Vous êtes sur la page 1sur 19

LAPORAN KASUS

DIABETES MELLITUS

Nama Kelompok :

Wahyu Adhi S

114116

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

2017
LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I

A. Latar Belakang Masalah


Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik
akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,
saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan
mikroskop elektron . (Mansjoer, 2010)

Diabetes melitus dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kelompok. Bentuk paling umum
dari diabetes melitus adalah diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2 dan diabetes
melitus gestasional (CDC, 2012).
Ada 2 macamtype DM :
DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM inidisebabkan akibat
kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala
yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan
sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau
kurus.Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.
DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM inidisebabkan insulin
yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan
bahkan meningkat tetapi fungsiinsulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang.
Akibatnya glukosadalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% daripenderita
DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah
usia 30 tahun.

Menurut laporan badan kesehatan dunia atau World Health Organisation (WHO) pada tahun
2000 dianggarkan sebanyak 171 juta jiwa menderita diabetes melitus tipe 2 dan diperkirakan
pada 2030 akan terjadi peningkatan sebanyak 195 juta jiwa lagi yang akan menderita diabetes
tipe 2 (WHO, 2013). Studi populasi Diabetes Mellitus tipe 2 di berbagai Negara oleh WHO
menunjukkan jumlah penderita diabetes me litus pada tahun 2000 di Indonesia menempati
urutan ke -4 terbesar dengan 8,426 juta orang dan diperkirakan akan menjadi sekitar 21,257
juta pada tahun 2030. Berdasarkan laporan rumah sakit dan puskesmas, prevalensi diabetes
mellitus tergantung insulin di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2008 sebesar 0,16%,
mengalami peningkatan bila dibandingkan prevalensi tahun 2007 sebesar 0,09%. Prevalensi
tertinggi adalah di Kota Semarang sebesar 0,84%.

Mengetahui keadaan tersebut diatas maka peran perawat bekerja sama dengan tim
kesehatan lain sangat dibutuhkan baik masa akut, atau sesudahnya. Usaha yang dapat
dilaksanakan mencakup pelayanan kesehatan secara menyeluruh, mulai promotif, preventif,
kuratif sampai dengan rehabilitasi. Dan dengan ini penulis tertarik mengambil judul “ Asuhan
Keperawatan Diabetes Mielitus Pada Tn. K di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Ambarawa.

B. Tujuan

1. Melakukan pengkajian dan merencanakn asuhan keperawatan pada pasien dengan


diabetes melitus

2. Menegakkan diagnosa pada pasien dengan diabetes melitus

3. Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien diabetes melitus

4. Melakukan inplementasi dan evaluasi


BAB II

I. KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan


metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada
mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam
pemeriksaan dengan mikroskop elektron . (Mansjoer, 2010)

Diabetes militus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh


kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemi. Glukosa secara normal bersirkulasi
dalam jumlah tertentu dalam darah. Glukosa dibentuk dihati dari makanan yang dikonsumsi.
(Brunner dan Suddarth, 2002).

Diabetes mellitus adalah keadaan dimana hasil gds lebih dari 150 mg/dl (WHO,2013)

B. ETIOLOGI

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 / IDDM (Insulin Independent Diabetes Mellitus)


