Vous êtes sur la page 1sur 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Iman Ibnul Qayyim berkata, "Akhlak yang tercela adalah bermula dari
kesombongan dan rendah diri. Dari kesombongan muncul sikap bangga, sok tinggi,
hebat, ujub, hasad, keras kepala, zhalim, gila pangkat, kedudukan dan jabatan,
senang dipuji padahal tidak berbuat sesuatu dan sebagainya.
Ibnul Qayyim juga mengatakan bahwa sebagaimana akhlak terpuji, akhlak
tercela juga memiliki akar di mana satuan-satuannya dapat dikelompokkan. Jika akar
perilaku manusia ada dalam pikiran dan jiwanya, maka akar penyakit akhlak juga
akan selalu ada disana. Mengenai hal itu, Ibnul Qayyim menyebutkan dua akar
penyakit akhlak[1], yaituPertama, penyakit syubhat. Penyakit ini menimpa wilayah
akal manusia, dimana kebenaran tidak menjadi jelas (samar) dan bercampur dengan
kebatilan (talbis). Penyakit ini menghilangkan kemampuan dasar manusia
memahami secara baik dan memilih secara tepat. Kedua, penyakit syahwat.
Penyakit ini menimpa wilayah hati dan insting manusia, dimana dorongan kekuatan
kejahatan dalam hatinya mengalahkan dorongan kekuatan kebaikan. Penyakit ini
menghilangkan kemampuan dasar manusia untuk mengendalikan diri dan bertekad
secara kuat.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas, penulis mengambil suatu rumusan masalah, yaitu:
a. Apakah definisi akhlak tercela ?
b. Apa saja sebab kemerosotan akhlak ?
c. Apa saja contoh-contoh akhlak yang tergolong dengan akhlak tercela ?
d. Apa saja bahaya yang ditimbulkan oleh akhlak tercela ?
C. Tujuan
a. Mahasiswa mengetahi macam-macam akhlak tercela dan bahayanya.
b. Dapat menghindarkan dirinya, keluarga ataupun lingkungan dari perilaku
tercela karena membawa dampak buruk bagi semua aspek dan komponen
kehidupan.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Akhlaq Tercela
Definisi akhlak menurut Imam AI-Gozali adalah: Ungkapan tentang sikap
jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan
pertimbangan atau pikiran terlebih dahulu.
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab yaitu khalaqa-yahluqu,[2]artinya
menciptakan, dari akar kata ini pula ada kata makhluk (yang diciptakan) dan kata
khalik (pencipta), maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang
datang dari pencipta (Allah swt). Sedangkan moral berasal dari maros (bahasa latin)
yang berarti adat kebiasaan, disinilah terlihat berbeda antara moral dengan akhlak,
moral berbentuk adat kebiasaan ciptaan manusia, sedangkan akhlak berbentuk
aturan yang mutlak dan pasti yang datang dari Allah swt. Kenyataannya setiap orang
yang bermoral belum tentu berakhlak, akan tetapi orang yang berakhlak sudah pasti
bermoral. Dan Rasulullah saw di utus untuk menyempurnakan akhlak manusia
sebagaimana sabdanya dalam hadist dari Abu Khurairah, “Sesungguhnya aku diutus
Allah semata-mata untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak manusia.”
Dengan demikian, akhlak (perilaku) tercela adalah semua sikap dan
perbuatan yang dilarang oleh Allah, karena akan mendatangkan kerugian baik bagi
pelakunya ataupun orang lain.
B. Sebab - Sebab Kemerosotan Akhlak
Akhlak, memiliki sebab - sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan
mulia, dan sebaliknya juga mempunyai sebab - sebab yang dapat menjadikannya
merosot dan jatuh ke dalam keterpurukan. Di antaranya yaitu :
1. Lemah Iman
Lemahnya iman merupakan petanda dari kerendahan dan rusaknya moral, ini
disebabkan kerana iman merupakan kekuatan (untuk membina akhlak) dalam
kehidupan seseorang.
2. Tabiat atau watak asli
Ada sebagian orang yang memang memiliki tabi'at/watak asli yang buruk,
rendah, suka iri dan dengki terhadap orang lain. Tabi'at ini lebih mendominasi
pada diri orang tersebut, sehingga terkadang pendidikan yang diperolehnya
sama sekali tidak mempengaruhi perilakunya.

