Vous êtes sur la page 1sur 2

SEGENAP HATI

2 Tawarikh 25:1,2

Di akhir zaman ini, ada banyak anak Tuhan yang melakukan kebenaran tetapi tidak dengan
segenap hati seperti Raja Amazia, padahal Tuhan menginginkan dari umatnya ialah “segenap
hati” dalam segala apa yg dilakukan untuk Tuhan, seperti yang dituliskan dalam Ulangan 6:4-5
(dikutip oleh Yesus dalam Mrk. 12:29-30), dikenal dengan “Shema Israel” (Dengarlah Israel).

Kata “segenap” dlm Ibrani dipakai kata “salem”. Dari kata ‘salem” muncul kata “shalom”:
damai, aman, happy, makmur, sehat, well-being. Kata “salem” ini dipakai dalam Alkitab untuk
menyatakan beberapa hal:

A. Tuntas/tidak setengah-setengah

2 Taw. 8:16 ketika Salomo menyelesaikan pembangunan Bait Allah; “Maka terlaksanalah segala
pekerjaan Salomo, dari hari dasar rumah Tuhan diletakkan sampai kepada hari rumah itu
selesai. Dengan demikian selesailah (salem) sudah rumah Tuhan.”

Tuhan tidak mau kita setengah-setengah dalam melayani Tuhan. Selesaikan pekerjaan Tuhan
sampai tuntas !

B. Utuh, tidak kurang, tepat

Ul. 25:15, “Haruslah ada padamu batu timbangan yang utuh (salem) dan tepat…”

Ams. 11:1, “Neraca serong adalah kekejian bagi Tuhan, tetapi Ia berkenan akan batu timbangan
yang tepat (salem).”

Tuhan telah mengasihi kita dengan segenap hati, sehingga Anak-Nya yang tunggal diserahkan
bagi kita. Tapi bagaimana dengan kita? Apakah kita juga mengasihi Dia dengan seutuhnya?
Seringkali kita “berlaku curang” kepada Tuhan. Kita tidak memberi apa yang seharusnya Ia
dapatkan dari kita yaitu “segenap” hati kita!

C. Sudah siap (well prepared)

1 Raj. 6:7, “Pada waktu rumah itu didirikan, dipakailah batu-batu yang telah disiapkan (salem)
di penggalian, sehingga tidak kedengaran palu atau kapak atau sesuatu perkakas besipun
selama pembangunan rumah itu.”

Ketika datang beribadah, apakah kita datang dengan hati yang siap ataukah dengan hati
sekedarnya? Banyak yang beribadah tanpa kesiapan hati sehingga tidak dapat memuji Tuhan,
bahkan tidak dapat menerima firman. Hati yang tidak siap sama seperti tanah yang di pinggir
jalan, sehingga benih firman yang ditaburkan tidak ada gunanya karena tidak pernah masuk
dalam hati kita. Datanglah beribadah bukan saja dengan kesiapan jasmani, namun yang
terutama adalah dengan kesiapan hati.

Beberapa poin penting yang harus kita perhatikan tentang "segenap hati":
1.Hati-hati, “hat” bisa berubah!

Akhir kehidupan Salomo sebagai jadikan sebuah peringatan. Pada masa tuanya ia tidak dengan
sepenuh hati berpaut kepada Tuhan karena istri-istrinya mencondongkan hatinya pada allah-
allah lain (1 Raj. 11:4). Kita harus waspada sebab hati manusia itu licik dan mudah berubah (Yer.
17:9). Padahal Salomo waktu muda adalah pribadi yang luar biasa sehingga Allah pernah
menampakkan diri dua kali kepadanya. Mengapa ia berubah? Karena kerohaniannya tidak
pernah dibaharui. Tubuh jasmani kita memang akan mengalami penuaan (degenerasi), tapi di
dalam Yesus kita harus mengenakan manusia baru yang senantiasa dibaharui. Dengan demikian
hati kita tidak akan berubah, justru kasih kita kepada Tuhan akan makin bertumbuh.

2. Tidak segenap hati membawa kepada dosa.

Jangan berpikir bahwa beribadah tidak dengan segenap hati tidak memiliki dampak yang besar.
Kita akan melihat bagaimana akhir kehidupan Amazia yang tadinya melakukan apa yang benar
namun tidak dengan segenap hati.

2 Taw. 25:14-15 dikatakan bahwa setelah mengalahkan orang Edom, ia malah membawa pulang
para allah bani Seir dan menyembah allah-allah itu. Maka bangkitlah murka Tuhan terhadap
Amazia!

Jangan sampai melakukan kesalahan yang sama seperti Amazia, dengan menukar Allah kita Yang
Mahakuasa dengan hal-hal lain. Ingat, tidak segenap hati akan membawa kita pada dosa, dan
dosa akan membawa kita pada murka Tuhan!

3. Segenap hati membawa kepada keberhasilan.

2 Taw. 31:21 “Dalam setiap usaha yang dimulainya untuk pelayanannya terhadap rumah Allah,
dan untuk pelaksanaan Taurat dan perintah Allah, ia mencari Allahnya. Semuanya dilakukannya
dengan segenap hati, sehingga segala usahanya berhasil.”

Ketika kita percaya dengan segenap hati atau “full” kepada Tuhan, maka Tuhan juga akan “full”
menyatakan pertolongan-Nya kepada kita!

Tuhan sudah mengasihi kita dengan segenap hati. Bapa menyerahkan Yesus dan sengaja
meremukkan-Nya di atas kayu salib demi kita semua. Karena itu tidak berlebihan kalau Tuhan
juga menuntut kita untuk segenap hati kepada-Nya. Bahkan itu adalah ibadah yang sudah
sepatutnya kita persembahkan kepada Tuhan. Tidak mengapa kalau saat ini kita masih terbatas
dalam mengasihi Tuhan, namun kita mau terus maju dan meminta Roh Kudus untuk terus
membaharui kehidupan kita. Tuhan Yesus memberkati!

Vous aimerez peut-être aussi