a. Faktor genetic :
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi mewarisi suatu
presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya diabetes tipe I.
Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang memililiki tipe antigen
HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang
bertanggung jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.
b. Faktor imunologi :
Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini merupakan
respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara
bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan
asing.
c. Faktor lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai contoh hasil
penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu proses
autoimun yang dapat menimbulkan destuksi sel β pancreas.
2. Diabetes Mellitus tak tergantung insulin / Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(NIDDM)
Secara pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, factor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya mempunyai
pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan dalam sekresi insulin
maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel
sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-
reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang
meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan DMTTI
terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan
oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.
Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan
system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu
yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi
insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia
(Price,1995). Diabetes Mellitus tipe II disebut juga Diabetes Mellitus tidak tergantung
insulin (DMTTI) atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) yang
merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak.
Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,
diantaranya adalah:
a. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
C. KLASIFIKASI
Klasifikasi Diabetes Mellitus dari National Diabetus Data Group: Classification and
Diagnosis of Diabetes Mellitus and Other Categories of Glucosa Intolerance:
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Mellitus
1) Tipe tergantung insulin (DMTI), Tipe I
Sel sel beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin namun
dihancurkan oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk
mengontrol kadar gula darah. Jika konsentrasi glukosa dalam darah tinggi
ginjal tidak dapat menyerap kembali glukosa maka glukosa tersebut muncul di
urin. Jika glukosa diekskresikan dalam urin maka disertai pengeluaran cairan
dan elektrolit berlebih. Pasien juga mengalami peningkatan berkemih
(poliuria), rasa haus (polidipsia), peningkatan selera makan (polifagia)
2) Tipe tak tergantung insulin (DMTTI), Tipe II (DMTTI yang tidak mengalami
obesitas , dan DMTTI dengan obesitas)
b. Gangguan Toleransi Glukosa (GTG)
c. Diabetes Kehamilan (GDM)
Terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes
2. Klasifikasi risiko statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan toleransi glukosa
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 sel-sel β pancreas yang secara normal menghasilkan
hormon insulin dihancurkan oleh proses autoimun, sebagai akibatnya penyuntikan insulin
diperlukan untuk mengendalikan kadar glukosa darah. Diabetes mellitus tipe I ditandai
oleh awitan mendadak yang biasanya terjadi pada usia 30 tahun. Diabetes mellitus tipe II
terjadi akibat penurunan sensitivitas terhadap insulin (resistensi insulin) atau akibat
penurunan jumlah produksi insulin.
D. PATOFISIOLOGI
Diabetes Mellitus mengalami defisiensi insulin menyebabkan glukagon meningkat
sehingga terjadi pemecahan gula baru (glukoneogenesis) yang menyebabkan
metabolisme lemak meningkat kemudian terjadi proses pembentukan keton
(ketogenesis). Terjadinya peningkatan keton didalam plasma akan menyebabkan
ketonuria (keton didalam urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum menurunyang
menyebabkan asidosis.
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat menyerap
kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam
urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di ekskresikan ke dalam urin, ekskresi
ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Sebagai akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien
akan mengalami peningkatan dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera
makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup
kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis
(pemecahan glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru
dari dari asam-asam amino dan substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin,
proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan
hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang mengakibatkan
peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk samping pemecahan lemak.
Badan keton merupakan asam yang menggangu keseimbangan asam basa tubuh apabila
jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-
tanda dan gejala seperti nyeri abdomen, mual, muntah, hiperventilasi, nafas berbau
aseton dan bila tidak ditangani akan menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan
kematian. Pemberian insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan
memperbaiki dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala
hiperglikemi serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah
yang sering merupakan komponen terapi yang penting.
Hiperglikemia dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil (arteri kecil) sehingga suplai
makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang yang akan menyebabkan luka tidak
sembuh sembuh. Karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat yang mengakibatkan
terjadinya infeksi dan terjadi ganggren atau ulkus
Gangguan pembuluh darah menyebabkan aliran ke retina menurun sehingga suplai
makanan dan oksigen berkurang, akibatnya pandangan menjadi kabur.
E. PATHWAY
Pankreas rusak (sel beta)

Defisiensi insulin

Glukogen Gangguan glukosa Produksi energi


oleh sel
Glukoneogenesis Metabolisme fisik
Metabolisme Hiperglikemia
Kelemahan
Metabolisme lemak Deuresis osmotis

Ketogenesis Glukosuria Ketidakberdayaan

Ketonemia nefropati Poliuria


Ketonuria
Natrium Dehidrasi Polidipsi Gangguan pembuluh darah
PH serum Defisit volume cairan
Mual muntah,nafsu mkn Neuropati Peredaran darah
Suplai darah terganggu
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh Jaringan perifer Retinopati
Pandangan
Gangguan perfusi Daya thn tubuh keluar
jaringan perifer
menurun
Perubahan
Ulkus/ganggren persepsi sensori
penglihatan

Kerusakan
integritas
jaringan Resiko tinggi
cedera
F. MANIFESTASI KLINIS

Diabetes tipe 1

 Hiperglikemia berpuasa
 Glukosuria ( glukosa dalam urin )
 Trias : Poliuri,polidipsi,polifagia
 Keletihan dan kelemahan
 Ketoasidosis diabetik ( mual, nyeri abdomen, muntah, nafas bau )