2
3. Lingkungan
Lingkungan memberikan dampak yang sangat kuat bagi perilaku seseorang,
karena seperti dikatakan pepatah bahwa seseorang adalah anak lingkungannya.
Kalau dia hidup dan terdidik dalam lingkungan yang tidak mengenal makna
adab dan akhlak serta tidak tahu tujuan hidup yang mulia, maka akhlaknya akan
rusak sebagai mana hasil didikan lingkungannya.
C. Contoh - Contoh Akhlaq Tercela
Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat
di golongkan menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi
dirinya sendiri dan perilaku tercela yang berdampak buruk bagi orang lain. Begitu
banyaknya macam-macam akhlak tercela yang terdapat dalam hati manusia. Akan
tetapi, penulis hanya mengurai beberapa contoh akhlak tercela, yaitu :
 Ujub
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah meringkas defenisi ujub sebagai berikut[3]:
"Yaitu perasaan takjub terhadap diri sendiri hingga seolah - olah dirinyalah yang
paling utama daripada yang lain. Padahal boleh jadi ia tidak dapat beramal
sebagus amal saudaranya itu dan boleh jadi saudaranya itu lebih wara' dari
perkara haram dan lebih suci jiwanya ketimbang dirinya!". Orang yang demikian
itu, beranggapan bahwa segala kesuksesan yang diraihnya, seperti harta yang
melimpah, jabatan yang tinggi, kepandangan yang tak tertandingi semata - mata
karena hasil usaha serta kehebatan dirinya. Semua itu ia pikir, ia raih tanpa
bantuan dari siapapun, termasuk Allah SWT. orang yang
bersikap/berperilaku ‘ujub’ biasanya selalu merasa dirinya benar, tidak pernah
salah atau keliru, karenanya tidak bisa menerima kritik orang lain.
Ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ujub antar lain Surat At-Taubah:55 yang
artinya:
Artinya: “Dan janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik
hatimu (menjadikan kamu bersikap ujub). Sesungguhnya Allah menghendaki akan
mengazab mereka di dunia dengan harta dan anak-anak itu dan agar melayang
nyawa mereka, dalam keadaan kafir”. (QS. Taubah: 55)
Abu Wahb al-Marwazi berkata, Aku bertanya kepada Ibnul Mubarak,
Apakah kibr (sombong) itu?،¨ Dia menjawab, Jika engkau merendahkan orang
lain.،¨ Lalu aku bertanya tentang ujub, maka dia menjawab jika engkau memandang
bahwa dirimu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh orang lain, aku tidak tahu
3
sesuatu yang lebih buruk bagi orang yang shalat daripada ujub. Berikut ini adalah
hal - hal yang Dipakai 'Ujub dan Terapinya[4]:
a. Ujub dengan fisiknya
Pengobatan jenis 'ujub ini adalah dengan tafakkur (memikirkan) tentang
berbagai kotoran batinnya, tentang mula penciptaan dan akhir kesudahannya,
tentang bagaimana wajah yang cantik dan tubuh yang gemulai itu akan
terkoyak-koyak oleh tanah dan membusuk di kubur hingga menjijikkan.
b. Ujub dengan kedigdayaan dan kekuatan
Ujub dengan kekuatan mengakibatkan kekalahan dalam peperangan,
pencampakan diri ke dalam kebinasaan dan terburu-buru. Terapinya ialah
dengan mengetahui bahwa meriang sehari saja bisa melemahkan kekuatannya
dan bahwa apabila ia ujub dengan kekuatannya bisa jadi Allah akan
mencabutnya dengan sebab pelanggaran paling ringan yang dilakukannya.
c. Ujub dengan intelektualitas
Terapinya ialah dengan bersyukur kepada Allah atas karunia intelektualitas
yang telah diberikan-Nya, dan merenungkan bahwa dengan penyakit paling
ringan yang menimpa otaknya sudah bisa membuatnya berbicara melantur dan
gila sehingga menjadi bahan tertawaan orang. Ia tidak aman dari ancaman
kehilangan akal jika ia ujub dengan intelektualitas dan tidak mensyukurinya.
Hendakalah ia menyadari keterbatasan akal dan ilmunya. Hendaklah pula ia
mengetahui bahwa ia tidak diberi ilmu pengetahuan kecuali sedikit, sekalipun
ilmu pengetahuannya luas.
d. Ujub dengan nasab terhormat
Terapi penyakit ini adalah mengatahui bahwa jika ia menyalahi perbuatan dan
akhlak nenek moyangnya dan mengira bahwa ia akan disusulkan dengan mereka
maka sesungguhnya ia bodoh, tetapi jika meneladani nenek moyangnya maka
hendaknya mengetahui bahwa nenek moyangnya tidak pernah ujub bahkan
mereka senantiasa khawatir terhadap dirinya. Mereka mulia karena ketaatan,
ilmu, dan sifat-sifat terpuji bukan dengan nasab.
e. Ujub dengan nasab para penguasa yang zhalim dan pendukung meraka.
Terapinya adalah dengan merenungkan tentang berbagai kehinaan mereka dan
tindakan-tindakan kezhaliman mereka terhadap para hamba Allah, kerusakan
yang meraka lakukan terhadap agama Allah, dan bahwa mereka adalah orang
yang dimurkai Allah.

