Vous êtes sur la page 1sur 25

KASUS 7:

PENGAMATAN ATAS
PERHITUNGAN FISIK PERSEDIAAN
Kelompok :
- Adelia Oktavia
- Choirfrida Aprilia
1. Mengapa terjadi selisih perhitungan fisik persediaan hingga lebih dari Rp. 48.000.000 di
bawah pencatatan perpetual perusahaan? Apakah selisih tersebut material sehingga
perlu dilakukan investigasi lebih lanjut oleh KAP AS&R?

Jawab :
 Penyebab selisih perhitungan fisik persediaan:
 Diskon kas yang diberikan oleh Samsang dan diskon bulanan yang dihitung
mengalami salah perhitungan sehingga pencatatan dengan fisik
persediaan tidak sama.
 Beberapa item bukan milik PT Maju Makmur. (Persediaan belum dihitung
dengan akurat) .
 Barang yang tidak dapat dijual dan beberapa barang yang cacat.

 Persediaan pada PT Maju Makmur merupakan akun yang besar dan utama.
Apalagi PT Maju Makmur merupakan perusahaan berjenis retail, di mana
persediaan menjadi akun yang sangat penting. Maka, selisih perhitungan fisik
persediaan tersebut material sehingga perlu dilakukan investigasi lebih lanjut
oleh KAP AS&R
2. Jajaran personil manajemen perusahaan ada kalanya meninggikan jumlah persediaan
akhir. Apa alasan dibalik tindakan tersebut? Apakah hal tersebut dapat menjadi
permasalahan signifikan dalam melakukan audit pada toko-toko yang dimiliki PT Maju
Makmur di beberapa kota yang ada di Jawa Timur?
Jawab :
 Alasan manajemen perusahaan meninggikan jumlah persediaan akhir bisa
saja untuk membuat nilai aset menjadi tinggi. Jika nilai aset tinggi maka akan
mempengaruhi likuiditas perusahaan. Rasio lancar perusahaan akan terlihat
bagus maka pada laporan perusahaan, perusahaan terlihat mampu untuk
melunasi kewajiban jangka pendek. Juga profitabilitas karena laba
perusahaan bisa terlihat naik. Maka, ini akan menambah kepercayaan kreditor
dan investor.
 Ini dapat menjadi permasalahan signifikan dalam melakukan audit, apalagi
bila hal ini terlambat diketahui akan timbul faktor resiko kecurangan. Dan akan
menjadi beban berat dalam pertanggungjawaban auditor . Karena, PT Maju
Makmur dalam rangka menuju perusahaan go public.
3. Jajaran personil manajemen perusahaan adakalanya merendahkan jumlah persediaan
akhir. Apa alasan dibalik tindakan tersebut? Apakah hal tersebut dapat menjadi
permasalahan signifikan dalam melakukan audit pada toko-toko PT Maju Makmur di
beberapa kota yang ada di Jawa Timur?

Jawab :
 Alasan manajemen perusahaan merendahkan jumlah persediaan akhir bisa
saja untuk mempengaruhi nilai utang agar lebih rendah. Jika nilai utangnya
rendah maka kewajiban perusahaan akan berkurang.

 Ini dapat menjadi permasalahan signifikan dalam melakukan audit, apalagi


bila hal ini terlambat diketahui akan timbul faktor resiko kecurangan. Dan akan
menjadi beban berat dalam pertanggungjawaban auditor . Karena, PT Maju
Makmur dalam rangka menuju perusahaan go public.
4. Anggaplah bahwa telah terjadi salah saji material (baik tidak disengaja atau disengaja) dalam
perhitungan persediaan PT Maju Makmur. Karena hanya melakukan pengamatan atas perhitungan fisik
persediaan pada 2 toko dari total 6 toko yang dimiliki oleh PT Maju Makmur sehingga mengakibatkan
permasalahan salah saji tersebut tidak terdeteksi oleh KAP AS&R, namun jumlah yang salah tiba-tiba
tampak pada laporan keuangan klien. Apa tanggung jawab KAP untuk salah saji tersebut?

