pengkajian yang dilakukan
maka didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul seperti: (Doengoes, 2000
dan Carpenito, 2000).

a). Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan peningkatan sekresi
sekret, inflamasi trakeobronkia.

b). Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran


alveolar kapiler.

c). Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
proses inflamasi.

d). Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi.

e). Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak


adekuatnya pertahanan sekunder.

f). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.

g). Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk


menetap.

h). Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, peningkatan metabolisme.

i). Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.

j). Ansietas orangtua berhubungan dengan kurang informasi.

1. Perencanaan Keperawatan
Dalam perencanaan diawali dengan menentukan prioritas berdasarkan
kebutuhan A. Maslow, sifat masalah, berat ringannya masalah, keluhan pasien
dan cepat tidaknya masalah diatasi. Adapun rencana keperawatan yang dapat
disusun untuk pasien pneumonia (Doenges, 2000).

1). Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan peningkatan sekresi sekret,
inflamasi trakeobronkial.

Tujuan: Bersihan jalan nafas efektif.

Rencana tindakan:

a). Observasi vital signs terutama pernafasan setiap 8 jam.

Rasional : membantu mengetahui perkembangan pasien.

b). Kaji frekuensi/kedalaman nafas dan gerakan dada.

Rasional : takipnea, pernafasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering
terjadi karena ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan atau cairan paru.

c). Auskultasi area paru setiap hari.

Rasional : penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan.

d). Ajarkan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif.

Rasional : nafas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan nafas


lebih kecil. Batuk adalah mekanisme pembersihan jalan nafas alami, membantu
silia untuk mempertahankan jalan nafas pasien.

e). Anjurkan banyak minum air hangat.

Rasional : air hangat dapat memobilisasi dan mengeluarkan sekret.

f). Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler).


Rasional : memungkinkan upaya nafas lebih dalam dan lebih kuat serta
menurunkan ketidaknyamanan dada.

g). Penghisapan lendir sesuai indikasi.

Rasional : merangsang batuk dan pembersihan jalan nafas secara mekanik.

h). Kolaborasi dalam pemberian obat mukolitik, ekspektoran, bronkodilator.

Rasional : memudahkan pengenceran dan pembuangan sekret.

i). Kolaborasi/delegatif dalam pemberian nebulizer.

Rasional : nebulizer dapat mengencerkan dahak sehingga dahak mudah


dikeluarkan.

2). Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran


alveolar kapiler.

Tujuan: ventilasi dan pertukaran gas efektif.

Rencana tindakan:

a). Observasi keadaan umum dan vital signs setiap 8 jam.

Rasional : penurunan keadaan umum dan perubahan vital signs merupakan


indikasi derajat keparahan dan status kesehatan umum.

b). Observasi warna kulit, membran mukosa, kuku.

Rasional : cyanosis menunjukkan vasokonstriksi, hipoksemia sistematik.

c). Pertahankan istirahat tidur.

Rasional : mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi


oksigen untuk memudahkan perbaikan infeksi.

d). Tinggikan kepala dan sering mengubah posisi.

Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret


untuk memperbaiki ventilasi.
e). Berikan terapi oksigen sesuai indikasi.

Rasional : mempertahankan PaO2 diatas 60 mmHg


3). Pola nafas tak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru,
proses inflamasi.

Tujuan: Pola nafas efektif.

Rencana tindakan:

a). Auskultasi frekuensi dan irama jantung.

Rasional : takikardi sebagai akibat hipoksemia dan kompensasi upaya


peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan. Gangguan irama berhubungan
dengan hipoksemia.

b). Observasi perubahan status mental.

Rasional : gelisah, bingung, disorientasi, dapat menunjukkan gangguan aliran


darah, hipokia.

c). Observasi warna dan suhu kulit/membran mukosa.

Rasional : adanya cyanosis menunjukkan vasokonstriksi perifer (syok) dan atau


gangguan aliran darah sistemik.

d). Beri posisi yang nyaman (semi fowler/fowler).

Rasional : meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret


untuk memperbaiki ventilasi.

e). Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral sesuai indikasi.