4
f. Ujub dengan banyaknya jumlah anak, pelayan, budak, keluarga, kerabat.
Terapinya adalah merenungkan tentang kelemahannya dan kelemahan mereka,
bahwa mereka semua adalah hamba yang lemah, tidak kuasa memberi manfaat
dan bahaya kepada diri mereka sendiri.
g. Ujub dengan harta
Terapinya adalah merenungkan tentang keburukan-keburukan harta kekayaan,
hak-haknya yang banyak, dan para pendengkinya yang rakus. Kemudian
memperhatikan keutamaan orang-orang fakir dan bahwa mereka akan masuk
surga terlebih dahulu pada hari kiamat.
h. Ujub dengan pendapat yang salah
Terapi ujub ini lebih berat ketimbang terapi 'ujub yang lainnya, karena pemilik
pendapat yang salah tidak mengetahui kesalahannya, seandainya tahu pasti
ditinggalkannya. Tidak akan mengobati penyakit orang yang tidak tahu bahwa
dirinya sakit. Terapinya secara umum adalah hendaknya ia selalu menuduh
pendapatnya sendiri dan tidak terpedaya, kecuali jika secara pasti didukung oleh
Al-Qur'an atau sunnah atau dalil akal yang shahih yang memenuhi berbagai
persyaratannya.