Jawab :
 Bila auditor menyadari adanya informasi yang bersangkutan dengan laporan
keuangan yang sebelumnya telah dilaporkannya, namun tidak diketahuinya
pada tanggal laporan auditnya, maka tanggung jawab auditor yang karena
sifat dan sumber informasi tersebut mengharuskan informasi tersebut diselidiki,
jika hal itu diketahuinya selama pelaksanaan audit, segera sepanjang praktis
dilakukan, ia harus menentukan apakah informasi tersebut andal dan apakah
fakta tersebut ada pada tanggal laporan auditnya. Dalam hubungan ini,
auditor harus membicarakan masalah ini dengan kliennya pada tingkatan
manajemen yang semestinya, termasuk dewan komisaris, dan meminta kerja
sama mereka dalam penyelidikan apapun yang dianggap perlu.
menurut (SA 560 No. 14-17-Penemuan Kemudian Fakta yang ada pada
Tanggal Laporan Auditor)
5. KAP AS&R telah memutuskan hanya melakukan observasi persediaan fisik pada dua toko
PT Maju Makmur saja. Dengan tingkat materialitas yang ada pada saldo persediaan,
keputusan apa yang tepat untuk dilakukan
Jawab :
 jika dirasa tingkat materialitas tinggi, auditor harus melakukan inspeksi atas
catatan penghitungan fisik yang diselenggarakan oleh klien dan prosedur yang
berkaitan dengan fisik sediaan melakukan pengujian atas transaksi
sebelumnya, review atas catatan penghitungan fisik sebelumnya, dan
penerapan pengujian laba bruto (gross profit test) untuk mendapatkan
kepastian akan prosedur audit.
 Menurut (SA 320 paragraf 6-7 dan 10-11

6. Sebagai bagian dari pengujian substantif mengenai saldo persediaan, auditor biasanya
mereview retur penjualan klien untuk periode akhir tahun fiskal. Apa manfaat dilakukannya
prosedur pengujian tersebut?
Jawab :
 Manfaat dilakukannya prosedur pencatatan nomor label terakhir yang
digunakan PT Maju Makmur adalah untuk mengecek ketepatan
pencatatan, memastikan pembelian dan penjualan persediaan dengan
melihat nomor dan tanggal pencatatan. Sehingga pencatatan dan
perhitungan persediaan akurat. Selain itu dilakukan untuk menguji
apakah ada penjualan fiktif pada perusahaan. sehingga dengan ini
auditor dapat memastikan apakah perusahaan melakukan penjualan
yang benar-benar terjadi.
7. Pada saat melakukan observasi, Indah Sanjaya mencatat nomor label terakhir yang
digunakan PT Maju Makmur. Apa manfaat dilakukannya prosedur pengujian tersebut?
jawab : Untuk mengetahui jumlah persediaan yang benar-benar menjadi
milik perusahaan, agar penghitungan persediaan akurat. Prosedur ini juga
memberi manfaat seperti menghindari adanya perhitungan ulang terhadap
persediaan yang sebelumnya telah dihitung. Selain hal tersebut juga memberikan
manfaat agar terhindar dari kecurangan yang mungkin dapat dilakukan oleh
pihak internal.
8. Tindakan apa yang harus diambil jika Indah Sanjaya menemukan barang persediaan
yang rusak atau usang? Bagaimana auditor menentukan bahwa barang tersebut telah
usang?
Jawab :
 Indah Sanjaya sebaiknya memeriksa dahulu persediaan klien apakah tanda-
tanda kerusakan, usang, atau masalah lain yang dapat menyebabkan barang
dijual dengan hrga di bawah harga normal. Jika ditemukan persediaan yang
rusak atau usang dan tidak laku di jual maka persediaan tersebut dikeluarkan.
Persediaan tersebut seharusnya masuk dalam perhitungan persediaan dan
ditandai pada laporan. Auditor menentukan bahwa barang tersebut rusak
atau usang jika barang tersebut tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