Rasional : peningkatan cairan diperlukan untuk menurunkan hiperviskositas


darah atau mendukung volume sirkulasi/perfusi jaringan.

4). Hipertemia berhubungan dengan proses inflamasi.

Tujuan: Suhu tubuh normal (36,5 – 37,50C).


Rencana tindakan:
a). Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tiap 4 jam.

Rasional : pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan


perkembangan pasien.

b). Beri kompres dingin.

Rasional : perpindahan panas secara konduktif.

c). Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang menyerap keringat.

Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian ketat dan menyerap
keringat.

d). Pantau suhu lingkungan, batasi tambahan linen tempat tidur, sesuai
indikasi.

Rasional : suhu ruangan/jumlah selimut harus diubah untuk mempertahankan


suhu mendekati normal.

e). Beri ekstra cairan (air, susu, sari buah, dan lain-lain).

Rasional : saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat.

f). Batasi aktivitas fisik.

Rasional : aktivitas meningkatkan metabolisme sehingga meningkatkan panas.

g). Kolaborasi dalam pemberian antibiotik, antipiretik.

Rasional : menurunkan panas pada saat pusat hipotalamus dan sebagai


propilaksis.

5). Risiko tinggi terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan tidak


adekuatnya pertahanan sekunder.

Tujuan: Penyebaran infeksi tidak terjadi.


Rencana tindakan:

a). Observasi vital sign, khususnya selama awal terapi.

Rasional : selama periode waktu ini, potensi komplikasi fatal (hipotensi/syok)


dapat terjadi.

b). Lakukan teknik cuci tangan yang baik (septik dan aseptik).

Rasional : menurunkan penyebaran/tambahan infeksi.

c). Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.

Rasional : memudahkan proses penyembuhan dan meningkatkan pertahanan


ilmiah.

d). Lakukan isolasi pencegahan.

Rasional : teknik isolasi dilakukan untuk mencegah penyebaran/melindungi


pasien dari proses infeksi lain.

e). Tingkatkan asupan nutrisi dengan memberikan makanan tambahan.

Rasional : meningkatkan energi dan daya tahan tubuh.

f). Kolaborasi pemberian antibiotika.

Rasional : antibiotika dapat membunuh mikroorganisme penyebab pneumonia.

6). Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan suplay dan kebutuhan O2.
Tujuan: Aktivitas dapat ditingkatkan.

Rencana tindakan:

a). Kaji tingkat kemampuan pasien dalam aktivitas.

Rasional : menetapkan kemampuan/kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan


intervensi.
b). Jelaskan pentingnya istirahat dan keseimbangan aktivitas dan istirahat.

Rasional : menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk


penyembuhan.

c). Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya.

Rasional : meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplay dan


kebutuhan oksigen.

d). Bantu pasien dalam memilih posisi yang nyaman.

Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi, atau
menunduk ke depan meja atau bantal.

e). Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien.

Rasional : keluarga mampu melakukan perawatan secara mandiri.

7). Nyeri (akut) berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, batuk


menetap.

Tujuan: Nyeri dapat berkurang/terkontrol/hilang.

Rencana tindakan:

a). Kaji karakteristik nyeri.

Rasional : nyeri dada biasanya ada dalam beberapa derajat pada pneumonia,
juga dapat timbul komplikasi pneumonia seperti perikarditis dan endokarditis.

b). Observasi vital signs setiap 8 jam.

Rasional : perubahan frekuensi jantung atau tekanan darah menunjukkan bahwa


mengalami nyeri, khususnya bila alasan lain untuk perubahan tanda vital telah
terlihat.

c). Berikan tindakan yang nyaman seperti relaksasi, distraksi.


Rasional : menghilangkan ketidaknyamanan dan memperbesar efek terapi
analgetik.

d). Kolaborasi pemberian analgetik.

Rasional : meningkatkan kenyamanan/istirahat umum.

8). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


anoreksia, peningkatan metabolisme.

Tujuan: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.

Rencana tindakan:

a). Identifikasi penyebab mual, muntah, anoreksia.

Rasional : pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah.

b). Bersihkan mulut setelah muntah.

