Vous êtes sur la page 1sur 18

EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN HIV DAN AIDS

(Studi pada Layanan Konseling dan Tes HIV dalam Penanggulangan HIV
dan AIDS di Kecamatan Semarang Utara)
Oleh : Putri Uswatul Khasanah, Ari Subowo

Departemen Administrasi Publik


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Diponegoro
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos
1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http// www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id

ABSTRACT

The health issue currently faced by Indonesia is the high of HIV and AIDS
numbers. North Semarang Sub-District is the region that has the highest numbers
of HIV case. Counseling service and HIV test have been conducted in North
Semarang since 2013 through Bandarharjo and Bulu Lor Puskesmas. However,
the numbers of HIV cases are still high. The research aimed to describe and
analyze the implementation of counseling service and HIV test in preventing HIV
and AIDS in North Semarang Sub-District and describing the factors related to the
cases. This research used descriptive qualitative. The result of the research
showed that the implementation of counseling service and HIV test in North
Semarang had been effective that was seen by the upright of HIV diagnosis.
People also obtained HIV treatment service and the knowledge of people about
HIV increased. The equity had been achieved. It could be seen that people
obtained the benefits of the service, fund distribution and the program had been fit
with society’s condition. However, the responsiveness of society had not been
achieved. People had followed the counseling routinely. They were comfortable
with the program result but the participation was only dominated by pregnant
women. Encourage factors in counseling service and HIV test in North Semarang
were the support of counselor, the availability of treatment service, mobile
counseling and affordable cost. Whereas, the obstacle factors were, the difficulty
in obtaining patients’ information, there was side effect of ARV, the lack of
people’s participation and archiving the data. The suggestion that can be given
are, increasing people’s knowledge, increasing the knowledge of counselor,
family support, increasing creativity in socialization and improving archiving the
data.
Key words: Evaluation, Counseling Service and HIV Test, Effectiveness, Equity,
Responsiveness.

1
PENDAHULUAN pada tahun 2015 yaitu sebesar 456
kasus (0,66%). Sedangkan data untuk
A. Latar Belakang
kasus HIV tahun 2015 untuk Kota
Kesehatan merupakan salah satu Semarang saja sebanyak 151 orang,
komponen utama dalam Indeks dengan kondisi 51 orang sudah pada
Pembangunan Manusia (IPM) yang stadium AIDS. Jumlah kasus HIV
dapat mendukung terciptanya terbanyak hingga tahun 2016
sumberdaya manusia yang sehat, terdapat di Kecamatan Semarang
cerdas, terampil dan ahli menuju Utara yaitu 97 kasus. Semarang
keberhasilan pembangunan Utara merupakan salah satu
kesehatan. Salah satu masalah kecamatan di Kota Semarang yang
kesehatan yang kini sedang dihadapi letaknya di pesisir pantai Kota
oleh Indonesia yaitu masalah HIV Semarang dan merupakan jalan
dan AIDS. Menurut Kementerian akses menuju Pelabuhan Tanjung
Kesehatan RI, HIV atau Human Emas. Semarang Utara juga
Immunodeficiency Virus adalah merupakan daerah pemukiman kaum
sejenis virus yang urban. Sehingga tidak menutup
menyerang/menginfeksi sel darah kemungkinan wilayah Semarang
putih yang menyebabkan turunnya Utara menjadi wilayah Kota
kekebalan tubuh manusia. Semarang yang memiliki kasus
Sedangkan AIDS atau Acquired HIV/AIDS paling tinggi.
Immune Deficiency Syndrome adalah
Upaya penanggulangan HIV
sekumpulan gejala penyakit yang
dan AIDS menjadi tanggung jawab
timbul karena turunnya kekebalan
Dinas Kesehatan Kota Semarang.
tubuh yang disebabkan infeksi oleh
Dalam menjalankan tanggung
HIV.
jawabnya tersebut Dinas Kesehatan
Kota Semarang, merupakan dibantu oleh puskesmas di setiap
salah satu kota besar di Indonesia wilayah kerjanya. Upaya
tentu tidak lepas dari masalah HIV penanggulangan HIV dan AIDS
dan AIDS. Jumlah penemuan kasus dilakukan melalui Program