Diabetes tipe 2

 Lambat (penyakit tahunan)


 Keletihan
 Trias : Poliuri, polidipsi, polifagia
 Luka pada kulit sulit sembuh
 Penglihatan kabur
 Komplikasi jangka panjang : retinopati, neuropati

G. K OMPLIKASI

Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk, 1999) adalah

1. Akut
a. Hipoglikemia dan hiperglikemia
b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung
koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).
c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.
d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom
berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler (Suddarth and Brunner, 1990).
2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus
a. Neuropati diabetik
b. Retinopati diabetik
c. Nefropati diabetik
d. Proteinuria
e. Kelainan koroner
f. Ulkus/gangren
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
1) Grade 0 : tidak ada luka
2) Grade I :kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
3) Grade II :kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
4) Grade III :terjadi abses
5) Grade IV :Gangren pada kaki bagian distal
6) Grade V :Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Tes gula ddaah
 Ureum dan kreatinin
 Glukosa dalam urin & bendaketon
 Kultur & sensitivitas : kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi
saluran nafas, infeksi pada luka
 Gas darah arteri

I. PENATALAKSANAAN
a. Medis
 Pemberian obat hipoglikemik oral
 Tablet OAD (antidiabes), golongan biguanad/ metamorfin
 Insulin
b. Keperawatan
 Diit makanan
 Latihan : senam kaki DM
 Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri
 Terapi insulin
 Olahraga
 Penyuluhan, PENKES tentang penyakit Diabetes Mellitus , hygiene kaki,
kontrol nutrisi dan mencegah trauma kaki

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
 Identitas pasien
 Keluhan utama
 Riwayat kesehatan sekarang, dahulu & keluarga
 Pola kegiatan sehari hari
 Pemeriksaan fisik :
 Paru paru
 Kardiovaskuler
 Perkemihan
 Abdomen
 Pola fungsi kesehatan :
 Aktifitas & istirahat
 Sirkulasi
 Eliminasi
 Nutrisi
 Neurosensori
 Nyeri
 Respirasi
 Keamanan
 Seksualitas

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan Diabetes Mellitus
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan metabolisme
3. Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan Diabetes Mellitus
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan 3x 24 jam masalah perfusi jaringan perifer
normal
K.H : TTV stabil
Capillary refill < 2 detik
Saturasi oksigen normal 95-100%
Intervensi :
a. Pantau TTV
R : Terjadi perubahan TD, respirasi, nadi menandakan terjadi gangguan pada
tubuh
b. Monitor laboratorium (HB)
R : Nilai laborat dapat menunjukkan komposisi darah
c. Berikan oksigen adekuat
R : Tidak sesak, saturasi oksigen normal 95-100 5%
d. Kolaborasi pemberian terapi
R : Untuk mengetahui rencana
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan gangguan metabolisme
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam integritas
kulit dan luka perlahan membaik
K.H : Luka dapat kering
Tidak ada pus & darah
Luka tidak berbau
Berkurangnya jaringan nekrosis
Intervensi :
a. Observasi luka pasien
R : Untuk mengetahui keadaan luka pasien
b. Lakukan perawatan luka
R : Mencegah terjadinya resiko infeksi
c. Anjurkan untuk menjaga kebersihan luka & lingkungan sekitar luka
R : Pembersihan luka, mempermudah proses penyebuhan
d. Kolaborasi dengan tim medis
R : Untuk mencegah infeksi dengan pemberian antibiotik & untuk mengetahui
Rencana tindak lanjut
3. Resiko ketidakseimbangan kadar glukosa darah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan swelama 3x 24 jam glukosa
stabil ditandai dengan penurunan kadar glukosa darah
K.H : GDS normal
Pasien tidak lemas
Intervesi :
a. Observasi TTV
R : Untuk mengethui keadaan umum pasien
b. Lakukan pengecekan GDS
R : Untuk mengetahui kadar glukosa & menentukan dosis terapi yang tepat
c. Berikan penkes diit DM
R : Keluarga dapat mengontrol DM & mencegah ke anggota keluarga lain
d. Kolaborasi dengan ahli gizi
R : Untuk menentukan diit DM
DAFTAR PUSTAKA

Rendy,M.Clevo.(2012).Asuhan Keperawatan Medikal Bedah & Penyakit Dalam.

