Vous êtes sur la page 1sur 14

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Pada makalah ini penulis akan membahas tentang “penyakit asthma bronchial
pada anak” yang membahas tentang penyakit asthma pada anak, desa ini banyak
orang belum mengetahui apa itu penyakit autism pada anak terutama masyarakat
awam khususnya para orang tua,
Asthma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu penyakit
obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan bronchospasme,
inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai stimulan.

II. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian asthma bronchial
2. Untuk mengetahui penyebab terjadinya penyakit asthma bronchial
3. Untuk mengetahui cara membuat askep anak dengan penyakit asthma bronchial

III. MANFAAT
Dengan disusun nya makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk
mengetahui apa itu penyakit asthma bronchial pada anak.

BAB II
PEMBAHASAN
LAPORAN PENDAHULUAN
ASTHMA BRONCHIAL

I. Definisi

Asthma disebut juga sebagai reactive air way disease (RAD), adalah suatu
penyakit obstruksi pada jalan nafas secara riversibel yang ditandai dengan
bronchospasme, inflamasi dan peningkatan sekresi jalan napas terhadap berbagai
stimulan.

II. Patofisiologi

 Astma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan nafas dan hiperaktif
dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain.

 Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme
dan zat antibodi tubuh muncul ( immunoglobulin E atau IgE ) dengan adanya
alergi. IgE di muculkan pada reseptor sel mast dan akibat ikatan IgE dan
antigen menyebabkan pengeluaran histamin dan zat mediator lainnya.
Mediator tersebut akan memberikan gejala asthma.

 Respon astma terjadi dalam tiga tahap : pertama tahap immediate yang
ditandai dengan bronkokontriksi ( 1-2 jam ); tahap delayed dimana
brokokontriksi dapat berulang dalam 4-6 jam dan terus-menerus 2-5 jam lebih
lama ; tahap late yang ditandai dengan peradangan dan hiperresponsif jalan
nafas beberapa minggu atau bulan.

 Astma juga dapat terjadi faktor pencetusnya karena latihan, kecemasan, dan
udara dingin.

 Selama serangan asthmatik, bronkiulus menjadi meradang dan peningkatan


sekresi mukus. Hal ini menyebabkan lumen jalan nafas menjadi bengkak,
kemudian meningkatkan resistensi jalan nafas dan dapat menimbulkan distres
pernafasan

 Anak yang mengalami astma mudah untuk inhalasi dan sukar dalam ekshalasi
karena edema pada jalan nafas.Dan ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli
dan perubahan pertukaran gas.Jalan nafas menjadi obstruksi yang kemudian
tidak adekuat ventilasi dan saturasi 02, sehingga terjadi penurunan p02
( hipoxia).Selama serangan astmati, CO2 terthan dengan meningkatnya
resistensi jalan nafas selama ekspirasi, dan menyebabkan acidosis respiratory
dan hypercapnea. Kemudian sistem pernafasan akan mengadakan kompensasi
dengan meningkatkan pernafasan (tachypnea), kompensasi tersebut
menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan kadar CO2 dalam darah
(hypocapnea).
Alergen, Infeksi, Exercise ( Stimulus Imunologik dan Non Imunologik )

Merangsang sel B untuk membentuk IgE dengan bantuan sel T helper

IgE diikat oleh sel mastosit melalui reseptor FC yang ada di jalan napas

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan
diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan mastosit

Akibat ikatan antigen-IgE, mastosit mengalami degranulasi dan melepaskan mediator


radang ( histamin )

Peningkatan permeabilitas kapiler ( edema bronkus )


Peningkatan produksi mukus ( sumbatan sekret )
Kontraksi otot polos secara langsung atau melalui persarafan simpatis ( N.X )

Hiperresponsif jalan napas

Astma

 Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalan nafas, dan tidak efektif
pola nafas berhubungan dengan bronkospasme, edema mukosa dan
meningkatnya produksi sekret.
 Fatigue berhubungan dengan hypoxia meningkatnya usaha nafas.
 Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan distress pernafasan
 Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan menurunnya intake cairan
 Perubahan proses keluarga berhubungan dengan kondisi kronik
 Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan
pengobatan
III. Komplikasi

 Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas


 Chronik persistent bronchitis
 Bronchiolitis
 Pneumonia
 Emphysema.

IV. Etiologi

 Faktor ekstrinsik :reaksi antigen- antibodi; karena inhalasi alergen (debu,


serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang).
 Faktorintrinsi; infeksi :para influenza virus,
pneumonia,Mycoplasma..Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan
temperatur. Iritan; kimia.Polusi udara ( CO, asap rokok, parfum ).
Emosional; takut, cemas, dan tegang. Aktivitas yang berlebihan juga dapat
menjadi faktor pencetus.

V. Manifestasi klinis

 Auskultasi :Wheezing, ronki kering musikal, ronki basah sedang.


 Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada,dan stridor.
 Batuk kering ( tidak produktif ) karena sekret kental dan lumen jalan nafas
sempit.
 Tachypnea, orthopnea.
 Diaphoresis
 Nyeri abdomen karena terlibatnya otot abdomen dalam pernafasan.
 Fatigue.
 Tidak toleransi terhadap aktivitas; makan, bermain, berjalan, bahkan
bicara.
 Kecemasan, labil dan perubahan tingkat kesadaran.
Meningkatnya ukuran diameter anteroposterior (barrel chest) akibat
ekshalasi yang sulit karena udem bronkus sehingga kalau diperkusi
hipersonor.

VI. Pemeriksaan Diagnostik

 Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik


 Foto rontgen
 Pemeriksaan fungsi paru; menurunnya tidal volume, kapasitas vital,
eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum
 Pemeriksaan alergi
 Pulse oximetri
 Analisa gas darah.

VII. Penatalaksanaan serangan asma akut :

 Oksigen nasal atau masker dan terapi cairan parenteral.


 Adrenalin 0,1- 0,2 ml larutan : 1 : 1000, subkutan. Bila perlu dapat diulang
setiap 20 menit sampai 3 kali.
 Dilanjutkan atau disertai salah satu obat tersebut di bawah ini ( per oral ) :
a. Golongan Beta 2- agonist untuk mengurangi bronkospasme :
 Efedrin : 0,5 – 1 mg/kg/dosis, 3 kali/ 24 jam
 Salbutamol : 0,1-0,15 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
 Terbutalin : 0,075 mg/kg/dosis, 3-4 kali/ 24 jam
Efeknya tachycardia, palpitasi, pusing, kepala, mual, disritmia,
tremor, hipertensi dan insomnia, . Intervensi keperawatan jelaskan
pada orang tua tentang efek samping obat dan monitor efek samping
obat.

b. Golongan Bronkodilator, untuk dilatasi bronkus, mengurangi


bronkospasme dan meningkatkan bersihan jalan nafas.
 Aminofilin : 4 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
 Aminofilin : 3 mg/kg/dosis, 3-4 kali/24 jam
Pemberian melalui intravena jangan lebih dari 25 mg per menit.Efek
samping tachycardia, dysrhytmia, palpitasi, iritasi
gastrointistinal,rangsangan sistem saraf pusat;gejala toxic;sering
muntah,haus, demam ringan, palpitasi, tinnitis, dan kejang.
Intervensi
keperawatan; atur aliran infus secara ketat, gunakan alat infus kusus
misalnya infus pump.
c. Golongan steroid, untuk mengurangi pembengkakan mukosa
bronkus. Prednison : 0,5 – 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada
serangan hebat).
ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP ANAK A.
DENGAN ASTHMA DI RSUAM BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2013

1. PENGKAJIAN

Pengkajian keperawatan
1. Piwayat asthma atau alergi dan serangan asthma yang lantas, alergi dan
problem pernapasan
2. Kaji pengetahuan anak dan orang tua perihal penyakit dan pengobatan
3. Riwayat psikososial : factor pencetus, stress, latihan, rutinitas dan kebiasaan,
perawatan sebelumnya
4. Kontrol fisik
Pernapasan
- napas pendek
- wheezing
- retraksi
- takipnea
- batuk kering
- ronkhi
kardiovaskuler
takikardia
neurologis
kelelahan
ansietas
sukar tidur
muskuloskeletal
intolerans aktifitas
integumen
sianosis
pucat
psikososial
tidak kooperatif sepanjang perawatan
kaji status hidrasi
- status membran mukosa
- turgor kulit
- output urine

B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalur napas b. d. bronkospasme
dan udema mukosa
Kelelahan b. d. hipoksia dan peningkatan kerja pernapasan
Perubahan status nutrisi kurang dari keperluan b. d. distress gi
Efek kekurangan volume cairan b. d. meningkatnya pernapsan dan menurunnya
intake oral
Kekhawatiran b. d. hospitalisasi dan distress pernapasan
Perubahan proses keluarga b. d. keadaan kronik
Kurang pengetahuan b. d. proses penyakit dan pengobatan

C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan jalur napas b. d. bronkospasme
dan udema mukosa
Tujuan :
- anak akan tunjukkan perbaikan pertukaran gas ditandai dengan :
tak ada wheezing dan retraksi
batuk menurun
warna kulit kemerahan
- anak tidak tunjukkan gangguan tidak seimbangan asam basa yang ditandai
dengan saturasi oksigen ± 95 %
Intervensi :
a. kaji rr, auskultasi bunyi napas
r/ : jadi sumber data adanya pewrubahan sebelum saat dan setelah perawatan
diberikan
b. beri posisi high fowler atau semi-fowler
r/ ; mengembangkan ekspansi paru
c. dorong anak buat latihan napas didalam dan batuk efektif
r/ : menolong membersihkan mucus dari paru dan napas saat memperbaiki
oksigenasi
d. kerjakan suction bila perlu
r/ : menolong mengeluarkan secret yang tidak bisa dikeluarkan oleh anak sendiri
e. kerjakan fisioterapi
r/ : menolong pengeluaransekresi, menmingkatkan ekspansi paru
f. memberikan oksigen cocok program
r/ : melakukan perbaikan oksigenasi dan kurangi sekresi
monitor peningkatn pengeluaran sputum
r/ : jadi indikasi adanya kegagalan pada paru
h. memberikan bronchodilator cocok indikasi
r/ : otot pernapasan jadi relaks dan steroid kurangi inflamasi