2
Penanggulangan HIV dan AIDS Pedoman Pelaksanaan Konseling dan
dengan kegiatannya yaitu PTRM Tes HIV.
(Pelayanan Terapi Rumatan
Upaya penanggulangan HIV
Methadon), LASS (Layanan Alat
dan AIDS melalui layanan konseling
Suntik Steril), Layanan Konseling
dan tes HIV sudah dilaksanakan di
dan Tes HIV, Klinik IMS, PMTCT
Kecamatan Semarang Utara melalui
(Prevention Mother To Child
puskesmas yang terletak di
Transmission) dan CST (Care
kecamatan tersebut, yaitu Puskesmas
Support Treatment).
Bandarharjo dan Bulu Lor.
Penelitian ini berfokus pada Penanggulangan HIV dan AIDS
layanan konseling dan tes HIV. diharapkan dapat meningkatkan
Layanan konseling dan tes HIV kualitas kesehatan masyarakat di
dipilih karena layanan konseling dan Kecamatan Semarang Utara, Kota
tes HIV merupakan entry point atau Semarang, dan jangka panjangnya
pintu masuk ke seluruh layanan yaitu tercapainya keberhasilan
kesehatan HIV/AIDS untuk pembangunan kesehatan di
memberikan perawatan, dukungan Indonesia. Lokus penelitian ini
dan pengobatan bagi orang dengan adalah di Kecamatan Semarang
HIV/AIDS.Konseling dan tes HIV Utara karena Kecamatan Semarang
dilakukan dengan tujuan untuk Utara merupakan kecamatan yang
menegakkan diagnosis HIV dan memiliki kasus HIV dan AIDS
AIDS, untuk mencegah sedini tertinggi di Kota Semarang.
mungkin terjadinya penularan atau Sehingga dalam penelitian ini,
peningkatan kejadian infeksi HIV penulis berfokus pada bagaimana
dan untuk mendapatkan pengobatan keberhasilan layanan konseling dan
lebih dini. Pedoman pelaksananaan tes HIV dalam penanggulangan HIV
layanan konseling dan tes HIV di dan AIDS di Kecamatan Semarang
Kota Semarang merujuk pada melalui Puskesmas Bandarharjo dan
Peraturan Menteri Kesehatan RI Puskesmas Bulu Lor.
Nomor 74 Tahun 2014 tentang

3
B. Perumusan Masalah pemerintah untuk melakukan
1. Bagaimana keberhasilan atau tidak melakukan (public
layanan konseling dan tes policy is whatever
HIV dalam penanggulangan governments choose to do or
HIV dan AIDS di not to do). Anderson
Kecamatan Semarang Utara? (Subarsono, 2005:2)
2. Apakah faktor – faktor yang mendefinisikan kebijakan
terkait dalam pelaksanaan publik sebagai kebijakan
layanan konseling dan tes yang ditetapkan oleh badan-
HIV dalam penanggulangan badan dan aparat pemerintah.
HIV dan AIDS di Kebijakan publik dipahami
Kecamatan Semarang Utara? sebagai pilihan kebijakan
C. Tujuan Penelitian yang dibuat oleh pejabat atau
1. Untuk mendeskripsikan dan badan pemerintah dalam
manganalisis keberhasilan bidang tertentu, misalnya
layanan konseling dan tes bidang pendidikan, politik,
HIV dalam penanggulangan ekonomi, pertanian, industri,
HIV dan AIDS di pertahanan dan sebagainya.
Kecamatan Semarang Utara. Kebijakan publik adalah
2. Untuk mendeskripsikan suatu tindakan yang diambil
faktor – faktor yang terkait oleh pemerintah untuk
dalam pelaksanaan layanan melakukan atau tidak
konseling dan tes HIV dalam melakukan sesuatu yang
penanggulangan HIV dan kemudian tindakan tersebut
AIDS di Kecamatan dijadikan sebagai suatu
Semarang Utara. kebijakan. Proses dalam
D. Kerangka Pemikiran Teoritis kebijakan publik yaitu
1. Kebijakan Publik formulasi kebijakan,
Kebijakan publik menurut implementasi kebijakan dan
Dye (Subarsono, 2005:2) evaluasi kebijakan.
adalah apapun pilihan