9. Lakukan evaluasi efektifitas dan efisiensi prosedur penghitungan persediaan fisik PT Maju
Makmur!
Jawab :Prosedur penghitungan persediaan secara umum sudah efektif dan
efisien. Auditor tidak dibatasi dalam melakukan tugasnya.
Ref: SA 501 paragraf 4
PROGRAM AUDIT PT MAJU MAKMUR
PERSEDIAAN RINCIAN tujuan
Melakukan konfirmasi atas persediaan
mengamati jalannya perhitungan persediaan pada gudang
yang dikonsinyasikan atau ditempatkan menemukan persediaan
dan dua dari enam toko yang dimiliki oleh PT Maju Makmur. kesesuaian
di lokasi luar perusahaan.dan fiktif
Dua toko yang dipilih akan ditentukan secara acak.
memilihnya secara acak
Arsip Departmenen Operasional dan Logistik yang berkaitan
dengan persediaan barang dagang klien kemudian diperiksa
Pembelian dan penjualan
dan mengumpulkan semua laporan penerimaan barang dan
memeriksa cut off persediaan dicatat pada kewajaran saldo
bill of lading pada minggu sebelumnya. Nomor dokumen,
periode yang tepat
tanggal, kuantitas, dan deskripsi barang yang diterima dan
dikirim dicatat dengan seksama.
Review memo persediaan fisik PT Maju Makmur dilakukan Persediaan dihitung dengan
melakukan pengamatan fisik kesesuaian
Indah Sanjaya akurat
Membandingkan indeks harga dengan masing-masing Persediaan di klasifikasi kan
kewajaran saldo
persediaan sesuai klaisifikasinya secara benar
mengetahui kebijakan yang
Mengkomunikasikan kebijakan diskon yang diterapkan
melakukan inventory price tes digunakan pada uji validitas
perusahaan
perusahaan
Item Persediaan No. Label No. Seri harga total Kuantitas Prosedur Audit

Amplifiers 116 BC76-W Rp 5.506.560 Rp 121.144.320 22 √♠♣♥♦♯

Televisi 124 JB45-H Rp 3.854.960 Rp 265.992.240 69 √♠♣♥♦♯

Telepon seluler 102 CB21-S Rp 1.449.440 Rp 115.955.200 80 √♠♣♥♦♯

Stereo systems 138 FU87-R Rp 1.804.800 Rp 108.288.000 60 √♠♣♥♦♯ V

Amplifiers 130 KZ54-T Rp 2.159.920 Rp 190.072.960 88 √♠♣♥♦♯

Speakers 150 YG28-Y Rp 2.199.600 Rp 156.171.600 71 √♠♣♥♦♯

Stereo systems 127 RA69-M Rp 2.920.000 Rp 289.080.000 99 √♠♣♥♦♯

CD Players 142 RW21-X Rp 1.327.200 Rp 65.032.800 49 √♠♣♥♦♯

Receivers 113 NB73-X Rp 3.565.600 Rp 399.347.200 112 √♠♣♥♦♯

Stereo Systems 126 JH88-A Rp 2.592.000 Rp 199.584.000 77 √♠♣♥♦♯

DVD Players 104 CZ55-H Rp 1.655.840 Rp 76.168.640 46 √♠♣♥♦♯

Speakers 137 BF23-G Rp 3.752.000 Rp 315.168.000 84 √♠♣♥♦♯

Headphones 147 PO88-Q Rp 711.760 Rp 34.876.240 49 √♠♣♥♦♯

CD Players 132 CD00-N Rp 1.188.000 Rp 143.748.000 121 √♠♣♥♦♯


1027 E
Sasaran Audit:
- Untuk menguji kesesuaian antara perhitungan fisik yang dilakukan dengan daftar persediaan yang ada.
- Untuk menguji kewajaran penyajian saldo biaya pada daftar persediaan.
- Untuk menguji validitas dan kelayakan item yang direkonsiliasi.

Keluasan:
Semua jenis persediaan yang terdapat di toko-toko PT Maju Makmur.

Prosedur Audit:
√ Telah menelusuri bill of lading serta laporan penerimaan barang, memeriksa kesesuaian nomor label, deskripsi barang, nomor
seri, kuantitas, biaya per unit, dan total biaya.
♠ Telah dicek label masing-masing barang dan diperiksa apakah barang dengan tipe barang dan seri yang sama telah masuk ke
dalam label yang sama.
♣ Telah dihitung jumlahnya dengan cermat untuk memastikan kebenaran jumlah persediaan
♥ Telah diperiksa kondisi barang, apakah telah memenuhi standar atau telah rusak / usang.
♦ Telah dicek pada data perusahaan, yakni daftar persediaan tahun lalu, laporan penerimaan barang, dan bill of lading.
♯ Telah diperiksa kuantitas barang secara fisik dan dicocokkan dengan bill of lading serta laporan penerimaan barang serta
mencocokkan besaran jumlah nominal rupiah yang ada.
E Telah diperiksa kebenaran penjumlahan ke bawah.
Komentar:
V Perhitungan PT Maju Makmur disesuaikan dari 59 ke 60.
Item-item tersebut milik pelanggan yang dikirimkan ke PT Maju Makmur untuk dilakukan perbaikan sesuai
dengan “Memo Perbaikan”, sehingga bukan menjadi milik PT. Maju Makmur lagi. Item ini bernilai tidak
lebih dari Rp. 8.000.000.
Tindak Lanjut: Item-item tersebut harus dikeluarkan dari daftar persediaan barang PT Maju Makmur.