2. Kelelahan b. d. hipoksia dan peningkatan kerja pernapasan


Tujuan : anak tunjukkan penurunan kelelahan ditandai dengan tidak iritabel, bisa
berpartisipasi dan peningkatan kekuatan didalam beraktifitas
Intervensi :
kaji tanda – tanda hipoksia / hypercapnea ; kelelahan, agitasi, peningkatan hr,
peningkatan rr
r/ : deteksi dini buat menghindar hipoksia bisa mencegah keletihan selanjutnya
jauhi seringnya lakukan intervensi yang tidak perlu yang bisa membuat anak
capek, memberikan istirahat yang cukup
r/ : istirahat yang cukup bisa menurunkan stress dan menambah kenyamanan
minta orang tua buat senantiasa menemani anak
r/ : turunkan ketakutan dan kecemasan
memberikan istirahat cukup dan tidur 8 – 10 jam setiap malam
r/ : istirahat cukup dan tidur cukup turunkan kelelahan dan menambah resistensi
terhadap infeksi
sampaikan tehnik manajemen stress
r/ : bronkospasme barangkali dikarenakan oleh emosional dan stress

3. Perubahan status nutrisi kurang dari keperluan b. d. distress gi


Tujuan : anak akan tunjukkan penurunan distress gi ditandai dengan :
penurunan nausea dan vomiting, adanya perbaikan nutrisi / intake
Intervensi :
a. memberikan porsi makan kecil namun kerap 5 – 6 kali 1 hari dengan makanan
yang disukainya
r/ : makanan kecil namun kerap sediakan daya yang diperlukan, lambung tidak
sangat penuh, hingga berikan peluang buat penyerapan makanan. makanan yang
disukai mendporong anak buat makan dan menambah intake
b. memberikan makanan halus, rendah lemak, pakai warna
r/ : makanan berbumbu dan tinggi lemak bisa meningkatkan distress pada gi
hingga sukar dicerna
c. anjurkan hindari makanan yang mengakibatkan alergi
r/ :dapat menyebabkan serangan akut pada anak yang sensitive

4. Efek kekurangan volume cairan b. d. meningkatnya pernapsan dan menurunnya


intake oral
Tujuan :
anak bisa mempertahankan hidrasi yang adekuat ditandai dengan turgor kulit
elastis, membrane mukosa lembab, intake cairan cocok dengan usia dan berat
badan, output urine : 1-2 ml/kg bb/jam
Intervensi :
a. kaji turgor kulit, monitor urine, output setiap 4 jam
r/ : buat mengetahui tingkat hidrasi dan keperluan cairannya
b. pertahankan terapi parenteral cocok indikasi dan monitor kelebihan cairan
r/ : kelebihan cairan bisa menyebabkan udema pulmonar
c. sesudah fase akut, anjurkan anak dan orangtua buat minum 3-8 gelas / hari,
bergantung usia dan berat badan anak
r/ : anak memerlukan cairan yang cukup buat mempertahankan hidrasi dan
keseimbangan asam basa buat menghindar syok

5. Kekhawatiran b. d. hospitalisasi dan distress pernapasan


Tujuan :
kekhawatiran menurun, ditandai dengan anak tenang dan bisa mengekspresikan
perasaannya
Intervensi :
a. sampaikan tehnik relaksasi ; latihan napas didalam, imajinasi terbimbing
r/ : pengalihan perhatian sepanjang episode asma bisa menurunkan ketakutan dan
kecemasan
b. memberikan terapi bermain cocok indikasi
r/ : terapi bermain bisa menurunkan dampak hospitalisasi dan kecemasan
c. informasikan perihal perawatan, penyembuhan dan keadaan anak
r/ : turunkan rasa takut dan kehilangan control akan dirinya

Sumber :
Betz L. Cecily. Buku Saku Keperawatan Pediatri.
Dina Dr,dr,. Penatalaksanaan Penyakit Alergi.
Speer Kathleen Morgan.Pediatric Care Planning Ashwill,
Ngastiyah. Perawatan anak Sakit.
Corwin, J. Elizabeth. Buku Saku Patofisiologi.
Suriadi, SKp., Rita, SKp. Asuhan Keperawatan pada Anak.

DAFTAR PUSTAKA

Panitia Media Farmasi dan Terapi. (1994). Pedoman Diagnosis dan Terapi
LAB/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga. Surabaya
Soetjningsih. (1998). Tumbuh kembang anak . Cetakan kedua. EGC. Jakarta

Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak.
Percetakan Infomedika Jakarta.

Suriadi dan Yuliana R.(2001) Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi 1 Penerbit
CV S

Vous aimerez peut-être aussi