4
2. Evaluasi Kebijakan Publik didefinisikan sebagai
Jones (Nawawi, 2009:155) kumpulan kegiatan –
mengemukakan evaluasi kegiatan nyata, sistematis
adalah suatu aktivitas yang dan terpadu yang
dirancang untuk menimbang dilaksanakan oleh satu atau
manfaat program dan proses beberapa instansi pemerintah
pemerintahan. Evaluasi ataupun dalam rangka
bervariasi dalam spesifikasi kerjasama dengan
kriteria, teknik pengukuran, masyarakat, atau yang
metoda analisis, dan bentuk merupakan partisipasi aktif
analisis. Evaluasi masyarakat, guna mencapai
(Subarsono, 2005:119) sasaran dan tujuan yang telah
adalah kegiatan untuk ditetapkan. Evaluasi program
menilai tingkat kinerja suatu merupakan hasil kumulatif
kebijakan. Evaluasi dapat dari berbagai kegiatan.
dilakukan apabila suatu Langkah – langkah yang
kebijakan sudah berjalan harus ditempuh dalam
cukup waktu karena jika evaluasi program merupakan
evaluasi dilakukan terlalu kelanjutan dari capaian
dini, manfaat (outcome) dan kinerja kegiatan. Evaluasi
dampak dari suatu kebijakan program dilakukan dengan
belum tampak. Semakin cara mengambil hasil dari
strategis suatu kebijakan, setiap nilai capaian kinerja
maka diperlukan tenggang kegiatan, kemudian
waktu yang lebih panjang memberikan pembobotannya
untuk melakukan evaluasi. untuk kemudian diperoleh
3. Evaluasi Program nilai capaian program.
Evaluasi program merupakan 4. Indikator Evaluasi
evaluasi terhadap kinerja Indikator atau kriteria
program (Nawawi, evaluasi yang dikembangkan
2009:174). Program dapat oleh Dunn, 1994

5
(Subarsono,2005:126) Konseling dan tes HIV
mencakup lima indikator merupakan komponen
yaitu efektivitas, kecukupan, efektif dalam menegakkan
pemerataan, responsivitas diagnosis HIV di
dan ketepatan. Penelitian ini Kecamatan Semarang
berfokus pada indikator Utara. Langkah – langkah
pertama yaitu efektivitas, dalam pendekatan KTIP
efektivitas berkaitan dengan maupun KTS sudah
seberapa jauh program mampu untuk membuat
mencapai hasil dan telah seseorang menerima status
memenuhi standart HIVnya. Dalam proses
pencapaian indikator- menegakkan diagnosis HIV
indikator keberhasilan. masih menemui hambatan.
Kedua, pemerataan yaitu Hambatan tersebut antara
apakah biaya dan manfaat lain banyaknya orang yang
didistribusikan merata memiliki faktor risiko
kepada kelompok menghindar atau lari pada
masyarakat yang berbeda. saat akan dilakukan tes
Ketiga, responsivitas yaitu HIV, adanya temuan
apakah hasil kebijakan alamat palsu dari pasien
memuat preferensi/nilai yang telah melakukan tes
kelompok dan dapat HIV, dan sulitnya menggali
memuaskan kelompok. informasi pribadi terkait
dengan penyebab status
HASIL PENELITIAN DAN
HIV positifnya.
PEMBAHASAN
b. Masyarakat mendapatkan
A. Keberhasilan Layanan pelayanan pengobatan HIV
Konseling dan Tes HIV Pola pelayanan pengobatan
1. Efektivitas dalam Layanan bagi masyararat yang
Konseling dan Tes HIV terinfeksi HIV di
a. Tegaknya diagnosis HIV Kecamatan Semarang Utara

6
dilakukan melalui masyarakat di Kecamatan
Puskesmas Bandarharjo. Semarang Utara tentang
Pengambilan obat di HIV dan AIDS adalah cara
Puskesmas Bandarharjo pencegahan, cara penularan,
dilakukan setiap hari setiap pengobatan dan bagaimana
jam pelayanan. Sedangkan cara menghadapi orang
pasien yang positif HIV di yang terkena HIV positif.
Puskesmas Bulu Lor akan Pola – pola yang
mendapat rujukan ke dikembangkan dalam
BKPM Wilayah Semarang. rangka meningkatkan
Terdapat beberapa faktor pengetahuan masyarakat
yang mempengaruhi tersebut dilakukan melalui
kepatuhan ARV bagi penyuluhan atau sosialisasi.
ODHA yaitu faktor Penyuluhan tersebut
keyakinan, dukungan dari dilakukan secara bertahap,
keluarga dan fasilitas melalui kader – kader PKK
layanan pengobatan. Efek dan sekolah – sekolah.
samping dari terapi ARV Dalam rangka
sering menyebabkan meningkatkan pengetahuan
ODHA berhenti untuk masyarakat tentang HIV
meminum ARV. dan AIDS masih banyak
c. Bertambahnya pengetahuan menemui hambatan –
masyarakat yang hambatan, seperti
komprehensif tentang HIV kurangnya partisipasi
dan AIDS agar dapat masyarakat jika sosialisasi
melakukan pencegahan tentang HIV dan AIDS
sedini mungkin terjadinya bahkan harus memakai
penularan atau peningkatan uang agar orang mau datang
kejadian infeksi HIV. untuk mengikuti sosialisasi.
Pengetahuan dasar yang
harus diketahui oleh