Yogyakarta : Nuha Medika

Margareth. (2012). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah & Penyakit Dalam .

Yogyakarta : Nuha Medika

Herman, T .Heather. (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi

Jakarta : EGC
BAB III
RESUME

A. BIODATA
Hari / tanggal pengkajian :13 Januari 2017
Waktu pengkajian : 18.00 WIB
Sumber data : Autoanamnesa
Dirawat tanggal : 13 Januari 2017 jam 13.00

1. Identitas Pasien

Pasien

Nama : Tn. K
Umur : 55 thn
Jenis kelamin : laki - laki
Status perkawinan : Menikah
Agama / suku : Islam / Jawa
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia dan jawa
Alamat rumah : Ambarawa
DX Medik : Diabetes Mielitus

2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Alamat : Ambarawa
Hubungan dengan pasien : Istri

B. PENGKAJIAN
Data Subyektif :
- Pasien mengatakan ada luka di telapak kaki kiri
Data Obyektif :
- Terdapat bula di telapak kaki kiri panjang 5 cm lebar 4 cm tidak ada darah sedikit
keluar cairan bening bewarna putih
- GDS : 425 mg/Dl

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN UTAMA


1. Kerusakan Intergritas Kulit b/d Gangguan Metabolisme

D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1 : Kerusakan Intergritas Kulit b/d Gangguan Metabolisme
Tujuan : setelah di lakukan tindakan keperawatan 3 x 27 jam di harapkan bula dengan
ukuran 5 x 4 cm tidak bertambah luas
Kriteria Hasil :
- Tidak ada tanda – tanda infeksi
- Tidak ada jaringan nekrotik, darah, edema

Intervensi

1. Observasi karakteristik Luka

R : untuk mengetahui lokasi dan bentuk luka

2. Lakukan perawatan Luka

R : agar tidak ada infeksi dan agar bula tidak semakin membesar

3. Kaji tanda – tanda Infeksi

R : untuk mengetahui adanya infeksi

4. Kolaborasi dengan tim medis

R : untuk penangannan lebih lanjut

E. IMPLEMENTASI

Hari, Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon TTD


Tgl, jam
Sabtu 14 1,2,3 Melakukan injeksi DS : pasien mengatkan
- Cefotaxim 1 x 1gr
Januari mau di lakukan injeksi
- Omeprazol 1 x 1 ampl
DO : obat masuk lewat
2017
J 08.00 intravena tidak ada
kemerahan tidak ada
1
alergi

DS : pasien mengatakan

Melakukan Observasi terdapat luka di telapak


Luka kaki kiri
DO :
- Terdapat bula di
telapak kaki kiri
panjang 5 cm lebar
4 cm tidak ada
darah sedikit keluar
1
cairan bening
bewarna putih
- GDS : 425
mg/Dl

DS : pasien mengatakan
mau di injeksi insulin

DO : pasien mengkuti
memejamkan mata saat
di injeksi tidak ada
kemerahan dan alergi

Memberikan injeksi
novorapit 20 unit
F. EVALUASI

S : Pasien mengatakan ada luka di telapak kaki kiri


O : - Terdapat bula di telapak kaki kiri panjang 5 cm lebar 4 cm tidak ada darah
sedikit keluar cairan bening bewarna putih
- GDS : 425 mg/Dl
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- Lakukan perawatan luka
- Observasi keadaan luka
- Kaji tanda – tanda infeksi

BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Data Subyektif :
- Pasien mengatakan ada luka di telapak kaki kiri
Data Obyektif :
- Terdapat bula di telapak kaki kiri panjang 5 cm lebar 4 cm tidak ada darah sedikit
keluar cairan bening bewarna putih
- GDS : 425 mg/Dl

2. Diagnosa Keperawatan
Kerusakan Intergritas Kulit b/d Gangguan Metabolisme

3. Intervensi Keperawatan

- Observasi karakteristik Luka

- Lakukan perawatan Luka

- Kaji tanda – tanda Infeksi

- Kolaborasi dengan tim medis

Vous aimerez peut-être aussi