 Takabbur
Takabbur adalah sikap perilaku membesarkan diri dan tidak menerima
kebenaran serta memandang kecil atau rendah terhadap orang lain. Dalam
bahasa Indonesia perkataan takabur sama dengan sombong. Sikap atau perilaku
takabur termasuk akhlak tercela dan wajib dijauhi oleh setiap muslim muslimah.
Sebagaimana Allah berfirman :
“Tidak diragukan lagi, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang
mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang takabbur (sombong). (QS. An-Nahl:23)
Sifat sombong dibagi menjadi kesombongan batin dan kesombongan
zhahir. Kesombongan batin adalah kesombongan yang terdapat dalam jiwa (hati),
sedangkan kesombongan zahir adalah kesombongan yang dilakukan anggota zahir,
karena tingkah laku seseorang merupakan akibat dari apa yang terjadi di hatinya.
Kesombongan batin akan memaksa anggota tubuh untuk melakukan hal - hal yang
bersifat sombong, maka apabila hanya menyimpan di dalam hati tanpa ada tindakan
disebut dengan kibr (sifat sombong).
5
Kesombongan berbeda dengan ujub. Karena ujub tidak memerlukan orang
lain yang dijadikan bandingannya. Seperti seseorang yang ujub dengan ibadah shalat
tahajudnya, maka ia tidak perlu melihat ibadah tahajud orang lain, cukup baginya
mengatakan, “Saya seorang ahli ibadah karena selalu melakukan ibadah tajajud.”
Maka ia telah melakukan ujub. Sedangkan kesombongan, orang yang sombong
memerlukan orang lain untuk membandingkan dengannya. Semakin tinggi
kesombongannya, maka ia tidak ingin ada orang yang menandinginya dan ingin
selalu berada di atas yang lain.
Orang yang memiliki sifat sombong tidak menyadari bahaya yang dapat di
timbulkan dari sifat ini. Rasulullah bersabda :
“Tidak akan masuk surga (memperoleh kebahagiaan) orang yang di dalam hatinya
ada kesombongan walaupun sebesar semut”. (HR. Muslim)
Terapi sifat sombong dan cara memperoleh sifat tawadhu’
Terapi sifat sombong pertama adalah menghilangkan akar penyakit ini. Terapi
pengobatannya adalah degnan ilmu dan amal. Karena penyakit ini tidak mungkin
dapat disembuhkan kecuali dengan kedua hal itu. Pengobatan melalui ilmu adalah
dengan mengetahui siapa dirinya dan siapa Penciptanya. Apabila seseorang telah
mengetahui dan menyadari dengan benar siapa hakikat dirinya, maka dia akan
merasa dirinya hina dan penuh kelemahan. Selanjutnya, akan menjadikannya
sebagai seorang yang tawadhu’. Sedangkan pengobatan melalui amal adalah dengan
membiasakan merendah diri (tawadhu’) terhadap orang lain dan mengikuti akhlak -
akhlak orang yang memiliki sifat tawadhu’.
 Putus asa
Semua umat manusia pasti merasakan putus asa. Dan umat itu pastilah
menjadi lemah dan lenyap kekuatannya karena putus asa merupakan penyakit atau
racun yang benar - banar membahayakan bagi setiap pribadi manusia.
Bukan sembarangan jika Allah SWT. dalam salah satu firman-Nya,
mempersamakan antara sifat putus asa itu dengan sifat kekafiran. Sebabnya tiada
lain hanyalah karena bencana yang ditimbulkan oleh kedua macam sifat itu sama-
sama besar dan dahsyat. Firman Allah dalam Al-Qur’an, yang artinya: “janganlah
kamu semua berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidak tidak ada yang
suka berputus asa dari rahmat Allah, melainkan golongan orang-orang kafir”. (QS.
Yusuf:87)

6
Putus asa memiliki kaitan dengan ujub. Ibnu Mas'ud ra.berkata:
"Kebinasaan ada dalam dua hal, putus asa dan ujub”. Ibnu Mas'ud ra menyebutkan
kedua hal tersebut karena kabahagiaan tidak bisa dicapai kecuali dengan usaha,
pencarian, keseriusan, dan perjuangan, sedangkan orang yang putus asa tidak mau
berusaha dan tidak mau pula mencari, sementara orang yang 'ujub beranggapan
bahwa ia bisa mencapai kebahagiaan dan menggapai tujuannya sehingga ia tidak
mau berusaha, karenaapa yang sudah ada tidak perlu dicari dan apa yang mustahil
juga tidak perlu dicari.

 Berlebih-lebihan
Berlebih-lebihan adalah melakukan sesuatu di luar batas ukuran yang
menimbulkan kemudharatan baik langsung ataupun tidak kepada manusia dan alam
sekitarnya. Pada dasarnya sikap berlebih-lebihan akibat dari sikap manusia yang
tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Sekecil apa pun perbuatan manusia
berlebih-lebihan akan memberi dampak negatif bagi manusia dan alam sekitarnya
seperti kerusakan moral, harta benda dan kerusakan alam.
Sikap berlebih - lebihan sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam
firmannya :
Artinya: “Dan janganlah kamu berlebih-lebihan, Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-An’am:141).
Allah juga menegaskan dalam ayat lain, yakni :
Artinya: “Dan berilah kepada kerabat-kerabat akan haknya (juga kepada) orang
muslim dan orang yang dalam perjalanan, dan janganlah engkau boros.
Sesungguhnya orang-orang yang boros itu adalah saudara setan, dan setan itu
sangat ingkar kepada Tuhannya.(QS. Al-Isra’: 26-27).
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menghindari sikap berlebih -
lebihan antara lain sebagai berikut:
a) Senantisa bersyukur kepada Allah SWT.
b) Mengatur anggaran keuangan denga menabung.
c) Senantiasa berhemat dan membelanjakan harta seperlunya.
d) Melakukan sesuatu sesuai ukurannya.