7
2. Pemerataan dalam Layanan tersebut akan
Konseling dan Tes HIV menormalisasi tes HIV dan
a. Pemerataan manfaat kepada tidak hanya mengandalkan
kelompok masyarakat motivasi individu dalam
melalui dua puskesmas mencari layanan tes
yang tersedia yaitu tersebut. Layanan
Puskesmas Bandarharjo konseling dan tes HIV juga
dan Bulu Lor. terintegrasi dengan layanan
Pemerataan manfaat kesehatan lain, dan juga
kelompok masyarakat yaitu diselenggarakan secara
tersedianya layanan mandiri.
konseling dan tes HIV bagi b. Pemerataan distribusi biaya
masyarakat di Kecamatan yaitu biaya yang digunakan
Semarang Utara melalui untuk melakukan tes
dua puskesmas. Seluruh sukarela dan konseling
kelompok masyarakat dapat terjangkau oleh
apakah sudah merasakan seluruh lapisan masyarakat.
manfaat dari adanya Pemerataan distribusi biaya
layanan tersebut. Layanan yaitu biaya yang digunakan
konseling dan tes HIV juga untuk melakukan tes
dilaksanakan baik di dalam sukarela dan konseling
dan luar gedung. Pihak dapat terjangkau oleh
puskesmas juga aktif masyarakat. Layanan
melakukan pemeriksaan konseling dan sukarela HIV
dengan melakukan yang dilakukan di
penjaringan di tempat – Puskesmas Bandarharjo
tempat yang memiliki dan Bulu Lor tidak
risiko tinggi melalui dipungut biaya apapun.
layanan bergerak. Pendanaan terkait dengan
Penawaran tes HIV secara layanan sudah mencukupi,
rutin di kedua Puskesmas jika tidak maka akan akan

8
sistem pertanggung 3. Responsivitas dalam
jawaban (SPJ). Saat ini Layanan Konseling dan Tes
BPJS juga telah HIV
menanggung biaya a. Masyarakat melakukan
perawatan serta konseling dan tes HIV.
pemeriksaan laboratorium. Masyarakat melakukan
c. Kesesuaian bentuk kegiatan konseling dan tes HIV di
program dengan kondisi Kecamatan Semarang
masyarakat di Kecamatan Utara melalui 2 pendekatan
Semarang Utara. dalam layanan konseling
Kesesuaian bentuk kegiatan dan tes HIV yaitu
program yaitu melalui 2 konseling dan tes HIV atas
pendekatan sesuai dengan inisiatif pemberi layanan
kondisi masyarakat di kesehatan (KTIP) dan
Kecamatan Semarang konseling dan tes sukarela
Utara. Melalui pendekatan HIV (KTS). Upaya untuk
KTIP setiap orang yang mendorong masyarakat
memiliki faktor risiko wajib agar melakukan konseling
melakukan tes HIV seperti dan tes HIV adalah dengan
pasien TB, ibu hamil, dan pendekatan. Pendekatan
gizi buruk. Selain itu juga tersebut dilakukan dapat
adanya peraturan yang dilakukan oleh kader PKK,
menganjurkan calon tenaga kesehatan dan LSM
pengantin untuk melakukan dalam rangka memberikan
tes HIV. Melalui pemahaman kepada pasien
pendekatan KTS, tentang konseling dan tes
puskesmas juga aktif HIV. Dengan adanya
melakukan penjaringan di pemahaman tersebut maka
tempat – tempat yang akan timbul kedasaran dari
memiliki faktor risiko. dalam diri pasien sehingga
pasien dengan sadar mau