Rasional : menurunkan rasa mual.

c). Kaji riwayat nutrisi termasuk makanan yang disukai.

Rasional : mengidentifikasi definisi, menduga kemungkinan intervensi.

d). Observasi keadaan umum pasien.

Rasional : keadaan umum merupakan gambaran keseluruhan dari kondisi


pasien, apakah mengalami perubahan selama perawatan.

e). Auskultasi bunyi usus.

Rasional : bunyi usus mungkin menurunkan atau tidak ada bila proses infeksi
berat atau memanjang.

f). Observasi dan catat masukan makan pasien.

Rasional : mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi


makanan.
g). Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering, beri dalam keadaan hangat.

Rasional : meningkatkan masukan meskipun nafsu makan mungkin lambat


untuk kembali.

h). Timbang BB tiap hari.

Rasional : mengetahui ada/tidaknya respon terhadap terapi.

9). Risiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan


kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.

Tujuan: Kekurangan volume cairan tidak terjadi.

Rencana tindakan:

a). Observasi keadaan umum dan vital signs setiap 8 jam.

Rasional : tekanan darah ortotastik berubah dan peningkatan takikardia


menunjukkan kekurangan cairan sistematik.

b). Kaji status hidrasi seperti turgor kulit.

Rasional : indikator langsung keadekuatan volume cairan.

c). Kaji intake dan output cairan

Rasional : memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan


kebutuhan penggantian.

d). Tingkatkan intake cairan sesuai kebutuhan anak.

Rasional : pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan risiko


dehidrasi.

e). Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral.

Rasional : memperbaiki/mencegah kekurangan volume cairan.

10). Ansietas orangtua berhubungan dengan kurang informasi.


Tujuan: kecemasan anak/orangtua berkurang/hilang, pengetahuan keluarga
bertambah, dan keluarga memahami kondisi pasien.

Rencana tindakan:

a). Kaji tingkat kecemasan dan pengetahuan keluarga.

Rasional : mempengaruhi kemampuan untuk menggunakan pengetahuan.

b). Beri HE/ informasi tentang keadaan kesehatan pasien.

Rasional : informasi dapat meningkatkan koping dan membantu menurunkan


ansietas dan masalah berlebihan.

c). Libatkan keluarga/pasien dalam perawatan pasien.

Rasional : keluarga/pasien mampu melakukan perawatan mandiri.

d). Jelaskan tindakan yang akan dilakukan.

Rasional : informasi dapat meningkatkan koping, membantu menurunkan


ansietas dan masalah berlebihan.

e). Beri motivasi/dorongan pada keluarga/pasien.

Rasional : meningkatkan proses belajar, meningkatkan pengambilan keputusan


dan mencegah ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan.

f). Anjurkan keluarga/pasien untuk berdoa.

Rasional : membantu keluarga/pasien lebih tenang.

g). Evaluasi penjelasan yang sudah dilakukan.

Rasional : mengetahui sejauh mana penjelasan dapat diterima.

h). Beri reinforcement positif kepada keluarga.


Rasional : dapat meningkatkan rasa percaya diri keluarga.

1. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat
dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi
adalah implementasi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan
validasi, penguasaan keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal.
Implementasi dapat dilakukan dengan intervensi independen, dependen atau
tidak mandiri serta inter-dependen atau sering disebut intervensi kolaborasi,
(Gaffar, 1999). Implementasi berdasarkan intervensi yang telah disusun.

1. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi yang diharapkan sesuai dengan
rencana tujuan yaitu:

1). Bersihan jalan nafas efektif.

2). Ventilasi dan pertukaran gas adekuat.

3). Pola nafas efektif.

4). Suhu tubuh normal (36,5 – 37,50C).


5). Penyebaran infeksi tidak terjadi.

6). Aktivitas dapat ditingkatkan.

7). Nyeri dapat berkurang/terkontrol/hilang.

8). Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi.

9). Kekurangan volume cairan tidak terjadi.

10). Ansietas orangtua berkurang/hilang, pengetahuan keluarga bertambah dan


keluarga memahami kondisi pasien.

Vous aimerez peut-être aussi