 Dusta

7
Dalam Alquran kalau kita perhatikan kalimat al-kadzibu, maka kita
temukan dalam bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan wazannya, seperti
Kaadzibu, Kadzaab, Al-Mukadzibuun, Al-Mukadzibiin, Kadzaaba, Kadzaabat,
Makdzuub, Takdziib, Kdazzabuu. Ini semua sesuai dengan ayat dan bentuknya.
Kebohongan atau sifat dusta adalah suatu sifat yang timbul dari sebab
beberapa faktor yang ada, antara lain:
 Lemah jiwa dan mentalnya.
 Kegoncangan jiwa.
 Senang dengan perhatian manusia atau pandangan manusia.
 Suka bergurau atau bercanda yang berlebihan.
 Rasa dengki dan iri yang ada.
 Lingkungan yang buruk dan berpengaruh padanya.
Dalam Riyadhus Sholihin[5], Imam Nawawi membawakan dalil dari Ummu
Kultsum, dari Nabi saw. bersabda, "Tidaklah dikatakan Al-Kadzibu orang yang
mengishlah antara manusia, dan dia berkata baik pada kedua belah pihak." Hadis
Bukhari Muslim. Dalam riwayat Muslim berkata, Ummu kultsum diberi keringanan
tentang apa yang diucapkan manusia dalam tiga hal, yaitu dalam perang, ishlah
antara manusia, dan ucapan seorang suami pada istrinya, dan istri pada suaminya."

 Iri Hati atau Dengki


Syeikh Abu Hamid Al-Ghazali berkata[6]: “Ketahuilah bahwa tidak ada
kedengkian (hasad), kecuali terhadap kenikmatan, jika Allah memberi nikmat
kepada saudaramu, maka ada dua hal yang ada pada dirimu. Pertama, benci kepada
seseorang yang memperoleh nikmat, dan berharap agar nikmat itu lenyap dari
padanya. Keadaan ini disebut dengki. Batasan dengki adalah benci terhadap nikmat,
dan ingin melenyapkan dari orang yang mendapat karunia. Kedua, ia sendiri
mengharapkan agar mendapat nikmat itu tanpa berusaha melenyapkan nikmat yang
dimiliki orang lain.
Sifat pertama di atas adalah haram hukumnya dalam segala hal. Betapa
ganasnya penyakit nafsiyah ini menyerang manusia, bisa kita lihat dalam berbagai
hadits Rasulullah SAW. Di antaranya :
“Hasad itu memakan kebaikan sebagaimana api yang melalap kayu
bakar”. (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah, dan Ibnu Majah dari Abbas)

8
“Janganlah kalian saling mendengki, jangan saling memutuskan hubungan
persaudaraan, jangan saling membenci, jangan pula saling membelakangi, dan
jadilah kalian hamba Allah sebagai saudara”.(HR. Bukhari Muslim)
Orang yang memiliki sifat dengki juga bisa dilihat jika ia merasa bahagia
ketika orang lain mendapatkan suatu bencana atau musibah. Kegembiraan yang
demikian itu dinamakan Syamatah, yatu bahagia yang timbulnya sebab mendengar
atau melihat adanya kesusahan, kemelaratan, kecelakaan yang menimpa orang yang
dianggap saingan atau lawan. Sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an yang
artinya :
“Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tapi jika kamu
mendapat bencana, mereka bergembira karenanya”.(HR. Ali Imran:120)
Dengki adalah pangkal dari semua perilaku tercela. Misalnya menggunjing,
adu domba, menyebar fitnah. Oleh sebab itu, sifat dengki harus dijauhi karena sifat
ini hanya akan membawa manusia terhadap kemelaratan dan rusaknya silaturahim.
Solusi untuk menghindari sifat dengki, di antaranya:
1. Menyadari dan selalu ingat bahwa iri dengki hanya akan menghapus amal baik
kita.
2. Menyadari dan senantiasa bersyukur atas semua nikmat yang telah Allah
berikan.
3. berikhtiyar dan berdoa
D. Bahaya Akhlak Tercela
Adapun bahaya yang ditimbulkan oleh maksiat atau perbuatan dosa itu
seperti di sebutkan oleh Ibnu Qoyyim rahimullah[7], sebagai berikut:
1. Terhalangnya ilmu agama karena ilmu itu cahaya yang diberikan Allah di dalam
hati, dan maksiat mematikan itu.
2. Terhalangnya rezeki, seperti dalam hadits riwayat Imam Ahmad, "Seorang
hamba bisa terhalang rezekinya karena dosa yang menimpanya."
3. Perasaan alienasi pada diri si pendosa yang tiada tandingannya dan tiada terasa
kelezatan.
4. Kegelapan yang dialami oleh tukang maksiat di dalam hatinya seperti perasaan
di kegelapan malam.
5. Terhalangnya ketaatan.
6. Maksiat memperpendek umur dan menghapus keberkahannya.