9
untuk melakukan konseling Kewajiban bagi calon
dan tes HIV. Cara lain yang pengantin dan ibu hamil di
digunakan adalah dengan Kecamatan Semarang
mengenalkan terlebih Utara untuk melakukan
dahulu tentang HIV. konseling dan tes HIV.
Kemudian menjelaskan Partisipasi sudah banyak,
tentang cara penularan dan namun hingga saat ini
faktor risiko. Dari situ partisipasi tersebut masih
maka akan mendorong didominasi oleh ibu hamil.
masyarakat untuk tidak Belum ada data yang
takut melakukan tes HIV. menunjukkan pemisahan
b. Jumlah partisipasi data pemeriksaan HIV baik
masyarakat yang berdasarkan faktor risiko
melakukan konseling dan maupun pekerjaan di
tes sukarela HIV melalui Puskesmas Bandarharjo
pendekatan KTIP dan Puskesmas Bulu Lor.
Partisipasi masyarakat c. Jumlah partisipasi
Kecamatan Semarang masyarakat yang
Utara dengan pendekatan melakukan konseling dan
KTIP yaitu semua tes sukarela HIV melalui
kelompok sasaran dalam pendekatan KTS.
pendekatan KTIP. Layanan konseling dan tes
Kelompok sasaran tersebut sukarela HIV ini dapat
antara lain semua pasien dilaksanakan oleh semua
atau klien yang datang ke orang yang akan
layanan kesehatan terutama melakukan tes HIV.
di layanan TB, IMS, Layanan ini dapat berupa
PTRM, LASS, KIA, KB, layanan stastis dan layanan
layanan untuk populasi dinamis. Layanan statis
kunci/orang yang yaitu layanan konseling dan
berperilaku risiko tinggi. tes sukarela HIV yang

10
dilaksanakan di layanan perawatan dan pengobatan
kesehatan yaitu di pasca tes. Intensitas
Puskesmas Bandarharjo konseling tersebut dapat
dan Bulu Lor. Sedangkan dilihat pula dari kepatuhan
layanan dinamis atau meminum obat. Adanya
layanan bergerak dilakukan kerjasama antara puskesmas
di luar gedung. Layanan dengan LSM, yang
bergerak biasanya bertujuan untuk memantau
dilaksanakan diawali ODHA dalam kepatuhan
dengan konseling secara ARV. Pemantauan dalam
kelompok atau sosialiasi pengobatan ARV dilakukan
tentang HIV. Setelah itu di Kecamatan Semarang
baru dilaksanakan tes HIV. Utara dilakukan di tempat
Partisipasi KTS di pasien melakukan
Kecamatan Semarang pengobatan. Hingga saat ini
Utara adalah ibu rumah pasien yang melakukan
tangga. Partisipasi tersebut pengobatan di Puskesmas
dilakukan dengan Bandarharjo masih rutin
mendorong warga melakukan koneling.
masyarakat yang berpotensi Sedangkan pasien yang
melakukan perbuatan ditemukan di Puskesmas
berisiko tertular HIV untuk Bulu Lor akan dirujuk ke
memeriksakan diri ke layanan pengobatan di
fasilitas pelayanan KTS. BKPM Wilayah Semarang.
d. Intensitas konseling dari Sehingga pemantauan untuk
pasien yang sudah mengetahui intensitas
dinyatakan HIV positif. konseling juga dilaksanakan
Intensitas konseling dari oleh BKPM Wilayah
pasien yang sudah Semarang.
dinyatakan HIV positif
yaitu berkaitan dengan

11
e. Kepuasan kelompok tentang HIV semakin
sasaran terhadap hasil dari meningkat, sehingga
program. masyarakat siap, dan
Kelompok sasaran sudah adanya pengobatan yang
puas terhadap hasil dari semakin luas. Perluasan
program. Hal tersebut jaringan yang awalnya
ditunjukkan dengan tidak hanya rumah sakit kini
adanya diskriminasi dari sudah dapat dilaksanakan
tenaga kesehatan. Layanan pada tingkat puskesmas.
pengobatan juga sudah B. Faktor – Faktor yang Terkait
tersedia di Puskesmas 1. Faktor Pendorong
maupun layanan kesehatan a. Adanya dukungan konselor
lain. Layanan konseling dan yang membantu setiap
tes HIV juga sudah tidak orang untuk mendapatkan
dipungut biaya, mulai dari akses ke arah semua
pasien datang, kemudian layanan, baik informasi,
tes, hingga melakukan edukasi, dan layanan
pengobatan HIV. pengobatan. Kualitas
Pemerintah Kota Semarang konseling dan tes HIV juga
terus melakukan inovasi selalu ditingkatkan, artinya
dalam pelayanan konseling dilakukan secara
dan tes HIV. Program – profesional oleh seseorang
program dirancang dalam yang berkompeten.
rangka menakan angka b. Pelayanan pengobatan bagi
kasus HIV, yaitu komitmen masyararat yang terinfeksi
mewujudkan Getting To 3 HIV sudah tersedia di
Zeroes: Zero New HIV Puskesmas Bandarharjo
Infection, Zero Stigma and dan sudah dilakukan setiap
Discrimination dan Zero hari setiap jam pelayanan.
AIDS Related Death. Ketersdiaan obat untuk
Pengetahuan masyarakat ODHA juga selalu