Kesimpulan Audit:
Semua item (kecuali item V) telah dihitung dengan benar dan tidak ada item yang hilang atau dihilangkan.
Tidak ada item yang rusak atau usang ketika mengobservasi gudang.
Ref: SA 501 paragraf 26
Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.
Permasalahan
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) memastikan ada indikasi manajemen lama PT Kimia Farma
Tbk terlibat dalam upaya memperbaiki perfomance laporan keuangan 2001. Hal ini terlihat dari terjadinya
selisih laba bersih Rp32,668 miliar akibat kesalahan pencatatan laba bersih yang seharusnya Rp99,594 miliar
menjadi Rp132,263 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam daftar harga
persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya, menerbitkan dua buah daftar
harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah
digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31
Desember 2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya
pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak
disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan
bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku,
namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut.
Pihak Bapepam selaku pengawas pasar modal mengungkapkan tentang kasus PT.Kimia Farma. Dalam rangka
restrukturisasi PT.Kimia Farma Tbk, Ludovicus Sensi W selaku partner dari KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa
yang diberikan tugas untuk mengaudit laporan keuangan PT.Kimia Farma untuk masa lima bulan yang berakhir 31
Mei 2002, tidak menemukan dan melaporkan adanya kesalahan dalam penilaian persediaan barang dan jasa dan
kesalahan pencatatan penjualan untuk tahun yang berakhir per 31 Desember 2001.
Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa Kementerian BUMN
memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah melihat adanya indikasi
penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan
ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 –
Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:
“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam penerapan kebijakan
akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian. Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas
kesalahan mendasar harus diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk periode
yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian
pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam
ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.

Pembahahasan :
Dalam kasus PT Kimia Farma Tbk lembaga Bapepam harus menyelidiki lagi secara serius masalah yang timbul yakni
perbedaan nilai pencatatan Laporan Keuangan dimana terjadinya selisih laba bersih Rp32,668 miliar akibat kesalahan pencatatan
laba bersih yang seharusnya Rp99,594 miliar menjadi Rp132,263 miliar. Dalam penanganan kasus ini baik pihak manajemen
perusahaan dan tim auditor maupun lembaga Bapempam sama-sama menyelidiki dan mencari cara penyelesaian terhadap kasus
ini. Hasil pemeriksaan harus yang sesuai dengan keadaan dan transaksi yang terjadi.
Walaupun struktur perusahaan Kimia Farma yang tidak sederhana, prosedur obat-obatan,
perusahaan ini juga menjadi distributor yang luas jaringannya di Indonesia dan tingkat kerawanan akan
kesalahan pencatatan sangat memungkinkan karena spin control-nya sangat luas – semua pihak yang
terkait dalam pembuatan dan pemeriksaaan laporan keuangan harus menyelesaikannya secara tuntas,
karena tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan ilmu pengetahuan yang ada.
Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP HTM selaku
badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien (PT Kimia Farma Tbk.) dan pemberian
opini atas laporan keuangan klien.
Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP HTM, maka urutan stakeholder mana ditinjau dari
segi kepentingan stakeholder adalah:
1. Klien atau PT Kimia Farma Tbk.
2. Pemegang saham
3. Masyarakat Luas
Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan dihentikannya jasa audit mereka. Hal ini terjadi
bukan karena kesalahan KAP HTM semata yang tidak mampu melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan
keuangan, tetapi lebih karena kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi dengan penggelembungan
nilai persediaan.
Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu tugas audit. Sedari awal, KAP HTM
seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan ada risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma,
mengingat KAP HTM adalah KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata pemerintah
ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi risiko seperti hilangnya kepercayaan publik dan
pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya
Kantor Akuntan Publik tersebut.
Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan
manajemen Kimia Farma dalam manipulasi laporan keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam
kasus manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.
Sesuai dengan teori yang telah di paparkan diatas, manajemen risiko yang dapat diterapkan oleh KAP HTM antara lain adalah
dengan mengidentifikasi dan menilai risiko etika, serta menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis
dengan stakeholder
Mengidentifikasi dan menilai risiko etika
Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian risiko etika dapat
diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:
 Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM
HTM selayaknya membuat daftar mengenai siapa dan apa saja para stakeholder yang berkepentingan beserta
harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para stakeholder dan apa kepentingannya serta harapan
mereka, maka KAP HTM dapat melakukan penilaian dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui
pembekalan kepada para auditor senior dan junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.
 Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder, dan menilai risiko ketidak
sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit.
 Mengutamakan reputasi KAP HTM
Yaitu dengan berpegang pada nilai-nilai hypernorm, seperti kejujuran, kredibilitas, reliabilitas, dan tanggung
jawab. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka kerja dalam melakukan perbandingan.
Tiga tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan pimpinan KAP HTM dapat mengawasi adanya
peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta
agar dapat secara strategis mengambil keuntungan dari kesempatan tersebut.

Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan stakeholder
KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi kepentingan, dan kemudian
menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder yang dapat memberikan dukungan dalam penciptaan
strategi, yang dapat memenuhi harapan para stakeholder HTM.
Pelanggaran kode etik profesi akuntansi pada PT. Kimia Farma
1. Tanggung jawab
Dalam hal ini Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 telah menyalahi tanggung
jawabnya dalam pembuatan laporan keuangan dengan melakukan kegiatan praktek pengelembungan atas laporan
keuangan per 31 Desember 2001. Sehingga dapat menyebabkan kesalahan pengambilan keputusan akibat adanya
laporan keuangan yang tidak aktual.
2. Kepentingan Publik
Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, seorang akuntan harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi
mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi. Dalam hal ini, akuntan didalam PT. Kimia Farma telah mengorbankan
kepentingan public demi kepentingan mereka semata. Dengan kesalahan penyajian pada laporan keuangan PT. Kimia Farma,
menyebabkan pengambilan keputusan yang salah bagi para investor.

3. Integritas
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Namun, PT. Kimia
Farma terbukti tidak jujur dalam menyusun laporan keuangannya. Sehingga telah melanggar prinsip kode etik akuntansi.
Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima
kecurangan atau peniadaan prinsip. Seperti halnya integritas yang dapat menerima Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans
Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. karena atas resiko audit yang tidak berhasil
mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah
melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur
kesengajaan.
4. Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Baik akuntan, direksi maupun Auditor dari PT. Kimia Farma harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, sehingga tidak adanya kecurangan dalam penyusunan laporan keuangan. Hal ini mengandung arti
bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya,
demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada publik. Namun, pada kenyataannya akuntan,
direksi maupun auditor telah melanggar prinsip kompetensi dan kehati-hatian professional dalam kode etik akuntansi karena
adanya laporan keuangan yang tidak valid.

5. Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi. Dalam hal ini, pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan keuangan PT. Kimia Farma pada tahun 2002
telah berperilaku tidak professional sehingga menimbulkan reputasi perusahaan yang buruk. Bukan hanya itu saja, kinerja
profesionalisme dari seorang auditor pada PT. Kimia Farma pun dapat merusak reputasi mereka selaku auditor karena resiko audit
yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut,
meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan
adanya unsur kesengajaan
6. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional
yang relevan. Dalam hal ini seorang akuntan dituntut untuk melakukan penyusunan laporan keuangan harus
sesuai dengan standar teknis yang berlaku, yakni sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Namun pada
kenyataannya dalam penyusunan laporan keuangan terjadi adanya praktek pengelembungan dana yang
dilakukan oleh direksi PT. Kimia Farma sehingga melanggar prinsip standar teknik dalam kode etik akuntansi.
REFERENSI
dokumen.tips_kasus-7-praktikum-audit
dokumen.tips_kasus-
7105020307111026muhamad-hadi-
santosodoc
SA 320
SA 560
SA 501

Vous aimerez peut-être aussi