9
7. Maksiat akan melahirkan maksiat lain lagi, demikian kata ulama salaf: Hukum
kejahatan adalah kejahatan lagi sebagaimana kebaikan akan melahirkan
kebaikan lagi.
8. Orang yang melakukan dosa akan terus berjalan ke dalam dosanya sampai dia
merasa dirinya hina. Itu pertanda-tanda kehancuran.
9. Kemaksiatan menyebabkan kehinaan. Dan kebaikan melahirkan kebanggaan dan
kejayaan.
10. Maksiat merusak akal, sedang kebaikan membangun akal.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Akhlak tercela adalah semua sikap dan perbuatan yang dilarang oleh Allah,
karena akan mendatangkan kerugian baik bagi pelakunya ataupun orang lain.
Akhlak, memiliki sebab - sebab yang dapat menjadikannya tinggi dan mulia, dan
sebaliknya juga mempunyai sebab - sebab yang dapat menjadikannya merosot dan
jatuh ke dalam keterpurukan.
Akhlaq tercela dapat menciptakan perilaku tercela. Perilaku tercela dapat
di golongkan menjadi dua macam, yaitu perilaku yang berdampak buruk bagi
dirinya sendiri dan perilaku tercela yang berdampak buruk bagi orang lain. Begitu
banyaknya macam - macam akhlak tercela yang terdapat dalam hati manusia.
Beberapa akhlak tercela, yaitu ujub (berbangga diri), takabur (sombong), putus asa,
dusta dan iri/dengki (hasad).
B. Saran
 Al-Qur’an menunjukkan cara melawan hawa nafsu dan setan dengan cara yang
sangat mudah yaitu dengan memohon perlindungan dan berpaling dari orang
bodoh, dan menolak perlakuan jahat mereka dengan berbuat baik.
 Bersyukurlah atas karunia yang telah Allah berikan, maka insyaallah, hati kita
akan selamat dari akhlak tercela.

11
DAFTAR PUSTAKA
Al-firqotunnajiyyah.blogspot.com
Al-qur’an dan Terjemahannya
Ghalayini, Syeikh Mushtafa.1976. Bimbingan Menuju ke Akhlak yang Luhur.trj.
Moh Abdai Rathomy. Semarang: CV Toha Putra
Muhammad, Ibrahiem. 1982. Al-Hasad Wa Kaifa Nattaqieh trj.
Baihaqy Syafiuddin. Kairo: Maktabah Al-Qur’an
Syamsuri, haji.2004. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Erlangga
Yuhro, Alkasah dan Saminu.2004. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Viva
Pakarindo
www.al-islam.com
www.dakwatuna.com
www.halaqahdakwah.wordpress.com
www.mail-archive.com
www.mimbarjumat.com

[1]
Halaqahdakwah.wordpress.com
[2]
Mimbarjumat.com
[3]
Al-Firqotunnajiyyah.blogspot.com
[4]
[daarut-tauhid]UJUB dan TERAPINYA Amin Ilyas
[5]
Di kutip dari www.dakwatuna.com
[6]
Alhasad wa kaifa nattaqieh.terj. Baihaqy Syafiuddin.1982.
[7]
www.dakwatuna.com

12

Vous aimerez peut-être aussi