12
mencukupi sehingga masyarakat dapat
memudahkan ODHA untuk memanfaatkan layanan ini.
mendapatkan obat secara 2. Faktor Penghambat
tepat waktu. a. Banyaknya orang yang
c. Adanya kerjasama yang memiliki faktor resiko
baik antara puskesmas menghindar atau lari pada
dengan kader – kader PKK saat akan dilakukan tes
di setiap kelurahan dalam HIV bahkan terdapat
rangka meningkatkan temuan alamat palsu dari
pengetahuan masyarakat pasien yang telah
tentang HIV. melakukan tes HIV, selain
d. Ketersediaan layanan itu juga sulitnya menggali
konseling dan tes HIV di informasi pribadi terkait
dua Puskesmas sehingga dengan penyebab status
seluruh kelompok HIV positifnya.
masyarakat apakah sudah b. Adanya efek samping dari
merasakan manfaat dari terapi ARV menyebabkan
adanya layanan tersebut. ODHA berhenti terapi.
Selain itu ljuga terdapat Efek samping tersebut
layanan bergerak (mobile) seperti mual, muntah dan
yang semakin memudahkan diare.
masyarakat untuk c. Kurangnya partisipasi
mendapatkan layanan, masyarakat dalam
pihak puskesmas pun aktif sosialisasi tentang HIV dan
melakukan penjaringan. AIDS bahkan harus
e. Layanan konseling dan memakai uang agar orang
sukarela HIV yang mau datang untuk
dilakukan di Puskesmas mengikuti sosialisasi.
Bandarharjo dan Bulu Lor d. Belum ada data yang
tidak dipungut biaya menunjukkan pemisahan
apapun. Seluruh lapisan data pemeriksaan HIV baik

13
berdasarkan faktor risiko terjangkau oleh seluruh
maupun pekerjaan. lapisan masyarakat. Bentuk
layanan juga sudah sesuai
PENUTUP
dengan kondisi masyarakat
A. Kesimpulan di Kecamatan Semarang
1. Keberhasilan Layanan Utara.
Konseling dan Tes HIV c. Responsivitas dalam
a. Efektivitas dalam Layanan Layanan Konseling dan Tes
Konseling dan Tes HIV HIV
Layanan konseling dan tes Masyarakat melakukan
HIV sudah efektif yaitu konseling dan tes HIV di
berkaitan dengan Kecamatan Semarang Utara
tercapainya tujuan dari melalui 2 pendekatan dalam
layanan yaitu tegaknya layanan konseling dan tes
diagnosis HIV, masyarakat HIV yaitu konseling dan tes
mendapatkan pelayanan HIV atas inisiatif pemberi
pengobatan dan layanan kesehatan (KTIP)
bertambahnya pengetahuan dan konseling dan tes
masyarakat yang sukarela HIV (KTS).
komprehensif tentang HIV Namun partisipasi dalam
dan AIDS. pendekatan KTIP dan KTS
b. Pemerataan dalam Layanan hanya didominasi oleh
Konseling dan Tes HIV beberapa kelompok
Masyarakat sudah dapat masyarakat saja yaitu ibu
merasakan manfaat dari hamil dan ibu rumah
layanan melalui dua tangga. Intensitas konseling
puskesmas yang tersedia dari pasien yang sudah
yaitu Puskesmas dinyatakan HIV positif
Bandarharjo dan Bulu Lor. sudah baik. Masyarakat
Distribusi biaya yaitu biaya juga puas terhadap hasil
juga sudah merata dan dari program.

14
2. Faktor – Faktor yang iii. Kurangnya partisipasi
Terkait masyarakat dalam
a. Faktor Pendorong sosialisasi.
i. Adanya dukungan iv. Belum ada data yang
konselor dan konseling menunjukkan pemisahan
dan tes HIV yang data pemeriksaan HIV
berkualitas. baik berdasarkan faktor
ii. Tersedianya pelayanan risiko maupun pekerjaan.
pengobatan. B. Saran
iii. Adanya kerjasama yang 1. Meningkatkan pengetahuan
baik antara puskesmas kepada masyarakat terkait
dengan kader – kader dengan cara pencegahan HIV,
PKK. cara penularan HIV,
iv. Layanan konseling dan pengobatan HIV dan
tes HIV yang mudah bagaimana cara menghadapi
didapatkan. orang yang terkena HIV
v. Layanan tidak dipungut positif melalui pamflet,
biaya. banner, koran, dan media
b. Faktor Penghambat sosial. Selain itu juga
i. Banyaknya orang yang diperlukan peningkatan
memiliki faktor resiko kemampuan dan ketrampilan
menghindar atau lari konselor dalam menghadapi
pada saat akan dilakukan pasien. Kemampuan konselor
tes HIV, temuan alamat meliputi kemampuan dalam
palsu, dan sulitnya membangun suasana nyaman
menggali informasi agar pasien dapat terbuka
pribadi. mengenai informasi
ii. Adanya efek samping pribadinya. Sedangkan
dari terapi ARV ketrampilan konselor meliputi
menyebabkan ODHA ketrampilan mendengar aktif
berhenti terapi. dan empati.

15
2. Kerjasama dengan PKK dari data tersebut. Selain itu
setempat terkait dengan juga mempermudah dalam
dukungan dari keluarga untuk melakukan pemantauan
memberi nasihat atau motivasi kepada para penderita HIV.
agar tidak putus asa dalam Pengarsipan data harus sesuai
menghadapi efek samping dengan Peraturan Menteri
terapi ARV, memberikan Kesehatan RI Nomor 74
perhatian atau rasa kasih Tahun 2014 tentang Pedoman
sayang kepada ODHA dan Pelaksanaan Konseling dan
merawat disaat sakit. Tes HIV.
Berkaitan dengan penanganan
DAFTAR PUSTAKA
pertama ditingkat keluarga.
3. Petugas kesehatan harus lebih Dunn, W. William. 2003. Pengantar
Analisis Kebijakan Publik
kreatif dalam melakukan Edisi Kedua.Yogyakarta:
sosialisasi agar menarik minat Gadjah Mada University Press.
masyarakat untuk ikut serta Hamdi, Muchlis. 2014. Kebijakan
dalam sosialisasi, seperti Publik: Proses, Analisis dan
Partisipasi. Bogor.Ghalia
sosialisasi yang dilakukan Indonesia.
pada saat kegiatan hiburan Indihiahono, Dwiyanto. 2009.
rakyat, sosialisasi dapat Kebijakan Publik Berbasis
Dynamic Policy
dikemas lebih santai namun Analisys.Yogyakarta: Gava
informasi terkait HIV tetap Media.
tersampaikan kepada Jones, Charles O.1996.Pengantar
masyarakat. Kebijakan Publik (Public
Policy). Jakarta: PT.
4. Pihak penyedia layanan dalam RajaGrafindo .
hal ini yaitu puskesmas perlu Nasrodin dan Margarita M.
melakukan pengarsipan data Maramis.2007.Konseling,
Dukungan, Perawatan dan
yang baik dan benar, karena Pengobatan ODHA.Surabaya:
pengembilan keputusan untuk Airlangga University Press.
program kedepan Nawawi, Ismail.2009.Public Policy :
Analisis, Strategi Advokasi
mengandalkan pengarsipan

16
Teori dan Praktek.Surabaya: Data Monografi Kecamatan
PNM. Semarang Utara
Pasolong, Harbani.2013.Teori Kecamatan Semarang Utara Dalam
Administrasi Angka Tahun 2016
Publik.Bandung:Alfabeta.
Peraturan Daerah Kota Semarang
Purwanto dan Dyah Ratih Nomor 4 Tahun 2013 tentang
Sulistyani.2007.Metodologi Penanggulangan HIV
Penelitian Kuantitatif. (Human Immunodeficiency
Yogyakarta:Gava Media. Virus) dan AIDS (Acquired
Immune Deficiency
Subarsono.2013.Analisis Kebijakan Syndrome)
Publik.Yogyakarta:Pustaka
Pelajar. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor
Sugiyono.2008.Metode Penelitian 74 Tahun 2014 tentang
Kuantitatif Kualitatif dan Pedoman Pelaksanaan
R&D. Bandung:Alfabeta. Konseling dan Tes HIV.
Sukidin dan Damai Peraturan Menteri Kesehatan RI
Darmadi.2009.Administrasi Nomor 21 Tahun 2013
Publik.Yogyakarta:Laksbang tentang Penanggulangan HIV
Pressindo. dan AIDS
Syafiie, Inu Kencana.2006.Ilmu Peraturan Menteri Kesehatan
Administrasi Publik.Jakarta: RINomor 87 Tahun 2014
PT. Rineka Cipta. tentang Pedoman Pengobatan
Antiretroviral
Widodo, Joko. 2009. Analisis
Kebijakan Publik:Konsep dan Profil Kesehatan Indonesia 2015
Aplikasi Analisis Proses
Kebijakan Profil Kesehatan Kota Semarang
Publik:Malang:Bayumedia. Tahun 2011 – 2016
Winarno, Budi.2002.Kebijakan Profil Kesehatan Puskesmas
Publik: Teori dan Bandarharjo Tahun 2016
Proses.Yogyakarta:Media
Presindo. Profil Kesehatan Puskesmas Bulu
Lor Tahun 2016
Dokumen
Rencana Jangka Menengah Daerah
Data Dinas Kesehatan Kota Kota Semarang tahun 2016 –
Semarang Tahun 2016 2021
Data Komisi Penanggulangan AIDS Rencana Strategis Dinas Kesehatan
Kota Semarang Tahun 2016 Kota Semarang Tahun 2016 -
2021

17
Dinas Kesehatan Kota Semarang AIDS.2012.Jurnal.Universitas
Tahun 2016. Dalam Cape Town, Afrika Selatan.
http://dinkes.semarangkota.go.id
/ diunduh pada 26 November Chelule, Jane. Evaluation of VCT
2016. Utilization By Women In
Kenya Using The Logistic
Sistem Informasi Warga Miskin Kota Regression
Semarang. Dalam Model.2013.Jurnal.Universitas
Simgakin.semarangkota.go.id Nairobi.
/ diunduh pada 1 November
2017. Legiati, Titi, Zahroh Shaluhiya, dan
Antono Suryoputro. Perilaku
Jurnal Ibu Hamil untuk Tes HIV di
Kelurahan Bandarharjo dan
Temesvari, Nauri Anggita.Evaluasi Tanjung Mas Kota
Kegiatan Konseling dan Tes Semarang.2012. Jurnal.Jurnal
HIV secara Sukarela (KTS) di Promosi Kesehatan Indonesia.
Puskesmas Wilayah Jakarta
Timur Tahun Wulansari , Fajar Ratna, Nurjanah,
2014.Jurnal.Universitas Esa dan Suhary. Health Literacy
Unggul Jakarta. Klien Voluntary Counselling
And Testing (VCT) di
I Putu, Milantika.Evaluasi Pelayanan Puskesmas Bandarharjo Kota
HIV-AIDS di Klinik VCT Semarang Tahun 2014.Jurnal.
Kabupaten Universitas Dian Nuswantoro.
Bandung.Jurnal.Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Novianto,Anggra Eka,Sri Wahyun,
Muhith, Abdul, Linda Prasetyaning dan Sigit Ambar Widyawati.
dan Nursalam.Voluntary Gambaran Faktor-Faktor yang
Counseling dan Testing (VCT) Mempengaruhi Kepatuhan
HIV – AIDS pada Tahanan dri Konsumsi ARV Pada ODHA
Rumah Tahanan Negara Kelas di BKPM Wilayah
I Surabaya.Jurnal.STIKES Semarang.2016.Jurnal.STIKES
Majapahit Mojokerto dan Ngudi Waluyo Ungaran.
Universitas Airlangga Dedy.Analisis Faktor-Faktor yang
Surabaya. Berhubungan dengan
Anderson, Tarryn N, Johan louw- Pengetahuan Komprehensif
Potgieter. An implementation HIV-AIDS Pelajar Sekolah
evaluation of a voluntary Menengah Atas Negeri (SMA-
counselling and testing N) 6 Palangkaraya Provinsi
programme HIV and Kalimantan Tengah Tahun
2015.Jurnal. Akademi
Kebidanan Betang Asi Raya.

18

Vous aimerez peut-être aussi